Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rifqi Rafiansyah Prasetyo
Abstrak :
ABSTRAK
Air asam tambang sudah menjadi isu yang banyak diangkat oleh para penggiat lingkungan di Indonesia maupun di mancanegara karena kandungan di dalamnya berdampak buruk dan merusak lingkungan dan ekosistem di sekitarnya. Selain itu, pengolahan air asam tambang sendiri yang ternyata mahal, membutuhkan banyak energi, dan membutuhkan waktu lama untuk dilakukan banyak perusahaan tambang di Indonesia. Air asam tambang yang tidak diolah akan menjadi aib bagi perusahaan yang tidak memenuhi baku mutu lingkungan dan air tersebut akan mencemari lingkungan yang ada. Berbagai permasalahan lingkungan dalam kegiatan usaha pertambangan seringkali menimbulkan bahaya drainase asam tambang bagi kesehatan masyarakat, biota perairan dan ekosistem di sekitar kegiatan pertambangan. Dari efek buruk drainase asam tambang, ternyata banyak manfaat dari kandungan asam tambang yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik jika diberikan reaksi yang sesuai. Penulis menggunakan batubara jenis tambang asam karena penambangan batubara sangat lazim di Indonesia dan air tambang batubara asam memiliki pH sekitar 2,1. Dengan menerapkan metode elektrokimia, drainase asam tambang dapat menghasilkan energi melalui proses menggunakan sel elektrifikasi. Hasil dari proses elektrifikasi adalah mapu memisahkan kandungan mineral dari logam terlarut dalam air tambang batubara asam. Metode elektrifikasi dalam pengolahan air asam tambang berpotensi menjadi metode baru untuk memperoleh air yang memenuhi standar kualitas lingkungan. Selain itu, kandungan mineral logam yang terlarut dalam drainase asam tambang dapat diekstraksi kembali sebagai mineral logam yang bermanfaat. Parameter air asam tambang yang didasarkan pada kandungan energi elektrokimia merupakan paradigma baru dalam pengolahan air asam tambang.
ABSTRACT
Acid mine drainage has been a commonan issue that is widely raised by environmental activists in Indonesia and abroad because the content in it has a bad impact and damages the environment and the surrounding ecosystem. In addition, processing acid mine drainage itself is expensive, requires a lot of energy, and takes a long time to be carried out by many mining companies in Indonesia. Untreated sour mine water will become a disgrace for companies that do not meet environmental quality standards and the water will pollute the existing environment. Various environmental problems in mining business activities often cause acid mine drainage hazards to public health, aquatic biota and the ecosystem around mining activities. From the bad effects of acid mine drainage, it turns out that there are many benefits from the acid mine content which can be used as a source of electrical energy if given the appropriate reaction. The author uses acid mining type coal because coal mining is very common in Indonesia and acid coal mine water has a pH of around 2.1. By applying electrochemical methods, acid mine drainage can generate energy through a process using electrification cells. The result of the electrification process is to separate the mineral content from dissolved metals in acid coal mine water. The electrification method in acid mine water treatment has the potential to become a new method for obtaining water that meets environmental quality standards. In addition, metal mineral content dissolved in acid mine drainage can be re-extracted as useful metal minerals. Acid mine water parameter which is based on electrochemical energy content is a new paradigm in acid mine water treatment.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Shafira Daradjat
Abstrak :

Pengolahan AAT meninggalkan residu berupa lumpur yang memiliki kandungan unsur logam yang cukup besar, yaitu Si (39,77%), Fe (33,19%), dan Al (12,73%). Hal ini mengindikasikan bahwa lumpur hasil pengolahan AAT yang selanjutnya akan disebut sebagai lumpur AAT dapat dimanfaatkan kembali menjadi koagulan untuk pengolahan air limbah domestik. Penelitian ini berfungsi untuk mengetahui kemampuan koagulan yang disintesis dari lumpur AAT dalam menurunkan konsentrasi COD dan TSS karena kedua parameter ini dinilai sebagai parameter yang penting dalam pengolahan limbah domestik sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik. Pada penelitian ini air limbah domestik yang menjadi sampel uji adalah air limbah domestik artifisial yang memiliki konsentrasi COD 285 mg/L dan konsentrasi TSS sebesar 245,31 mg/L. Setelah melewati proses asidifikasi mengunakan 20 tetes H2SO4 4M, diketahui bahwa koagulan lumpur AAT mengandung Si (43,66%), Fe (30,02%), dan Al (12,35%). Proses jar test kemudian dilakukan untuk menentukan dosis koagulan optimum. Pada proses ini digunakan rentang dosis koagulan sebesar 40 mg/L; 60 mg/L; 80 mg/L; 100 mg/L; 140 mg/L; 180 mg/L; dan 200 mg/L dengan dosis optimum koagulan sebesar 100 mg/L. Dosis koagulan lumpur AAT sebesar 100 mg/L tersebut dapat menurunkan konsentrasi COD sebesar 34,74% (186 mg/L) dan TSS sebesar 95,63% (10,73 mg/L) dari sampel air limbah domestik artifisial yang diuji. Walaupun konsentrasi COD masih belum memenuhi baku mutu, hasil penelitian ini dapat menggambarkan bahwa lumpur AAT memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan sebagai koagulan.

