Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nova Amanda
Abstrak :
ABSTRAK
Salah satu limbah yang dihasilkan dari area pertambangan batubara adalah lumpur dalam jumlah yang besar dengan kandungan logam yang tinggi. Lumpur ini merupakan presipitat hasil pengolahan air asam tambang dan sering kali dibuang ke landfill, terakumulasi dan berpotensi menyebabkan masalah lingkungan. Melalui penelitian ini, dilakukan pemanfaatan lumpur AAT sebagai adsorben kandungan pencemar pada air limbah domestik berupa fosfat. Penelitian ini diawali dengan uji karakterisasi adsorben dari lumpur AAT menggunakan XRF, XRD, SEM-EDS, SAA dan pHpzc guna mengetahui komposisi kimia, komposisi mineralogi, struktur morfologi, luas permukaan spesifik dan pH adsorben dengan muatan nol, diikuti dengan eksperimen adsorpsi dalam sistem batch. Hasil karakterisasi sampel menunjukkan bahwa adsorben dari lumpur AAT didominasi oleh unsur silika dalam bentuk quartz, besi dan aluminum, serta dengan didasari oleh metode BET dan drift, diketahui bahwa luas permukaan spesifik lumpur AAT serta pHpzc berturut-turut adalah 22,60±0,199 m2 g dan 4,85. Konsentrasi adsorben, waktu kontak dan pH optimum yang diperoleh melalui eksperimen adsorpsi masing-masing adalah pada 10gL-1, 120 menit dan 5±0,1. Isoterm adsorpsi fosfat oleh lumpur AAT paling baik dijelaskan dengan model Freundlich (R2=0,964) yang memiliki nilai KF dan 1 n sebesar 0,971 (mg g-1)(L mg-1)1 n dan 0,699. Kemudian, kinetika adsorpsi penelitian ini mengikuti model pseudo-second-order dimana nilai k2 dan qe berturut-turut adalah 0,332 g mg.menit dan 1,216 mg g. Berdasarkan hasil pemodelan, disimpulkan bahwa mekanisme reaksi adsorpsi yang terjadi adalah secara kimia (chemisorption). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa lumpur AAT memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai material adsorben dalam menyisihkan kontaminan fosfat pada air limbah.
ABSTRACT
One of the wastes produced by coal mining area, is the voluminous sludge, laden with metals. This sludge is the product of acid mine drainage treatment and oftenly disposed to the landfill, accumulated and potentially causing environmental problems. This study was conducted by utilizing acid mine drainage sludge as contaminant adsorbent from domestic wastewater, which was phosphate. The experiment started by characterization of sludge using XRF, XRD, SEM-EDS, SSA and pHpzc to determine the chemical composition, minerology, morphology structure, specific surface area and value of pH where the surface of material has zero charge, followed by adsorption experiment in batch system. The results of sample characterizations showed that acid mine drainage sludge was dominated by silica in quartz form, iron and aluminium, and also by using BET and drift method, it has been known that the specific surface area and pHpzc of the sample were 22.60±0.199 m2 g and 4.85, respectively. The optimum adsorbent concentration, contact time and pH were obtained through the adsorption experiments at 10gL-1, 120 min and 5±0,1. The phoshate adsorption isotherm for acid mine drainage sludge was best described by Freundlich model (R2=0.964) with value of KF and 1 n found to be 0.971 (mg g-1)(L mg-1)1 n and 0.699. Furthermore, the kinetic adosrption of this study followed pseudo-second-order model where the value of k2 and qe were 0.332 g mg.menit and 1.216 mg g. Based on the modelling results, it could be concluded that the adsorption mechanism were happened to be chemisorption. The experiment results suggested that acid mine drainage sludge could potentially be utilized as adsorbent material to remove phosphate contaminant in wastewater.
