Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Faiza Azzahroh
Abstrak :
ABSTRAK
Malaria merupakan penyakit infeksi dengan prevalensi yang tinggi di Indonesia. Peningkatan resistensi terhadap pengobatan malaria telah ditemukan di beberapa negara untuk mengindikasikan bahwa penelitian dan pengembangan antimalaria baru sangat dibutuhkan. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan antimalaria alternatif, dengan memanfaatkan ekstrak tanaman herbal, yaitu Spirulina dan Pasak Bumi. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menguji pemberian Spirulina secara tunggal dan kombinasi dengan ekstrak akar Pasak Bumi terhadap mencit Mus musculus yang terinfeksi Plasmodium berghei. Dosis Spirulina yang digunakan pada penelitian ini adalah 300 mg/kgBB dan 500 mg/kgBB sedangkan dosis ekstrak Pasak Bumi yang digunakan adalah 60 mg/kgBB dan 75 mg/kgBB. Pada semua kelompok perlakuan terjadi peningkatan tingkat parasitemia pada hari ke-4 dengan persentase inhibisi parasitemia yang negatif. Hal ini menunjukkan bahwa Spirulina dosis 300 mg/kgBB dan 500 mg/kgBB dan ekstrak akar pasak bumi dosis 60 mg/kgBB dan 75 mg/kgBB tidak memiliki efek antimalaria, Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak Spirulina tunggal dan kombinasi Spirulina dengan ekstrak Pasak Bumi pada dosis di atas tidak efektif sebagai antimalaria.
ABSTRACT
Malaria is an infectious disease with high prevalence in Indonesia. Increasing in resistance to malaria therapy has been observed in several countries to indicate that new antimalarial studies and development are needed. This study is aimed to find alternative antimalaria by using herbal plant extracts, namely Spirulina and Pasak Bumi. This study is an experimental study that tested the Spirulina administration singly and in combination with the extract of Pasak Bumi root to the mice Mus musculus infected with Plasmodium berghei. The dosage of Spirulina used in this study was 300 mg kgBW and 500 mg kgBW while the dosage of Pasak Bumi root extract was 60 mg kgBW and 75 mg kgBW. In all treatment groups, there was an increased level of parasitemia on day 4 with negative parasitemia inhibition percentage. It shows that Spirulina dose of 300 mg kgBW and 500 mg kg BW and Pasak Bumi root extract by dose 60 mg kgBB and 75 mg kgBW have no antimalarial effect. Thus, it can be concluded that administration of Spirulina singly and the combination of Spirulina and Pasak Bumi root extract are not effective as antimalaria.
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dilla Firzan
Abstrak :
ABSTRACT
Malaria prevalence in Indonesia is high, with half of the provinces considered as endemic area. Up until now, Indonesian people used to use Sambiloto and Spirulina as a cure for several inflammatory diseases. This research was done to see the effect of Sambiloto and Spirulina combination from histopathologic aspect in medial colon of P. berghei infected mice. The data from clincal experiment uses Male Swiss Webster mice that has been infected with Plasmodium berghei Anka where they are divided into 4 different groups as follows The first group with Sambiloto the second group with Sambiloto and extract Spirulina the third group with Sambiloto and powder Spirulina the fourth group control with DHP. The data analysed using Shapiro Wilk reveal normal distribution in all groups. Continued with ANOVA test, followed by Tukey Post Hoc test on the significant data, and Kruskal Wallis test for insignificant data. The result show Spirulina group present a significant result in reducing the inflammatory focus and angiogenesis which most likely came from anti inflammatory attribute from the phycocyanin. While the correlation between Sambiloto Spirulina with the goblet cell and dysplasia rate on the infected mice are insignificant, as it requires prolonged inflammation process in order to achieve the optimal result.
