Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 50 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gultom, Eddy T.M.
Abstrak :
Ruang lingkup dan metode penelitian Spesies radikal babas dan derivatnya berperan sangat panting pada cedera sel. Sampai saat ini penelitian untuk membuktikan peran obat golongan penghambat sistem renin angiotensin (SRA) dalam cedera sel adalah dengan model cedera iskemia-reperfusi. Cedera sel akibat iskemia-reperfusi disebabkan oleh pembentukan spesies oksigen reaktif yang berlebihan. Dari beberapa penelitian tersebut terbukti bahwa cedera sel dengan model cedera iskemiareperfusi dapat dihambat oleh obat golongan tersebut yang diduga bekerja sebagai antioksidan/antiradikal. Penelitian ini ingin membuktikan lebih lanjut apakah obat golongan penghambat SRA yakni kaptopril dan losartan dapat menghambat cedera sel hati dengan model lain. Model yang digunakan adalah kerusakan atau cedera sel hati yang diinduksi dengan dengan parasetamol dosis toksik, CCI4, dan etanol. Kerusakan sel hati akibat bahan-bahan hepatotoksik tersebut disebabkan oleh metabolit reaktif baik berupa spesies oksigen reaktif atau spesies radikal babas, yang merupakan hasil metabolisme dari masing-masing bahan tersebut. Untuk mengetahui efek proteksi kaptopril dan losartan dilakukan pengukuran kadar enzim SGOT dan SGPT, serta pemeriksaan histopatologi jaringan hati. Sedangkan untuk mengetahui apakah efek proteksi ini diperantarai oleh sifat antioksidan/antiradikal kaptopril dan losartan, dilakukan pengukuran kadar MDA hati dan MDA serum. Penelitian ini menggunakan 54 ekor tikus putih galur Sprague Dawley yang dibagi menjadi 3 grup secara acak yang masing-masing terdiri dari 18 ekor. Kemudian masing-masing grup dibagi secara acak menjadi 3 kelompok. Grup P diberi parasetamol dosis tunggal 2500 mg/KgBB, grup C diberi CCI4 dosis tunggal 2 ml/KgBB. Grup E diberi etanol dengan konsentrasi bertingkat 35%, 50%, 60%, dan 70% dengan dosis 10 ml/KgBB/hari mulai dari hari pertama Sampai hari ke 4. Setiap grup tersebut terdiri dari kelompok yang tidak diproteksi, kelompok yang diproteksi dengan kaptopril, dan kelompok yang diproteksi dengan losartan. Dua puluh empat jam setelah perlakuan terakhir dilakukan laparatomi untuk pengambilan darah dan pengangkatan hati. Darah diambil untuk pengukuran kadar SGOT, SGPT, dan kadar MDA serum. Hati diangkat untuk pengukuran kadar MDA hati dan pemeriksaan histopatologi. Data kadar SCOT, SGPT, dan MDA dianalisis dengan uji statistik ANOVA satu arah dan perbandingan berganda Tukey. Data histopatologi dianalisis dengan uji perbandingan berganda non parametrik Kruska}-Wallis. Hasil - Hasil uji statistik kadar SCOT dan SGPT pada semua kelompok yang diproteksi dengan kaptopril atau losartan Iebih rendah secara bermakna dibanding dengan kelompok yang tidak diproteksi. Hasil uji statistik tingkat kerusakan hati pada grup P, kelompok yang diproteksi dengan kaptopril dan losartan Iebih rendah secara bermakna dibanding dengan kelompok yang tidak diproteksi. Hasil uji statistik tingkat kerusakan hati berupa degenerasi steatosis pads grup C dan grup E, kelompok yang diproteksi dengan kaptopril dan losartan lebih rendah secara bermakna dibanding dengan kelompok yang tidak diproteksi. Tetapi tingkat kerusakan hati berupa degenerasi nekrosis pada grup C dan grup E tidak terdapat perbedaan, sehingga tidak dilakukan uji statistik. - Hasil uji statistik kadar MDA hati pada semua kelompok yang diproteksi dengan kaptopril dan losartan Iebih rendah secara bermakna dibanding dengan kelompok yang tidak diproteksi. Perbedaan bermakna kadar MDA serum hanya ditemukan pada grup C, yaitu kelompok yang diproteksi dengan kaptopril dan losartan lebih rendah secara bermakna dibanding kelompok yang tidak diproteksi. Kesimpulan 1. Kaptopril dan losartan dapat mencegah cedera sel hati tikus yang diinduksi dengan parasetamol, CCI4, dan etanol. 2. Mekanisme kerja obat golongan penghambat SRA dalam mencegah cedera set diduga selain karena adanya gugus -SH pada kaptopril, juga melalui hambatan efek farmakodinamik angiotensin II dalam pembentukan spesies radikal bebas dan derivatnya. 3. Obat golongan penghambat SRA mempunyai efek antioksidan/antiradikal.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T2041
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Sunardi
Abstrak :