2019
T55162
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Ekaputri Hidayat
Abstrak :
ABSTRAK
Salah satu solusi alternatif untuk mengurangi limbah abu di landfill adalah dengan memanfaatkan abu layang batu bara dalam menyisihkan ion logam pada limbah cair, terutama di air asam tambang (AAT). Dalam penelitian ini, zeolit disintesis dari abu layang batu bara menggunakan metode dua tahap; metode hidrotermal dan fusi. Abu layang batu bara dan zeolit yang dihasilkan kemudian dikarakterisasi dan digunakan sebagai adsorben Zn dan Cu pada AAT. Percobaan adsorpsi dilakukan dengan menggunakan metode batch dalam larutan AAT sintetis untuk mempelajari parameter yang berpengaruh seperti efek variasi dosis adsorben, waktu kontak, konsentrasi polutan, kompetisi kation, isoterm dan kinetika adsorpsi, serta regenerasi adsorben. Zeolit yang disintesis dalam penelitian ini menghasilkan zeolit jenis hidroksi sodalit, yang meningkatkan luas permukaan. Diperoleh dari percobaan adsorpsi menunjukkan bahwa efisiensi penyisihan Zn dan Cu oleh zeolit sintetis masing-masing adalah 95,2 dan 98,2 dalam kondisi pH 3, konsentrasi polutan awal 100 ppm, waktu kontak optimal 120 menit, dan dosis adsorben 12 dan 15 g L. Selanjutnya, pola adsorpsi kedua ion logam mengikuti model isoterm Langmuir dan model kinetika pseudo-second-order, dengan kapasitas penyerapan maksimum 18,3 dan 11,9 mg g untuk adsorpsi Zn dan Cu. Studi desorpsi menunjukkan kurang efektifnya penggunaan NaCl, HSO, dan HNO sebagai agen desorpsi untuk pemulihan logam dari proses adsorpsi. Hasil penelitian ini menunjukkan hidroksi sodalit yang disintesis dari abu layang batu bara memiliki potensi besar sebagai bahan yang ekonomis dan berkelanjutan untuk menghilangkan ion logam pada limbah AAT.
ABSTRACT
One of the alternative solution to reduce ash waste in landfills is by utilizing coal fly ash for the removal of metal ion in wastewater, especially acid mine drainage (AMD). In this study, zeolite was synthesized from coal fly ash using a two-step method, hydrothermal and fusion method. The coal fly ash and the zeolite product were characterized physically and were used for the removal of Zn and Cu in AMD. The adsorption experiment was carried out using batch method in synthetic AMD solution to study the influential parameters such as adsorbent dosage, contact time, metal concentration, competing cations, adsorbent isotherms and kinetics, and regeneration of adsorbent. The zeolite synthesized in this study resulted hydroxylsodalite zeolite type, which increased the surface area. It was revealed from the adsorption experiment that the removal efficiency of Zn and Cu respectively was 95,2 and 98,2 under the conditions of pH 3, initial metal concentration 100 ppm, optimum contact time 120 minutes, and adsorbent dose 12 and 15 g L respectively. Furthermore, the Langmuir isotherm model and the kinetics model of pseudo-second-order fitted the adsorption data better, with the maximum sorption capacity of 18,3 and 11,9 mg g for the adsorption of Zn and Cu respectively. The desorption study using NaCl, HSO, and HNO as desorption agent was not found to be effective for the metal recovery from the adsorption process. The result of this study indicate hydroxylsodalite synthesized from coal fly ash has great potential as an economical and sustainable material for the removal of metal ions in wastewater, such as AMD.
