Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Imam Subchi
"Tulisan ini membahas tentang perubahan dan Pelestarian kebudayaan masyarakat keturunan Arab di kota Gresik. Empat institusi sosial menonjol yang akan dikaji dalam masalah ini adalah pendidikan, agama dan kepercayaan, sistem kekerabatan dan lingkaran hidup, serta ekonomi dan mata pencaharian. Beberapa indikator perubahan dalam pendidikan dapat dilihat pada sikap positif masyarakat terhadap pendidikan tinggi, setuju terhadap sistem pendidikan nasional, bertambahnya jumlah sarjana, besarnya motivasi melanjutkan ke perguruan tinggi. Perubahan pada sistem pendidikan formal dan informal (di Madrasah Malik Ibrahim dan Fatimiyah), yaitu masuknya materi pelajaran Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, serta Departemen Agama, dominannya pengurus, guru, dan siswa pribumi dibandingkan keturunan Arab, metode tanya jawab, audio visual, bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar, mementingkan keterampilan rasio dari pads hapalan, sikap para siswa keturunan Arab terhadap pribumi sangat positif, demikian pula sebaliknya. Namun demikian, perubahan pada materi pelajaran tidak mengganggu pelestarian pada materi pelajaran bahasa Arab, Qur'an-Hadis, Akidah Akhlak, yaitu berupa penambahan jam pelajaran, dengan Cara menambah jam dan materi pelajaran.
Agama masyarakat keturunan Arab adalah Islam aliran Syafi' i. Mereka terbagi menjadi dua golongan Sayid dan Non Sayid. Golongan Sayid dinisbatkan karena ada hubungan darah dengan Nabi Muhammad, sedangkan Non Sayid tidak. Secara umum, golongan Sayid diidentikkan dengan Nahdlatul Ulama (NU), golongan Non Sayid dengan Muhammadiyah. Kedua golongan tersebut sating melestarikan ibadah keagamaannya. Golongan sayid masih bersifat tradisionalis,sedangkan golongan Non Sayid mengacu ke aliran pembaharu. Perubahan terjadi pada sebagian masyarakat keturunan Arab (Sayid-Non Sayid), khususnya kaum berpendidikan. Mereka tidak terikat dengan sistem penggolongan, dan aliran keagamaan.
Sistem kekerabatan masyarakat keturunan Arab adalah patrilineal. Kedudukan laki-laki dalam rumah tangga cukup dominan. Laki-laki bekerja di sektor publik, sedangkan perempuan di sektor domestik. Kini, sebagian masyarakat keturunan Arab sudah ada yang mulai merubah tradisi ini, walau masih sebagian kecil. Mereka adalah kelompok yang berpendapat bahwa pekerjaan perempuan bukan hanya di sektor domestik, tetapi juga di sektor publik. Pelestarian kebudayaan terjadi pada masalah perkawinan. Mereka memegang teguh tradisi kawin sekufu'.
Ekonomi dan mata pencaharian masyarakat keturunan Arab adalah bidang perdagangan. Kini, mereka usaha di bidang industri rumah tangga, dan perdagangan sarung, tenun, yang mereka lakukan secara turun-temurun. Sebagian masyarakat berpendidikan tinggi lebih cenderung memilih pekerjaan profesional seperti dokter, pengacara, dosen, dan lain-lain. Akhirnya, perkerjaan dagang dan industri sarung tenun masih dikerjakan oleh mereka yang bukan berpendidikan tinggi, dan tidak mempunyai keterampilan kecuali apa yang diwariskan orang tuanya (industri dan berdagang sarung tenun)."
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafia Naqia
"Pengungsi di Indonesia masih dipandang negatif karena menjadi ancaman bagi masyarakat. Pengungsi tersebar dari berbagai wilayah, termasuk dari negara-negara Arab. Dalam prosesnya, terjadi adaptasi lintas budaya atau cross-cultural antara pengungsi dengan sesama pengungsi dan masyarakat lokal. Di Indonesia, terdapat sebuah lembaga pendidikan untuk anak-anak refugees belajar menyesuaikan diri di lingkungan yang baru. Tujuan penelitian ini yaitu untuk melihat proses adaptasi budaya dari pengungsi Arab di lembaga Help for Refugees melalui bahasa sebagai sarana komunikasi. Dalam mendapatkan hasil yang konkrit, dilakukan penelitian lapangan dengan metode kualitatif melalui teknik observasi dan wawancara. Hasil yang didapatkan berdasarkan data lapangan yaitu, kesadaran terhadap perbedaan budaya menjadi pemicu dari sebuah adaptasi budaya. Faktor yang menjadikan adaptasi budaya berhasil karena adanya keinginan belajar dari setiap individu dengan didorong oleh lingkungan keluarga, teman, serta masyarakat lokal. Help for Refugees sebagai komunitas turut membantu para pengungsi dalam melakukan adaptasi melalui komunikasi dan memenuhi pendidikan mereka.

Refugees in Indonesia are still viewed negatively because they are seen as a threat to society. Refugees come from various regions, including Arab countries. In the process, cross-cultural adaptation occurs between refugees and fellow refugees and the local community. In Indonesia, there is an educational institution where refugee children learn to adapt to their new environment. The aim of this study is to examine the cultural adaptation process of Arab refugees at the Help for Refugees institution through language as a means of communication. To obtain concrete results, field research was conducted using qualitative methods, including observation and interviews. The findings based on field data indicate that awareness of cultural differences serves as a catalyst for cultural adaptation. The success of cultural adaptation is attributed to the willingness to learn among individuals, driven by family, friends, and the local community. Help for Refugees, as a community, assists refugees in adapting through communication and fulfilling their educational needs."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2025
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library