Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pujiyanto
Abstrak :
Saat ini Indonesia mengalami masalah pasokan energi yang sangat serius. Disamping cadangan minyak yang semakin menurun, juga harga minyak mentah dunia yang cenderung terus menerus meroket dan menguras keuangan negara untuk keperluan subsidi. Hal ini mengakibatkan kebijakan pemerintah yang berubah dalam arah komposisi pemakaian energi nasional didalam perencanaannya yang akan menurunkan pemakaian bahan bakar minyak dan akan semakin dominan ke arah jenis energi yang lebih ramah lingkungan serta jenis sumber energi baru dan terbarukan. Sumber energi hidrogen dan metana dari Coalbed Methane (CBM) termasuk dalam kategori ini. Meskipun hidrogen adalah sumber energi yang dapat diregenerasi dan methana dari CBM cukup banyak persediaannya di Indonesia, namun transportasi dan storage masih menjadi kendala dalam pemanfaatan sumber energi ini, oleh karena itu, pengembangan teknologi di bidang transportasi dan storage sumber energi hidrogen dan methana merupakan tugas yang sangat penting untuk masa depan kehidupan manusia. Salah satu cara yang sangat menjanjikan dalam teknologi storage gas adalah dengan methoda 'adsorptive storage', dimana gas-gas tersebut disimpan dalam keadaan teradsorpsi pada suatu 'adsorbent' tertentu. Molekul 'gas' yang dalam keadaan teradsorpsi mempunyai densitas yang mendekati dengan densitas cairnya. Dengan demikian, secara teoritis dapat diperkirakan bahwa cara penyimpanan gas dengan methoda ini dapat meningkatkan kapasitas penyimpanannya bahkan sampai dua kali lipat dengan tekanan yang hanya 1/10 nya Kemampuan ini bisa lebih meningkat lagi, tergantung jenis adsorbent dan luas permukaannya. Karbon aktif adalah merupakan kandidat adsorbent yang sangat baik untuk keperluan penyimpanan gas ini. Dalam penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan karbon aktif super dengan luas permukaan lebih besar dari 3000 m2/gram dengan bahan baku batubara bitumenous Ombilin dan tempurung kelapa. Batubara Ombilin dipilih sebagai bahan baku pembuatan karbon aktif karena ketersediaannnya yang cukup banyak di Indonesia, sedangkan tempurung kelapa dipilih sebagai representatif dari sumber daya alam yang dapat terbarukan. Perlakuan dengan larutan KOH pada suasana gas nitrogen diharapkan dapat mengontrol terjadinya oksidasi karbon pada tahap aktivasi sehingga jumlah pori yang terbentuk di dalam karbon aktif cukup banyak sehingga menambah luas permukaannya. Hasil karbon aktif yang terbaik pada penelitian ini adalah hasil karbon aktif pada KOH/batu bara (4/1) 1882 m2/gram dengan Temperatur aktivasi 900°C sedangkan untuk karbon aktif KOH/arang tempurung kelapa (4/1) didapatkan hasil 684 m2/gram dengan Temperatur aktivasi 700°C. Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa karbon aktif yang dihasilkan belum mencapai karbon aktif super. ......Currently Indonesia has experienced problems of energy supply is very serious. In addition to diminishing oil reserves, as well as world crude oil prices are likely to continue to skyrocket, and financial drain for the purposes of state subsidies. This resulted in a change in government policy toward the composition of national energy use in its planning that will reduce fuel consumption and will be increasingly dominant in the direction of more environmentally friendly energy and other types of new and renewable energy sources. Energy source of hydrogen and methane from the Coalbed Methane (CBM) falls into this category. Although hydrogen is an energy source that can be regenerated and methane from CBM quite a lot of stock in Indonesia, but the transportation and storage is still a constraint in exploiting this energy source, therefore, technological development in transportation and storage of hydrogen and methane energy sources is a task very important for the future of human life. One way that is very promising in the gas storage technology is a method of "adsorptive storage", where the gases are stored in the