Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 110 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Tri Astuti Yeniretnowati
Abstrak :
Pekerja sebagai sumber daya manusia mempunyai peran yang besar dalam mengembangkan dan mengamankan proses produksi, dimana didalam melaksanakan kegiatannya pekerja seringkali dihadapkan kepada bentuk bahaya yang mungkin timbul. Kecelakaan kerja bagi perusahaan khususnya perusahaan industri merupakan suatu peristiwa yang tidak diinginkan. Prinsip pencegahan kecelakaan kerja tidak saja mengevaluasi potensial bahaya, tetapi juga mencari dan mengevaluasi penyebab timbulnya. Pada tesis ini melihat bagaimana kecelakaan itu terjadi serta apa yang menjadi factor penyebabnya. Karena kecelakaan kerja tidak datang dengan sendirinya, ada serangkaian peristiwa sebelumnya yang mendahului terjadinya kecelakaan tersebut. Untuk mengetahui penyebab kecelakaan kerja bagian produksi unit die casting PT X digunakan metoda SCAT, dengan penelitian kualitatif. Dari hasil penelitian lapangan memperoleh hasil pada kondisi dibawah standar disebabkan oleh karena berbuat lalai hingga alat pengaman tidak berfungsi, dan kondisi dibawah standar disebabkan oleh karena tidak berfungsinya alat pengaman, kurang memadainya system alat pengaman dan tingkat kebisingan suara yang cukup mengganggu konsentrasi pekerja. Adapun penyebab dasar yang menyebabkan kecelakaan ini adalah yang dikarenakan factor manusia yaitu Kurang pengetahuan, stress fisiologis, stress psikologis dan factor pekerjaan yaitu tenaga teknik yang tidak memadai, kekurangan pada perkakas dan peralatan, kurangnya system perawatan, kurangnya sistem kepemimpinan dan pengawasan, kekurangan dalam standar kerja, kekurangan dalam pembelian. Adapun ketimpangan pada system manajemen yang terjadi adalah tidak memadainya system Kepemimpinan dan administrasi, inspeksi dan pemeliharaan yang terencana, analisis dan prosedur tugas kritis, engineering dan manajemen perubahan, system evaluasi, pengetahuan dan training keahlian, observasi tugas, peraturan dan ijin kerja, analisis kecelakaan/ kejadian dan training kepemimpinan. Diharapkan dengan penelitian ini dapat menjadikan masukan bagi perusahaan untuk dapat melakukan langkah pencegahan agar kecelakaan serupa tidak terulang.
Employees as human resources play an important role in pacify and expand a production process. They carry out a necessary working activity that in some cases are exposed by the risk of dangerous situation. Occupation accident in an industry, especially in a manufacturing company constitute as undesired evidence. Labor protection principle in occupational accident not only evaluate a potential risk of danger but also find out the cause of emergence. This thesis emphasizes on the cause factors of. accident that might suddenly happen in preceding to the working activity. This study would be explored in the production unit of Die casting PT X. It uses the SCAT method with a qualitative research. From the data field result substandard acts act caused of making safety devices inoperative, substandard conditions caused of inadequate guards or barriers, defective tools, equipment or materials and noise exposure. Basic caused this accident of personal factor are lack of knowledge, stress physiological, stress psychological and job factor are inadequate engineering, inadequate tools and equipment, inadequate maintenance, inadequate leadership and/ or supervision, inadequate work standards and inadequate purchasing. From the data field result lack of control caused of leadership & Administration, planned inspection & Maintenance, Critical task analysis & procedure, Engineering and change management, System evaluation, Knowledge and skill training, Task observation, Rule and work permits, Accident/ Incident analysis, Leadership training. Hopefully this thesis could contribute to preventive the same accident in the manufacturing companies not occur again.