Tujuan: Mengoptimalkan tumbuh kembang anak dengan mengetahui hubungan antara pola pemberian ASI dan MP·ASI dengan stunting pada bayi usia 6-12 bulan dan mengkatkan kadar seng serum bayi usia 6-12 bulan. Metode : Penelitian ini menggunakan desain nested case control. Subyek penelitian adalah bayi stunting dan tidak stunting. Hasil: Jumlah subyek 90 bayi usia 6-12 bulan, 30 kasus, 60 kontrol. Kelompok kasus diambil secara purposive, sedangkan kelompok kontrol adalab bayi tidak stunting dengan matching jenis kelamin dan usia dalam rasio satu banding dua yang diambil acak sederhana. Subyek terdiri atas 45 bayi perempuan dan 45 bayi Iaki-laki. Sebagian besar (73,3%) subyek berusu.9-12 bulan. Berat badan lahir <-1 SD ditemukan pada 24,4% subyek dan panjang badan lahir <-1 SD pada 15,9% subyek (n= 44). Responden, yaitu ibu subyek, sebagian besar (87,8%) berusia antara 17-'15 lahun dan 58,9"10 berpendidikan rendah. Hampir seluruh subyek (96,7%) mendapat asupan seng di bawah AKG 2004. Pada penelitian ini didapatkan BB lahir <-1 SD merupakan faktor risiko yang bennakna (OR =1,51; P < 0,001) Untuk stunting. Uji statistik menuujukkan pola pemberian ASI dan MP-ASI kalegori tidak baik meningkatkan risiko stunting (OR = 1,122; 95% CI 0,351-3,581), walaupun seeara statistik tidak bermakna. Dengan analisis tambahan didapatkan tidak dilanjutkanya ASI setelah mendapat MP-ASI merupakan faktor risiko bermakna Untuk stunting (p ~0,039; OR 5,8). Rerata kadar seng serum bayi stunting 12,4 ± 1,7 umoL, yaitu termasuk dalam rentang marjinaI (10,7-<13 umol/L). Sebanyak 56,1% subyek stunting mempunyai kadar seng serum di bawah niIai normal (13 umol/L) dan 20% mempunyai kadar seng serum rendah «10,7 umol/L). Uji kore1asi menunjukan tidak ada hubungan antara kadar seng serum dengan asupan seng dan panjang badan untuk usia. Kesimpulan: Pola pemberian ASI dan MP-ASI kategori tidak baik meningkatkan risiko stunting. Rerata kadar seng serum bayi stunting pada peneitian ini berada dalam rentang marjinal. ......Objective: Aim of the study was to optimize child grosth by investigating the relationship between breastfeeding and complementary feeding practice and stunting among 6-12 mo infants, and to examine the zinc status of 6-12 months old stunted infants. Method : A "nested" case-control design was used in this study. Subjects were stunted and nonstunted infants. Results : A total of90 subjects of 6-12 mo infants in Tangerang participated in this study (30 cases and 60 _Is). Purposive sampling was used to obtain cases, while simple random sampling was used among matched controls (by gender and age). Gender were equally distributed in both groups. Mostof1he subjects (733%) were between 9-12 mo. Birth weight <-1 SD were found in 24.4% and length (n = 44) <-I SO in 15.9% subjects. Respondents, the subjects'mothers; mostly (87.8%) were between 17-35 yr and 58.9% were low educated.. Almost all (96.7%) subjects had zinc intake below Indonesian RDA 2004. This study demonstrated that birth weight <-1 SD was a significance risk factor (p<0.001; OR = 7.57) fur stunting. Statistical analysis showed that inappropriate breastfeeding and complementary feeding practice increased 1he risk fur stunting (OR= 1.122; 95% Cl 0351-3587), although statistically not significant. Further analysis showed that not continuing breastfeeding was a significant risk further for stunting (OR = 5.8 and p = 0.039). Mean serum zinc levels of 1he stunted subjects was 12.4 ± 1.7 umol/L (marginal levels 10.7-<13 pmollL). Serum zinc levels of 56.7% stunted subjects were under be normal levels (13 umol/L) and 20% hail low serum zinc levels <10.7 umol/L). Serum zinc levels did not show relationship with zinc in lake and height for age Z-score. Conclusion : inappropriate feeding practice increased 1he risk for stunting. Mean serum zinc levels of stunted subjects in this study were in marginal range.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
T32010
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Ihda Tartila
Abstrak :