 

Kata kunci: Air limbah domestik, Koagulasi, Lumpur air asam tambang

......The treatment AMD leaves residue in the form of sludge that contains large amounts of metal, namely Si (39,77%), Fe (33,19%) and Al (12,73%). This phenomenon indicates that the sludge produced from AMD treatment, which will be referred to as AMD sludge, can be reused as a coagulant for domestic wastewater treatment. This research aims to determine the capabilities that a AMD sludge-synthesized coagulant has in reducing COD and TSS concentration in domestic wastewater, due to both of the parameters being considered as important parameters in domestic wastewater treatment, as stated in the 2016 Indonesian Ministry of Environment and Forestry Regulation Number 68 regarding the Quality Standards for Domestic Wastewater. The domestic wastewater sample used in this research is an artificial domestic wastewater with a COD concentration of 285 mg/L and a TSS concentration of 245,31 mg/L. After adding 20 drops of H2SO4 4M and doing characterization, AMD sludge coagulant contains Si (43,66%), Fe (30,02%), dan Al (12,35%). A jar test is then performed in order to determine the optimal coagulant dosage. In this process, a coagulant dosage of 40 mg/L; 60 mg/L; 80 mg/L; 100 mg/L; 140 mg/L; 180 mg/L; and 200 mg/L was used with 100 mg/L being the optimal coagulant dosage. The AMD sludge containing the optimal coagulant dosage of 100 mg/L is found to be able to reduce COD concentration by 34,74% (186 mg/L) and TSS concentration by 95,63% (10,73 mg/L) from the tested domestic wastewater sample. Although the obtained COD concentration does not comply to the quality standards, the results of this research is able to illustrate the vast potential that the AMD sludge has as a coagulant.

 

Keywords: Acid Mine Drainage Sludge, Coagulation, Domestic Wastewater

 