2019
T55158
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifqi Rafiansyah Prasetyo
Abstrak :
ABSTRAK
Air asam tambang sudah menjadi isu yang banyak diangkat oleh para penggiat lingkungan di Indonesia maupun di mancanegara karena kandungan di dalamnya berdampak buruk dan merusak lingkungan dan ekosistem di sekitarnya. Selain itu, pengolahan air asam tambang sendiri yang ternyata mahal, membutuhkan banyak energi, dan membutuhkan waktu lama untuk dilakukan banyak perusahaan tambang di Indonesia. Air asam tambang yang tidak diolah akan menjadi aib bagi perusahaan yang tidak memenuhi baku mutu lingkungan dan air tersebut akan mencemari lingkungan yang ada. Berbagai permasalahan lingkungan dalam kegiatan usaha pertambangan seringkali menimbulkan bahaya drainase asam tambang bagi kesehatan masyarakat, biota perairan dan ekosistem di sekitar kegiatan pertambangan. Dari efek buruk drainase asam tambang, ternyata banyak manfaat dari kandungan asam tambang yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik jika diberikan reaksi yang sesuai. Penulis menggunakan batubara jenis tambang asam karena penambangan batubara sangat lazim di Indonesia dan air tambang batubara asam memiliki pH sekitar 2,1. Dengan menerapkan metode elektrokimia, drainase asam tambang dapat menghasilkan energi melalui proses menggunakan sel elektrifikasi. Hasil dari proses elektrifikasi adalah mapu memisahkan kandungan mineral dari logam terlarut dalam air tambang batubara asam. Metode elektrifikasi dalam pengolahan air asam tambang berpotensi menjadi metode baru untuk memperoleh air yang memenuhi standar kualitas lingkungan. Selain itu, kandungan mineral logam yang terlarut dalam drainase asam tambang dapat diekstraksi kembali sebagai mineral logam yang bermanfaat. Parameter air asam tambang yang didasarkan pada kandungan energi elektrokimia merupakan paradigma baru dalam pengolahan air asam tambang.
ABSTRACT
Acid mine drainage has been a commonan issue that is widely raised by environmental activists in Indonesia and abroad because the content in it has a bad impact and damages the environment and the surrounding ecosystem. In addition, processing acid mine drainage itself is expensive, requires a lot of energy, and takes a long time to be carried out by many mining companies in Indonesia. Untreated sour mine water will become a disgrace for companies that do not meet environmental quality standards and the water will pollute the existing environment. Various environmental problems in mining business activities often cause acid mine drainage hazards to public health, aquatic biota and the ecosystem around mining activities. From the bad effects of acid mine drainage, it turns out that there are many benefits from the acid mine content which can be used as a source of electrical energy if given the appropriate reaction. The author uses acid mining type coal because coal mining is very common in Indonesia and acid coal mine water has a pH of around 2.1. By applying electrochemical methods, acid mine drainage can generate energy through a process using electrification cells. The result of the electrification process is to separate the mineral content from dissolved metals in acid coal mine water. The electrification method in acid mine water treatment has the potential to become a new method for obtaining water that meets environmental quality standards. In addition, metal mineral content dissolved in acid mine drainage can be re-extracted as useful metal minerals. Acid mine water parameter which is based on electrochemical energy content is a new paradigm in acid mine water treatment.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maharani Permata Putri
Abstrak :
Salah satu bukti dari tercemarnya lingkungan adalah terbentuknya air asam tambang yang dihasilkan dari pertambangan dan memiliki pH rendah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa potensi tumbuhan ekor kucing (Typha Latifolia) dalam menetralisasi pH dan mengakumulasi logam berat Cadmium (Cd) pada air asam tambang. Selain itu kondisi morfologi Tumbuhan Typha latifolia juga diamati selama 28 hari untuk mengetahui resistansinya terhadap air asam tambang yang mengandung logam berat Cadmium. Dalam penelitian sampel air yang digunakan adalah air asam tambang artifisial dengan konsentrasi 5 mg/L dan 10 mg/L dengan pH 4 agar sesuai dengan kondisi aslinya. Pengujian pH dilakukan menggunakan pH meter dan akumulasi logam berat Cadmium menggunakan Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). Untuk mengetahui penyebab respon fisiologis tumbuhan juga dilakukan pengujian Total Nitrogen dengan metode Kjehdahl. Hasilnya tumbuhan Typha latifolia mampu meningkatkan pH dari 4 ke 7,25 untuk konsentrasi 5 mg/L dan 4 ke 7 untuk konsentrasi 10 mg/L. Selain itu Typha latifolia mampu menyisihkan logam berat dengan persentase penyisihan hingga 96%, dan memiliki nilai Bioconcetration Factor (BCF) lebih dari 1000. Pada Total Nitrogen dari Typha latifolia terjadi defisiensi hingga 85% yang menyebabkan tumbuhan mengalami klorosis. Dari hasil tersebut dapat dikatakan Typha latifolia merupakan hiperakumulator logam berat yang baik sehingga dapat digunakan sebagai agen fitoremediasi.