adsorbed condition on an "adsorbent" certain. Molecule "gas" which in the adsorbed state has a density which approximates the density of the liquid. Thus, theoretically can be expected that with the method of gas storage method can increase storage capacity even up to twice the pressure that only a tenth of his ability can be improved again, depending on the type of adsorbent and the surface area. Activated carbon adsorbent is an excellent candidate for gas storage purposes. In this research aims to produce a super activated carbon with surface area greater than 3000 m2/gram with raw coal bitumenous Ombilin and coconut shell. Ombilin selected coal as raw material for manufacture of activated carbon enough availability in Indonesia, while the coconut shell was chosen as a representative of the natural resources which can be renewable. Treatment with aqueous KOH in an atmosphere of nitrogen gas is expected to control the oxidation of carbon on the activation phase, so as the number of pores formed in the activated carbon enough, so that adds quite a lot of surface area. The best results of activated carbon in this study is the result of active carbon on the KOH / coal (4 /1) 1882 m2/gram with activation temperature to 900°C, while the KOH activated carbon/charcoal (4/1) found that the result 684 m2/gram with the activation temperature 700°C. From these results we can conclude that the activated carbon produced was not achieved super activated carbon.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T27522
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nugroho Sigit Pamungkas
Abstrak :
Pendinginan adsorpsi menggunakan karbon aktif yang nantinya dapat diterapkan untuk pembuat es pada kapal nelayan. Penggunaan adsorber sebagai pembuat es ini nantinya akan mengurangi penggunaan formalin sebagai pengawet ikan hasil tangkapan yang sudah dilarang saat ini. Fluida refrigeran yang digunakan dalam penelitian ini adalah methanol dengan kadar 98%. Suhu evaporator pada penelitian ini hanya dicapai pada 17oc dan alat ini masih membutuhkan pengembangan lebih lanjut. ......The research is developing adsorber as main component in adsorption refrigeration system that used activated carbon, later it can be applied on fishing boat?s ice maker. The main idea is to reduce formalin as preservative for fish that lately forbidden. 98% consentration methanol is used as refrigerant. Temperature at evaporator in this research can only reach at 17oc and this equipment need further development.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S37926
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Randy Anggriany
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh karbon aktif berbahan dasar tempurung kelapa sawit dengan bahan pengaktif ZnCl2 terhadap penurunan konsentrasi gas CO serta penjernihan asap kebakaran. Proses aktivasi dilakukan secara kimia dan fisika. Karbonisasi dilakukan pada suhu 400oC selama 2 jam lalu dilanjutkan dengan aktivasi kimia dengan ZnCl2 dengan konsentrasi 25%. Aktivasi fisika dilakukan dengan mengalirkan gas N2 selama 1 jam pada suhu 850 ºC dan dilanjutkan dengan mengaliri gas CO2 selama 1 jam pada suhu 850 ºC. Penelitian ini menghasilkan karbon aktif yang memenuhi Standar Industri Indonesia dengan luas permukaan sebesar 743 m2/gram, kadar air 14,5%, dan kadar abu total 9,0%. Selain itu karbon aktif yang dihasilkan juga dapat diaplikasikan untuk mengadsorpsi gas CO dari hasil kebakaran dengan persen adsorpsi gas CO sebesar 11,3% pada ukuran partikel 50-37 μm. ......This research was conducted to determine the effect of activated carbon made from coconut palm with ZnCl2 as activating agent to decrease the concentration of CO gas and fire fumes purification. The activation process is done chemically and physically. Carbonization was carried out at 400oC for 2 hours and then followed by chemical activation with ZnCl2 at concentrations of 25%. Physical activation is done by flowing N2 gas for 1 hour at 850ºC and followed by flowing CO2 gas for 1 hour at 850ºC. This research produces activated carbon which follows Indonesian Industry Standard with surface area 743 m2/gram, water content 14.5%, and total ash content 9.0%. The activated carbon produced can also be applied to adsorb CO gas from the fire with the percent adsorption of CO gas by 11.3% in the particle size of 50-37 μm.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46908