ABSTRAK
Malaria masih menjadi momok kesehatan di Indonesia karena tingginya prevalensi dan luasnya daerah endemik. Penggunaan obat tradisional dari tumbuh-tumbuhan sangat dekat dengan keseharian masyarakat Indonesia sejak dulu, seperti Sambiloto dan Spirulina yang diduga memiliki banyak khasiat seperti anti-inflamasi dari substans flavonoid dan juga angiostatik dari phycocyanin. Riset ini dilakukan untuk mengetahui efek dari kombinasi Sambiloto dan Spirulina pada aspek histopatologi kolon media tikus yang diinfeksikan dengan P. berghei Anka. Data percobaan ini berasal dari mencit Swiss Webster jantan yang sudah diinfeksikan dengan P. berghei anka. Mencit dibagi menjadi 4 kategori; kelompok pertama diberikan Sambiloto, kelompok kedua diberikan Sambiloto dengan ekstrak Spirulina, kelompok ketiga diberikan Sambiloto dan bubuk Spirulina, dan kelompok keempat sebagai kontrol yang telah diberi terapi DHP. Data kemudian diproses dengan uji Saphiro-Wilk dengan hasil distribusi normal. Olah data dilanjutkan dengan uij ANOVA, kemudian uji Tukey Post Hoc untuk hasil yang signifikan dan uji Kruskal Wallis untuk hasil tidak signifikan. Hasil riset membuktikan penambahan Spirulina memberikan perubahan signifikan pada kolon medial mencit, terutama pada fokus inflammasi dan juga angiogenesis. Namun, efek pada jumlah sel Goblet dan displasia tidak memberikan hasil signifikan karena dibutuhkan proses inflamasi yang berkepanjangan untuk mencapai hasil yang optimal.
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransisca Yohanna Priscilla
Abstrak :
Latar Belakang Salah satu penyebab penuaan adalah adanya radikal bebas yang berperan dalam stres oksidatif. Glutation (GSH) berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap kerusakan oksidatif dengan menangkal radikal bebas melalui elektron yang didonorkannya. Spirulina sp. merupakan antioksidan alami yang dapat meningkatkan kadar glutation. Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol Spirulina plantesis terhadap kadar glutation ginjal tikus. Metode Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental. Sampel berjumlah 30 tikus wistar jantan dari berbagai usia (12, 18, dan 24 minggu) masing-masing terdiri dari kelompok spirulina dan kontrol, sehingga total 6 kelompok. Kadar GSH diuji dengan metode Elman. Analisis data dilakukan dengan uji ANOVA. Hasil Data menunjukkan kadar GSH pada ginjal tikus berusia 12 dan 18 minggu yang diberi ekstrak etanol spirulina lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Tikus kontrol berusia 24 minggu memiliki kadar GSH yang jauh lebih tinggi daripada yang berusia 12 dan 18 minggu. Tidak terdapat perbedaan bermakna di antara usia yang berbeda pada kelompok tikus yang diberi ekstrak etanol spirulina. Kesimpulan Pengaruh pemberian ekstrak etanol Spirulina platensis terhadap penundaan penuaan organ ginjal tampak lebih dominan khususnya di usia muda. ......Introduction One of the causes of aging is the presence of free radicals which play a role in oxidative stress. Glutathione (GSH) plays a role in the body's defense mechanism against oxidative damage by removing free radicals through donating electrons. Spirulina sp. is a natural antioxidant that can increase glutathione levels. This study focused on determining the effect of administration of Spirulina plantesis ethanol extract on rat kidney glutathione levels. Method This study uses an experimental research design. The sample consisted of 30 male wistar rats of various ages (12, 18, and 24 weeks), with each consisting of spirulina and control groups, though the total was 6 groups. GSH levels were tested using the Elman method. Data analysis was performed by ANOVA test. Results Data showed that GSH levels in the kidneys of rats aged 12 and 18 weeks which were given spirulina ethanol extract were higher than the control group. Control mice aged 24 weeks had significantly higher levels of GSH than those aged 12 and 18 weeks. There were no significant differences between different ages in the group of mice given spirulina ethanol extract. Conclusion The effect of Spirulina platensis ethanol extract to delay the aging of the kidney organs was dominant especially at a young age.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baiqi Nur Hairi