One of the proofs from polluted environment is the formation of acid mine drainage produced from mining and low pH. This study aims to analyze the ability of cattail plants (Typha Latifolia) as a phytoremediation agent in neutralizing pH and accumulating heavy metals Cadmium (Cd) containing in acid mine drainage. Besides, the morphological conditions of Typha latifolia plants were also observed for 28 days to determine their resistance to acid mine drainage containing heavy metal Cadmium. In this study the water sample used are artificial mine acid water with concentrations of 5 mg / L and 10 mg / L with pH 4 to illustrate the actual condition of acid mine drainage. pH testing was carried out using a pH meter and the accumulation of Cadmium using an Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). To find out the cause of the plant's physiological response, a Total Nitrogen test was also performed using the Kjehdahl method. The result is Typha latifolia plants can increase the pH from 4 to 7.25 for a concentration of 5 mg / L and 4 to 7 for a concentration of 10 mg / L. In addition, Typha latifolia is able to remove heavy metals Cadmium with a percentage of up to 96% and has a Bioconcetration Factor (BCF) value of more than 1000. For the Total Nitrogen of Typha latifolia deficiency happened to be up to 85% which causes plants to experience chlorosis. To conclude, Typha latifolia is a good heavy metal hyperaccumulator so that it can be used as a phytoremediation agent.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Varentia Zahrah Novita
Abstrak :
ABSTRAK
Air asam tambang (AAT) mengandung berbagai logam berat dengan konsentrasi yang tinggi serta derajat keasaman (pH) yang rendah, yang berkisar antara 2-4. Sampel air yang digunakan dalam penelitian ini adalah air asam tambang buatan, dengan variasi konsentrasi logam berat Cu sebesar 5 dan 7 mg l dengan desain pH 4, dimana pH tersebut menggambarkan karakteristik asli dari air asam tambang. Penelitian ini menggunakan waktu penelitian selama 7 hari untuk pengukuran parameter pH dan kandungan Cu dengan interval waktu 24 jam, serta hari ke-14. Pengujian pH akan dilakukan dengan menggunakan alat pHmeter sedangkan kandungan Cu dalam air asam tambang dan tanaman akan diukur menggunakan Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS). Hasil yang didapatkan pada penelitian ini menunjukkan bahwa tumbuhan Pistia stratiotes mampu menggerakkan pH air asam tambang artificial dari 4 menjadi 7,3. Tumbuhan ini juga mampu menurunkan konsentrasi Cu dalam air asam tambang artificial sebesar 92,45 untuk konsentrasi awal 5,3 mg l serta 88 untuk konsentrasi awal 7,5 mg l dalam waktu 14 hari, dengan waktu kontak untuk penghilangan konsentrasi secara maksimum terjadi pada hari ke-3. Sedangkan pada sampel air asam tambang asli, Pistia stratiotes hanya dapat menggerakan pH dari 4 menjadi 5 serta mengurangi konsentrasi logam Cu dengan efisiensi penyisihan sebesar 23,21 dalam 14 hari
ABSTRACT
Acid mine drainage (AMD) contains high concentration of various heavy metals and low level of pH, ranging between 2-4. The water samples used for this research are artificial AMD, with varying concentration levels of copper ranging between 5 and 7 mg l, and also an actual AMD. The pH level is designed to be 4, where the designed pH level illustrates the actual characteristics of an AMD. The data for this research-pH and copper level-are taken every 24 hours for 7 days, with an additional data taken 14 days after the beginning of the research. This research shows that exposure of both the artificial AMD and actual AMD cause physiological effects to Pistia stratiotes, indicated by chlorosis of the plant starting from day 3 of the research. Furthermore, the result of this research illustrates that Pistia stratiotes is able to alter the artificial AMDs pH level from 4 to 7,3 in 14 days. This plant is also capable of reducing the copper content as much as 92,45 and 88,00 with initial concentrations of 5,3 mg l and 7,5 mg l respectively in 14 days, with peak removal at day 3. On the other hand, Pistia stratiotes is only able to alter the actual AMDs pH level from 4 to 5 and reduce the copper content with the removal efficiency of 23,21 in 14 days.
