Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vira Andalusita Mulyaningrum
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara distres psikologis dan perceived social support pada mahasiswa. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kuantitatif. Partisipan dalam penelitian ini adalah 1024 mahasiswa di Indonesia usia 18-25 tahun yang terdiri dari 727 orang perempuan 71 dan 297 orang laki-laki 29 . Distres psikologis diukur menggunakan Hopkins Symptom Checklist ndash; 25 HSCL-25 dan perceived social support diukur menggunakan Social Provisions Scale SPS . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang negatif dan signifikan antara distres psikologis dan perceived social support pada mahasiswa r = -0,270, p = 0,000, signifikan pada LoS 0,01 . Artinya, semakin tinggi distres psikologis pada mahasiswa, semakin rendah perceived social support yang dimilikinya. ......This research aimed to investigate the relationship between psychological distress and perceived social support among college students. This research was conducted using quantitative method. The participants of this research were 1024 college students in Indonesia aged 18 25 years old which consisted of 727 female 71 and 297 male 29 . Psychological distress was measured using Hopkins Symptom Checklist ndash 25 HSCL 25 and perceived social support was measured using Social Provisions Scale SPS . The result of this research showed that there was a significant negative correlation between psychological distress and perceived social support among college students in Indonesia r 0,270, p 0,000, significant at LoS 0,01 . It means that the higher psychological distress, the lower perceived social support among college students.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S66357
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lintang Purwara Dewanti
Abstrak :
ABSTRAK
Dukungan yang diberikan kepada ibu menyusui untuk melakukan praktik menyusui sesuai dengan rekomendasi WHO telah banyak dan beragam. Namun demikian, meningkatkan praktik menyusui sesuai rekomendasi tersebut tampaknya memang bukan hal yang mudah. Salah satu bentuk dukungan yang diberikan kepada ibu baik oleh teman sebaya (peer) maupun tenaga ahli (professional) dapat berupa kelompok pendukung ibu ataupun berupa konsultasi satu-lawan-satu atau individual. Dukungan tersebut pada akhirnya akan sangat membantu apabila diberikan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik ibu menyusui sehingga dapat mencapai praktek menyusui yang sesuai dengan rekomendasi. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengeksplorasi praktik menyusui dan pengalaman ibu dalam menghadiri kelompok pendukung atau konsultasi individu. Praktek menyusui di kalangan ibu-ibu dalam bentuk kelompok dan bentuk individu sesuai dengan rekomendasi. Kedua bentuk dukungan dapat memberi manfaat bagi ibu dengan memberi edukasi utamanya jika mereka mendapat dukungan menyusui (baik kelompok atau individu) sedini mungkin yaitu selama masa kehamilan, tentang praktek pemberian ASI yang direkomendasikan dan bagaimana mempertahankannya. Dukungan dalam bentuk kelompok, dengan suasana yang tepat, ibu dapat berbagi pengalaman mengenai menyusui dan saling memberi semangat satu sama lain. Sementara dukungan dalam bentuk individu, ibu meningkatkan praktek pemberian ASI mereka dengan mengatasi masalah menyusui secara lebih fokus dibantu oleh konsultan laktasi/konselor menyusui. Praktek menyusui yang baik dapat terus dipertahankan oleh pengalaman ibu dalam bentuk dukungan kelompok atau bentuk dukungan individu yang menyediakan lingkungan yang kondusif untuk ibu belajar dan/atau untuk mengatasi masalah menyusui
ABSTRAK
Intervention to promote breastfeeding practice according to WHO recommendations given to breastfeeding mothers have been many and varied. Nevertheless, improving breastfeeding practices as recommended does not an easy thing. Type of support given to the mother either by peers and experts (professionals) can be in the form of support group and/or one-on-one or individual consultation. Such support will be helpful if given in accordance with the needs and characteristics of breastfeeding mothers to achieve appropriate breastfeeding practices with the recommendation. Qualitative approach was used to explore mothers’ breastfeeding performance and mothers’ experience attending the group and/or individual exposure. The breastfeeding practice among mothers in group exposure and individual exposure were in accordance with the recommendation. Both exposures are beneficial for mothers by educating mothers for recommended