Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Matodang, Corry Siahaan
"Yang terhormat,
Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Bapak Menteri Kesehatan
Bapak Rektor Universitas Indonesia
Bapak Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Para Dekan Fakultas di lingkungan Universitas Indonesia Bapak Direktur RS Dr Cipto Mangunkusumo
Para Guru Besar, beserta staf pengajar
Para sejawat, para mahasiswa dan Hadirin sekalian yang saya muliakan
Perkenankanlah saya terlebih dahulu memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya, sehingga saya dapat menyampaikan pidato pengukuhan saya sebagai- Guru Besar Tetap dalam cabang Ilmu Kesehatan Anak di hadapan para hadirin sekalian yang saya hormati.
Hadirin yang saya muliakan,
Pada kesempatan yang baik ini saya memilih topik " AIDS pada Anak pada Masa Mendatang" untuk disampaikan kepada para hadirin. Hal ini didasari oleh pertimbangan pada dampak negatif penyakit ini pada kesehatan anak di negara-negara dimana AIDS pada anak sudah merupakan masalah kesehatan anak. Di samping itu, telah muiai ditemukannya wanita usia subur yang sudah terinfeksi HIV (Human Immuno Deficiency Virus), yaitu virus penyebab AIDS, di Indonesia yang dapat menularkan HIV yang ada pada tubuhnya ke bayi yang akan dikandungnya. Dengan harapan agar informasi yang terdapat dalam pidato ini dapat membantu mencegah menjalarnya AIDS pada anak, sehingga AIDS pada anak bukan merupakan masalah kesehatan anak di Indonesia.
Hadirin yang saya muliakan,
Baru saja kita bergembira karena hilangnya penyakit cacar yang menakutkan, timbul lagi penyakit infeksi lain yang membawa kematian yaitu penyakit AIDS. Penyakit AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang dinamakan HIV yang dapat menyebabkan daya tahan tubuh seseorang menurun atau yang dinamakan defisiensi imun, sehingga ia mudah terjangkit penyakit infeksi berat atau keganasan yang menyebabkan kematian. Karena penyakit ini mengakibatkan terjadinya defisiensi imun, maka sesuai dengan bidang yang saya tekuni, perkenankanlah saya terlebih dahulu membahas sedikit mengenai mengapa seseorang bila terinfeksi HIV akan mengalami penurunan daya tahan tubuh.
Salah satu pertahanan tubuh terhadap masuknya kuman penyakit adalah kekebalan yang diperan oleh limfosit T (butir darah putih) yang dinamakan kekebalan selular. Berbeda dengan kekebalan humoral yaitu pertahanan tubuh yang diperan oleh zat kebal atau antibodi, pada kekebalan selular zat yang berperan adalah limfokin yaitu zat yang dikeluarkan oleh limfosit T, jika sel ini teraktivasi kuman (antigen). Di darah perifer kita mengenal 2 macam limfosit T yaitu limfosit T4 dan limfosit T8. Di antara limfosit T4, terdapat limfosit T4 penolong yang mempunyai peran sentral dalam kekebalan selular. Bila limfosit T4 penolong ini terangsang oleh adanya kuman penyakit yang masuk ke dalam tubuh, maka set ini akan menjadi aktif dan mengeluarkan limfokin. Melalui limfokin inilah limfosit T4 penolong melakukan peran sentralnya pada kekebalan selular. Karena itu pada akhir akhir ini banyak penelitian ditujukan pada limfokin ini, terutama mengenai efek dan keterlibatannya baik pada penyakit infeksi maupun pada penyakit autoimun, keganasan dan transpiantasi.
Limfokin adalah suatu istilah yang dipakai untuk sekumpulan mediator protein yang dihasilkan limfosit aktif dalam respons terhadap antigen atau adanya kerusakan jaringan. Berbeda dengan antibodi, komposisi kimianya tidak ditentukan oleh antigen yang merangsangnya. Karena itu limfokin tidak bersifat antigen spesifik, artinya dapat berpartisipasi pada respons terhadap antigen yang berbeda, Pada mulanya dikira bahwa limfokin hanya diproduksi oleh sel limfosit. Ternyata kemudian limfokin dapat juga diproduksi oleh sel lain dan efeknyapun tidak hanya terbatas pada sei limfoid. Karena itu pada akhir akhir ini orang cenderung memakai istilah umum untuk limfokin yaitu sitokin.