Abstrak :
Latar belakang: Malaria masih menjadi masalah kesehatan di dunia, khususnya Indonesia bagian timur. Malaria secara tidak langsung mengakibatkan inflamasi dan defek metabolisme yang menimbulkan kerusakan usus berupa hiperplasia sel goblet hingga peningkatan ekspresi protein Muc-1. Penggunaan kombinasi ekstrak sambiloto dan spirulina sebagai antiinflamasi dan antioksidan berpotensi mencegah kerusakan pada kolon media mencit terinfeksi Plasmodium berghei ANKA. Tujuan: Penelitian eksperimental ini bertujuan untuk membuktikan adanya pengaruh antara kombinasi sambiloto dan spirulina terhadap aktivitas Muc-1 pada kolon media mencit terinfeksi Plasmodium berghei Anka. Metode: Penelitian ini memanfaatkan materi biologi tersimpan kolon media Mencit Swiss Webster jantan. Kelompok percobaan meliputi kelompok kontrol positif (Dehidroartemisin piperakuin 195 mg/kgBB), kontrol negatif (carboxymethil cellulose 0,5%), AP (sambiloto 200 mg/kgBB), AP+ES (sambiloto 200 mg/kgBB ekstrak spirulina 26 mg/kgBB), AP+PS (sambiloto 200 mg/kgBB; serbuk spirulina 130 mg/kgBB). Mencit diterminasi setelah hari ke-28 pemberian terapi dan jaringan kolon diberikan diwarnai dengan metode imunohistokimia anti-Muc-1. Spesimen dianalisis menggunakan mikroskop cahaya perbesaran 400x sebanyak lima lapang pandang. Data dianalisis menggunakan piranti lunak ImageJ® untuk melihat persentase ekspresi Muc-1 kemudian dianalisis secara statistik menggunakan SPSS 20.0. Hasil: Berdsarkan uji hipotesis One Way ANOVA, menunjukkan hasil yang signifikan (p<0,05). Berdasarkan uji posthoc Duncan, kelompok AP+PS (120,98 ± 3,37) memiliki perbedaan signifikan (p<0,05) dengan kelompok kontrol negatif, AP, dan AP+ES. Sementara itu, kelompok AP+PS menunjukkan efek yang tidak berbeda dengan kelompok DHP (128,04 ± 4,94) (p=0,137). Simpulan: Pemberian ekstrak sambiloto 200 mg/kgBB dan serbuk spirulina 130 mg/KgBB menurunkan ekspresi Muc-1 pada jaringan kolon media mencit terinfeksi Plasmodium berghei ANKA. ......Introduction: Malaria is still becomes health problem in the world, especially in Eastern Indonesia. Malaria induces inflammation and metabolism defect indirectly, which can cause colonic damage, such as goblet cells hyperplasia and enhancement Muc-1 protein expression. Sambiloto extract and spirulina combination as antiinflammation and antioxidative agent potentially prevent medial colonic damage Plasmodium berghei ANKA infected mice. Aim: This experimental study proposed to show the effect between smbiloto extract and spirulina on Muc-1 protein activity in medial colon Plasmodium berghei ANKA infected mice Method: This study was done preserve male Swiss Webster mice colonic tissue. There are five different treatment group including positive control (dehydroartemisin piperakuine 195 mg/kgBW), negative control (carboxymethil cellulose 0,5%), AP (sambiloto 200 mg/kgBW), AP+ES (sambiloto 200 mg/kgBW; spirulina extract 26 mg/kgBW), AP+PS (sambiloto 200 mg/kgBW; spirulina powder 130 mg/kgBW). Mice terminated after 28 days of treatment and colonic tissue was stained with immunohistochemistry anti-Muc-1. Specimens were observed using ligh microscope (400x) in five different field and sample protein Muc-1 expression was analyzed with ImageJ® software. Statistical analysis was done with SPSS 20.0. Result: One way ANOVA test show significant result (p<0,05). According to Duncan posthoc test, only AP+PS (120,98 ± 3,37) group, which is significantly difference (p<0,05) between negative control, AP, and AP+ES group. Meanwhile, There are not significantly difference between AP+PS and DHP group (128,04 ± 4,94) (p=0,137). Conclusion: Combination sambiloto extract 200 mg/kgBW and spirulina powder 130 mg/kgBB can reduce protein Muc-1 expression in medial colon Plasmodium berghei ANKA infected mice.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagas Ariffandi
Abstrak :
