Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Donna Octaviani
"Latar Belakang: Ensefalitis toksoplasma (ET) termasuk infeksi oportunistik yang paling banyak menyebabkan penyakit SSP pasien AIDS. Algoritma penatalaksanaan lesi fokal otak ET pasien AIDS di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) masih berdasarkan terapi empiris ET.
Tujuan: Mengetahui proporsi pasien AIDS diduga ET yang menunjukkan perbaikan klinis dan atau radiologis setelah diberikan terapi empiris dan faktor-faktor yang mempengaruhi.
Metode: Studi retrospektif potong lintang melalui data rekam medis pasien AIDS dewasa diduga klinis ET rawat inap pertama kali di RSCM dari tahun 2010-2012 dengan CD4 <200sel/mm3. Perbaikan klinis dan atau radiologis dinilai setelah 2 minggu terapi empiris.
Hasil: Didapatkan 82 subyek, dengan perbaikan klinis pada 63 pasien (77%). Terdapat 20 subyek yang menjalani pencitraan evaluasi dan dapat dibandingkan.Enam belas di antaranya didapatkan perbaikan radiologis. Median usia subyek 30 tahun (23-51) dan nilai median CD4 21 sel/mm3 (3-152). Penyakit penyerta terbanyak adalah tuberkulosis (46.3%), pneumonia (40.2%), dan sepsis (22%). Subyek tanpa sepsis memberikan respons yang lebih baik secara nyata dibandingkan subyek dengan sepsis (p= 0,000).
Kesimpulan: Pemberian terapi empiris pada pasien yang diduga ET secara klinis masih menghasilkan respons klinis dan atau radiologis yang baik. Sepsis menurunkan secara bermakna respons terhadap terapi empiris.

Background: Toxoplasma encephalitis (TE) is one of opportunistic infections that most cause CNS disease in AIDS and leads to focal brain lesions. The algorithm management of focal brain lesions AIDS patients in Cipto Mangunkusumo Hospital (RSCM) was based on empirical therapy of TE.
Aim: To find out the proportion of AIDS patients in RSCM with clinical diagnosis of TE who showed clinical and or radiological improvement after administration of empirical therapy and the influencing factors.
Method: A retrospective, cross-sectional study using medical records of adult AIDS patients admitted in RSCM from year 2010–2012. The eligible subjects were those who were admitted with clinical diagnosis of TE for the first time and CD4 <200cells/mm3. Clinical and or radiological improvement was assessed after two weeks of empirical therapy.
Results: There were 82 eligible subjects. Clinical improvement was found in 63 subjects (77%). There were 20 subjects who undergone serial neuroimaging examination and have comparable result. Sixteen subjects showed radiological improvement. Median age of the subjects was 30 years old (23–51) and median CD4 was 21cells/mm3 (3–152). The most frequent comorbidities were tuberculosis (46.3%), pneumonia (40.2%), and sepsis(22%). Subjects without sepsis were more responsive to empirical therapy compared to subjects with sepsis (p= 0.00).
Conclusions: Administration of empirical therapy in patients clinically diagnosed with TE provided favourable clinical and or radiological responses. Sepsis was associated with poor response to empirical therapy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T58579
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaki Dinul
"ABSTRAK
Biaya pengobatan HIV/AIDS mahal. ODHA mengeluarkan biaya sendiri yang besar untuk membiayai pengobatan. Tujuan penelitian ini untuk menggambarkan OOP pada pasien HIV/AIDS rawat jalan. Penelitian ini merupakan penelitian analitik deskriptif secara retrospektif dengan desain penelitian berupa desain studi potong lintang. Adapun sampel pada penelitian ini, yaitu pasien HIV/AIDS rawat jalan yang diambil secara acak sebesar 144 pasien. Rata-rata pengeluaran per kunjungan pasien sebesar Rp100.763,35 yang terdiri dari jasa dokter Rp41.557,32, administrasi Rp4563,56 dan biaya tes laboratorium sebesar Rp13.833,03. Rata-rata pengeluaran pasien umum dalam setahun sebesar Rp999.755,10 dan pasien jaminan sebesar Rp268.116,50. Ada hubungan secara statistik antara cara pembayaran terhadap Biaya Pengobatan setelah mengontrol variabel status pasien, jumlah infeksi oportunistik, dan jumlah kunjungan (nilai p sebesar 0,0005). Diharapkan pemerintah bisa menjamin penderita HIV/AIDS untuk mendapatkan pengobatan agar bisa terhindar dari kerugian ekonomi.