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransiscus Benhardi Wastuwidya
Abstrak :
ABSTRAK
Air asam tambang (AAT) merupakan salah satu dampak negatif dari kegiatan pertambangan yang dapat menyebabkan masalah lingkungan dan memerlukan penanganan yang efisien dan efektif. Pemanfaatan mikroalga dalam remediasi atau fikoremediasi merupakan sebuah alternatif pengolahan AAT, namun memiliki keterbatasan aplikasi. Kendala pada aplikasi fikoremediasi AAT adalah karateristik dari air limbah yang membatasi pertumbuhan mikroalga, dimana air asam tambang memiliki kandungan logam yang tinggi, serta pH rendah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi pertumbuhan mikroalga Botryococcus braunii sebagai agen fikoremediasi AAT. Eksperimen dilakukan dengan melakukan kultivasi mikroalga Botryococcus braunii pada AAT pada 5 photobioreactor (PBR) dengan variasi konsentrasi AAT (v v) 0, 2,5, 3, 3,5, 4, dan dilakukan kajian hubungan antara pertumbuhan mikroalga dengan konsentrasi logam Fe dan Mn, serta pH pada AAT. Botryococcus braunii menunjukkan laju pertumbuhan berbeda, dengan nilai berurutan dari konsentrasi AAT terendah sebesar 0,0862 hari, 1,403 hari, 1,374 /hari, 0,0738 hari, dan 0,0616 hari, dengan variasi fase pertumbuhan. Penyisihan logam Fe dengan nilai berurutan dari konsentrasi AAT terendah sebesar 27,96, 6,98, 51,42, 79,45 dan 84,29, dan penyisihan logam Mn sebesar 27,96, 6,98, 51,42, 79,45 dan 84,29. Diketahui pula pH masing-masing media dengan dengan nilai berurutan dari konsentrasi AAT terendah sebesar 8,0, 7,7, 7,7, 7,5, dan 7,5. Hasil penelitian ini menunjukkan mikroalga Botryococcus braunii yang teraklimatisasi pada media AAT memiliki potensi sebagai bahan yang ekonomis dan berkelanjutan untuk menjadi agen remediasi AAT.
ABSTRACT
Acid mine drainage (AMD) is one of negative impact on the mining industry, which can cause an environmental problem and requires an efficient and effective treatment system. Utilization of microalgae for remediation, or phycoremediation, is an alternative for AMD treatment, but it has limited applications. Limitation in phycoremediation is the characteristics of AMD that are not suitable for microalgae cultivation, due to its high metal concentration and low pH. This research was conducted by cultivating Botryococcus braunii microalgae on AMD with 5 photobioreactors (PBR) with variation in AMD concentration of (v v) 0, 2,5, 3, 3,5, 4, and the relationship between microalgae growth with Fe and Mn concentration and pH on AMD was conducted. Botryococcus braunii showed different growth rate with values sequentially from the lowest AMD concentration is 0,0862 day, 1,403 day, 1,374 day, 0,0738 day, and 0,0616 /day, with variations on growth phase. Removal efficiency of Fe with values sequentially from the lowest AMD concentration is 27,96, 6,98, 51,42, 79,45 and 84,29 and removal efficiency of Mn is 27,96, 6,98, 51,42, 79,45 and 84,29. It is also known pH value sequentially from the lowest AMD concentration is 8,0, 7,7, 7,7, 7,5, and 7,5. This research shows that Botryococcus braunii acclimatized on AMD media has the potential to become an economical and sustainable material for AMD remediation.
2020
T55196
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rio Febrianto
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan dikarenakan adanya permasalahan tidak dipatuhinya baku mutu pH air asam tambang oleh PT. X. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan evaluasi kinerja pengelolaan air asam tambang PT. X di Kalimantan Tengah, pengukuran kualitas air keluaran tambang dengan uji Storet, dan wawancara mendalam kepada masyarakat pemanfaat perairan. Hasil penelitian ini menunjukkan komponen pembentuk air asam tambang berupa batuan Potentially Acid Forming PAF diketahui sebesar 50 terdapat pada tambang PT. X dan sudah dikelola dengan baik melalui meminimasi sumber air asam tambang dengan penanganan bahan PAF atau Non Acid Forming NAF secara selektif, pengendalian migrasi air asam tambang, dan pengolahan air asam tambang. Kualitas air keluaran tambang pada titik pantau SP-HJ-03 termasuk dalam status kualitas air A atau dalam kondisi baik sekali, sedangkan kualitas air keluaran tambang pada titik pantau SP-HJ-04 termasuk dalam status kualitas air B atau dalam kondisi baik. Gatal-gatal yang diderita pada 44 responden hanya 3 keluhan yang tercatat secara resmi di Puskesmas Desa Tumbang Bauh , diduga bukan diakibatkan oleh air keluaran tambang PT. X. Kata Kunci Key Words : kesehatan kulit; pengelolaan air asam tambang; pertambangan batubara; Potentially Acid Forming PAF ; Storet.
ABSTRACT
Abstract This research conducted due to the problem of non compliance of water quality standard pH of acid mine drainage by PT. X. This research conducted by using performance evaluation approach of acid mine drainage management of PT. X in Central Kalimantan, measuring the quality of mine water effluent by Storet test, and in depth interviews to the water users around the mine site. The results showed that the acid mine drainage components is Potentially Acid Forming PAF rocks was found 50 in the PT. X and is well managed by minimizing acid mine water sources by selectively handling of PAF or Non Acid Forming NAF materials, controlling acid mine drainage migration, and acid mine drainage treatment. The water quality effluent of SP HJ 03 monitoring point is A status meaning that the water quality is in excellent condition and compliaded with the water quality standards, while the water quality effluent of SP HJ 04 monitoring point is B status which means the water quality is in good condition and in the category of mild contamination. Skin health issues of 44 respondents only 3 of complaints are officially recorded at Tumbang Bauh Village Health Center possibly not caused by acid mine water of PT. X. Keywords acid mine drainage management, coal mining, Potentially Acid Forming PAF , skin health issues, Storet test.