breastfeeding practice and how to maintain it especially if they were exposed to the breastfeeding support (groups or individual) as early as possible i.e. during pregnancy period. Specific in group exposure, with the proper group ambiance, mother can share experiences on breastfeeding and encouraging each other. While in individual exposure, mothers improved their breastfeeding practice by treating breastfeeding problem with more focus helped by breastfeeding counselor/lactation consultant. Good performance on breastfeeding among mothers’ can be maintained by their experiences of group or individual exposure that allow mothers learn in conducive environment and/or solved mothers’ breastfeeding problem
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Alda Manda Ananti
Abstrak :
ABSTRAK
Tatalaksana diabetes merupakan hal kompleks yang melibatkan serangkaian tindakan medis dan gaya hidup seperti diet secara teratur, olahraga, pengobatan, tes kadar gula, suntik insulin, atau pengobatan oral Glasgow Nutting, 2004 . Rangkaian tatalaksana yang menimbulkan respon psikologis seperti stres bahkan depresi perlu dilaksanakan untuk mencegah komplikasi sehingga dibutuhkan kepatuhan adherence yang baik. Menurut Gherman et al. 2011 , pasien yang lebih percaya diri dalam melakukan perawatan diri memiliki kepatuhan yang lebih baik, hal ini dapat direprsentasikan dalam self-efficacy. Selain self-efficacy, dukungan sosial juga dianggap sebagai faktor yang memengaruhi kepatuhan serta berdampak positif membantu individu menjalani pengobatan. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi dampak interaksi antara self-efficacy dan dukungan sosial terhadap kepatuhan pengobatan penderita diabetes melitus tipe 2. Peneliti menggunakan tiga alat ukur, yaitu The Diabetes Activity Questionnaire TDAQ , Diabetes Management Self-Efficacy Survey DMSES , dan Medical Outcome Study-Social Support Survey MOS-SS . Penelitian ini melibatkan 109 sampel. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda, model yang terdiri dari self-efficacy dan dukungan sosial mempengaruhi kepatuhan secara signifikan p.
ABSTRACT
Management of diabetes is a complex matter that involves a series of medical and lifestyle measures such as regular diet, exercise, medication, glucose test, insulin injections or oral medication Glasgow Nutting, 2004 . Management sequences that generate psychological responses such as stress and even depression need to be implemented to prevent complications so that adherence is required. According to Gherman et al. 2011 , patients who are more confident in self care have better adherence, this can be represented in self efficacy. In addition to self efficacy, social support has also considered a factor that affects adherence and has a positive impact on helping individuals through treatment. The purpose of this study was to evaluate the impact of the interaction between self efficacy and social support for treatment adherence with diabetes mellitus type 2. Researchers using three measurements, such as The Diabetes Activity Questionnaire TDAQ , Diabetes Management Self Efficacy Survey DMSES , and the Medical Outcome Study Social Support Survey MOS SS . The study involved 109 samples. Based on the results of multiple regression analysis, the model consists of self efficacy and social support significantly affect adherence p
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putriadita Kusumadewi
Abstrak :
Posttraumatic growth adalah perubahan positif yang muncul setelah individu mengalami peristiwa traumatis dalam hidupnya, salah satunya adalah kematian salah satu orang tua di masa perkembangan emerging adulthood. Dalam menghadapi situasi sulit tersebut, perceived social support yang dirasakan individu dan religious coping yang dilakukan dapat memunculkan posttraumatic growth pada individu. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui apakah perceived social support dan religious coping dapat memprediksi kemunculan posttraumatic growth di emerging adult yang mengalami kematian salah satu orang tua di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang melibatkan 66 partisipan berusia 18 sampai 25 tahun dan pernah mengalami kematian salah satu orang tua dalam waktu minimal enam bulan sampai maksimal tiga tahun lalu untuk mengisi kuesioner Multidimensional Scale of Perceived Social Support, Brief RCOPE, dan Posttraumatic Growth Inventory. Hasil analisis regresi linear menunjukkan dan religious coping (F (3,62) = 5,814, p<0,05) dapat memprediksi posttraumatic growth secara signifikan (R2= 0,220, p<0,05). Hal ini berarti perceived social support yang dirasakan dan religious coping yang dilakukan dapat membantu munculnya posttraumatic growth pada emerging adult yang mengalami kematian salah satu orang tua. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan intervensi untuk emerging adult yang berduka. ...... Posttraumatic growth defines as positive changes that arise after individuals experience traumatic events in their lives, like the death of a parent in emerging adulthood. In dealing with these difficult situations, perceived social support and religious coping can lead to posttraumatic growth in individuals. This study aims to determine whether perceived social support and religious coping can predict posttraumatic growth in emerging adults that lost one of the parents in Indonesia. This research is a quantitative study involving 66 participants, aged 18 to 25 years and had experienced the death of one parent within a minimum of six months to a maximum of three years ago, to fill out the Multidimensional Scale of Perceived Social Support questionnaire, RCOPE Brief, and Posttraumatic Growth Inventory. Using linear regression analysis method, perceived social support and religious coping (F (3,62) = 5,814, p < 0,05) can predict posttraumatic growth significantly (R2= 0,220, p<0,05). This means that perceived social support and religious coping can help the emergence of posttraumatic growth in emerging adults who experience the death of one parent. The result of this study can be considered as an intervention for bereaved emerging adults.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diany Syahranti
Abstrak :
Pentingnya peran kreativitas sebagai bekal individu untuk menghadapi tantangan di era digital sayangnya belum sejalan dengan kenyataan bahwa Indonesia memiliki posisi rendah dalam indikator kreativitas dibandingkan dengan negara lain. Untuk mengatasinya, kreativitas perlu dipupuk sejak usia sekolah dan membutuhkan peranan besar dari guru. Namun, guru membutuhkan dukungan dalam mengembangkan kreativitas siswa, baik siswa reguler maupun berkebutuhan khusus di sekolah inklusif. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara perceived social support dengan Creativity Fostering Teacher Behavior (CFTB). Penelitian dilakukan kepada 143 guru di sekolah dasar inklusif. Perceived social support diukur dengan menggunakan adaptasi alat ukur R-MSPSS yang terdiri atas komponen kepala sekolah, guru, keluarga, dan teman (non-kolega). CFTB diukur dengan menggunakan alat ukur CFTIndex yang mencakup dimensi independence, integration, motivation, judgment, flexibility, evaluation, question, opportunities, dan frustration. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perceived social support dengan CFTB (rs=0.291, p<.001, two-tailed). Hal ini menunjukkan bahwa untuk dapat menerapkan CFTB, guru sekolah dasar inklusif membutuhkan dukungan dari teman (non-kolega), kepala sekolah, guru, dan keluarga. Implikasi dari penelitian ini memberikan penekanan bahwa kolaborasi antar seluruh sumber dukungan sosial yang ada di sekitar guru sangat penting untuk dapat mengembangkan potensi kreativitas yang dimiliki siswa. ......The importance of creativity as an individual's provision to face challenges in the digital era is unfortunately not in line with the fact that Indonesia has a low position on creativity indicators compared to other countries. The teacher has a significant role in nurturing creativity starting from school. Teachers need support in developing students' creativity for regular students and students with special needs. Therefore, this research aims to see the relationship between perceived social support and Creativity Fostering Teacher Behavior (CFTB). The research was conducted on 143 teachers in inclusive primary schools. Perceived social support is measured using the adaptation of the R-MSPSS measurement, which consists of the principal, teacher, family, and friends components. CFTB is measured using the CFTIndex measurement, which includes the dimensions of independence, integration, motivation, judgment, flexibility, evaluation, question, opportunities, and frustration. The correlation test results showed a significant relationship between perceived social support and CFTB (rs=0.291, p<.001, two-tailed). The results show that to implement CFTB, inclusive primary school teachers need support from the principal, teachers, family, and friends. The implications of this study emphasize that collaboration between all sources of social support around teachers is essential to develop students' best potential.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library