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T 12802
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Widarto
Abstrak :
Keselamatan penerbangan merupakan suatu masalah yang saat ini memerlukan perhatian dan telah menjadi issue nasional ataupun internasional. Karena moda transportasi yang memiliki karakteristik cepat tersebut makin lama makin padat dan dengan demikian kerawanan terhadap kecelakaan makin banyak. Pada akhir-akhir ini Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang masalah keselamatan penerbangannya sangat memprihatinkan. Berbeda dengan kecelakaan mode transportasi di darat dan laut yang sering diselesaikan melalui sistem peradilan pidana, dalam kecelakaan moda transportasi penerbangan ini sejak Indonesia merdeka sampai dengan saat ini yang sudah lima puluh tiga tahun tidak ada satupun kecelakaan pesawat udara yang diselesaikan melalui sistem peradilan pidana. Padahal, KUHP telah mengatur tindak pidana yang berkaitan dengan kecelakaan pesawat udara (murni) secara lengkap dalam Pasal 359, 360 dan Pasal 479 g KUHP. Di lain pihak kecelakaan pesawat udara yang terjadi telah berpuluh bahkan beratus kali, pada tahun 1997-1998 saja tercatat 57 kali angka insiden dan kecelakaan. Adapun untuk kecelakaan pesawat udara yang fatal pada tahun 1997-1998 tercatat 12 kali. Hasil penelitian dari AAIC Indonesia pun menunjukkan faktor penyebab terbesar adalah faktor manusia (pada saat operasional pesawat udara). Hal demikian inilah yang menjadi latar belakang penulisan tesis ini. Dengan kesadaran hukum masyarakat yang makin tinggi, pelayanan dan penegakan hukum dalam kaitan keselamatan penerbangan ini sudah barang tentu harus mendapatkan perhatian. Metode penelitian dalam penulisan ini menggunakan metode penelitian gabungan, baik penelitian normatif maupun empiris. Dalam kesimpulan dikemukakan bahwa tidak semua kasus kecelakaan pesawat udara murni harus diselesaikan melalui jalur sistem peradilan pidana, namun hanya kecelakaan yang mengandung unsur dolus dan culpa, dalam hal ini culpa lata (kesembronoan). Disimpulkan pula bahwa pada prinsipnya KUHP telah mengatur secara lengkap tindak pidana yang berkaitan dengan kecelakaan pesawat udara, baik kecelakaan pesawat udara murni dan tidak murni. Namun, masih perlu ada penyempurnaan di beberapa pasal. Kemudian, ditemui adanya suatu kendala fungsionalisasi hukum pidana dalam kecelakaan pesawat udara, antara lain sulitnya mengumpulkan barang bukti sebagaimana dimaksud Pasal 184 KUHAP, kurangnya atau bahkan tidak adanya tenaga ahli pada Polri selaku penyidik yang membidangi masalah ini, tidak adanya akses antara Polri selaku penyidik dengan Aircraft Accident investigation Comission (Panitia Penelitian Penyebab Kecelakaan Pesawat Udara) , seringkali seluruh awak pesawat dan penumpang yang ada dalam pesawat udara meninggal dunia serta sangat rumitnya teknologi penerbangan. Sulitnya mengumpulkan informasi kecelakaan dan barang bukti kecelakaan pesawat udara ini antara lain juga disebabkan tidak adanya sifat keterbukaan Panitia Peneliti Kecelakaan Pesawat Udara, baik keterbukaan memberikan resume kecelakaan yang terjadi maupun keterbukaan dalam penyampaian barang bukti. Padahal kecenderungan internasional pada akhir-akhir ini menunjukkan hampir tidak ada satu informasipun yang disembunyikan kepada masyarakat, contoh misalnya dalam kecelakaan