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Shafira Daradjat
Abstrak :

Pengolahan AAT meninggalkan residu berupa lumpur yang memiliki kandungan unsur logam yang cukup besar, yaitu Si (39,77%), Fe (33,19%), dan Al (12,73%). Hal ini mengindikasikan bahwa lumpur hasil pengolahan AAT yang selanjutnya akan disebut sebagai lumpur AAT dapat dimanfaatkan kembali menjadi koagulan untuk pengolahan air limbah domestik. Penelitian ini berfungsi untuk mengetahui kemampuan koagulan yang disintesis dari lumpur AAT dalam menurunkan konsentrasi COD dan TSS karena kedua parameter ini dinilai sebagai parameter yang penting dalam pengolahan limbah domestik sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik. Pada penelitian ini air limbah domestik yang menjadi sampel uji adalah air limbah domestik artifisial yang memiliki konsentrasi COD 285 mg/L dan konsentrasi TSS sebesar 245,31 mg/L. Setelah melewati proses asidifikasi mengunakan 20 tetes H2SO4 4M, diketahui bahwa koagulan lumpur AAT mengandung Si (43,66%), Fe (30,02%), dan Al (12,35%). Proses jar test kemudian dilakukan untuk menentukan dosis koagulan optimum. Pada proses ini digunakan rentang dosis koagulan sebesar 40 mg/L; 60 mg/L; 80 mg/L; 100 mg/L; 140 mg/L; 180 mg/L; dan 200 mg/L dengan dosis optimum koagulan sebesar 100 mg/L. Dosis koagulan lumpur AAT sebesar 100 mg/L tersebut dapat menurunkan konsentrasi COD sebesar 34,74% (186 mg/L) dan TSS sebesar 95,63% (10,73 mg/L) dari sampel air limbah domestik artifisial yang diuji. Walaupun konsentrasi COD masih belum memenuhi baku mutu, hasil penelitian ini dapat menggambarkan bahwa lumpur AAT memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan sebagai koagulan.

 

Kata kunci: Air limbah domestik, Koagulasi, Lumpur air asam tambang

......The treatment AMD leaves residue in the form of sludge that contains large amounts of metal, namely Si (39,77%), Fe (33,19%) and Al (12,73%). This phenomenon indicates that the sludge produced from AMD treatment, which will be referred to as AMD sludge, can be reused as a coagulant for domestic wastewater treatment. This research aims to determine the capabilities that a AMD sludge-synthesized coagulant has in reducing COD and TSS concentration in domestic wastewater, due to both of the parameters being considered as important parameters in domestic wastewater treatment, as stated in the 2016 Indonesian Ministry of Environment and Forestry Regulation Number 68 regarding the Quality Standards for Domestic Wastewater. The domestic wastewater sample used in this research is an artificial domestic wastewater with a COD concentration of 285 mg/L and a TSS concentration of 245,31 mg/L. After adding 20 drops of H2SO4 4M and doing characterization, AMD sludge coagulant contains Si (43,66%), Fe (30,02%), dan Al (12,35%). A jar test is then performed in order to determine the optimal coagulant dosage. In this process, a coagulant dosage of 40 mg/L; 60 mg/L; 80 mg/L; 100 mg/L; 140 mg/L; 180 mg/L; and 200 mg/L was used with 100 mg/L being the optimal coagulant dosage. The AMD sludge containing the optimal coagulant dosage of 100 mg/L is found to be able to reduce COD concentration by 34,74% (186 mg/L) and TSS concentration by 95,63% (10,73 mg/L) from the tested domestic wastewater sample. Although the obtained COD concentration does not comply to the quality standards, the results of this research is able to illustrate the vast potential that the AMD sludge has as a coagulant.