ABSTRACT
cost for treatment HIV/AIDS is expensive. PLHIV spent high cost for treatment (out-of-pocket). This research analized cost for treatment in outpatient with HIV/AIDS, used cross sectional design. The sample in this research was 144 outpatient HIV/AIDS in RSKO, taken by simple random sampling. Out-of-Pocket for treatment was Rp 100.763,35/visit consists of physician Rp41.557,31, medical (non-ARV) Rp5, administration Rp4.563,56, and laboratorium test Rp13.833,03. The mean for patient with no insurance Rp999.755,10/year and with insurance Rp268.116,50. There is significant relationship between payment and number of visit to expense (p value 0,0005). Hope government could insure PLHIV for avoiding financial burden."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Eulis Mar`atul Kamilah
"Acquired Immune Deficiency Sindrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus tersebut merusak kekebalan tubuh manusia dan menyebabkan turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi .Hubungan seks yang tidak aman, penggunaan jarum suntik yang tidak steril dan secara bergantian,transfusi darah yang terinfeksi HIV,dan penularan ibu yang terinfeksi HIV ke anak yang dikandungnya merupakan faktor resiko yang dapat menularkan HIV dari satu orang ke orang lain.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik pasien yang terdiri dari jenis kelamin, umur, status kawin, pendidikan, pekerjaan, dan perilaku beresiko serta IMS dengan kejadian HIV/AIDS di Klinik VCT Puskesmas Cikarang Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari data kunjungan pasien yang melakukan VCT ( Voluntary Counselling and Testing) dari bulan Januari - Desember 2013.
Desain penelitian menggunakan desain potong lintang (cross sectional) dengan jumlah sampel sebanyak 587 orang. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariat. Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui gambaran karakteristik pada setiap variabel yang diteliti. Sedangkan analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Adapun analisis multivariate digunakan untuk melihat faktor yang paling dominan yang berhubungan dengan kejadian HIV/AIDS. Uji statistic yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji chi-squre untuk bivariat dan regresi logistic ganda untuk multivariat.
Hasil analisis menunjukkan persentase pasien yang mengalami kejadian HIV positif di Klinik VCT Puskesmas Cikarang pada Tahun 2013 sebesar 12,4 %. Variabel yang berhubungan bermakna dengan dengan kejadian HIV adalah variabel status kawin (p= 0,012) dan status IMS (p=0,012). Variabel yang paling dominan berhubungan dengan kejadian HIV adalah status bercerai dengan OR 5,3. Untuk mencegah terjadinya HIV/AIDS maka penulis menyarankan untuk selalu menggunakan kondom pada saat melakukan perilaku seks beresiko juga disarankan untuk melakukan pemeriksaan IMS untuk mencegah terjadinya penularan HIV/AIDS.

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) is a collection of symptoms that are caused by the Human Immunodeficiency Virus (HIV). This virus damages the immune humans and cause a decrease or loss of endurance, so to infection and illness. Unsafe sex, use of unsterile needles and in turn, HIV-infected blood transfusions, and transmission of HIV-infected mother to child it contains a risk factor that can transmit HIV from one person to another.
This study aims to determine the relationship of patient characteristics consisting of gender, age, marital status, education, occupation, and risk behavior and STI incidence of HIV / AIDS in the health center VCT Clinic Cikarang Bekasi. The data used in this study is a secondary data derived from traffic data of patients undergoing VCT (Voluntary Counselling and Testing) of the month from January to December 2013.
