Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Fatmuanis Basuki
Abstrak :
Telah dilakukan sintesis dan karakterisasi kopolimer grafting radiasi asam akrilat (AA), akrilamid (Am) dan campurannya pada serat rayon sebagai penukar ion. Grafting dilakukan dengan metoda radiasi awal dalam atmosfir nitrogenlinert, menggunakan pelarut air-metanol dengan perbandingan 90:10. Penelitian ini bertujuan mendapatkan kondisi optimum proses grafting dan mengkarakterisasinya untuk memperoleh serat yang dapat diaplikasikan sebagai penukar ion. Parameter yang dipelajari adalah pengaruh dosis total, kestabilan radikal, konsentrasi monomer, waktu dan temperatur grafting. Karakterisasi serat kopolimer yang dihasilkan, yaitu Rayon-g-AA, Rayon-g-Am dan Rayon-g-Am.AA dilakukan dengan mempelajari topologi dan ukuran serat, kristalinitas, gugus fungsi, kestabilan tennal dan pengujian selektivitas serta kapasitas pertukaran ion terhadap beberapa logam. Hasil yang diperoleh dari data ESR menunjukkan hubungan dosis total terhadap jumlah radikal mengikuti persamaan liner Y= 1,562 E-0,6(X) + 1, 914 E-0,6 sampai dengan dosis 10 kGy. Jumlah radikal pada sampel yang disimpan dalam freezer selama 1 minggu berkurang ± 10 % dan yang disimpan di ruangan berkurang ± 40 %. Hasil percobaan menunjukkan bahwa persen grafting meningkat dengan bertambahnya dosis total, konsentrasi monomer akrilat dan akrilamida, waktu dan temperatur reaksi. Untuk monomer asam akrilat kondisi optimum adalah pada dosis 10 kGy, konsentrasi monomer 40%, waktu reaksi 15 menit dan temperatur reaksi 45°C dengan persen grafting tertinggi yang diperoleh sebesar 530%. Untuk monomer akrilamida kondisi optimum pada dosis 8 kGy, konsentrasi monomer 30%, waktu reaksi 30 menit dan temperatur reaksi 70°C dengan persen grafting tertinggi yang diperoleh adalah 470%. Untuk grafting campuran dengan kondisi dosis BkGy, konsentrasi monomer campuran 30%, temperatur grafting 45°C dan waktu grafting 60 menit didapatkan persen grafting sebesar 300 %. Karakterisasi dengan SEM menunjukkan bahwa serat rayon yang tergrafting 300% memiliki diameter serat lebih dart 2 kali diameter semula. Selain itu pada serat yang telah di grafting menunjukkan penurunan kristalinitas disebabkan oleh rusaknya fasa kristalin yang diamati dart difraktogram XRD. Pengamatan terhadap spektrum serapan FT-1R, menunjukkan munculnya serapan vibrasi rentang gugus karbonil dengan intensitas yang meningkat di sekitar bilangan gelombang, v = 1760/1686 cm 1 untuk serat yang di grafting akrilat. Pada serat rayon yang digrafting akrilamid muncul vibrasi rentang karbonil pada bilangan gelombang v = 1725/1754 crri-1, serapan pada bilangan gelombang, v = 3500-3400 cm-' yang menandai adanya gugus amina (N-H) dan vibrasi tekuk amina terlihat pada bilangan gelombang, v = 1580 cm-t. Dart pengamatan ini dapat disimpulkan bahwa baik akrilat maupun akrilamida telah tergrafling pada serat rayon. Kesimpulan di atas diperkuat oleh pengamatan dengan DSC. Dart termogram DSC pada serat rayon tergrafting akrilat maupun akrilamida, muncul puncak endoter nis bare. Untuk Rayon-g-AA muncul puncak pada temperatur 282 °C dan 380°C yang dihasilkan dari proses dehidrasi karboksilat dan dekarboksilasi. Untuk akrilamida muncul pada temperatur 284 °C dan 370°C sebagai hasil proses deaminasi. Selain itu dari pengamatan dengan TGA, serat rayon tergrafting akrilat atau akrilamid mempunyai ketahanan termal yang lebih baik. Kapasitas pertukaran yang dilakukan dengan ion Cue+ pada pH 5, untuk serat rayon-g-AA dengan persen grafting 300% adalah 4,25 mekig serat dan 2,12 meldg utuk serat rayon-g-Am dengan persen grafting 101%. Untuk Rayon-g-AmAA (300%) diperoleh kapasitas pertukaran sebesar 3,67 mek/g serat. Keseluruhan serat memiliki kemampuan regenerasi di atas 98%, ini menandakan serat dapat digunakan secara berulang. Urutan selektivitas serat terhadap ion Cd2+, cu'-, NJ' dan Co2l-adalah rayon-g-AA > rayon-g-AmAA > rayon-g-Am. Bila dilihat dari nilai koefisien distribusi beberapa logam yang diuji, maka serat rayon-g-AmAA diharapkan paling baik digunakan untuk keperluan pemisahan.