2018
T49193
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Efitriana Wulandari
Abstrak :
ABSTRAK Acid Mine Drainage (AMD) mengandung konsentrasi berbagai logam berat dan memiliki tingkat pH rendah. Dalam penelitian ini, perbandingan antara penggunaan zeolit ​​alam dan zeolit ​​disintesis untuk menghilangkan Cu2+ di AMD dilakukan. Adsorben zeolit ​​alam dibuat melalui metode pengaktifan kimia dengan menambahkan NaOH. Sementara, zeolit ​​yang disintesis dibuat dari abu terbang batubara menggunakan metode dua langkah, fusi, dan proses hidrotermal. AMD yang digunakan dalam penelitian ini dirancang secara artifisial dengan konsentrasi Cu2+ 100 ppm dan pH ± 3. Eksperimen adsorpsi dilakukan dengan menggunakan metode batch untuk mengamati parameter yang berpengaruh seperti dosis adsorben, waktu kontak, isoterm adsorben, dan kinetika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi penghilangan Cu2+ untuk zeolit ​​alam dan zeolit ​​yang disintesis adalah 98,24% dan 98,16% dengan dosis adsorben optimal masing-masing 15g/ l dan 21 g/l. Waktu kontak optimal untuk kedua adsorben adalah 120 menit. Model isoterm Langmuir melengkapi adsorpsi untuk zeolit alami ​​dan zeolit sintesis, dengan kapasitas penyerapan maksimum 67,49 mg / g dan 35,12 mg / g, dan model kinetika pseudo-first-order dan pseudo-second-order. Hasil penelitian ini bahwa efektivitas adsorpsi yang baik mensintesis zeolit. Selain itu, zeolit ​​alam dan zeolit ​​sintetis memiliki potensi besar sebagai bahan yang berkelanjutan dan ekonomis untuk ion penghilangan logam berat Cu2+ dalam air limbah.
ABSTRACT Acid mine drainage (AMD) contains a high concentration of various heavy metals and have low pH levels. In this study, the comparison between the use of natural zeolite and synthesized zeolite for Cu2+ removal in AMD was conducted. The adsorbent of natural zeolite was prepared through a chemical activating method by adding NaOH. While, synthesized zeolite was made from coal fly ash using a two-step method, fusion, and hydrothermal process. The AMD used in this study was artificially designed with the concentration of Cu2+ 100 ppm and pH ± 3. The adsorption experiment was carried out using a batch method to observe the influential parameters such as adsorbent dosage, contact time, adsorbent isotherms, and kinetics. The result show that the removal efficiency of Cu2+ for natural zeolite and synthesized zeolite was 98,24% and 98,16 % with optimum adsorbent dose 15 g/l and 21 g/l, respectively. The optimum contact time for both adsorbents was 120 minutes. The Langmuir isotherm model fitted the adsorption for synthesized zeolite and natural zeolite, with the maximum sorption capacity of 35,12 mg/g and 67,49 mg/g, and the kinetics model of pseudo-second-order and pseudo-first-order. The result of this study that the good adsorption effectivity synthesized zeolite. Furthermore, both natural zeolite and synthesized zeolite have great potential as a sustainable and economical material for heavy metal removal ion Cu2+ in wastewater.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dira Alifa
Abstrak :
ABSTRAK
Pada studi ini, Eichornia crassipes diuji untuk mengetahui potensi aplikasi makrofit tersebut sebagai fitoremediator dari air asam tambang (AAT) dengan menganalisis akumulasi dari logam berat yang kandungannya berlimpah pada AAT batu bara yaitu seng (Zn) bersamaan dengan respons adaptasi terkait dengan perubahan fisiologis dan biokimia dalam makrofit tersebut selama pembebanan AAT asli dan artfisial yang memiliki variasi beban konsentrasi Zn sebesar 10, 20, dan 30 mg L dan pH yang ekstrem (3,0). Terjadi peningkatan secara lambat pada pH tanpa ditemui gejala toksisitas yang signifikan pada pembebanan AAT artifisial hingga pH mencapai 6,0; 6,4; dan 7,0 untuk variasi pembebanan logam berat Zn 10, 20, dan 30 mg L. Sebaliknya, dalam paparan selama dua minggu dari AAT asli, terjadi gejala toksisitas yang signifikan akibat dari kandungan beragam logam berat yang ada di dalamnya pada konsentrasi yang tinggi pula bersamaan dengan peningkatan pH pada tiga hari pertama hingga pH dan penurunan pada sebelas hari setelahnya dengan pH yang tertinggi mencapai 5,5. Penurunan konsentrasi Zn untuk AAT artifisial dan asli selalu terjadi bahkan pada konsentrasi yang tinggi. Namun, konsentrasi akhir dari Zn yang tidak memenuhi baku mutu dengan konsentrasi Zn paling rendah yang dicapai adalah 8,74 mg L; 14,63 mg L; 22,5 mg L; dan 7160 mg L untuk pembebanan variasi logam berat Zn 10, 20, dan 30 mg L (AAT artifisial) dan AAT asli sehingga penggunaan E. crassipes untuk fitoremediasi dilakukan secara seri (lebih dari satu kali pengolahan) yang masing-masing pengolahan memiliki waktu retensi selama 72 jam. Secara keseluruhan, metode fitoremediasi yang menggunakan E. crassipes cocok untuk diterapkan di lapangan untuk menyisihkan logam berat Zn pada kandungan logam berat tunggal maupun beragam jenis logam berat lain yang jumlahnya dibawah dosis letal dari makrofit tersebut.