pesawat udara Swissair 111 tujuan Genewa tanggal 2 September 1998 yang jatuh delapan kilometer dari Peggy's Cove, Nova Scotia yang menewaskan 229 orang, Bahkan, transkrip percakapan antar awak pesawat atu antara awak pesawat dengan petugas ATC pun bisa diakses melalui internet. Dengan demikian, korban dan atau keluarga korban sebagai konsumen dapat memperoleh hak untuk mengetahui segala perkembangan terbaru yang dapat diperolehnya dengan sangat cepat. Selanjutnya, disarankan perlunya penyempurnaan beberapa pasal dalam KUHP yang berkaitan dengan kecelakaan pesawat udara dalam arti luas. Upaya fungsionalisasi hukum pidana dapat ditempuh dengan dua alternatif. Alternatif pertama dalam Rancangan Peraturan Pernerintah yang mengatur tentang Penelitian Kecelakaan Pesawat Udara perlu diatur kewenangan Ketua Komisi untuk dapat memberikan data penerbangan kepada Polri selaku penyidik (kecuali laporan hasil penelitiannya), selanjutnya Polri dapat memanfaatkan tenaga PPKPT dari Tim PPKPT TNI AU dan tenaga ahli Ditjen Hubud sebagai saksi ahli. Alternatif kedua dengan menyempurnakan UU Nomor 15 tahun 1992 tentang Penerbangan, yaitu dengan membentuk adanya lembaga kolateral (collateral) yang berfungsi sebagai penyidik dalam tindak pidana penerbangan. Penyelidik kolateral ini terdiri dari unsur Polri, tenaga ahli dari Ditjen Hubud dan tenaga ahli dari TNI AU, yang mana sebagai koordinator adalah Poiri. Selanjutnya Aircraft Accident Investigation Comission yang ada perlu dirombak struktur, peran dan tugas serta kewajibannya Dalam hal ini perlu difikirkan adanya Komisi atau Badan keselamatan Transportasi Nasional yang diangkat oleh Presiden dan bertanggungjawab kepada DPR atau setidak-tidaknya kepada Presiden melalui Mensekneg. Badan ini diharapkan akan membawahi Komisi Penyelidikan Kecelakaan Angkutan Darat, Komisi Penyelidikan Angkutan Laut (Mahkamah Pelayaran), dan Komisi Penelitian Kecelakaan Pesawat Udara (Aircraft Accident Investigation Comission). Hal ini sangat diperlukan dalam upaya melindungi keselamatan seluruh mode transportasi dan independensi dari Penyelidik.
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adri Patrice Kongry Imbar
Abstrak :
Ruang lingkup dan metodologi Untuk lebih meningkatkan upaya pencegahan kecelakaan kerja dilakukan suatu penelitian pada pekerja. Penelitian terdiri dari disain kohort historik yang bertujuan untuk mengidentifikasi Injury Frequency Rate (IFR), Injury Severity Rate (ISE) dan jenis kecelakaan pada pekerja. Data didapat dari HRA-GA perusahaan tahun 2000 - 2002. Penelitian kros seksional dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berisiko terhadap kecelakaan kerja dibandingkan antara kelompok HE dan LE. Kuesioner yang dikumpulkan 800 responden dengan cars convenient sampling tahun 2003. Penelitian ini menggunakan analisis descriptive and significant tests. Kesimpulan dan saran : Hasil penelitian kohort historik IFR HE 4,87 , LE 11,54 dan total 5,35.. ISR HE 14,68, LE 11,64 dan total 13,65. ISR. Jenis kecelakaan yang paling banyak terpotong, tergores 39,10%. Pada HE dan LE Unsafe act kerja terburu-buru 17,0% persentasinya paling tinggi. Tempat kerja bising 63,6% merupakan persentasi yang paling tinggi pada unsafe condition. Faktor risiko yang paling besar pada kecelakaan kerja pada kelompok HE adalah pendidikan. Sedangkan LE dan total tidak bermakna.