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laksita Utami
Abstrak :
Pada penelitian ini dilakukan produksi karbon aktif untuk keperluan medis dengan bahan baku kulit kacang menggunakan K2CO3 sebagai activating agent. Pengaruh suhu dan durasi aktivasi terhadap luas permukaan dan daya adsorpsi karbon aktif dianalisis. Proses aktivasi dilakukan pada variasi suhu 600°C, 700°C, 800°C dan durasi aktivasi pada variasi 60, 90, dan 120 menit. Luas permukaan karbon aktif yang direpresentasikan dengan Bilangan iodin dan daya adsorpsi terhadap methylene bluetertinggi adalah sebesar 1095 m2/g dan 299 mg/gdiperoleh pada suhu aktivasi 800°C selama 120 menit. Dibandingkan dengan indeks standar dari Depkes Indonesia dan United States Pharmacopeia, medicinal activated carbon dari kulit kacang ini mampu memenuhi standar kualitas Bilangan iodin dan daya adsorpsi terhadap methylene blue untuk digunakan dalam dunia medis. ......This research aims to produce activated carbon for medicinal use from peanut shell using K2CO3 as an activating agent. The influence of the activation temperature and activation time on the surface area and Methylene Blue adsorpsion capacity was studied. The activation temperature was varied at 600°C, 700°C, and 800°C, and activation time was varied at 60, 90, and 120 minutes. The highest surface area represented by Iodine number and adsorptive capacity of methylene blue was 1095 m2/g and 299 mg/g, obtained by activation temperature of 800°C and activation time of 120 minutes. Compared with the quality index of Depkes Indonesia and United States Pharmacopeia standards, this peanut shellbased medicinal activated carbon fulfiled Iodine number and adsorptive power of methylene blue quality to be used for medicinal use
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55449
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmita Diansari
Abstrak :
Masker karbon aktif yang selama ini digunakan untuk pencegah timbulnya masalah kesehatan dari asap kebakaran hutan masih mahal dengan harga Rp. 55.000,-/pcs dan belum terbukti efektivitasnya. Penelitian ini dilakukan untuk membuat filter masker karbon aktif yang berasal dari bambu betung, bahan yang murah namun juga mampu untuk menyerap polutan berbahaya tersebut. Penelitian ini memvariasikan jenis aktivasi karbon aktif dan bahan perekat dalam coating karbon aktif pada masker. Berdasarkan uji adsorpsi polutan dan karakterisasi FESEM, didapatkan bahwa variasi terbaik ialah masker dengan karbon aktif jenis aktivasi kimia dan berbahan perekat TEOS. Hasil karakterisasi FESEM juga menunjukkan karbon aktif telah terlapisi secara baik pada masker. Berdasarkan uji Bilangan Iod, karbon aktif dari aktivasi kimia memiliki luas permukaan yang lebih besar yaitu sebesar 1416.50 m2/g. Nilai luas permukaan yang tertinggi ini juga sebanding dengan kinerja saat mengadsorpsi polutan CO dengan persentase eliminasi sebesar 91.93%. Filter masker yang dibuat pada penelitian ini terbukti memiliki kinerja lebih baik dalam mengeliminasi gas CO dibandingkan dengan filter masker komersial. ......Activated carbon based gas mask that was used nowadays as a solution for health problem from wild fire smoke is still expensive, about Rp 55,000,-. The effectiveness of it is still unknown as well. This experiment is conducted to fabricate activated carbon based gas mask filter that is made from betung bamboo, cheap raw material but efficient enough to adsorp dangerous pollutant. The experiment has some variation, such as activation type of activated carbon and the adhesive for coating to the fabric mask. Based on the pollutant adsorption test and FESEM Characterization obtain that the best variation is chemically activated carbon based gas mask with TEOS as the adhesive. TEOS was better adhesive since it adhere well and better that kanji. Based on Iod number test, activated carbon from chemical activation had higher surface area, 1416.50 m2/g. This high surface area is proportional to its performance with 91.93% elimination. Gas mask filter which was produced was proven has better performance of CO pollutant elimination than the commercial gas mask filter.