 

Keywords: Acid Mine Drainage Sludge, Coagulation, Domestic Wastewater

 

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regina Putri Amalia
Abstrak :
Kegiatan tambang berskala besar menjadi salah satu penyebab munculnya permasalahan lingkungan, diantaranya adalah pencemaran Air Asam Tambang (AAT). Kota Samarinda yang sebagian besar luas wilayahnya telah beralih fungsi menjadi wilayah kerja pertambangan batubara memiliki lubang bekas galian tambang (void) dan lahan penyumbang asam yang berpotensi menjadi sumber pencemar AAT. Potensi pencemaran AAT di suatu wilayah dapat dikaji dengan memanfaatkan sistem informasi geografis dan penginderaan jauh yang dinilai andal untuk melakukan pengukuran, pemetaan, pemantauan, serta pembuatan model pengelolaan suatu wilayah secara cepat, akurat, dan efektif. Variabel yang digunakan adalah sebaran void, tutupan lahan, jenis tanah, curah hujan, topografi, badan air, dan air tanah. Sebaran void, tutupan lahan, dan badan air didapatkan dari digitasi Google Earth, Jenis tanah didapatkan dari kementerian pertanian, curah hujan didapatkan dari LAPAN, topografi didapatkan dari olahan data ASTER GDEM, serta air tanah didapatkan dari Kementerian ESDM. Integrasi data tutupan lahan, jenis tanah, badan air, curah hujan, dan topografi digunakan untuk menganalisis potensi pencemaran AAT terhadap badan air oleh lahan penyumbang asam, sementara integrasi data sebaran void dan air tanah digunakan untuk menganalisis potensi pencemaran AAT terhadap air tanah oleh void. Metode overlay digunakan untuk menganalisis pola spasial potensi pencemaran AAT di wilayah penelitian. Hasil penelitian menunjukkan potensi pencemaran AAT terhadap badan air didominasi oleh wilayah dengan potensi pencemaran yang tinggi, potensi pencemaran AAT terhadap air tanah didominasi oleh wilayah delineasi sebelah selatan yang mengalirkan AAT ke wilayah akuifer dengan kategori kedalaman rendah dan sedang, sementara pola spasial pencemaran AAT berbentuk random/acak dengan susunan geometris yang berbentuk cluster. ......Large-scale mining activities are one of the causes of the emergence of environmental problems, including the Acid Mine Drainage (AMD) Water Pollution. Samarinda City, which has a large area of converted land into a coal mining working area, has voided pits and acid-contributing fields which are potential sources of AMD pollutants. The potential AMD pollution can be assessed by utilizing a geographic information system and remote sensing that consider reliable for measuring, mapping, monitoring, and manage the model making for an area quickly, accurately, and effectively. The variables used are void distribution, land cover, soil type, rainfall, topography, body of water, and groundwater. Void distribution, land cover, and water bodies obtain from Google Earth digitization, soil types obtains from the ministry of agriculture, rainfall obtains from LAPAN, topography obtains from processed data from ASTER GDEM, and groundwater obtains from the Ministry of Energy and Mineral Resources. Integration of land cover data, soil types, water bodies, rainfall, and topography is used to analyze the potential of AMD pollution to water bodies by acid-contributing land, while the void distribution and groundwater integration data is used to analyze the potential of AMD pollution to groundwater by voids. The overlay method is used to analyze the potential spatial patterns of AMD pollution in the study area. The results showed the potential of AMD pollution to water bodies dominated by areas with high pollution potential, the potential of AMD pollution to groundwater-dominated by south delineation area that drain AMD into aquifer areas with low and moderate depth categories, while the spatial pattern of AMD pollution was random with the geometric arrangement in the form of clusters.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransiscus Benhardi Wastuwidya
Abstrak :
ABSTRAK
Air asam tambang (AAT) merupakan salah satu dampak negatif dari kegiatan pertambangan yang dapat menyebabkan masalah lingkungan dan memerlukan penanganan yang efisien dan efektif. Pemanfaatan mikroalga dalam remediasi atau fikoremediasi merupakan sebuah alternatif pengolahan AAT, namun memiliki keterbatasan aplikasi. Kendala pada aplikasi fikoremediasi AAT adalah karateristik dari air limbah yang membatasi pertumbuhan mikroalga, dimana air asam tambang memiliki kandungan logam yang tinggi, serta pH rendah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi pertumbuhan mikroalga Botryococcus braunii sebagai agen fikoremediasi AAT. Eksperimen dilakukan dengan melakukan kultivasi mikroalga Botryococcus braunii pada AAT pada 5 photobioreactor (PBR) dengan variasi konsentrasi AAT (v v) 0, 2,5, 3, 3,5, 4, dan dilakukan kajian hubungan antara pertumbuhan mikroalga dengan konsentrasi logam Fe dan Mn, serta pH pada AAT. Botryococcus braunii menunjukkan laju pertumbuhan berbeda, dengan nilai berurutan dari konsentrasi AAT terendah sebesar 0,0862 hari, 1,403 hari, 1,374 /hari, 0,0738 hari, dan 0,0616 hari, dengan variasi fase pertumbuhan. Penyisihan logam Fe dengan nilai berurutan dari konsentrasi AAT terendah sebesar 27,96, 6,98, 51,42, 79,45 dan 84,29, dan penyisihan logam Mn sebesar 27,96, 6,98, 51,42, 79,45 dan 84,29. Diketahui pula pH masing-masing media dengan dengan nilai berurutan dari konsentrasi AAT terendah sebesar 8,0, 7,7, 7,7, 7,5, dan 7,5. Hasil penelitian ini menunjukkan mikroalga Botryococcus braunii yang teraklimatisasi pada media AAT memiliki potensi sebagai bahan yang ekonomis dan berkelanjutan untuk menjadi agen remediasi AAT.