An analysis on Occupational accident in the automotive Industry PT. X Jakarta.Scope and methodology A study on occupational accidents was carried out aiming to improve preventive measures of workers. The study included two design i.e. the historic cohort aimed to identify Injury Frequency Rate (IFR), Injury Severity Rate (ISR) and types of accidents of workers. The data was take from HRA-GA of the enterprise year 2000 - 2002. A cross sectional study was also carried out aiming to identify workers risk factors toward accidents being compared between High and Low Exposed groups. The latter had 800 respondents collected through questionnaires with convenient sampling year 2003. Analysis of study using descriptive and significant tests. Conclusion and suggestions: The historic cohort study reported IFR of HE 4,87 , LE 11,54 and total 5,35. ISR among HE was 14,68, LE 11,64 and total 13,65. While the major types of accidents were cutting off and being scratch injuries 39,10%. About unsafe act it was found that working in a hurry was the major unsafe act committed mostly by HE and LE groups (17,0%). Among unsafe condition the highest percentage (63,6%) reported was noisy condition among HE & LE groups. The major risk factor identified for accidents among HE group was education while for LE and total population none was found.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T13627
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Astuti
Abstrak :
Employees as human resources play an important role in pacify and expand a production process. They carry out a necessary working activity that in some cases are exposed by the risk of dangerous situation. Occupation accident in an industry, especially in a manufacturing company constitute as undesired evidence. Labor protection principle in occupational accident not only evaluate a potential risk of danger but also find out the cause of emergence. This thesis emphasizes on the cause factors of accident that might suddenly happen in preceding to the working activity. This study would be explored in the production unit of Bridgestone Tire Indonesia. It uses the Fault Tree Analysis Method with a qualitative research. The result of this research shows that the occupation accident occurring in that company has various types following Heinrich theories that the cause of accident are due to fail of carefulness during working activities and unsafe working conditions. To pay attention on the statistics of accident, based on the yearly report, the evidence has increased about 72,7% from 1999 to 2001, at the time patrol safety clothes, the figure fluctuate. That research only focus on flow think or flow chart for unsafe acts and unsafe conditions with secundair data result in fact with field in Fault tree analysis. From the data field result unsafe condition caused of operation machine, materiil conditions and environment condition. Accupation accident from operation machine caused of operation didn't follow on procedures, abnorm condition and didn't connect. Abnorm conditions may be caused of requirement function unprotect, trouble machine or lable in machine can't understand becaused Kanji letters. On trouble may be caused of didn't function of emergency stop, rope emergency can't caught, trouble operator to find manual stop or less of requirement gived. Environment conditions may be floor not smooth, unbalance cleaning service, not keep on Healhty or narrow office in work, in unsafe acts caused of operator working unfollowed with standard and machine abnorm condition. Operator working unfollowed with standard caused of neglected on working, work without safety clothes, work in machine oparation, work withough requirement protect, and hurry working, work unsafe body position, work trouble, unsafe requirement. Work without safety clothe s caused of safety clothes broken, unwilling safety clothes, safety clothes unrelative give, working with safety clothes unpleasant or safety clothes not enough stock. In hurry working caused of in hurry finish or in hurry order target. Trouble working caused of don't know risk or low educated. Hopefully this thesis could contribute to decrease the figure of accident in the manufacturing companies.Bibliography : 35 ( 1980-2000)
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T240
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tejo Bawono
Abstrak :
Kecelakaan adalah kejadian yang tidak diinginkan atau serangkaian kejadian (atau adanya potensi penyebab) cedera, sakit dan kerusakan. Penanganan (handling) dan pemunggahan (rigging) pipa baja, material dan peralatan merupakan pekerjaan yang berbahaya. Setiap pekerjaan tersebut menghadirkan masalah tersendiri, dengan pertimbangan yang matang dan praktek pemunggahan yang benar, setiap pekerjaan dapat dihindari resiko kecelakaan pada manusia atau kerusakan pada peralatan. Biaya yang timbul akibat kecelakaan mencapai lebih dad 500 juta rupiah. Terdapat 5 (lima) kecelakaan major yang terkait dengan kejadian selama penanganan dan pengiriman pipa baja. Hal ini terjadi pada awal pengiriman terjadi beberapa kecelakaan oleh kontraktor dengan lokasi kejadian yang berbeda. Dan hasil penyelidikan, diketahui penyebab kecelakaan pada crane 80 ton di Bintan secara teknis disebabkan crane tidak mampu menahan pembebanan berlebih (overload) secara terus menerus sehingga crane mengalami fatigue (kelelahan) akibat beban dinamik yang terjadi secara siklus. Pada crane yang menggunakan tipe teleskopik, sangat berisiko terjadi patah pada bagian (section) ruas boom crane, yang apabila jika pembebanan melewati SWL (safe working load) akan menyebabkan bagian boom crane tersebut fracture. Penyebab lainnya (contributing causes) adalah penggunaan peralatan yang rusak dan tidak layak pakai, hilangnya pelindung keselamatan, peralatan keselamatan yang kurang memadai dan kesalahan dalam pemuatan. Audit kinerja keselamatan kerja dari masing-masing subkontraktor memperlihatkan tingkat kinerja keselamatan yang rendah seperti lemahnya prosedur kerja aman, keterlibatan menejemen, perawatan peralatan dan pemeriksan internal.