Anak merupakan salah satu populasi yang terdampak dalam aspek kesehatan akibat infeksi coronavirus disease-19 (COVID-19). Meskipun angka kejadian COVID-19 pada populasi anak lebih kecil dibandingkan dengan populasi usia yang lebih tua, upaya pencegahan infeksi COVID-19 pada anak tetap perlu diperhatikan dan diusahakan. Salah satu upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah meningkatkan daya tahan tubuh untuk dapat meminimalisir risiko infeksi pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi upaya orangtua meningkatkan daya tahan tubuh anak selama pandemi COVID-19 berdasarkan kebudayaan daerah Sumatera Barat, DKI Jakarta, Jawa Barat, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Selatan. Penelitian menggunakan kuesioner berisi 13 item pertanyaan yang dikembangkan berdasarkan teori Culture Care Diversity and Universality oleh Leininger. Penelitian dilaksanakan dengan metode pendekatan survei secara daring yang melibatkan 106 orangtua dengan menggunakan teknik pengambilan sampel jenis non-proportional quota sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat persamaan upaya (culture care universality) melalui pendekatan faktor kekerabatan (69,8%), sosial (49,1%), kebijakan dan peraturan yang berlaku (78,3 %), pengetahuan (85,8%), dan pemanfaatan tanaman obat keluarga (65,1 %), serta terdapat variasi budaya (culture care diversity) melalui pendekatan teknologi, agama dan falsafah hidup, gaya hidup, pemanfaatan sarana atau fasilitas kesehatan, serta jenis TOGA yang digunakan dalam praktik peningkatan daya tahan tubuh anak selama pandemi berdasarkan kebudayaan berbagai daerah. ......Children are one of the populations affected by health aspects due to infection with coronavirus disease-19 (COVID-19). Although the incidence of COVID-19 in the pediatric population is smaller than the older population, efforts to prevent COVID-19 infection in children still need to be considered and sought. One of the prevention efforts that can be done is to increase immunity to minimize the risk of infection in children. The research aims to identify the efforts of parents to increase their child's immunity during the COVID-19 pandemic based on the regional culture of West Sumatra, DKI Jakarta, West Java, East Kalimantan, and South Sulawesi. The study used a questionnaire containing 13 question items which were developed from the theory of Culture Care Diversity and Universality by Leininger. The research was conducted using an online survey approach involving 106 parents using a non-proportional quota sampling technique. The results showed that there were similarities in efforts (culture care universality) through the approach of kinship factors (69.8%), social (49.1%), applicable policies and regulations (78.3%), knowledge (85.8%), resistance and utilization of family medicinal plants (65.1% %), as well as the presence of culture through a variety of approaches to technology, religion and philosophy of life, lifestyle, utilization of health facilities or facilities, and type of TOGA used in the practice of increasing children’s immunity during pandemic based on regional culture.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hare, Ronald
London: Longman, 1967
589.9 HAR o
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hare, Ronald
Edinburgh: Churchill, 1979
589.9 HAR b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Wilson, Graham S., Sir
London: The Athlone Press, University of London, 1967
614.47 WIL h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan perubahan kekebalan pada latihan pemapasan dan merupakan penelltia ekspenmental, secara acak pra-posttest kontrol. Me/ode: Populast penelitian adalah siswa MA Mu 'altmm. dt Yogyakarta Responden 15 siswa untuk setiap kelompok. Unit ana/isis ada/ah data ana/isis dari darah yang dtambll dan cub1/1 vena Vanabel dependen adalah tingkat /L 6, IL 4, IL 2, cortisol, Beta endorfin. dan /gG. Program pelatihan dtlakukan da/am waktu 7 mmggu, 3 kalt per minggu, intensitas sub maksimal, dan 6 set per sesi. Variabe//aboratorium adalah metode ELISA. Hasil uji Manova adalah p: 0, 000 tersirat bahwa ada perbedaan antara kelompok (Wilk Lambda p
610 BULHSR 13:3 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yuniar Rosmalina Purwono
Abstrak :