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S58893
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lucky Jayadi
Abstrak :
ABSTRAK
Salah satu alternatif penyimpanan hidrogen adalah dengan metode adsorpsi menggunakan karbon aktif, karena karbon aktif memiliki kemampuan adsorpsi yang yang besar berkaitan dengan luas permukaan dan ukuran porinya. Untuk meningkatkan daya adsorpsi dari adsorben dapat dilakukan dengan menjadikan sebanyak mungkin porinya yang termasuk kategori micropori sehingga sesuai dengan ukuran molekul hidrogen sebagai adsorbate[28]. Cara yang dilakukan untuk itu adalah dengan membuatnya menjadi partikel berukuran nano melalui proses ball-milling, selanjutnya dibentuk menjadi padatan melalui penekanan mekanis dengan penambahan likuida lignoselulosa sebagai pengikat dan dilakukan proses aktivasi kembali secara fisika. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa pencampuran antara likuida lignoselulosa dan serbuk patikel nano untuk membentuk padatan karbon aktif sangat cocok digunakan dalam perbandingan 3:4 atau 4:4. Dengan mengubah bentuk karbon aktif granular menjadi padatan partikel nano karbon aktif dan proses aktivasi kembali secara fisika (reaktivasi) mampu meningkatkan kapasitas adsorpsinya terhadap gas hidrogen yakni 0.0014779 kg/kg untuk bentuk granular, 0.0016873 kg/kg untuk bentuk pelet dengan raktivasi 1 jam, 0.0027261 kg/kg untuk bentuk pelet dengan reaktivasi 3 jam, dan 0.0020384 kg/kg untuk bentuk pelet dengan reatkivasi 6 jam untuk masing-masing kondisi pada tekanan ± 4000 kPa dan suhu -5oC.
ABSTRACT
One of the alternative for hydrogen storing is adsorption method using activated carbon because the activated carbon has big adsorption ability related by the surface area and the pore size. The way to increase the adsorption ability from adsorbent can be done by making as many as the pore which is micro pore category so it will suitable with the size of hydrogen molecule as a adsorbate[28]. The way is by making it to be a nano particle through ball milling process then it is formed as a solid by using mechanical pressure then it is added by lignocelluloses liquid as a binder and then there is a activation process physically. The result from experiment is the mixing between lignocelluloses liquid and powder of nano particle activated carbon to make solid of activated carbon very suitable at comparison 3:4 or 4:4. By changing the form of granular activated carbon to nano solid activated carbon and by giving activation process physically (reactivation) can increase the adsorption capacity of hydrogen gases that is 0.0014779 kg/kg for granular form, 0.0016873 kg/kg for solid form activation in 1 hour, 0.0027261 kg/kg solid form activation in 3 hours, and 0.0020384 kg/kg solid form activation in 6 hours for each in pressure at ± 4000 kPa and temperature at -5oC.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1426
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
The integrated of activated carbon adsorbent and TiO2 photocatalyst (TiO2/AC) has been synthesized and evaluated to remove phenol in the continous pilot scale system....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Indragini
Abstrak :