ABSTRACT
Acid mine drainage (AMD) is one of negative impact on the mining industry, which can cause an environmental problem and requires an efficient and effective treatment system. Utilization of microalgae for remediation, or phycoremediation, is an alternative for AMD treatment, but it has limited applications. Limitation in phycoremediation is the characteristics of AMD that are not suitable for microalgae cultivation, due to its high metal concentration and low pH. This research was conducted by cultivating Botryococcus braunii microalgae on AMD with 5 photobioreactors (PBR) with variation in AMD concentration of (v v) 0, 2,5, 3, 3,5, 4, and the relationship between microalgae growth with Fe and Mn concentration and pH on AMD was conducted. Botryococcus braunii showed different growth rate with values sequentially from the lowest AMD concentration is 0,0862 day, 1,403 day, 1,374 day, 0,0738 day, and 0,0616 /day, with variations on growth phase. Removal efficiency of Fe with values sequentially from the lowest AMD concentration is 27,96, 6,98, 51,42, 79,45 and 84,29 and removal efficiency of Mn is 27,96, 6,98, 51,42, 79,45 and 84,29. It is also known pH value sequentially from the lowest AMD concentration is 8,0, 7,7, 7,7, 7,5, and 7,5. This research shows that Botryococcus braunii acclimatized on AMD media has the potential to become an economical and sustainable material for AMD remediation.
2020
T55196
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rio Febrianto
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan dikarenakan adanya permasalahan tidak dipatuhinya baku mutu pH air asam tambang oleh PT. X. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan evaluasi kinerja pengelolaan air asam tambang PT. X di Kalimantan Tengah, pengukuran kualitas air keluaran tambang dengan uji Storet, dan wawancara mendalam kepada masyarakat pemanfaat perairan. Hasil penelitian ini menunjukkan komponen pembentuk air asam tambang berupa batuan Potentially Acid Forming PAF diketahui sebesar 50 terdapat pada tambang PT. X dan sudah dikelola dengan baik melalui meminimasi sumber air asam tambang dengan penanganan bahan PAF atau Non Acid Forming NAF secara selektif, pengendalian migrasi air asam tambang, dan pengolahan air asam tambang. Kualitas air keluaran tambang pada titik pantau SP-HJ-03 termasuk dalam status kualitas air A atau dalam kondisi baik sekali, sedangkan kualitas air keluaran tambang pada titik pantau SP-HJ-04 termasuk dalam status kualitas air B atau dalam kondisi baik. Gatal-gatal yang diderita pada 44 responden hanya 3 keluhan yang tercatat secara resmi di Puskesmas Desa Tumbang Bauh , diduga bukan diakibatkan oleh air keluaran tambang PT. X. Kata Kunci Key Words : kesehatan kulit; pengelolaan air asam tambang; pertambangan batubara; Potentially Acid Forming PAF ; Storet.