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T1057
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Universitas Indonesia, 2000
S29659
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ratna Purwaningsih
Abstrak :
Telah dilakukan pencangkokan asam akrilat dan akrilamid pada film LDPE yang telah diiradiasi dengan berkas elektron untuk memberikan sifat hidrofilik. Bila film LDPE diiradiasi dalam udara, maka akan menginisiasi reaksi pencangkokan monomer-monomer tersebut. Pencangkokan dilakukan pada dosis 25 kGy dan konsentrasi larutan monomer 30% dalam pelarut air; metanol (90 : 10) pada kondisi atmosfer nitrogen. Persen pecangkokan meningkat dengan iamanya waktu reaksi dan sangat bergantung pada ketebalan film serta laju dosis serap dan energi elektron. Untuk terjadi reaksi pencangkokan, suhu yang diperlukan sekitar 80 °C untuk mendekomposisi peroksida pada film LDPE dan mendorong difusi monomer ke dalam matriks film. Laju dosis serap dan energi elektron menentukan banyaknya peroksida yang terbentuk pada LDPE dan ketebalan film menentukan difusi monomer ke dalamnya. Adapun proses pencangkokan pada film tipis menghasilkan persen pencangkokan yang lebih tinggi dibandingkan film tebal pada kondisi yang sama. Berdasarkan kereaktifannya asam akrilat lebih mudah dicangkokan dibandingkan akrilamid. Spektroskopi IR menunjukkan adanya vibrasi ulur karbonil karboksilat disekitar bilangan gelombang 1700 cm"\asam akrilat) dan vibrasi ulur amida primer pada bilangan gelombang 3365 cm'^ (akrilamid). Film LDPE yang telah tercangkok menjadi bersifat hidrofilik sehingga mengalami pengembangan (swelling) di dalam air. Kapasitas penyerapan air untuk PE-g-AA (asam akrilat) lebih tinggi dibandingkan PE-g- AAm (akrilamid) , namun kecepatan penyerapan air oleh PE-g-AAm lebih tinggi. Hal ini mendukung dugaan bahwa pencangkokan asam akrilat pada permukaan film dimulai dari permukaan ke arah dalam pada persen pencangkokan tertinggi, sedangkan pencangkokan akrilamid hanya pada permukaan dan daerah sekitar permukaan. Pada penelitian ini, hasil pencangkokan telah diuji cobakan sebagai , membran penukar ion pada air limbah industri elektroplating
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ikfa Nur Fadilla
Abstrak :
Modifikasi selulosa dengan asam akrilat menggunakan pengikat silang Trimethallyl Isocianurate (TMAIC) dengan teknik kopolimerisasi cangkok pra-iradiasi telah berhasil dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan suatu material bersifat adsorben. Pengikat silang TMAIC digunakan untuk meningkatkan ketahanan kimia dan termal dari selulosa-g-AA. Kondisi optimum reaksi pencangkokan diperoleh pada dosis radiasi 60 kGy, konsentrasi TMAIC 0,5 % (w/v), konsentrasi monomer 10 % (v/v), suhu pencangkokan 90°C dan waktu pencangkokan 6 jam, dengan persen pencangkokan rata-rata sebesar 65,27 % dan pengembangan dalam air sebesar 922,26%. Hasil sintesis kopolimer selulosa-TMAIC-g-AA telah berhasil dikarakterisasi dengan FTIR, TGA dan SEM. Selulosa terikat silang dapat digunakan sebagai adsorben ion logam Pb2+, dengan kapasitas adsorpsi sebesar 2,5954 mg/g pada waktu kontak 2 jam dan pH 5 (konsentrasi awal Pb2+ 10 mg/L). Isoterm adsorpsi yang sesuai dengan adsorpsi Pb(II) dengan kopolimer adalah isoterm adsorpsi Langmuir dengan linearitas 0,9868. ......Modification of cellulose with acrylic acid monomers using Trimethallyl Isocianurate ( TMAIC ) as crosslinker by mean of preirradiation graft copolymerization technique have been successfully carried out. This research aims to produce a material which has adsorbent properties. TMAIC as crosslinking agent can be used to improve the chemical and thermal resistance of cellulose-g-AA. The optimum condition for graft copolymerization is obtained at 60 kGy radiation dose, 0,5 % (w/v) TMAIC, 10 % (v/v) monomer, 90°C grafting temperature and 6 hours reaction time, with 65,27 % grafting average and 922,26 % swelling in water. Synthesized copolymers cellulose-TMAIC-g-AA was successfully characterized by FTIR, TGA and SEM. Crosslinked cellulose-TMAIC-g-AA can be used as Pb2+ metal adsorbent, having adsorption capacity of 2,5954 mg/g at 2 hours contact time and pH 5 (initial concentration of Pb2+ 10 mg/L). Adsorption isotherms in accordance with the adsorption of Pb ( II ) by copolymer is Langmuir adsorption isotherm with linearity 0.9868.