Telah dilakukan degradasi senyawa 4,4?-dikloro bifenil dengan kombinasi proses fotokatalis dan radiasi gamma menggunakan nanokomposit karbon aktif-zeolit alam dan TiO2 (KAZA-TiO2). Nanotitania pada komposit KAZA-TiO2 disintesis melalui metode sol gel menggunakan titanium tetraisopropoxide sebagai precursor. Karakterisasi nanokomposit dilakukan dengan BET, XRD, FT-IR dan SEM-EDX. Hasil karakterisasi menunjukkan nanokomposit KAZA-TiO2 memiliki ukuran pori 5 - 7 A dengan volum 0,15-0,21 cm3/g dan luas permukaan 79-107 m2/g. Kristal TiO2 yang terbentuk terdiri dari anatase dan rutile, dengan ukuran kristal berturut-turut 15-22 nm dan 37-52 nm, yang terdistribusi secara merata pada adsorben. Degradasi 4,4?-dikloro bifenil dalam air dengan konsentrasi awal 10 ppm sebesar 88% dapat dicapai menggunakan nanokomposit KAZA-TiO2 dengan perbandingan awal 2:1:7 dan waktu reaksi 270 menit. ......Degradation of 4,4?-dichloro biphenyl (4,4?-DCB) had been done by combination process of photocatalyst and gamma radiation using activated carbon, natural zeolite and TiO2 (KAZA-TiO2). The nanotitania on KAZA-TiO2 composite was synthesized by sol gel method using titanium tetraisopropoxide as precursor. Characterisation of nanocomposite was conducted by using BET, XRD, FT-IR dan SEM-EDX. Result showed that KAZA-TiO2 composite had mesopore with size range between 50 - 70 A and volume 0,15-0,21 cm3/g with surface area 79-107 m2/g. TiO2 crystalite on KAZA-TiO2 nanocomposite consist of anatase and rutile type with crystal size range 14-22 nm for anatase and 37-52 nm for rutile, which was distribute uniformly on support. Degradation of 4,4?-DCB in water, with initial concentration of 10 ppm, achived as much as 88% using KAZA-TiO2 with initial ratio 2:1:7 and reaction time 270 minute.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
T30516
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rakhael Cahya Nugraheni Budiharja
Abstrak :
Peningkatan konsentrasi CO2 di atmosfer memberikan dampak kenaikan suhu dan perubahan iklim. Adsorpsi dengan adsorben merupakan pemisahan CO2 yang memiliki konsumsi energi dan biaya yang rendah. Karbon aktif dipilih sebagai adsorben karena memiliki kapasitas adsorpsi CO2 yang lebih baik pada tekanan atmosfer dan suhu yang tinggi. Ranting tanaman teh dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan karbon aktif karena memiliki kandungan karbon yang tinggi yaitu 53%. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan pengaruh pembuatan karbon aktif dari ranting teh melalui karbonisasi 400°C selama 1 jam menggunakan gas N2, dan aktivasi fisika pada suhu aktivasi yang divariasikan, yaitu 600, 700, dan 800°C selama 4 menit dengan pemanfaatan alat APS (arc plasma sintering), terhadap pembentukan pori, luas permukaan, pembentukan gugus fungsi, serta struktur dan ukuran kristal. Karakterisasi karbon aktif didapatkan melalui SEM, BET, FTIR, dan XRD. Kemudian, melalui alat TPD-CO2, jumlah kapasitas adsorpsi CO2 pada karbon aktif dari ranting teh dapat terukur. Melalui proses karbonisasi dan aktivasi fisika, didapatkan karbon aktif dengan luas permukaan 86,668 m2/g dan kapasitas adsorpsi 2,057 mmol/g yang optimal pada suhu aktivasi fisika 800°C. ......Increasing CO2 concentrations in the atmosphere have an impact on rising temperatures and climate change. Adsorption with adsorbents is a CO2 separation that has low energy consumption and costs. Activated carbon was chosen as an adsorbent because it has better CO2 adsorption capacity at atmospheric pressure and high temperature. Tea plant twigs can be used as raw material for making active carbon because they have a high carbon content, namely 53%. This research was conducted to obtain the effect of making activated carbon from tea twigs through carbonization at 400°C for 1 hour using N2 gas, and physical activation at varied activation temperatures, namely 600, 700, and 800°C for 4 minutes using the APS (arc plasma sintering), on pore formation, surface area, formation of functional groups, as well as crystal structure and size. Characterization of activated carbon was obtained through SEM, BET, FTIR, and XRD. Then, using the TPD-CO2, the amount of CO2 adsorption capacity on activated carbon from tea twigs can be measured. Through the carbonization and physical activation process, activated carbon was obtained with a surface area of 86,668 m2/g and an adsorption capacity of 2,057 mmol/g which was optimal at a physical activation temperature of 800°C.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alyssa Ulfatun Jannah