Study design using cross-sectional design (cross-sectional) with a total sample of 587 people. The data were then analyzed using univariate, bivariate and multivariate analyzes. Univariate analysis was conducted to determine the characteristic features of each variable studied. While the bivariate analysis was conducted to determine the relationship between the independent variables and the dependent variable. The multivariate analysis is used to see the most dominant factors associated with the incidence of HIV / AIDS. Statistical tests used in this study is the chi-square test for bivariate and multiple logistic regression for multivariate analyzes.
The analysis showed the percentage of patients who experienced a positive HIV incidence in Cikarang VCT clinic at the health center in 2013 of 12.4%. Variables significantly associated with the incidence of HIV is variable marital status (p = 0.012) and the status of STI (p = 0.012). The most dominant variables associated with HIV incidence is divorced marital status with OR of 5.3. To prevent HIV / AIDS, the authors suggest to always use a condom when doing risky sexual behavior are also advised to check the IMS to prevent the transmission of HIV / AIDS.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55224
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juwanty Eka Putri
"HIV dan AIDS merupakan salah satu masalah kesehatan global saat ini. HIV dan AIDS ini erat kaitannya dengan diskriminasi dari tenaga kesehatan, khususnya yang berasal dari perbuatannya sendiri seperti pengguna narkoba suntik. Penelitian ini bertujuan menggambarkan perilaku perawat terhadap pasien ODHA pengguna jarum suntik. Penelitian ini merupakan penelitian secondary data analysis dari penelitian utama yang berjudul Indonesian Nurses’ HIV Knowledge, Religiosity, Individual Stigma Attitudes, and Workplace HIV-Stigma. Hasil penelitian menunjukan sebanyak 51,5% perawat memiliki perilaku positif dan 48,5% memiliki perilaku negatif. Perilaku positif yang ditunjukan perawat harus dipertahankan dan dilihat juga dari faktor yang dapat mempengaruhi perilaku.

HIV and AIDS is one of the current global health issues. HIV and AIDS is closely related to discrimination of health workers, particularly from his own actions such as injecting drug users. This research aims to describe the attitude of nurses to patients PLWH IDUs. It uses a secondary data analysis from a major study entitled Indonesian Nurses’ HIV Knowledge, Religiosity, Stigma Individual Attitudes, and Workplace HIV stigma. The results show that 51,5% of nurses had a positive attitude and 48,5% had a negative attitude. Positive behaviour which is implemented by nurses should be maintained. Many factors can affect the behaviour of the nurses.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S55530
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Nartiana
"Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus RNA yang dapat menyebabkan penyakit klinis, dikenal sebagai Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). Penulisan karya ilmiah akhir ini bertujuan untuk memberikan gambaran asuhan keperawatan prenatal dan postnatal ibu dengan HIV dan pengobatan ARV terutama di daerah perkotaan. Berdasar hasil pengkajian pada kasus ibu dengan HIV dan pengobatan ARV, didapat masalah prenatal cemas, gangguan pola tidur dan risiko infeksi. Masalah postnatal nyeri akut, risiko infeksi dan diskontinuitas pemberian ASI. Intervensi keperawatan yang diberikan meliputi mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam, melakukan pencegahan infeksi (universal precaution), membantu klien melakukan mobilisasi dini, mengajarkan cara pemberian susu formula. Hasil karya ilmiah ini menyarankan institusi pelayanan kesehatan untuk memberikan asuhan keperawatan pada ibu dengan HIV secara holistik dan komprehensif.