ABSTRACT
Under present investigation Eichornia crassipes (water hyacinth) has been tested in knowing the applicability of this macrophyte as phytoremediator of Acid Mine Drainage (AMD) by analysing the accumulation of important heavy metal zinc (Zn) parallel with adaptive responses due to physiological and biochemical matters during exposure of actual AMD and artificial AMD having different concentrations (10, 20, and 30 mg L of Zn) and extreme pH (3.0). There is slow-but-steady significant increase in pH along with no severe morphological symptoms in exposure of artificial AMD as the pH reach value of 6,0; 6,4; and 7,0 in loading of 10, 20, and 30 mg L of Zn. Conversely, in 2-weeks exposure of actual AMD there is critical morphological symptoms due to its toxicity in exposure of multi-metals along with immediate increase in the first 3-days and slow decrease in 11-days after as the pH reach value of 5,5. The decreasing in Zn concentration for both actual and artificial AMD is occurred even in high level concentration. The final concentration of Zn didnt meet the quality standard as the value reach number of 8,74 mg L; 14,63 mg L; 22,5 mg L; and 7160 mg L in loading of 10, 20, and 30 mg L of Zn (artificial AMD) and actual AMD, so it needs to be a serial treatment with each treatment has 72-hours in retention time. Overall this methodology is applicable for the removal of Zn in AMD that has single-metal or various-metals in any amounts that is negligible or under its lethal dosage.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regina Putri Amalia
Abstrak :
Kegiatan tambang berskala besar menjadi salah satu penyebab munculnya permasalahan lingkungan, diantaranya adalah pencemaran Air Asam Tambang (AAT). Kota Samarinda yang sebagian besar luas wilayahnya telah beralih fungsi menjadi wilayah kerja pertambangan batubara memiliki lubang bekas galian tambang (void) dan lahan penyumbang asam yang berpotensi menjadi sumber pencemar AAT. Potensi pencemaran AAT di suatu wilayah dapat dikaji dengan memanfaatkan sistem informasi geografis dan penginderaan jauh yang dinilai andal untuk melakukan pengukuran, pemetaan, pemantauan, serta pembuatan model pengelolaan suatu wilayah secara cepat, akurat, dan efektif. Variabel yang digunakan adalah sebaran void, tutupan lahan, jenis tanah, curah hujan, topografi, badan air, dan air tanah. Sebaran void, tutupan lahan, dan badan air didapatkan dari digitasi Google Earth, Jenis tanah didapatkan dari kementerian pertanian, curah hujan didapatkan dari LAPAN, topografi didapatkan dari olahan data ASTER GDEM, serta air tanah didapatkan dari Kementerian ESDM. Integrasi data tutupan lahan, jenis tanah, badan air, curah hujan, dan topografi digunakan untuk menganalisis potensi pencemaran AAT terhadap badan air oleh lahan penyumbang asam, sementara integrasi data sebaran void dan air tanah digunakan untuk menganalisis potensi pencemaran AAT terhadap air tanah oleh void. Metode overlay digunakan untuk menganalisis pola spasial potensi pencemaran AAT di wilayah penelitian. Hasil penelitian menunjukkan potensi pencemaran AAT terhadap badan air didominasi oleh wilayah dengan potensi pencemaran yang tinggi, potensi pencemaran AAT terhadap air tanah didominasi oleh wilayah delineasi sebelah selatan yang mengalirkan AAT ke wilayah akuifer dengan kategori kedalaman rendah dan sedang, sementara pola spasial pencemaran AAT berbentuk random/acak dengan susunan geometris yang berbentuk cluster. ......Large-scale mining activities are one of the causes of the emergence of environmental problems, including the Acid Mine Drainage (AMD) Water Pollution. Samarinda City, which has a large area of converted land into a coal mining working area, has voided pits and acid-contributing fields which are potential sources of AMD pollutants. The potential AMD pollution can be assessed by utilizing a geographic information system and remote sensing that consider reliable for measuring, mapping, monitoring, and manage the model making for an area quickly, accurately, and effectively. The variables used are void distribution, land cover, soil type, rainfall, topography, body of water, and groundwater. Void distribution, land cover, and water bodies obtain from Google Earth digitization, soil types obtains from the ministry of agriculture, rainfall obtains from LAPAN, topography obtains from processed data from ASTER GDEM, and groundwater obtains from the Ministry of Energy and Mineral Resources. Integration of land cover data, soil types, water bodies, rainfall, and topography is used to analyze the potential of AMD pollution to water bodies by acid-contributing land, while the void distribution and groundwater integration data is used to analyze the potential of AMD pollution to groundwater by voids. The overlay method is used to analyze the potential spatial patterns of AMD pollution in the study area. The results showed the potential of AMD pollution to water bodies dominated by areas with high pollution potential, the potential of AMD pollution to groundwater-dominated by south delineation area that drain AMD into aquifer areas with low and moderate depth categories, while the spatial pattern of AMD pollution was random with the geometric arrangement in the form of clusters.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putra Prima Pradipta
Abstrak :