Abstrak :
Sektor transportasi merupakan penyumbang terbesar pencemaran udara, di mana emisi gas buang CO, CO2, dan HC berdampak negatif terhadap kesehatan dan lingkungan. Karbon aktif dapat digunakan sebagai adsorben gas buang kendaraan bermotor (sepeda motor). Bonggol jagung berpotensi digunakan sebagai bahan baku pembuatan karbon aktif karena memiliki kandungan lignoselulosa yang tinggi. Pembuatan karbon aktif bonggol jagung dilakukan melalui tahap preparasi dan dehidrasi, aktivasi kimia pertama menggunakan larutan KOH 20% b/v dengan perbandingan massa sampel terhadap larutan 1:4 selama 24 jam, karbonisasi pada suhu 500℃ selama 2 jam dan diayak dengan ukuran 60 mesh, dilanjutkan dengan aktivasi kimia kedua menggunakan variasi KOH 1% b/v, 3% b/v, dan 5% b/v dengan rasio dan waktu yang sama seperti aktivasi kimia pertama. Sampel yang didapatkan kemudian diaktivasi fisika menggunakan gas N2 0,15 NL/menit pada suhu 600℃ selama 1 jam. Karbon aktif yang didapatkan, kemudian diimpregnasi menggunakan larutan MgO 1 M dengan variasi rasio massa sampel terhadap volume larutan adalah 1:5, 1:10, dan 1:15. Proses aktivasi kimia dua tahap berpengaruh memperbesar karakterisasi iodin yang dihasilkan, sedangkan impregnasi MgO akan menurunkan karakterisasi iodin yang dihasilkan dan meningkatkan efektivitas penjerapan gas buang. Sampel dengan karakterisasi iodin terbaik didapatkan pada sampel AK2F 5% dengan luas permukaan 1142,77 m2 /gr, sedangkan sampel dengan efektivitas penurunan gas buang terbaik didapatkan pada sampel impregnasi 1:10 dengan penurunan gas buang CO, CO2, dan HC sebesar 52,05%, 56,80%, dan 73,96%. Berdasarkan hal tersebut, karbon aktif bonggol jagung dapat dijadikan alternatif adsorben dalam adsorpsi gas buang emisi kendaraan bermotor (sepeda motor). ......The transportation sector is the largest contributor to air pollution, where exhaust emissions of CO, CO2, and HC have a negative impact on health and the environment. Activated carbon can be used as an adsorbent for exhaust gases of motor vehicles (motorcycles). Corncob has the potential to be used as a raw material for making activated carbon because it has a high lignocellulose content. The manufacture of corncob activated carbon was carried out through the preparation and dehydration stage, the first chemical activation using a 20% w/v KOH solution with a sample ratio to a 1:4 solution for 24 hours, carbonization at a temperature of 500℃ for 2 hours and sifted with a size of 60 mesh, followed by the second chemical activation using a KOH variation of 1% w/v, 3% w/v, and 5% w/v with the same ratio and time as the first chemical activation. The samples obtained were then activated by physics using N2 gas of 0.15 NL/min at a temperature of 600℃ for 1 hour. The activated carbon obtained, then impregnated using a solution of MgO 1 M with variations in the ratio of sample mass to solution volume are 1:5, 1:10, and 1:15. The two-stage chemical activation process has an effect on enlarging the characterization of iodine produced, while mgo impregnation will decrease the characterization of the iodine produced and increase the effectiveness of exhaust gas absorption. The sample with the best iodine characterization was obtained in sample AK2F 5% surface area of 1142.77 m2 /gr, while the sample with the best exhaust gas reduction effectiveness was obtained in impregnatation samples of 1: 10 with a decrease in CO, CO2, and HC exhaust gases by 52.05%, 56.80%, and 73.96%. Based on this, corncob activated carbon can be used as an alternative adsorbent in the adsorption of exhaust gas emissions from motor vehicles (motorcycles).
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>