Latar belakang: Malaria masih menjadi masalah kesehatan dunia dan masih menjadi penyakit endemik di Indonesia. Selain mortalitas yang masih tinggi, resistensi obat juga menjadi masalah yang semakin memburuk. Sambiloto (Andrographis paniculata) dan spirulina (Spirulina platensis) merupakan dua bahan antimalaria potensial. Sambiloto dan spirulina juga memiliki khasiat sebagai antioksidan dan antiinflamasi yang mampu menekan morbiditas akibat inflamasi sistemik malaria, termasuk proliferasi di kolon. Penyelidikan lebih lanjut dengan menggunakan biomarka spesifik diperlukan untuk meningkatkan pemahaman mengenai aktivitas kedua bahan potensial ini. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pemberian ekstrak sambiloto dan spirulina terhadap ekspresi protein Ki-67 pada sel epitel kolon media mencit terinfeksi Plasmodium berghei. Metode: Sampel kolon media diperoleh dari 30 ekor mencit Swiss-Webster jantan terinfeksi P. berghei yang dibagi dalam lima kelompok uji yaitu kelompok kontrol negatif (CMC), kelompok kontrol positif (DHP), kelompok ekstrak sambiloto (AP), kelompok kombinasi ekstrak sambiloto dengan ekstrak spirulina (AP+ES) dan dengan spirulina serbuk (AP+PS). Organ kolon kemudian diproses dengan imunohistokimia untuk mendeteksi Ki-67. Ekspresi protein dinilai berdasarkan H- score menggunakan aplikasi ImageJ®. Hasil: Ditemukan perbedaan ekspresi Ki-67 di antara kelima kelompok uji (p=0,001). Rerata H-score ekspresi Ki-67 pada kelompok CMC adalah 135,503 ± 6,723. Ekspresi terendah berada pada kelompok AP+PS dengan rerata H-score 110,941 ± 7,079. Pemberian ekstrak sambiloto saja tidak memberikan hasil yang signifikan dibanding kelompok CMC (p=0,514), begitu pula dengan kelompok AP+ES (p=0,234). Simpulan: Pemberian kombinasi ekstrak sambiloto dan spirulina serbuk mampu menurunkan ekspresi Ki-67 pada sel epitel kolon media mencit terinfeksi P. berghei. ......Background: Malaria remains a global health concern and an endemic disease in Indonesia. Aside from the high mortality rate, drug resistance has become a bigger problem. Creat (Andrographis paniculata) and spirulina (Spirulina platensis) are two potential antimalarial agents. Creat and spirulina also act as antioxidants and antiinflammatories that can suppress morbidities during chronic inflammation in the setting of malaria, such as proliferation in colon. Further investigation using specific biomarker is necessary to enhance the understanding of these ingredients’ effectivity. The aim of this study is to investigate the effects of creat extract and spirulina administration on Ki-67 protein expression in medial colon epithelial cells of Plasmodium berghei-infected mice. Methods: Thirty P. berghei-infected male Swiss-Webster mice were distributed into five experimental groups. The five groups were negative controls (CMC), positive controls (DHP), creat extract alone (AP), creat extract in combination with spirulina extract (AP+ES), and with spirulina powder (AP+PS). Medial colon tissues were processed with immunohistochemistry to detect Ki-67. Expression level was measured by H-score using ImageJ®. Results: Difference of Ki-67 expression was observed among the 5 groups (p<0,01). The mean H-score for the CMC control group is 135,503 ± 6,723. Lowest level of Ki-67 expression was observed in the AP+PS group (H-score = 110,941 ± 7,079). Administration of creat extract alone didn’t show a significant difference from the CMC group (p=0,514) and neither is the AP+ES group (p=0,234). Conclusion: Administration of creat extract and spirulina powder lowers Ki-67 expression in medial colon epithelial cells of Plasmodium berghei-infected mice.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Oktavianto Makdasari
Abstrak :
Pendahuluan: Penuaan merupakan proses biologis yang ditandai dengan penurunan fungsi fisiologis sel yang bersifat progresif dan ireversibel. Salah satu faktor yang berkontribusi terhadap proses penuaan yaitu stres oksidatif yang ditandai dengan peningkatan konsentrasi malondialdehid (MDA) pada suatu jaringan maupun organ. Spirulina platensis diketahui memiliki kandungan senyawa yang bersifat antioksidan dan berpotensi menurunkan tingkat stres oksidatif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efek pemberian ekstrak etanol Spirulina platensis terhadap konsentrasi malondialdehid (MDA) pada jantung tikus berbagai kelompok usia. Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental in vivo. Sampel yang digunakan yaitu homogenat jaringan jantung tikus Wistar jantan yang dibagi menjadi kelompok usia 12, 18, dan 24 minggu yang sebelumnya diberikan suplementasi ekstrak etanol Spirulina platensis dengan dosis 200 mg/kgBB selama 29 hari. Kelompok kontrol dengan usia 12, 18, dan 24 minggu tidak diberikan suplementasi Spirulina platensis dan hanya diberikan aquabidest. Konsentrasi MDA pada homogenat jaringan jantung tikus diukur dengan menggunakan metode Will. Hasil: Rerata konsentrasi MDA pada jaringan jantung kelompok tikus usia 12 minggu yang diberikan suplementasi ekstrak etanol Spirulina platensis (0,034 nmol/mg protein) lebih rendah tidak bermakna dibandingkan dengan kelompok tikus usia 12 minggu kontrol (0,039 ± 0,011 nmol/mg protein). Rerata konsentrasi MDA pada jaringan jantung kelompok tikus usia 18 minggu yang diberikan suplementasi ekstrak etanol Spirulina platensis (0,114 nmol/mg protein) lebih tinggi tidak bermakna dibandingkan dengan kelompok tikus usia 18 minggu kontrol (0,050±0,022 nmol/mg protein). Rerata konsentrasi MDA pada jaringan jantung kelompok tikus usia 24 minggu yang diberikan suplementasi ekstrak etanol Spirulina platensis (0,088 nmol/mg protein) lebih tinggi tidak bermakna dibandingkan dengan kelompok tikus usia 24 minggu kontrol (0,067 ± 0,031 nmol/mg protein). Kesimpulan: Suplement ekstrak etanol Spirulina platensis dengan dosis 200 mg/kgBB selama 29 hari cenderung menurunkan konsentrasi MDA pada tikus Wistar jantan usia 12 minggu; dan belum mampu memberikan efek penurunan konsentrasi MDA pada tikus Wistar jantan usia 18 dan 24 minggu. ......Introduction: Aging is a biological process characterized by a progressive and irreversible decline in physiological cell functions. One of the factors contributing to the aging process is oxidative stress, indicated by an increase in the concentration of malondialdehyde (MDA) in tissues and organs. Spirulina platensis is known to contain antioxidant compounds and has the potential to reduce oxidative stress levels. This study aims to analyze the effect of administering ethanol extract of Spirulina platensis on the concentration of Malondialdehyde (MDA) in heart of rats of different age groups. Method: This research utilized an in vivo experimental study design. The samples used were homogenates of the heart tissues from male Wistar rats divided into age groups of 12, 18, and 24 weeks. Before the study, these rats were given supplementation of ethanol extract of Spirulina platensis at a dosage of 200 mg/kgBW for 29 days. The control groups of 12, 18, and 24-week-old rats were not given Spirulina platensis supplementation and were only administered with aquabidest. The MDA concentration in the homogenates of the rat heart tissues was measured using the Will’s method. Results: The mean of MDA concentration in the heart tissues of the 12-week-old rat group that received supplementation of ethanol extract of Spirulina platensis (0.034 nmol/mg protein) was insignificantly lower than the control group of 12-week-old rats (0.039±0.011 nmol/mg protein). The mean of MDA concentration in the heart tissues of the 18-week-old rat group that received supplementation of ethanol extract of Spirulina platensis (0.114 nmol/mg protein) was insignificantly higher than the control group of 18-week-old rats (0.050±0.022 nmol/mg protein). The mean of MDA concentration in the heart tissues of the 24-week-old rat group that received supplementation of ethanol extract of Spirulina platensis (0.088 nmol/mg protein) was insignificantly higher than the control group of 24-week-old rats (0.067±0.031 nmol/mg protein). Conclusion: The supplementation of ethanol extract of Spirulina platensis at a dosage of 200 mg/kgBW for 29 days tended to decrease the MDA concentration in 12-week-old male Wistar rats but did not show a reduction in MDA concentration in 18 and 24-week-old male Wistar rats.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabil Bilqis Maulida
Abstrak :
ABSTRAK