An accident is an undesired event or sequence of events (or with the potential to cause) injury, ill-health or damage. The handling and rigging of steel pipes, material and equipment is a hazardous occupation. Each operation presents its own peculiar problems and no two jobs are alike. With proper consideration and good handling practices taken, each job can be performed free of body harm and without damage to the equipment: There were 5 (five) work accident related with handling and delivery of steel pipes (32? OD) in December 2005 up to May 2006. It's was found mostly on early delivery during pipe handling was carried out by each subcontractor at various location. The cost impact after accident more than 500 billion rupiah and one rigger injured. By accident investigations were performed technically the crane could not withstand the continuously overload and occur fatigue due to dynamic load cyclically. The telescopic crane had high risk during loading over safe working load (SFL) which cause boom crane will be fractured. The contributing causes of this event are using defective equipment, removing safety devices or inadequate / improper protective equipment, and improper loading. As indicated before, the audit safety performance has been carried refer to Roman Diekemper and Donald Spartz. Mostly subcontractor shows that bad safety performance includes safe working procedures, direct management involvement, maintenance of equipment guards and internal self-inspection.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T20080
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Dwi Hermana
Abstrak :
Pekerja kesehatan berisiko terpapar darah dan cairan tubuh yang terinfeksi (bloodborne pathogen) yang dapat menimbulkan infeksi HBV, HCV dan HIV melalui berbagai cara, salah satunya melalui luka tusuk jarum atau benda tajam lainnya. Di RSUD Cianjur kejadian luka tusuk karena jarum pada perawat cukup tinggi walaupun sudah dilakukan pelatihan terintegrasi. Melihat permasalahan tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya luka tusuk karena jarum atau benda tajam lainnya; mengidentifikasi jenis tindakan dan keadaan tidak aman, hubungan tindakan dan keadaan tidak aman dengan terjadinya luka tusuk karena jarum. Penelitian ini menggunakan Metoda Deskriptif Analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah Perawat di Instalasi Rawat Inap, Bedah Sentral dan Gawat Darurat dengan Metoda Purposive sampling dan jumlah sampel total sampling. Hasil penelitian menunjukkan jumlah perawat yang mengalami luka tusuk cukup tinggi, penyebab luka tusuk terbanyak karena jarum suntik atau jarum jahit jaringan, jenis tindakan tidak aman yang terjadi adalah; tidak menggunakan sarung tangan, menempatkan spuit/peralatan diatas meja tindakan, beban kerja berlebihan dan tidak menggunakan teknik satu tangan. Tindakan tidak aman berhubungan secara bermakna dengan terjadinya luka tusuk karena jarum atau benda tajam lainnya, tindakan tidak aman juga secara bermakna berhubungan dengan terjadinya luka tusuk karena jarum atau benda tajam lainnya pada Perawat berpengetahuan baik, berketerampilan baik dan pernah dilatih. Keadaan tidak aman yang teridentifikasi adalah: tidak selalu tersedia alat pelindung, keadaan tidak aman tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan tingkat pengetahuan, keterampilan dan Perawat yang pernah dilatih tetapi berhubungan secara bermakna dengan Perawat yang belum pernah dilatih. Standar kerja dan peralatan yang dimiliki masih kurang. Untuk mencegah terjadinya luka tusuk karena jarum atau benda tajam lainnya maka perlu peningkatan surveilans kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pelatihan dan perbaikan prosedur kerja serta pemenuhan sarana peralatan.
