Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indria Lestiati Pratiwi
"ABSTRAK
Setiap orang tua tentunya memiliki harapan-harapan pada anak yang
diasuh dan dirawatnya. Salah satu harapan orang tua adalah agar anaknya
mencapai keberhasilan. Kriteria keberhasilan yang dicapai oleh seorang anak
mengandung makna yahg sangat luas, namun pada anak usia sekolah atau SD
kriteria keberhasilan umumnya didasarkan atas prestasi belajarnya di sekolah.
Prestasi belajar yang dicapai oleh seorang anak sangat erat kaitannya
dengan pengasuhan yang dilakukan oleh orang tua, terutama ibu, sebagai
orang yang terdekat dengan anak. Bagi ibu yang sepenuhnya tinggal di rumah
mengasuh dan merawat anaknya, diharapkan ia dapat mengawasi dan
membimbing anaknya, sehingga ia mengetahui segala hambatan dan kesulitan
anaknya.
Namun, zaman yang telah berkembang pesat pada saat ini, telah
membuka kesempatan yang luas bagi wanita untuk berkarya di luar rumah.
Berdasarkan data yang diperoleh, saat ini banyak sekali wanita yang telah
memasuki dunia kerja, baik yang belum atau sudah berkeluarga. Pada awalnya
keterlibatan wanita dalam dunia kerja, terutama bagi yang sudah berkeluarga,
menimbulkan pendapat yang berbeda-beda, ada yang mendukung namun ada
juga yang menentang.
Dari beberapa hasil penelitian diperoleh bahwa ternyata anak yang
ibunya bekerja lebih mandiri, percaya diri, memiliki tanggung jawab, memiliki
intelektual yang lebih tinggi, lebih berorientasi pada pencapaian prestasi dan
memberikan keterampilan-keterampilan untuk mengembangkan minat anak
daripada anak yang ibunya tidak bekerja. Tampaknya terdapat perbedaan
pengasuhan antara ibu bekerja dan tidak bekerja. Hal ini sesuai dengan
pendapat Hoffman (dalam Hyde, 1985) yang menyatakan bahwa bagi ibu yang
tinggal sepenuhnya di rumah akan memiliki pengasuhan yang berbeda dengan
ibu yang bekerja di luar rumah.
Beberapa ahli mengatakan bahwa pada dasarnya anak sangat perlu
dibekali keterampilan-keterampilan untuk mencapai keberhasilan baik di
sekolah atau di kemudian hari. Rich (1992) memperinci bahwa ada 10
keterampilan yang harus diberikan pada anak, yaitu keterampilan untuk ;
menumbuhkan rasa percaya diri; untuk menumbuhkan rasa usaha pada anak
dalam mengerjakan suatu pekerjaan, menumbuhkan motivasi pada anak;
menumbuhkan rasa agar anak memiliki tanggung jawab; menumbuhkan inisiatif ;ketekunan ; agar agar anak dapat bekerja sama dengan orang lain ; agar anak
memperhatikan orang lain ; melatih anak agar dapat berpikir rasional dan
melatih anak untuk memecahkan masalah. Keterampilan-keterampilan ini
disebut sebagai Keterampilan Mega. 10 keterampilan ini telah dilakukan oleh
sebagian besar ibu-ibu di Amerika dan mereka merasakan manfaatnya
terutama untuk keberhasilan anak di sekolah.
Di Indonesia bagi anak yang berprestasi, tanpa disadari para ibu
mungkin menerapkan 10 keterampilan tersebut. Penerapan keterampilan itu
dapat saja terjadi bila tingkat pendidikan ibu cukup baik, berada pada kelas
sosek menengah dan tinggal di perkotaan, karena memungkinkan mereka
untuk memperoleh wawasan yang lebih luas mengenai pengasuhan anak. Oleh
karena itu penelitian ini ingin mengetahui penerapan keterampilan mega antara
ibu bekerja dan tidak bekerja dari anak SD yang berprestasi. Ingin dilihat
apakah terdapat perbedaan dalam penerapan keterampilan mega antara ibu
bekerja dan tidak bekerja tersebut. Alasan membandingkan antara ibu bekerja
dan tidak bekerja karena dari hasil penelitian sebelumnya terdapat perbedaan
pengasuhan antara ibu bekerja dan tidak bekerja, kemudian ingin dilihat apakah
juga terdapat perbedaan penerapan keterampilan mega tersebut .dalam
mengasuh anak-anak mereka.
Dari 70 responden dalam penelitian ini , yang terbagi atas 35 responden
ibu bekerja dan 35 responden ibu tidak bekerja, diperoleh hasil bahwa tidak
terdapat perbedaan dalam penerapan keterampilan mega dan kedua kelompok
cenderung menerapkan seluruh keterampilan tersebut. Pada ibu bekerja,
keterampilan yang lebih sering diterapkan pada anak-anaknya adalah untuk
menumbuhkan agar anak dapat bekerja sama dengan orang lain, sedangkan
pada ibu tidak bekerja yang lebih sering diterapkan adalah untuk menumbuhkah rasa percaya diri pada anak."
1996
S2954
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Maulati Rahayu
"ABSTRAK
Perilaku menyontek sampai saat ini masih banyak terjadi di lingkungan
pendidikan. Perilaku menyontek ini merupakan suatu hal yang harus dianggap serius
dan harus segera ditangani karena dampak negatifnya.
Berdasarkan penelitian dari Bowers & Haines (dalam Newstead, dkk, l996)
terlihat bahwa semakin tinggi motivasi berprestasi seseorang maka akan semakin
jarang orang tersebut menyontek. Tetapi Newstead, dkk (1996) mengatakan terdapat
bukti-bukti bahwa orang yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi akan lebih
mungkin untuk menyontek daripada orang yang rendah motivasi berprestasinya
Newstead, dkk (1996) juga mengatakan bahwa orang dengan orientasi mastery goal
lebih kurang kemungkinannya untuk melakukan perilaku menyontek dari pada orang
dengan orientasi performance goal, dan perbedaan antara performance dan mastery
goals sangat penting dalam menjelaskan mengenai perilaku menyontek ini. Oleh
karena itu penulis tertarik untuk melihat bagaimana sebenarnya hubungan antara
motivasi berprestasi dan orientasi achievement goals dengan perilaku menyontek
Penelitian ini dilakukan pada 123 siswa SMU, karena adanya hasil penelitian
yang mengatakan bahwa masalah menyontek yang paling serius ada di tingkat SMU.
Pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik non probability sampling
dengan bentuk accidental sampling.
Dalam penelitian ini digunakan tiga buah kuesioner, yaitu kuesioner motivasi
berprestasi, kuesioner achievement goals, dan kuesioner perilaku menyontek. Data
dalam penelitian ini dianalisa dengan menggunakan tehnik coefficient alpha dari
Cronbach dan tehnik korelasi dari Pearson Product Moment yang ada pada pada
program SPSS for Ms Windows release 6.0.
Dari hasil yang diperoleh dalam penelitian ini terlihat bahwa ada hubungan
yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan perilaku menyontek, dimana
semakin tinggi motivasi berprestasi, semakin jarang siswa tersebut melakukan
perilaku menyontek. Dan ternyata tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis
achievement goals yang dimiliki subyek dengan perilaku menyontek yang mereka
lakukan."
1999
S2754
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library