Air asam tambang sudah menjadi isu yang banyak diangkat oleh para aktivis lingkungan hidup karena kandungan yang ada didalamnya berdampak buruk dan merusak lingkungan serta ekosistem yang berada disekitarnya. Selain itu pengolahan air asam tambang sendiri yang ternyata membutuhkan biaya besar, tenaga yang banyak, dan waktu yang cukup lama. Air asam tambang yang tidak diolah akan membuat nama dari perusahaan pertambangan buruk karena mereka jika tidak memenuhi baku mutu lingkungan, air tersebut akan mencemari lingkungan yang ada. Saat ini fenomena air asam tambang hanya terbatas pada mitigasi dampak, proses pembentukan air asam tambang, dan mengelola air asam tambang menggunakan bahan penetral Namun, air kandungan dalam air asam tambang ternyata bisa dijadikan sebagai sumber energi listrik jika diberi reaksi yang sesuai. Penulis menggunakan air asam tambang dari tambang bijih emas sebagai sampelnya dan air tambang tersebut bisa menghasilkan listrik. Air asam tambang hasil dari tambang bijih emas memiliki pH sekitar 2,1 sampai 2,5. Dengan menerapkan metode elektrokimia, air asam tambang tersebut mengasilkan energi melalui proses dengan menggunakan sel elektrifikasi. Hasil dari pengolahan ini adalah energi listrik dan juga memisahkan mineral-mineral yang terkandung dalam larutan dengan air.


Acid mine drainage has become an issue that has been raised by environmental activists because it contents some negative impacts which damages the environment and ecosystems surround it. In addition, the treatment for neutralize the acid mine water itself require a lot of money, energi, and time. Unprocessed acid mine water will tarnish the mining companies names because if they do not fulfill the environmental quality standards, the water will pollute the environment. However, water content in acid mine drainage turns out to be used as a source of electrical energi if we give the proper treatment or reaction. The author uses acid mine drainage from the gold ore mine as a sample and the mine water can produce electricity. The mine acid water from the gold ore mine has a pH of around 2.1. By applying the electrochemical method, the acid mine drainage produces energi through a process using electrification cells. The results of this process are electrical energi and it also separates the minerals contained in the water. From this process, the author expects mining companies can make this method as an option which will save costs in processing mine acid water waste as well as the results of the energi produced can be used to turn on household electricity in the company. The electrification method for processing acid mine drainage has the potential to become a new method for obtaining water that meets environmental quality standards. Besides that, the metal mineral content dissolved in mine acid water can be extracted again as a useful metal mineral.

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library