Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Listya Eka Anggraini
Abstrak :
Akrilamida merupakan senyawa karsinogen dan neurotoksin yang dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan apabila dikonsumsi secara rutin, sehingga perlu dilakukan pengembangan sensor untuk senyawa akrilamida yang bisa diaplikasikan pada sampel makanan. Hingga saat ini, pengembangan DNA sebagai molekul pengenal dalam biosensor akrilamida telah banyak dilakukan. Di lain pihak, sifat nukleofilitas guanin dan adenin menunjukkan reaktivitas yang kuat dengan suatu spesi elektrofil. Pada penelitian ini, studi pengembangan biosensor untuk mendeteksi senyawa akrilamida dilakukan dengan memanfaatkan basa purin menggunakan pendekatan teknik komputasi dan elektrokimia. Simulasi penambatan molekul menunjukkan bahwa DNA beruntai ganda memiliki energi bebas pengikatan Gibbs terendah dibandingkan dengan biomolekul lainnya dengan nilai ΔGbinding -4,2759 kkal/mol. Karakterisasi menggunakan spektrometer UV-Vis untuk pembentukan adduct akrilamida dengan basa purin memperlihatkan adanya pergeseran panjang gelombang dari 260 menjadi 257 nm. Karakterisasi dengan siklik voltametri menggunakan elektroda boron-doped diamond menunjukan adanya puncak oksidasi yang tidak disertai puncak reduksi yang mengindikasi bahwa reaksi yang terjadi adalah reaksi irreversible. Biosensor akrilamida berbasis guanin dan adenin menunjukan aktivitas katalitik dan selektivitas yang baik pada rentang 0,2 – 1,0 μM dengan limit deteksi dan limit kuantifikasi mencapai 0,1907 dan 0,6358 μM (R2= 0,9893) untuk guanin, dan pada rentang 0,1 – 1,0 μM dengan limit deteksi dan limit kuantifikasi mencapai 0,0486 dan 0,1619 μM (R2=0,9907) untuk adenin. Metode yang diusulkan digunakan untuk penentuan AA dalam sampel kopi, dan divalidasi dengan instrumentasi HPLC dengan hasil yang baik ......Acrylamide is a carcinogen and neurotoxin compound that can cause serious health problems if consumed frequently, so it is necessary to develop sensors for acrylamide compounds, especially those that can be applied to food samples. Until now, the development of DNA as a recognition molecule in acrylamide biosensor has been extensively studied. On the other hand, the nucleophilicity properties of guanine and adenine exhibit strong reactivity with an electrophile species. In this research, the acrylamide biosensor was carried out using by utilizing purine bases through computational and electrochemical approaches. The molecular docking simulation revealed that double-stranded DNA has the lowest Gibbs binding free energy compared to other biomolecules with ΔGbinding value of -4.2759 kcal/mol. UV-Vis spectrometer characterization for the formation of acrylamide adducts with purine bases showed a shift in wavelength from 260 to 257 nm. Cyclic voltammetry using boron-doped diamond electrode’s results showed the presence of an oxidation peak that was not accompanied by a reduction peak, which validated that the reaction was irreversible. The guanine and adenine based for acrylamide biosensors showed good catalytic activity and selectivity in the range 0.2–1.0 μM with limit of detection and limit of quantification reaching 0.1907 and 0.6358 μM (R2 = 0.9893) for guanine, and in the range 0.1–1.0 μM with limit of detection and limit of quantification value of 0.0486 and 0.1619 μM (R2= 0.9907) for adenine. The proposed method was performed for the acrylamide determination in coffee samples and was validated by HPLC with good results
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novatina N.T.