Limfokin berfungsi sebagai sinyal molekutar di antara sel untuk mengatur respons inflamasi lokal, yang dibutuhkan untuk melokalisir dan mengeliminasi antigen yang ada. Pada umumnya limfokin terutama bereaksi terhadap sel yang ada di sekitarnya di tempat ia diproduksi yang dinamakan efek parakrin, dapat juga terhadap sel yang menghasilkannya sendiri yang dinamakan efek autokrin. Oleh karena itu efek kerjanya pada umumnya adalah komunikasi jarak dekat."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
T 1992 12 LP 1992 12
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roy Amardiyanto
"ABSTRAK
Latar Belakang: Mayoritas anak dengan HIV memiliki masalah fungsi susunan saraf pusat SSP dan neurokognitif walaupun telah mendapatkan ARV. Gangguan fungsi SSP dan neurokognitif perlu dimonitor secara jangka panjang. Tujuan: Mengetahui perubahan IQ dan gambaran EEG pada pasien HIV anak yang telah memperoleh ARV. Metode: Penelitian kohort retrospektif pada 63 anak dengan HIV berusia 7-17 tahun yang telah memperoleh ARV pasca follow-up dalam 3 tahun dilakukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo RSCM . Dilakukan anamnesis, tes IQ, dan EEG. Selanjutnya, dinilai perubahan proporsi IQ dan EEG serta hubungan perubahan IQ dengan stadium klinis HIV, penyakit infeksi SSP, jenis ARV, keteraturan minum ARV, dan jenis sekolah. Hasil: Perubahan proporsi IQ normal menjadi abnormal pada verbal scale, performance, dan full-scale adalah 13 20,6 subyek p=0,002 , 12 19 subyek p=0,035 , dan 10 15,9 subyek p=0,039 . Perubahan proporsi verbal, performance, dan full-scale IQ tidak berhubungan dengan stadium HIV, infeksi SSP, keteraturan minum ARV, dan tipe sekolah. Perubahan proporsi EEG normal menjadi abnormal sebanyak 19 subyek 30,2 p=0,003 . Simpulan: Obat anti retroviral jangka panjang tidak memperbaiki IQ dan gambaran EEG pada pasien HIV anak.

ABSTRACT
Background: A majority of HIV-infected children are dealing with central nervous system CNS dysfunction and neurocognitive disorder. CNS dysfunction and neurocognitive disorder need to be monitored in the long-term. Objective: To identify altered IQ and EEG activity in HIV-infected children who had received ARV treatment. Methods: A retrospective cohort study in HIV-infected children aged 7 to 17 years who had received ARV and had 3-year follow up was conducted in Cipto Mangunkusumo Hospital CMH . History taking, IQ test, and EEG was performed. We evaluated changes in IQ proportion, EEG activity and the correlation between altered IQ and HIV infection stages, CNS infection, ARV type, medication adherence and school type. Results: There was an altered proportion of IQ score from normal into abnormal for verbal scale, performance and full scale scores, which occurred in 13 20.6 subjects p=0.002 , 12 19 subjects p=0.035 , and 10 15.9 subjects p=0.039 , respectively; The altered IQ proportion had no correlation with HIV infection stages, CNS infection, medication adherence and school type. The altered proportion of EEG activity was found in 19 30.2 subjects p=0.003 . Conclusion: Long-term ARV does not improve the IQ score and EEG activity in HIV-infected children.