Human Immunodeficiency Virus (HIV) is RNA retrovirus that couse clinical illness, called Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). The aim of this study was to provide an overview of prenatal and postnatal nursing care in mother with HIV and ARV medication. Based on the results of the assessment in the case Of mother with HIV and ARV medication, the symptoms that found are anxiaty, sleep pattern disturbance and risk of infection. Postnatal problem are acute pain, risk of infection, and discontinuity of breast feeding. Nursing intervention provided include teach relaxation technic deep breathing, doing universal precaution, help client doing early mobility, teach how to give formula milk. Results of this paper suggest to health care institution to give holistic and comprehensif nursing care for mother with HIV.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ardiana Kusumaningrum
"Latar Belakang : Implementasi penggunaan terapi antiretrovirus aktif (highly active antiretroviral therapy/HAART) di Indonesia meningkat sejak tahun 2004. Namun demikian, perlu disadari bahwa resistensi obat HIV, salah satu konsekuensi pemberian antiretrovirus, dapat menurunkan keberhasilan terapi. Ketersediaan data mengenai resistensi terhadap obat golongan NRTI, NNRTI dan PI dapat memberi keuntungan dalam program pengendalian dan pencegahan HIV/AIDS nasional.
Tujuan : Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui profil resistensi genotip HIV-1 terhadap antiretrovirus pada pasien terinfeksi HIV-1 yang gagal terapi lini pertama.
Metode : Mutasi gen penyandi resistensi obat HIV dievaluasi pada pasien HIV di RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo, Jakata, setelah mengalami gagal terapi lini pertama. Pasien dengan viral load > 200 kopi/ml setelah enam bulan terapi antiretrovirus dimasukkan dalam penelitian ini. Hasil resistensi secara genotip dan subtipe HIV-1 diinterpretasi menggunakan Viroseq dan database Stanford DR.
Hasil : Sebelas pasien diperoleh selama periode penelitian dengan nilai tengah usia 31 tahun, 54,55 % pasien laki – laki dan sebaran transmisi yaitu heteroseksual (45,45 %), homoseksual (9,09 %), pengguna jarum suntik yang tidak aman (27,27 %) dan tidak diketahui (18,18 %). Infeksi oportunistik ditemukan pada 72,73 % pasien yang didominasi oleh tuberkulosis paru. Sekitar 27,27% memiliki kepatuhan minum obat yang baik. Subtipe HIV yang ditemukan 81,81 % CRF01_AE, 9,09% C dan 9,09 % tidak dapat dinilai. Nilai tengah hitung sel CD4(+) dan viral load sebesar 116 (6 - 274) sel/mm3 and 104.000 (385 - 326.595) kopi/ml. Resistensi secara genotipik ditemukan pada seluruh pasien gagal terapi. Berdasarkan rejimen antiretrovirus yang diterima, ditemukan manifestasi resisten terhadap rejimen lamivudine (90%), tenofovir (83%), nevirapine (100%) dan efavirenz (100%). Menarik untuk diperhatikan bahwa tidak ditemukan manifestasi resistensi terhadap zidovudine, termasuk pada empat pasien HIV/AIDS yang mendapatkan zidovudine dalam rejimen terapinya. Mutasi NRTI yang banyak ditemukan adalah M184VI dan K65R, sedangkan mutasi NNRTI adalah Y181CFGVY, K103N, A98AG, E138GQ dan G190AGS. Tidak ditemukan mutasi mayor terhadap PI.
Kesimpulan : Pada penelitian ini ditemukan proporsi resistensi obat HIV yang cukup tinggi. Hal ini memperkuat urgensi monitoring virologi, survey resistensi obat HIV serta akses pilihan terapi yang sesuai pada kasus gagal terapi.

Background : The administration of highly active antiretroviral therapy (HAART) has rapidly increased in Indonesia since 2004. The emergence of HIV-1 drug resistance, however, may limit the benefits of antiretroviral therapy in settings with limited laboratory monitoring and drug options. The availability of data concerning resistance towards NRTI, NNRTI, and PI will be beneficial for the national HIV/AIDS prevention and control program.
Objective : To determine genotypic resistance profiles in HIV-1 infected patients failing first line therapy.
Methods : HIV drug resistance mutations were assessed among patients from RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo, Jakarta, following failure of their first line antiretroviral therapy. Virology failure was defined as value > 200 copies/ml after six months therapy. Genotypic resistance results and HIV-1 subtype were interpreted by Viroseq and Stanford DR database.