Abstrak :
Pembentukan adduct antara senyawa akrilamida dengan seriyawa makromoleku! sel' yaitu protein (hemoglobin) dan basa-basa dari DMA (guanin) merupakan metode alternatif yang dapat mereduksi rangkaian metode-metode yang harus dilakukan dalam meneliti sifat karsinogenitas suatu senyawa kimia. Penelitian dilakukan untuk menyelidiki adanya interaksi yang terjadi antara akrilamida dengan 2'-deoxyguanosin-5'-monofosfat (dGMP) yang merupakan salah satu basa dari DMA dan antara akrilamida dengan hemoglobin yang merupakan protein dalam darah Proses pembentukan adduct dari dGMP dilakukan dengan menginkubasi senyawa tersebut terhadap akrilamida dengan variasi kondisi yaitu pH (asam=3.5, netral=7, basa=9) dan variasi suhu (antara 37°C - 80°C). Dari hasil pengukuran dengan HPLC, terlihat bahwa kenaikan suhu dan kenaikan pH memberikan pengaruh yang linear berbanding lurus dengan jumlah adduct yang terbentuk. Sedangkan pada proses pembentukan adduct dari dGMp dilakukan dengan menginkubasi sampel darah dengan akrilamida dan kemudian mengisolasi hemoglobin-adduct yang terbentuk. Dari hasil pengukuran HPLC, terlihat bahwa hemoglobin dapat pula berinteraksi dengan senyawa akrilamida membentuk suatu adduct. Pada sampel ini juga dilakukan pengukuran dengan spektrofotometer UV yang memberikan hasil adanya pergeseran panjang gelombang dari adduct
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Nugraha
Abstrak :
Pada penelitian ini berhasil disintesis natrium alginat tercangkok poli akrilat-co-akrilamida yang dikompositkan dengan montmorillonite MMT , dan dengan penambahan mikronutrien berupa asam borat dan boraks ke dalam superabsorben nanokomposit dengan metode in situ dan eksitu. Kapasitas swelling optimum superabsorben nanokomposit pupuk lepas lambat asam borat dan boraks dengan metode in situ berturut ndash; turut adalah 247,030 g/g dan 515,093 g/g, sedangkan dengan metode eksitu adalah 305,421 g/g dan 455,514 g/g. Kapasitas release optimum superabsorben nanokomposit pupuk lepas lambat asam borat dan boraks dengan metode in situ berturut ndash; turut adalah 68,59 dan 72,76 , sedangkan pada metode eksitu 61,66 dan 78,08. Digunakan FTIR, SEM, TEM, XRD dan UV-Vis untuk mengkaraterisasi. Di dapatkan kapasitas release optimum mikronutrien dari superabsorben nanokomposit pupuk lepas lambat in situ pada pengujian UV-Vis untuk asam borat sebesar 2,328 ppm, sedangkan boraks sebesar 1,587 ppm. Untuk parameter laju swelling didapatkan dengan parameter laju optimum untuk superabsorben nanokomposit terhadap air, larutan asam borat, dan larutan boraks berturut-turut adalah 256,0177; 227;9296; 173;7719. Untuk parameter laju swelling didapatkan dengan parameter laju optimum untuk superabsorben nanokomposit insitu asam borat dan boraks berturut-turut adalah 241,4187; 203,9398. Orde yang didapatkan pada superabsorben nanokomposit yaitu orde-pseudo 1. ...... In this study succeeded in synthesized sodium alginate poly acrylate co acrylamide with montmorillonite MMT , and by addition of micronutrients in the form of boric acid and borax into nanocomposite superabsorbents by in situ and ex situ method. The optimum swelling capacity of superabsorbent nanocomposite of slow release of boric acid and borax by in situ method were 247.030 g g and 515,093 g g, respectively, with ex situ is 305,421 g g and 455,514 g g. The optimum release capacity of superabsorbent nanocomposite of slow release of boric acid and borax by in situ method was 68.59 and 72.76, respectively, while in the ex situ method 61.66 and 78.08. Used FTIR, SEM, TEM, XRD and UV Vis for electartizing. In obtaining the optimum release capacity of micronutrients from superabsorbent nanocomposite loose in situ fertilizers in UV Vis testing for boric acid was 2,328 ppm, while borax was 1,587 ppm. For swelling rate parameters with optimum rate parameters for superabsorbent nanocomposite to air, boric acid solution, and borax solution were 256,0177 227 9296 173 7719. For swelling rate parameters with optimum rate parameters for superabsorbent nanocomposites in situ boric acid and borax are 241,4187 203.9398. The order