Pengantar: Saat ini, malaria masih menjadi penyakit endemik dan hampir 3.2 milyar orang berisiko terkena malaria, kasus terbanyak terjadi di Asia Tenggara dan Afrika. Indonesia juga merupakan salah satu negara yang memiliki prevalensi tinggi. Terlebih lagi, berkembangnya resistensi terhadap obat anti malaria di Asia Tenggara, khususnya resistensi kloroquin di Indonesia. Sambiloto merupakan obat herbal yang telah digunakan sebagai obat anti malaria dan anti inflamasi. Spirulina juga memiliki fungsi sebagai anti inflamasi. Namun, belum ada penelitian mengenai kombinasi kedua obat ini sebagai obat anti malaria. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui efek kombinasi dari sambiloto dan spirulina pada perubahan histopatologi di usus halus mencit terinfeksi Plasmodium berghei. Metode: Data diambil dari percobaan pada mencit jantan Swiss Webster yang sudah terinfeksi Plasmodium berghei Anka. Ada empat kelompok perlakuan, kelompok AP yang sudah diobati dengan ekstrak sambiloto, kelompok AP ES yang diberikan ekstrak sambiloto dan ekstrak spirulina, kelompok AP PS yang diobati dengan ekstrak sambiloto dan powder spirulina, serta kelompok DHP sebagai kontrol positif. Hasil: Hasil analisis menggunakan tes one-way ANOVA dan Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan dalam jumlah fokus inflamasi, sel goblet, dysplasia dan angiogenesis. Namun, dengan pengamatan mikroskopik dan perhitungan rata-rata tiap kelompok, kelompok yang diberikan spirulina memiliki hasil jumlah fokus inflamasi, sel goblet, dysplasia dan angiogenesis yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya. Diskusi: Pada riset ini, sifat anti inflamasi pada sambiloto dan spirulina dikarenakan komponen aktif dari sambiloto yaitu andrographolide dan phycocyanin dari spirulina. Jumlah sel goblet meningkat bersamaan dengan meningkatnya inflamasi, karena fungsi nya sebagai pelindung pada lapisan mucosa. Dysplasia juga berkaitan dengan proses inflamasi terutama dalam perkembangan neoplasma. Beberapa mediator inflamasi juga memiliki sifat angiogenic, yang mendukung terjadinya proses angiogenesis saat mediator- mediator ini direkrut pada proses inflamasi.
ABSTRACT
Introduction Recently, malaria is still endemic in some area and approximately 3.2 billion people were at risk, most cases happen in South East Asia and African. Indonesia also has high prevalence of malaria. Moreover, high level of antimalarial drug resistance occurs in South East Asia, specifically choloroquine in Indonesia. Sambiloto, one of herbal drugs, has been used as anti malarial drug and also anti inflammatory. Spirulina also has anti inflammatory properties. However, there is no study that prove sambiloto and spirulina combination could be use as anti malarial drug. The purpose of this study is to analyze the effects of sambiloto and spirulina combination to histopathological changes of small intestine from mice that already infected by Plasmodium berghei Method Data is obtained from clinical experiment of Male Swiss Webster mice that already infected with Plasmodium berghei Anka. There are 4 groups of treatment, AP group which has been treated with sambiloto extract, AP ES group treated using sambiloto extract with spirulina extract, AP PS that were treated using sambiloto extract and spirulina powder, and DHP group which is treated with DHP as the positive control group. Results Data analysis using one way ANOVA and Kruskal Wallis shows that there is no significant differences in inflammatory focus, goblet cells, dysplasia and angiogenesis among 4 group of treatment. However, from microscopic field view and mean comparison, addition of spirulina, both extract and powder form, into sambiloto extract decreased inflammatory focus, goblet cells, dysplasia and angiogenesis on the small intestine. Discussion In this research, anti inflammatory properties of sambiloto is due to its bioactive component such as andrographolide and phycocyanin that inhibit pro inflammatory mediators. Goblet cells count increase as inflammation occurs, as it has function as protective part in mucous layer. Dysplasia is also related to inflammation process, especially in neoplasm development. Inflammatory cytokines also have angiogenic properties, as increasing of inflammation process will recruit inflammatory mediators and promote angiogenesis to happen.