Results : A total of 11 adults were included. Median (IQR) age was 31 years, 54,55 % were male and mode of transmission were heterosexual (45,45 %), MSM (9,09 %), IVDU (27,27 %) and unknown (18,18 %). Opportunistic infections were found in 72,73% patients and TB were the most common infection. Only 27,27 % patients have good adherence. HIV subtypes were 81,81 % CRF01_AE, 9,09% C and 9,09 % undefined. Median (IQR) CD4(+) T-cell count and HIV-RNA were 116 (6 - 274) cells/mm3 and 104.000 (385 - 326.595) copies/ml, respectively. All patients with virological failure were resistant to at least one antiretroviral drug. Genotypic resistance towards the antiretroviral drugs being used was observed in lamivudine (90%), tenofovir (83%), nevirapine (100%) dan efavirenz (100%). It is interesting that no zidovudine resistance were found, including in four patients receiving zidovudine in their HAART. The common NRTI mutations were M184VI and K65R, while NNRTI mutations were Y181CFGVY, K103N, A98AG, E138GQ and G190AGS. No mayor PI mutations were found.
Conclusion : Our study found a high proportion of drug resistance and supports the need for appropriate virology monitoring and HIV drug resistance survey in clinical practice and access to drug options in case of virology failure.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Alphi Nabila
"ABSTRAK
Perilaku berobat dalam penelitian ini ialah perilaku ODHA dalam meminum obat ARV. Penggunaan ARV menuntut ODHA untuk patuh menjalankan pengobatannya. Sedikit pelanggaran dari ketentuan dapat menyebabkan kegagalan proses pengobatan dan memicu munculnya resistensi. Di Indonesia, angka kejadian kegagalan dalam pengobatan ARV masih tinggi. Hingga September 2014, ada 38.399 orang yang berhenti melakukan pengobatan ARV dan tidak ter-followup. Tujuan dari penelitian ini ialah memperoleh gambaran yang mendalam tentang perilaku berobat ODHA Yayasan Kotex Mandiri yang berkaitan dengan pengetahuan, self efficacy, riwayat efek samping obat, akses layanan kesehatan, pengalaman mendapat stigma dan diskriminasi di layanan kesehatan, dukungan tenaga kesehatan, dan dukungan kelompok. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan desain studi kasus. Metode yang digunakan adalah wawancara mendalam dan telaah dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ODHA Yayasan Kotex Mandiri memiliki pengetahuan yang baik mengenai HIV, memiliki self efficacy yang tinggi, mengalami riwayat efek samping obat namun dapat diatasi dengan baik dan tidak menimbulkan putus obat, mendapat akses layanan kesehatan mudah, tidak mengalami stigma dan diskriminasi di layanan kesehatan, mendapat dukungan dari tenaga kesehatan, dan kelompok (keluarga, teman, dan LSM). Adanya program pendampingan dari Yayasan Kotex Mandiri di layanan kesehatan memberikan dampak seperti peningkatan pengetahuan dan motivasi berobat ODHA.