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amiral Hafidz
Abstrak :
Akrilamida merupakan senyawa karsinogen yang dapat ditemukan pada makanan, kopi, dan asap rokok. Ketika masuk ke dalam tubuh manusia, akrilamida akan dimetabolisme oleh CYP2E1 menjadi glisidamida yang kemudian dapat bereaksi dengan DNA membentuk DNA adduct. Analisis akrilamida dan glisidamida secara simultan dalam darah, teknik biosampling yang biasa digunakan adalah venipuncture yang bersifat invasif dan membutuhkan keahlian khusus. Pada penelitian ini, teknik biosampling yang digunakan adalah dried blood spot (DBS) yang mudah dan tidak invasif. Metode untuk menganalisis akrilamida dan glisidamida secara simultan menggunakan DBS belum pernah dilakukan pada penelitian sebelumnya. Maka, penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metode analisis akrilamida dan glisidamida secara simultan yang optimal dan tervalidasi dengan menggunakan propanamida sebagai standar internal. Sampel dipreparasi dengan pengendapan protein menggunakan metanol dan air (1:1). Pemisahan senyawa menggunakan kromatografi fase terbalik dengan kolom Acquity® UPLC BEH C18 (1,7 μm; 2,1 mm x 100 mm), dielusi dengan laju alir 0,20 mL/min dengan kondisi gradien dengan fase gerak 0,2% asam formiat dalam air dan asetonitril selama 5 menit. Deteksi analit dilakukan menggunakan spektrometri massa triple quadrupole dengan mode electrospray ionization positif dan multiple reaction monitoring (MRM) diatur pada m/z 72,0 > 55,02 untuk akrilamida, 88,1 > 44,0 untuk glisidamida, dan 74,01 > 57,1 untuk propanamida. Batas kuantitasi terendah yang diperoleh adalah 1 µg/ml untuk akrilamida dan glisidamida. Rentang konsentrasi linier antara 1 - 40 µg/ml. Metode analisis tervalidasi sesuai pedoman FDA 2018. ......Acrylamide is a carcinogenic compound that can be found in food, coffee, and cigarette smoke. When it enters the human body, acrylamide will be metabolized by CYP2E1 to glycidamide which can then react with DNA to form DNA adducts. To analyze acrylamide and glycidamide simultaneously in the blood, the biosampling technique commonly used is venipuncture which is invasive and requires special expertise. In this study, the biosampling technique used is dried blood spot (DBS) which is easy and non-invasive. Methods for analyzing acrylamide and glycidamide simultaneously using DBS have not been carried out in previous studies. Therefore, this study aims to obtain an optimal and validated method of acrylamide and glycidamide simultaneous analysis using propanamide as an internal standard. Samples were prepared by protein precipitation using methanol and water (1: 1). Separation of compounds used reverse phase chromatography with the Acquity® UPLC BEH C18 column (1.7 μm, 2.1 mm x 100 mm), eluted at a flow rate of 0.20 mL/min under gradient conditions with a mobile phase of 0.2% formic acid in water and acetonitrile for 5 minutes. Quantification was performed using triple quadrupole mass spectrometry with positive electrospray ionization and multiple reaction monitoring (MRM) mode set at m / z 72.0> 55.02 for acrylamide, 88.1> 44.0 for glycidamide, and 74.01> 57.1 for propanamide. The lowest limit of quantification is obtained at 1 μg / ml for both acrylamide and glycidamide. The range of linear concentration is between 1 - 40 µg / ml. The analysis method is validated according to FDA 2018 guidelines.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library