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S61752
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abraham Leonardo
Abstrak :
Pada penelitian ini dilakukan konversi gliserol menjadi asam akrilat menggunakan katalis Ag(0)/HZSM-5, AgO/HZSM-5 dan Ag2O/HZSM-5 yang disintesis melalui metode impregnasi basah serta dikarakterisasi menggunakan FTIR, XRD, SEM-EDX, SAA dan TEM. Katalis dengan HZSM-5 sebagai penyangga memiliki situs asam Brønsted pada kerangkanya yang berperan dalam aplikasi reaksi dehidrasi-oksidasi gliserol. Sedangkan, logam Ag memiliki sifat redoks yang baik serta dapat meningkatkan akitivitas katalis dan selektivitasnya. Hasil analisis SEM-EDX menunjukan telah terbentuknya katalis dengan spesi perak yang tersebar secara merata. Analisis SAA menunjukan adanya penurunan luas area permukaan katalis Ag(0)/HZSM-5, AgO/HZSM-5 dan Ag2O/HZSM-5 yang dibandingkan dari luas area permukaan penyangga HZSM-5 sebesar 358,3014 m2/g menjadi 300,4281 m2/g; 341,5996 m2/g; 283,542 m2/g yang menunjukan terisinya sebagian pori-pori HZSM-5 oleh nanopartikel perak. Aplikasi reaksi dehidrasi-oksidasi gliserol pada penelitian ini dilakukan dengan memvariasi jumlah katalis, waktu dan suhu menggunakan katalis Ag(0)/HZSM-5 dan Ag2O/HZSM-5. Katalis Ag2O/HZSM-5 dengan berat 15 wt.% yang diaplikasikan pada konversi gliserol menghasilkan persen yield asam akrilat sebesar 26,4% selama 6 jam reaksi pada suhu 180 0C. ......In this research, glycerol conversion to acrylic acid was conducted using Ag(0)/HZSM-5, AgO/HZSM-5 and Ag2O/HZSM-5 catalysts that were synthesized using wet impregnation method and characterized by FTIR, XRD, SEM-EDX, SAA and TEM. The HZSM-5 catalyst has important Brønsted Acid site in its framework which plays a role in the glycerol dehydration-oxidation reaction. Meanwhile, the metallic Ag as the active site has good redox properties that can increase the catalyst activity and selectivity. The results of SEM-EDX analysis showed that the silver species was evenly distributed on the HZSM-5 support. SAA analysis showed a decrease in the surface area of HZSM-5 after impregnation with silver, from 358.3 m2/g to 300.4 m2/g, 341.6 m2/g and 283.5 m2/g for Ag(0)/HZSM-5, AgO/HZSM-5 and Ag2O/HZSM-5, respectively which indicates that silver species partially filled in to HZSM-5 pores. The glycerol dehydration-oxidation reactions were carried out by varying the amount of catalyst, reaction time and temperature using Ag(0)/HZSM-5 and Ag2O/HZSM-5 catalysts. The best reaction condition was obtained using 15 wt.% Ag2O/HZSM-5 catalyst in a 6-hour reaction at 180 0C which resulted in acrylic acid yield of 26.4%.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Habiburohman
Abstrak :