"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-PDF
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Putri Utami
"Vaksin konjugat pneumokokus 13-valen berperan penting dalam upaya mengurangi penyakit invasif pneumokokus pada anak terinfeksi HIV. Tujuan studi retrospektif ini untuk mengevaluasi respon imun humoral pada anak terinfeksi HIV pra dan pasca vaksinasi PCV13 di Jakarta, Indonesia. Penelitian ini menggunakan sampel serum bahan biologis tersimpan (BBT) dari 66 anak sebelum, 12 dan 18 bulan setelah vaksinasi. ELISA dan uji bakterisidal serum digunakan untuk mengukur konsentrasi antibodi dan antibodi fungsional pasca vaksinasi, secara berurutan. IgG total 13 serotipe S. pneumoniae 12 bulan pasca vaksinasi PCV13 menunjukkan peningkatan konsentrasi yang signifikan dibandingkan dengan pra vaksinasi (p=0.01). Konsentrasi IgG spesifik serotipe 4, 14 dan 23F pasca vaksin 18 bulan terjadi penurunan siginifikan dibandingkan pra vaksinasi (p<0.05) sedangkan IgG spesifik serotipe 6B terjadi peningkatan konsentrasi antibodi (p=0.03). Tidak terjadi perubahan konsentrasi IgG spesifik serotipe 3 yang efektif setelah vaksinasi. Konsentrasi IgG serotipe 19F tidak ada perbedaan signifikan (p>0.05) setelah vaksinasi. Tidak ada korelasi signifikan antara jumlah sel T CD4 dengan konsentrasi IgG total 13 serotipe S. pneumoniae. Rerata konsentrasi IC50 serum bactericidal assay adalah 275,2 U/mL. Kesimpulannya, satu dosis PCV13 untuk anak terinfeksi HIV mampu menghasilkan tingkat antibodi yang kuat dan fungsional terhadap S. pneumoniae.

The 13-valent pneumococcal conjugate vaccine plays an important role in efforts to reduce pneumococcal invasive disease in HIV-infected children. The aim of this retrospective study was to evaluate the humoral immune response in HIV-infected children before and after PCV13 vaccination in Jakarta, Indonesia. This study used serum samples of biologically stored material from 66 children before, 12 and 18 months after vaccination. ELISA and serum bactericidal assays were used to measure post-vaccination antibody and functional antibody concentrations, respectively. IgG total of 13 serotypes of S. pneumoniae 12 months after PCV13 vaccination showed a significant increase in concentration compared to pre- vaccination (p=0.01). The concentration of specific IgG serotypes 4, 14 and 23F after the vaccine 18 months decreased significantly compared to pre-vaccination (p<0.05) while the concentration of specific IgG for serotype 6B increased (p=0.03). There was no change in effective serotype 3 specific IgG concentration after vaccination. There was no significant difference (p>0.05) in serotype 19F IgG concentrations after vaccination. There was no significant correlation between the number of CD4 T cells and the total IgG concentration of 13 serotypes of S. pneumoniae. The mean concentration of IC50 serum bactericidal assay was 275.2 U/mL. In conclusion, a single dose of PCV13 for HIV-infected children appears to produce strong and functional antibody levels against S. pneumoniae."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivonne Junita Fabanjo
"Anak dengan HIV/AIDS membutuhkan terapi Antiretroviral (ARV) dan
merupakan suatu tantangan bagi keluarga untuk tetap mempertahankan
kepatuhan terhadap terapi. Penelitian kualitatif ini menggunakan pendekatan
fenomenologis deskriptif yang bertujuan mengeksplorasi pengalaman keluarga
merawat anak dengan HIV/AIDS yang menjalani terapi ARV. Partisipan yang
terlibat dalam penelitian ini adalah lima orang. Hasil penelitian ini
mengidentifikasi 5 tema yaitu 1) dimensi pemberian terapi ARV, 2) keyakinan
terhadap pengobatan, 3) dukungan dari tenaga kesehatan terhadap terapi ARV, 4)
merasa takut, 5) mengalami proses berduka. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan, pengalaman dan masukan bagi perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan pada anak dengan HIV/AIDS

Abstract
Children living with HIV who undergo Antiretroviral (ARV) therapy give
challenge to their family in order to adhere to the therapy. This qualitative study
used descriptive phenomenology approach, the purpose of this study is to explore
family?s experience in caring children living with HIV who undergo
Antiretroviral (ARV) therapy. Five participants were involved in this study. Five
themes were identified, namely: 1) Antiretroviral (ARV) therapy dimension, 2)
faith on the therapy, 3) health professional support in Antiretroviral (ARV)
therapy, 4) feeling afraid, and 5) experienced grieving process. From this study, it
is suggested that nurses need to improve their knowledge and skill in caring
children living with HIV."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T31030
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Noor Farida
"Penyakit HIV/AIDS yang merupakan salah satu dari 10 penyakit terbesar didunia yang memiliki angka mortalitas dan morbiditas tinggi. Pada tahun 2016 menurut Infodatin AIDS bahwa DKI Jakarta adalah yang tertinggi untuk penderita HIV. Salah satu cara penularannya adalah penularan secara vertikal dari ibu ke anak, saat kehamilan, persalinan dan menyusui. Penelitian ini ingin mengetahui apakah faktor sosidemografi ibu, faktor Ibu, faktor obstetri dan faktor anak berhubungan dengan penularan HIV/AIDS pada anak.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2017 di RSUP Fatmawati. Pada penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol dengan sample anak usia 2-5 tahun, sebesar 33 anak sebagai kasus (anak dengan HIV positif)dan 33 anak sebagai kontrol (anak denganHIV negatif) dari ibu yang menderita HIV positif.