Health workers pose some risks from the exposure to blood borne pathogen such as HBV, HCV and HIV such as those needle stick injury. Nurses in the needlestick injury incidents at Cianjur Regional Hospital is high, don. The objective of this research are to investigate the factors related with occurrence of needlestick injury; to identify type of unsafe act and unsafe condition contributed to accident resulted into needlestick injury. The research design was based on analytical descriptive with cross sectional approach. Sample was taken from the nurses at the Installations of Inpatient, Central Surgery and Emergency using the purposive sampling method. Result suggested that the nurses which high occurrence needlestick injury caused by hollowbome needle and suturing needle. Unsafe act related with needlestick injury and significantly with good knowledge, good skill and trained nurses. Identified unsafe condition is not usually available of personal protective equipment (PPE), unsafe condition is not related with good knowledge, good skill, trained nurses but significantly related to untrained nurses. Working standard procedure and equipment are improperly. To prevent needlestick injury, the improvement shell be taken by surveillance of work accident, work related diseases, training, work procedure and to full fill equipment and facility.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T19987
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chikhita Kharisma Poetri
Abstrak :
Tesis ini membahas tentang Jaminan Pertanggungan Wajib Penumpang Ojek Online Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang dengan pokok permasalahan kesatu Bagaimanakah Kepesertaan Pengemudi Ojek Online Dalam Pertanggungan Wajib Penumpang Berdasarkan UU No.33/1964, kedua Bagaimanakah Jaminan dan Santunan Pertanggungan terhadap Penumpang dan Pengemudi Ojek Online berdasarkan UU No.33/1964 dan UU No.34/1964 tentang Dana Kecelakaan lalu Lintas Jalan terhadap Risiko Kecelakaan Lalu Lintas Jalan. Metode yang digunakan adalah yuridis normatif atau doktrinal, dengan tipe penelitian deskriptif analitis dengan menggunakan data sekunder dengan teori kausalitas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Ojek Online tidak termasuk dalam definisi Kendaraan Bermotor Umum sebagaimana diatur dalam Pasal 1 UU No.33/1964 dan UU No.22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, hal ini berkorelasi bahwa penumpang ojek online tidak mendapatkan hak atas pembayaran ganti rugi jika mengalami kecelakaan lalu lintas jalan karena dikategorikan bukan sebagai penumpang yang diwajibkan membayar iuran wajib sehingga tidak berhak mendapatkan santunan. Apabila ojek online baik pengemudi dan penumpang yang menjadi korban kecelakaan lalu lintas jalan (ditabrak kendaraan lain) maka dikualifikasikan ke dalam sepeda motor pribadi dan dapat diberikan santunan berdasarkan UU No.34/1964. Adapun yang menjadi saran dari penulisan ini adalah amandemen ketentuan mengenai kendaraan bermotor berdasarkan UU No.22/2009 dan UU No. 33/1964. ......This thesis discusses the Compulsory Coverage Guarantee for Online Ojek Passengers Based on Act No. 33/1964 concerning Compulsory Passenger Accident Coverage Funds with the first main issue being How is the Participation of Online Ojek Drivers in Compulsory Passenger Coverage Based on Act No. 33/1964, secondly How is the Insurance Guarantee and Compensation for Online Ojek Passengers and Drivers based on Act No. 33/1964 and Act No. 34/1964 concerning Road Traffic Accident Funds for the Risk of Road Traffic Accidents. The method used is normative juridical, with a descriptive analytical research type using secondary data with causality theory. The results of this research indicate that online motorcycle taxis are not included in the definition of public motorized vehicles as regulated in Article 1 of Act No. 33/1964 and Act No.22/2009 concerning Road Traffic and Transportation, this correlates with the fact that online motorcycle taxi passengers do not have the right to compensation payments if they experience a road traffic accident because they are not categorized as passengers who are required to pay mandatory fees so they are not-entitled to compensation. If an online motorcycle taxi driver and passenger are victims of a road traffic accident (hit by another vehicle) then they qualify as private motorbikes and can be given compensation based on Act No.34/1964. The suggestion in this writing is an amendment to the provisions regarding motorized vehicles based on Act No.22/2009 and Act No.33/1964.