Pada penelitian ini dilakukan studi struktur dan aktivitas dari Cu-SiW/HY serta Cu-SiW/HZSM-5 yang digunakan sebagai katalis bifungsional untuk reaksi dehidrasi-oksidasi gliserol menjadi asam akrilat melalui metode one-pot process. Zeolit HY dan HZSM-5 digunakan sebagai support dan juga berperan sebagai Asam Bronsted untuk reaksi dehidrasi. Asam tungstosilikat (SiW) berperan untuk menambahkan sifat asam dan juga kemampuan oksidasi dari katalis. Sedangkan, oksida Cu (CuO ataupun Cu2O) berperan sebagai situs redoks untuk mengoksidasi akrolein menjadi asam akrilat. Katalis Cu-SiW/HY dan Cu-SiW/HZSM-5 disintesis dengan metode impregnasi lalu dikarakterisasi dengan XRD, FTIR, BET-SAA, SEM-EDX, dan TEM. Zeolit HY mengalami keruntuhan struktur akibat rasio Si/Al yang terlalu kecil hal ini ditunjukkan oleh hilangnya puncak pada XRD, penurunan luas permukaan pada BET-SAA (572,3684 m2/g menjadi 44,6612 m2/g), dan peningkatan ukuran partikel pada SEM (0,8659 o‡m menjadi 12,5064 om). Katalis Cu-SiW/HY menghasilkan yield asam akrilat lebih besar dibandingkan Cu-SiW/HZSM-5 berturut-turut sebesar 0,85% dan 0,73% pada uji aktivitas katalitik dengan kondisi reaksi refluks pada suhu 90 oC selama 6 jam dan penambahan H2O2 pada jam ke-4. Yield terbesar memiliki nilai TON sebesar 7,1296 mmol asam akrilat/g katalis. ......In this research, study of the structure stability and activity of Cu-SiW/HY and Cu-SiW/HZSM-5 was carried out which were used as bifunctional catalysts for the dehydration-oxidation process of glycerol to acrylic acid using the one-pot process method. Zeolite HY and HZSM-5 are used as supports and act as Bronsted acid for dehydration reactions. Tungstosilicic acid (SiW) plays a role in adding acidic properties and the oxidation ability of the catalyst. Meanwhile, Cu oxide (CuO or Cu2O) acts as redox site to oxidize acrolein to acrylic acid. Cu-SiW/HY and Cu-SiW/HZSM-5 catalysts were synthesized using impregnation method and then characterized by XRD, FTIR, BET-SAA, SEM-EDX, and TEM. HY zeolite experienced structural collapse due to the Si/Al ratio being too small, this was indicated by losing some peaks in XRD, decreasing surface area in BET-SAA (572.3684 m2/g to 44.6612 m2/g), and increasing particle size in SEM (0.8659 μm to 12.5064 ¼m). Cu-SiW/HY catalyst produced a greater yield of acrylic acid than Cu-SiW/HZSM-5 at 0.85% and 0.73% respectively in the catalytic activity test with reflux reaction conditions at 90 oC for 6 hours and the addition of H2O2 at the 4th hour. The largest yield had a TON value of 7.1296 mmol acrylic acid/g catalyst.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Kopolimerisasi cangkok asam akrilat (AA) pada serat polipropilen isotaktik (PP) dipelajari menggunakan sinar Y dari sumber CO dengan teknik pra-iradiasi dalam atmosfir nitrogen. PP yang telah dihidrasi direaksikan dengan larutan AA dalam air. Proses pecangkokan ditentukan sebagai fungsi dosis total konsentrasi monomer temperatur dan waktu reaksi. Serat PP-g-AA dikarakterisasi dengan FTIR, DSC, SEMEDAX dan kapasitas penukaran ionnya terhadap ion Cu. Meningkatnya kadar pencangkokan akan meningkatkan pula kestabilan termal dan ketebalan serat. Serat yang telah dicangkok menunjukkan kinetika penularan ion yang tinggi terhadap ion Cu. Serat PP-g-AA dengan kadar pencangkokan 316.7% menunjukkan kapasitas penukaran ion sebesar 6.73 mek/g dan ion Cu terikat dan terdistribusi secara merata pada permukaan serat.
Graft copolymerization of acrylic acid (AA) onto polypropylene (PP) has been studied by using gamma rays from Co source by preirradition technique in nitrogen atmosphere . The preirradiated PP was treated with aqueous solution of AA . The precentage of grafting was determined as a function of total dose., monomer concentration,temperature and reaction periode PP-g-AA fibre was characterized by FTIR,DSC,SSEM-EDAX and the exchane capacity towards Cu ions.It was observed that the increase of percentage of grafting is followed by the increase of thermal stability and fibre thickness.High exchange kinetics towards Cu ions was shown.PP-g-AA fibre with degree of grafting of 316.7% showed exchange capacity of 6.73 meq/g and the binding copper ions were distributed homogenously in the fibre surface.
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 1997
SAIN-II-2-Mei1997-1
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>