2016
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Najma
Abstrak :
ABSTRAK
Artemisinin Combination Therapy ACT merupakan pengobatan lini pertama rekomendasi WHO untuk pengobatan malaria yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum, namun resistensi pengobatan tersebut telah ditemukan di beberapa negara. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan terapi alternatif menggunakan tanaman herbal yaitu Spirulina dalam bentuk crude. Spirulina merupakan tanaman yang berpotensi sebagai antiplasmodium karena kemampuan antioksidan, antiinflamasi, dan imunomodulator yang dimilikinya. Kemampuan tersebut didapatkan terutama dari kandungan Fikosianin dan beta karoten yang dimilikinya. Penelitian ini menguji Spirulina secara tunggal dan kombinasi dengan Dihidroartemisinin Piperakuin DHP yang merupakan salah satu jenis Terapi Kombinasi Artemisin per oral pada mecit yang telah terinfeksi Plasmodium berghei. Dosis Spirulina yang digunakan adalah 200 mg/kgBB dan 400 mg/kgBB. Perbandingan densitas parasitemia hari ke-4 dan hari ke-0 pada semua kelompok memilki nilai signifikan p.
ABSTRACT
Artemisinin Combination Therapy is the first line medication recommended by WHO to cure malaria caused by Plasmodium falciparum , but the issue of drug resistance has been discovered in some countries. This research is aimed to find alternative therapy by using the herbal plant, namely Spirulina in crude form. Spirulina is a potential plant to be antiplasmodium since it has antioxidant, anti inflammatory, and immunomodulatory capabilities. The capabilities are obtained from its Phycocyanin and beta carotene. In research single extract of Spirulina and it combination with Dihydroartemisinin Piperaquine DHP as a type of Artemisinin Combination Therapy orally were tested on mice infected by Plasmodium berghei. The doses of Spirulina were 200 mg kgWB and 400 mg kgWB. The comparison of parasitemia on 4th day and 0 day on all groups has a significant value p
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurchalis Rasyid
Abstrak :
Latar belakang: Malaria merupakan penyakit parasitik yang masih banyak ditemukan di Indonesia Timur. Inflamasi akibat infeksi malaria memicu stress oksidatif sehingga terjadi apoptosis sel yang berlebihan yang berhubungan dengan ekspresi protein Caspase-3 sebagai protein eksekutor apoptosis. Pemberian sambiloto dan spirulina yang memiliki efek antiinflamasi dan antioksidan dapat berpotensi mencegah kerusakan sel epitel kolon media mencit yang diinduksi Plasmodium berghei. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya pengaruh pemberian kombinasi sambiloto dan spirulina terhadap ekspresi Caspase-3 pada sel epitel kolon media mencit yang diinduksi Plasmodium berghei. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian ekperimental yang menggunakan materi biologi tersimpan kolon media mencit Swiss Webster jantan. Kelompok uji berupa AP (Sambiloto 200 mg/KgBB), AP+PS (sambiloto 200 mg/KgBB dan bubuk spirulina 130 mg/KgBB), AP+ES (sambiloto 200 mg/KgBB dan ekstrak spirulina 26 mg/KgBB), kontrol negatif (carboxymethil cellulose 0,5%) dan kontrol positif (Dihidroartemisinin Piperakuin 195 mg/KgBB). Setelah diberikan terapi selama 28 hari, mencit diterminasi lalu dilakukan pewarnaan imunohistokimia anti-Caspase-3 pada jaringan kolon. Spesimen dilihat menggunakan mikroskop cahaya dengan perbesaran 400x sebanyak lima lapang pandang. Analisis data menggunakan piranti ImageJ® dengan melihat persentase ekspresi Caspase 3 lalu dianalisis menggunakan SPSS 20.0 Hasil: Uji hipotesis One Way ANOVA diperoleh hasil signifikan (p<0,05). Berdasarkan uji Post-hoc Bonferroni diperoleh kelompok AP+PS (148,54 +/- 17,23) berbeda signifikan (p<0,05) dengan kelompok AP dan kontrol negatif. Selain itu, kelompok AP+PS menunjukkan efek yang tidak berbeda dengan kontrol positif (162,66 +/- 7,01; p=0,952). Simpulan: Pemberian ekstrak sambiloto dan serbuk spirulina menunrunkan ekspresi Caspase-3 pada sel epitel kolon media mencit terinduksi Plasmodium berghei. ......Background: Malaria is a parasitic disease that is still widely found in Indonesia, Inflammation caused by malaria infection can trigger oxidative stress which can lead to excessive cell apoptosis associated with protein Caspase-3 expression as an apoptosis executor protein. The administration of