Dari hasil analisis dengan menggunakan SPSS 20.0 didapatkan bahwa untuk variabel yang dinyatakan adanya hubungan adalah faktor sosioekonomi ( OR=4,7; CI=1,45-15,07), stadium klinis HIV (OR=26,7; CI=3,25-218,86), jumlah CD4 ibu (OR=19,3; CI=5,29-70,66), lama ibu minum ARV(OR=7,4; CI=1,87-29,84), cara persalinan (OR=6,7; CI=1,35-33,75) dan prematuritas anak saat kelahiran (OR=16,5; CI=3,37-80,31).Sedangkan variabel yang tidak ada hubungan adalah dari faktor sosiodemograi yaitu usia, pendidikan , pekerjaan dan paritas ibu menunjukan tidak adanya hubungan dengan penularan HIV/AIDS pada anak.

HIV / AIDS disease is one of the top 10 diseases in the world that have high mortality and morbidity. In 2016 according to Infodatin AIDS that DKI Jakarta is the highest for people with HIV. One way of transmission is vertical transmission from mother to child, during pregnancy, delivery and breastfeeding. This research wanted to know whether mother's sosidemography factor, mother factor, obstetric factor and child factor related to HIV / AIDS transmission in child.
This research was conducted from May until July 2017 at Fatmawati General Hospital. In this study used a control case design with a sample of 2-5 year olds, 33 children as a case (HIV positive children) and 33 children as control (HIV negative children) from HIV positive mothers.
From the result of the analysis by using SPSS 20.0 it is found that for the variable which stated the existence of the relation is socioeconomic factor (OR = 4,7; CI = 1,45-15,07), clinical stage HIV (OR = 26,7; CI = 3, 25-218,86), mother's CD4 cell count (OR = 19.3, CI = 5.29-70.66), duration of mother taking ARV (OR = 7,4; CI = 1.87-29,84), (OR = 6,7; CI = 1.35-33,75) and prematurity of the child at birth (OR = 16.5; CI = 3.37-80,31). While the variables that have no correlation are from sosiodemograi factor that is age, education, work and parity of mother showed no relation with HIV / AIDS transmission in child.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69752
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Puspa Lukitasari
"Skripsi ini membahas pembentukan pengetahuan dan praktik perawatan Anak dengan HIV/AIDS ADHA yang dilakukan di dalam keluarga. Penelitian dilakukan kepada dua orang tua dan seorang kakak yang bertanggung jawab dalam praktik perawatan ADHA. Wawancara mendalam, observasi dan life history dilakukan untuk mengetahui cara-cara yang dilakukan anggota keluarga untuk memperoleh pengetahuan mengenai HIV/AIDS serta tindakan yang dilaksanakan dalam praktik perawatan ADHA dalam kehidupan sehari-hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembentukan pengetahuan anggota keluarga mengenai HIV/AIDS berasal dari informasi yang diperoleh dari orang lain melalui aktivitas mendengar, bertanya maupun mengamati. Pengetahuan yang diperoleh kemudian menjadi pedoman bagi anggota keluarga dalam menjalankan praktik perawatan yang dibutuhkan ADHA.

This study discusses the knowledge construction and care practice of children with HIV AIDS within the family. The study conducted to two parents and an older sibling who was in charge of ADHA care practice. In depth interviews, observation, and life history were conducted to find out the ways in which family members acquired knowledge about HIV AIDS and the actions implemented in ADHA care practices in everyday life. The results show that the knowledge construction of family members about HIV AIDS comes from information obtained from others through listening, inquiring or observing activities. The knowledge gained then becomes the guideline for family members in carrying out the necessary care practices for ADHA."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S69059
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library