A single blind intervention study for 9 weeks was conducted in Kelurahan Cempaka Putih Barat, Center Jakarta. This was to determine the effects of micronutrient supplementation an the immune status and hand grip strength of the free-living male elderly aged 60 -75 years old. The total number of subjects at baseline study were 97 male elderly, which were then randomly assigned into 49 subjects in the supplemented group and 48 subjects in the placebo group. The percentage of T-suppresor cells of the micronutrient supplemented group increased significantly from 28.3 % to 30.7 %. The absolute counts of immune status also increased. In the micronutrient supplemented group TLC , T- cells, T -Helper cells, T-suppresor and NK-cells increased significantly after 9 week micromttrient supplementation. However compared to the placebo group only TLC ( 787.4 vs 287.0), T-cells (453.2 vs 160.3), and T- suppresor cells (183.7 vs 57.4) showed significant improvement. The hand grip strength as expressed by the lefthand, right hand and sum of both values remained similar to baseline. The serum zinc and-retinol of the supplemented group significantly increased after nine weeks micronutrient supplementation (13.7 to 18.8 umol/L and 1.10 to 1.42 umol/L, respectively). The changes of serum zinc and retinol were significantly higher in the supplemented group compared to the placebo group. The micronutrients status (serum retinol and serum Zinc) had increased in the supplemented group and lead to lower prevalence of hyporetinolemia and hypozincemia. The improvement of the immune status in the micronutrient supplemented group were not correlated with the serum retinol and zinc. However in the placebo group the change of serum retinol had negative correlation with the T-cel/, T helper and T -suppresor.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rona Kartika
Abstrak :
Diabetes melitus (DM) tipe 2 adalah penyakit yang berhubungan dengan kondisi inflamasi ringan kronis. Selain terjadi peningkatan kadar sitokin proinflamasi, diduga terjadi gangguan pada mediator antiinflamasi, yaitu enzim indoleamine 2,3-dioxygenase (IDO). Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis produksi IDO dari kultur peripheral blood mononuclear cells (PBMC) pada penderita DM tipe 2 dan meneliti hubungan IDO dengan kadar sitokin proinflamasi seperti TNF-α, IL-6, dan IFN-γ; serta sitokin antiinflamasi, IL-10. Sampel PBMC diambil dari 21 pasien DM tipe 2 dan 17 subjek kontrol sehat kemudian dilakukan kultur dengan stimulasi phytohemagglutinin (PHA). Setelah kultur selama 3 hari, produksi TNF-α, IL-6, IFN-γ, dan IL-10 diukur menggunakan multiplex immunoassay, sedangkan kadar IDO diukur menggunakan ELISA. Kadar IDO dari kultur PBMC tanpa stimulasi dan dengan stimulasi PHA secara signifikan lebih tinggi pada pasien DM tipe 2 dengan p<0,001 dan p=0,012. Sebanyak 52,8% pasien DM tipe 2 mengalami penurunan produksi IDO setelah distimulasi PHA dan hal tersebut berhubungan dengan kadar IFN-γ yang rendah dengan p=0,005. Di lain pihak, 42,8% pasien DM tipe 2 mengalami peningkatan produksi IDO setelah stimulasi PHA dan hal ini berhubungan dengan rasio TNF-α/IL-10 (r=0,513 p=0,079), IL-6/IL-10 (r=0,446 p=0,114) dan IFN-γ/IL-10 (r=0,422 p=0,129). Pada DM tipe 2, terjadi perubahan produksi IDO. IFN-γ yang rendah berkontribusi pada penurunan produksi IDO. Sementara itu, respon proinflamasi berhubungan dengan peningkatan produksi IDO. ......Type 2 diabetes mellitus (T2DM) is associated with chronic low-grade inflammatory condition. Besides the increased of proinflammatory cytokines level, it was found that anti-inflammatory mediators were disturbed. So, we would analyse the production of indoleamine 2,3-dioxygenase (IDO) in PHA-stimulated PBMC from type 2 DM patients and investigate its association to pro and anti-inflammatory cytokines. PBMC samples were collected from 21 patients with T2DM and 17 healthy subjects, then followed by 3-day PHA stimulation. In vitro production of TNF-α, IL-6, IFN-γ and IL-10 were measured using multiplex immunoassay; meanwhile, IDO level was assessed using ELISA. IDO concentration from unstimulated and PHA-stimulated PBMC were significantly higher in T2DM patients with p<0,001 and p=0.012 respectively. Reduced IDO production occurred in 52,8% of T2DM and it was associated with low interferon γ with p=0.005; whereas 42,8% of T2DM had higher IDO production and had moderate positive correlations with ratio of TNF-α/IL-10 (r=0,513 p=0,079), IL-6/IL-10 (r=0,446 p=0,114) and IFN-γ/IL-10 (r=0,422 p=0,129). We could conclude that there is an alteration of IDO production after PHA stimulation in T2DM. Low interferon γ level seems to contribute in reducing IDO production. In T2DM with higher IDO production, proinflammatory responses are more influential in increasing IDO production.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abbas, Abul K.
Philadelphia: W.B. Saunders, 1994
616.079 ABB c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>