ABSTRACT
The treatment behavior in this study is the behavior of ODHA in taking ARV drugs, starting from taking ARV in health services to their consumption. The use of antiretrovirals requires ODHA to comply and carry out their treatment regularly. Few violations of the provisions for taking these drugs can cause a failure of the treatment process and trigger resistance. In Indonesia, the incidence of ARV treatment failure is still high due to poor adherence to treatment. Until September 2014, there were 38,399 people who stopped taking ARV treatment and were not followed up. The purpose of this study was to obtain an in-depth picture of the treatment behavior of the ODHA of Kotex Mandiri Foundation relating to knowledge, self efficacy, history of drug side effects, access to health services, experience of getting stigma and discrimination in health services, support of health workers, and group support. This research is a type of qualitative research using case study design. The method used is in-depth interviews and document review. The results showed that most ODHA in Kotex Mandiri Foundation had good knowledge about HIV, modes of transmission, and ARV treatment, had high self efficacy, experienced a history of drug side effects such as nausea, fever, rashes, but could be treated well and does not cause drug breaking behavior, gets access to health services very easily, does not experience stigma and discrimination in health services where he is treated, gets support from health workers, and groups (family, friends and NGOs). The existence of a mentoring program from Kotex Mandiri Foundation in health services has had an impact such as increasing the knowledge and motivation of ODHA treatment."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Alphi Nabila
"Perilaku pengobatan dalam penelitian ini adalah perilaku ODHA dalam minum obat ARV, mulai dari minum obat ARV hingga konsumsinya. Penggunaan ARV mengharuskan ODHA untuk mematuhi dan menjalankan pengobatannya
secara teratur. Pelanggaran ringan terhadap ketentuan minum obat dapat mengakibatkan kegagalan proses pengobatan dan mengakibatkan timbulnya resistensi. Di Di Indonesia, angka kejadian kegagalan pengobatan ARV masih tinggi karena kepatuhan minum obat yang buruk. Per September 2014, ada 38.399 orang yang menghentikan pengobatan ARV dan tidak ditindaklanjuti. Tujuan penelitian Hal ini untuk mendapatkan gambaran yang mendalam tentang perilaku pengobatan ODHA Yayasan Kotex Mandiri terkait pengetahuan, efikasi diri, sejarah efek samping obat, akses ke layanan kesehatan, pengalaman distigmatisasi dan diskriminasi dalam pelayanan kesehatan, dukungan tenaga kesehatan, dan dukungan kelompok. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan desain studi kasus. Metode yang digunakan adalah wawancara mendalam dan penelitian dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ODHA di Kotex. Dasar Mandiri memiliki pengetahuan yang baik tentang HIV, cara penularan, dan Pengobatan ARV, memiliki efikasi diri yang tinggi, memiliki riwayat efek samping obat-obatan seperti mual, demam, ruam, tetapi dapat ditangani dengan baik dan tidak
menyebabkan perilaku putus obat, mendapatkan akses pelayanan kesehatan sangat mudah, tidak mengalami stigma dan diskriminasi dalam pelayanan kesehatan dimana mereka berobat, mendapat dukungan dari tenaga kesehatan, dan kelompok (keluarga, teman, dan LSM). Adanya program pendampingan dari Yayasan Kotex Mandiri dalam pelayanan kesehatan memberikan dampak seperti peningkatan pengetahuan dan motivasi untuk berobat ODHA.
The treatment behavior in this study is the behavior of PLWHA in taking ARV drugs, starting from taking ARV drugs to their consumption. The use of ARV requires PLWHA to comply with and carry out their treatment pengobatan
regularly. Minor violations of the provisions for taking medication can result in failure of the treatment process and lead to the emergence of resistance. In Indonesia, the incidence of ARV treatment failure is still high due to poor medication adherence. As of September 2014, there were 38,399 people who stopped ARV treatment and were not followed up. The purpose of this research is to get an in-depth picture of the treatment behavior of PLWHA at the Kotex Mandiri Foundation regarding knowledge, self-efficacy, history of drug side effects, access to health services, experiences of stigmatization and discrimination in health services, support for health workers, and group support. This research is a type of qualitative research using a case study design. The method used is in-depth interviews and document research. The results showed that most of the PLWHA in Kotex. Basic Mandiri has good knowledge about HIV, modes of transmission, and ARV treatment, has high self-efficacy, has a history of side effects of drugs such as nausea, fever, rash, but can be handled well and not causing drug withdrawal behavior, getting access to health services is very easy, not experiencing stigma and discrimination in health services where they seek treatment, getting support from health workers, and groups (family, friends, and NGOs). The existence of a mentoring program from the Kotex Mandiri Foundation in health services has an impact such as increasing knowledge and motivation to seek treatment for PLWHA."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2   >>