ABSTRACT
Abstract This research conducted due to the problem of non compliance of water quality standard pH of acid mine drainage by PT. X. This research conducted by using performance evaluation approach of acid mine drainage management of PT. X in Central Kalimantan, measuring the quality of mine water effluent by Storet test, and in depth interviews to the water users around the mine site. The results showed that the acid mine drainage components is Potentially Acid Forming PAF rocks was found 50 in the PT. X and is well managed by minimizing acid mine water sources by selectively handling of PAF or Non Acid Forming NAF materials, controlling acid mine drainage migration, and acid mine drainage treatment. The water quality effluent of SP HJ 03 monitoring point is A status meaning that the water quality is in excellent condition and compliaded with the water quality standards, while the water quality effluent of SP HJ 04 monitoring point is B status which means the water quality is in good condition and in the category of mild contamination. Skin health issues of 44 respondents only 3 of complaints are officially recorded at Tumbang Bauh Village Health Center possibly not caused by acid mine water of PT. X. Keywords acid mine drainage management, coal mining, Potentially Acid Forming PAF , skin health issues, Storet test.
2018
T49193
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Efitriana Wulandari
Abstrak :
ABSTRAK Acid Mine Drainage (AMD) mengandung konsentrasi berbagai logam berat dan memiliki tingkat pH rendah. Dalam penelitian ini, perbandingan antara penggunaan zeolit ​​alam dan zeolit ​​disintesis untuk menghilangkan Cu2+ di AMD dilakukan. Adsorben zeolit ​​alam dibuat melalui metode pengaktifan kimia dengan menambahkan NaOH. Sementara, zeolit ​​yang disintesis dibuat dari abu terbang batubara menggunakan metode dua langkah, fusi, dan proses hidrotermal. AMD yang digunakan dalam penelitian ini dirancang secara artifisial dengan konsentrasi Cu2+ 100 ppm dan pH ± 3. Eksperimen adsorpsi dilakukan dengan menggunakan metode batch untuk mengamati parameter yang berpengaruh seperti dosis adsorben, waktu kontak, isoterm adsorben, dan kinetika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi penghilangan Cu2+ untuk zeolit ​​alam dan zeolit ​​yang disintesis adalah 98,24% dan 98,16% dengan dosis adsorben optimal masing-masing 15g/ l dan 21 g/l. Waktu kontak optimal untuk kedua adsorben adalah 120 menit. Model isoterm Langmuir melengkapi adsorpsi untuk zeolit alami ​​dan zeolit sintesis, dengan kapasitas penyerapan maksimum 67,49 mg / g dan 35,12 mg / g, dan model kinetika pseudo-first-order dan pseudo-second-order. Hasil penelitian ini bahwa efektivitas adsorpsi yang baik mensintesis zeolit. Selain itu, zeolit ​​alam dan zeolit ​​sintetis memiliki potensi besar sebagai bahan yang berkelanjutan dan ekonomis untuk ion penghilangan logam berat Cu2+ dalam air limbah.
ABSTRACT Acid mine drainage (AMD) contains a high concentration of various heavy metals and have low pH levels. In this study, the comparison between the use of natural zeolite and synthesized zeolite for Cu2+ removal in AMD was conducted. The adsorbent of natural zeolite was prepared through a chemical activating method by adding NaOH. While, synthesized zeolite was made from coal fly ash using a two-step method, fusion, and hydrothermal process. The AMD used in this study was artificially designed with the concentration of Cu2+ 100 ppm and pH ± 3. The adsorption experiment was carried out using a batch method to observe the influential parameters such as adsorbent dosage, contact time, adsorbent isotherms, and kinetics. The result show that the removal efficiency of Cu2+ for natural zeolite and synthesized zeolite was 98,24% and 98,16 % with optimum adsorbent dose 15 g/l and 21 g/l, respectively. The optimum contact time for both adsorbents was 120 minutes. The Langmuir isotherm model fitted the adsorption for synthesized zeolite and natural zeolite, with the maximum sorption capacity of 35,12 mg/g and 67,49 mg/g, and the kinetics model of pseudo-second-order and pseudo-first-order. The result of this study that the good adsorption effectivity synthesized zeolite. Furthermore, both natural zeolite and synthesized zeolite have great potential as a sustainable and economical material for heavy metal removal ion Cu2+ in wastewater.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>