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Boediharto
Abstrak :
ABSTRAK
Kecelakaan lalu lintas adalah merupakan salah satu ancaman yang paling rawan, terhadap keamanan dan ketertiban masyarakat dibidang lalu lintas jalan raya, karena dapat mengakibatkan korban jiwa maupun harta benda. Situasi kecelakaan lalu lintas di Indonesia menunjukkan gambaran yang cenderung meningkat setiap tahun, sehinqga masih merupakan salah satu penyebab utama terjadinya kematian di Indonesia.

Untuk mengatasi situasi yang rawan dibidang lalu lintas, maka POLRI telah melaksanakan upaya penindakan dan pencegahan yang diberi nama "Operasi Zebra 85", dengan tujuan angara lain untuk menekan angka kecelakaan lalu lintas tersebut. "Operasi Zebra 85" ini dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia pada tanggal 25 Juli sampai dengan 5 Oktober 1985.
Universitas Indonesia, 1986
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Muryani
Abstrak :
Kecelakaan lalu lintas adalah kejadian pada lalu lintas jalan yang sedikitnya melibatkan suatu kendaraan yang menyebabkan cedera atau kerugian pada pemiliknya (WHO, 1984). Untuk menentukan penyebab kecelakaan di PT. Pertamina Patra Niaga Plumpang Jakarta Utara . penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan wawancara mendalam ,observasi partisipatif dengan bantuan dokumentasi. Waktu penelitian bulan Mei 2014 sampai Juni 2014. Dengan informan adalah Site Supervisor, HSE Manager PT. Pertamina Patra Niaga, supervisor fleet management, pengawas armada, maintenance, pengawas awak mobil tangki, awak mobil tangki, PT. Pertamina Patra Niaga. Dari hasil penelitian ini didapatkan hasil bahwa kecelakaan di lihat dari fase sebelum , pada saat dan setelah terjadi kecelakaan. Kemudian masing-masing fase dilihat dari segi factor manusia, kendaraan dan lingkungan. Faktor yang paling berpengaruh adalah dari segi manusia yaitu kelelahan. Kelelahan yang akan menyebabkan penurunan fungsi tubuh dan kurangnya konsentrasi. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa pengetahuan AMT (Awak Mobil Tangki) sudah baik dengan diadakannya program K3 berupa pelatihan, safety talk, briefing safety, komunikasi hazard. Akan tetapi Masih banyak ditemukan perilaku yang tidak aman, masih banyaknya AMT yang melakukan pelanggaran seperti bekerja yang melebihi batas yang ditentukan yaitu lebih dari 12 jam, over speed. Hal ini bertentangan dengan UU no 22 tahun 2009 dimana ditentukan bahwa maksimal lama kerja adalah 12 jam. ......Accident in this case was a traffic accident is a road ttraffic incident in which at least involves a vehicle causing injury or loss to the owner (WHO, 1984). To determine the cause of the accident at PT. Pertamina Plumpang Patra Niaga North Jakarta. This study is a qualitative research with in-depth interviews, participant observation with the help documentation. When the study in May 2014 through June 2014. Informant is the Site Supervisor, HSE Manager PT. Pertamina Patra Niaga, supervisor fleet management, fleet supervisors, maintenance, crew supervisor tank cars, tank cars crew, PT. Pertamina Patra Niaga. From the results of this study showed that accidents in view of the phases before, during and after a crash. Then each - each phase in terms of the human factor, vehicle and the environment. The most influential factor is human terms is exhausted. Fatigue will cause a decrease in the function of the body and lack of concentration. From the results of this study found that knowledge of AMT (Tank Car Crew) has been good with the holding of a training program K3, safety talk, safety briefing, hazard communication. But still many are found unsafe behavior, there are many who commit violations such as the AMT works in excess of the prescribed limit ie more than 12 hours, over speed. This is contrary to the Act No. 22 of 2009 which determined that the maximum length of employment is 12 hours.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41924
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>