sambiloto and spirulina which have anti-inflammatory and antioxidant effects can potentially prevent Plasmodium berghei-induced damage to the colonic epithelial cells of mice. Aim: This study aims to determine the effect of giving a combination of sambiloto and spirulina on the expression of Caspase-3 in mice colonic epithelial cells induced by Plasmodium berghei. Methods: This study is an experimental study using biological material stored in colon media of male Swiss Webster mice. The test groups were AP (Sambiloto 200 mg/KgBB), AP + PS (sambiloto 200 mg/KgBB and spirulina powder 130 mg/KgBB), AP + ES (sambiloto 200 mg / KgBB and spirulina extract 26 mg/KgBB), negative control. (carboxymethil cellulose 0.5%) and positive control (Dihydroartemisinin Piperakuin 195 mg/KgBW). After 28 days of therapy, the mice were terminated and then stained with anti-Caspase-3 immunohistochemicals on the colonic tissue. Specimens were viewed using a light microscope with a magnification of 400x for five fields of view. Data analysis using the ImageJ® tool by looking at the percentage of Caspase 3 expression then analyzed using SPSS 20.0. Results: The One Way ANOVA hypothesis test obtained significant results (p <0.05). Based on the Bonferroni Post-hoc test, it was found that the AP + PS group (148.54 +/- 17.23) was significantly different (p <0.05) from the AP group and negative control. In addition, the AP + PS group showed no different effects from the positive control (162.66 +/- 7.01; p = 0.952) Conclusion: Provision of sambiloto extract and spirulina powder reduced the expression of Caspase-3 in colonic epithelial cells of Plasmodium berghei induced mice.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisaa Mumtaza Hadi
Abstrak :
Salah satu upaya untuk mengatasi penuaan kulit adalah dengan antioksidan yang dapat menangkal Reactive Oxygen Species (ROS) penyebab kerutan kulit. Salah satu sumber alami antioksidan adalah dari mikroalga Spirulina sp. Spirulina sp. mengandung senyawa berbagai antioksidan, salah satunya pigmen biru fikosianin sekitar 20% berat keringnya. Ekstraksi antioksidan Spirulina sp. dapat diaplikasikan dalam kosmetika berbentuk esens yang dapat digunakan dalam bentuk patch. Ekstraksi dilakukan dengan metode ultrasonikasi dengan variasi jenis pelarut air dan etanol, lalu durasi sonikasi selama 15 menit, 30 menit, dan 45 menit, identifikasi jenis antioksidan, analisis senyawa fikosianin ekstrak Spirulina sp. dan pembuatan formulasi esens, uji aktivitas antioksidan dengan DPPH, dan uji fisik (pH, viskositas, dan organoleptik selama 4 minggu). Waktu sonikasi terbaik untuk menghasilkan fikosainin dihasilkan selama 15 menit pada suhu 30°C menggunakan pelarut air yaitu 15,55mg/g pada ekstrak Spirulina sp., 9,20mg/g pada formulasi esens, dengan uji aktivitas antioksidan IC50 sebesar 64,5. Pada uji fisik dihasilkan hasil yang stabil yaitu pH antara 5,0-5,9, viskositas 0,7-1,4 dPa.s, berwarna hijau tua, berbau khas alga, tekstur cair tidak lengket, dan homogen.
One effort to overcome skin aging is with antioxidants that can counteract the Reactive Oxygen Species (ROS) that cause skin wrinkles. One natural source of antioxidants is from the microalgae Spirulina sp. Spirulina sp. contains various antioxidant compounds, one of which is the blue pigment phycocyanin about 20% dry weight. Antioxidant extraction of Spirulina sp. can be applied in cosmetics in the form of essences that can be used in patches. Extraction was carried out by ultrasonication with variations in the type of water and ethanol solvent, then the duration of sonication for 15 minutes, 30 minutes, and 45 minutes, identification of antioxidant types, analysis of phycocyanin compounds Spirulina sp. and making essence formulations, antioxidant activity tests with DPPH, and physical tests (pH, viscosity, and organoleptics for 4 weeks). The best sonication time to produce phycocyanin was produced for 15 minutes at 30°C with a water solvent of 15.55 mg/g in Spirulina sp. Extract, 9.20 mg/g in the essence formulation, with an IC50 antioxidant activity test of 64.5. On physical tests, stable results were obtained, ie pH between 5.0-5.9, viscosity of 0.7-1.4 dPa.s, dark green, characteristic of algae, non-sticky liquid texture, and homogeneous.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library