Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 31 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
One of the efforts foe water quality management is water pollution. The effort needs accurate water quality measurements which should be done by certified laboratories....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ann Arbor, Mich.: Ann Anbor Science, 1975
614.71 NOL i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tuapetel, Jones Victor
Abstrak :
Catalytic converter adalah salah satu metode yang digunakan untuk mengontrol emisi gas buang sebagai penyebab polusi terutama pada kendaraan. Gas buang terdiri dari gas-gas karbondioksida (CO2), karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NO), hidrokarbon (HC) dan kandungan gas lainnya. Konversi emisi gas buang dalam catalytic converter disamping tergantung pada performans katalis dalam bentuk honeycomb juga tergantung pada distribusi aliran gas dalam penampang. Untuk meningkatkan keseragaman distribusi ini maka dapat digunakan kombinasi screen dengan porositas 0,87 dan honeycomb dimana kecepatan aliran bisa diperlambat sehingga residence time lebih lama yang tentunya meningkatkan performans honeycomb. Hasil yang diinginkan adalah fenomena dinamika aliran yang lebih terdistribusi merata sehingga dapat meningkatkan proses konversi emisi gas buang. Metode yang digunakan adalah simulasi pada komputer yang menggunakan software Fluent/UNS sementara analisa numerik dilakukan dalam bentuk eksponensial yang ditransformasikan dalam bentuk grid. Hasil simulasi menunjukkan fenomena aliran yang lebih terdistribusi merata sehingga meningkatkan proses konversi emisi gas buang.
Catalytic converter is a method to reduce the level of pollutants in the exhaust, especially on vehicle. Emission exhausts gases containing carbon dioxide (CO2), carbon monoxide (CO), nitrogen oxide (NO), unburned hydrocarbon (HC), and other gases. Conversion of the emission in the catalytic converter besides to depend on performance of catalyst as honeycomb also depending on gas stream distribution in the channel of the converter. To increase the distribution, combination of screen with 0.87 porosity and honeycomb are used to reach this condition and flow velocity can be slowly so that residence time is longer. The combination also can increase performance of honeycomb of catalytic converter. The method to be used is simulation analysis was under the use of computer programming soft ware Fluent/UNS, while the numerical analysis was done by exponential forms that were transformed into grid shape. Result of simulation to indicate the mode of stream more distributed and increasing conversion process of the emission exhaust gases.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T9154
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Tonny Chandra A.
Abstrak :
Pencemaran Sungai Siak di Propinsi Riau merupakan salah satu isu strategis lingkungan hidup yang ditimbulkan akibat pelaksanaan pembangunan dan ekonomi yang cenderung dilakukan secara eksploitatif tanpa memperhatikan upaya menjaga kelestarian lingkungan hidup. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana tingkat pencemaran Sungai Siak serta peran Pemerintah Daerah Kabupaten Siak dalam pengendalian pencemaran Sungai Siak. Selain itu juga untuk mengetahui kontribusi masyarakat dan industri dalam pencemaran Sungai Siak, serta terbentuknya kerangka dasar kebijakan pengendalian pencemaran Sungai Siak. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan analisa kualitatif dan analisa kuantitatif Analisa kualitatif dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap responden dengan analisis content. Analisa kuantitatif menggunakan data sekunder dengan menganalisa hasil penelitian JICA tahun 2000, Bapedalda tahun 2001 dan PPLH tahun 2002 UNRI tentang Sungai Siak. Hasil penelitian menunjukkan telah terjadi pencemaran Sungai Siak yang ditandai dengan penurunan kualitas air sesuai hasil penelitian, yakni kadar BOD 28 mg/1, COD = 67 mg/1. Hal tersebut melebihi standar yang ditentukan dalam PP Nomor 82 Tahun 2001 yaitu kadar BOD = 2 mg/l dan COD =10 mg/l.
Analysis of Management Policies of Siak River Pollution in Relation with District Autonomy Process in the Siak RegencyPollution of the Siak River in the Province of Riau is one of the strategic environmental issues which are caused by infrastructures and economical development that tends to be done exploitatively without considering efforts to preserve the environment. The objectives of this study are to find out how high is the pollution level in Siak River and the pollution management by the Local Government of Siak Regency. Moreover, to examine the contribution of the community and industries to the pollution of Siak River, and to build evidences for management policies regarding the pollution of Siak River. This study is carried out using qualitative and quantitative analysis approaches. Qualitative analysis is performed through in-depth interviews toward the respondents using content analysis. Quantitative analysis uses secondary data through analyzing the result of studies carried out by MCA in 2000, Bapedalda in 2001, and PPLH UNRI in 2002 concerning Siak River pollution. The results of this study suggests that there has been pollutions in the Siak River as shown by the decreasing water quality, that is the BOD level = 28 mg/l, COD = 67 mg/I. This is beyond the standards of BOD = 2 mg/l and COD = 10 mg/l which determined by Gov. Reg. 82 Yr. 2001. The Government's roles on managing pollutions of Siak River are yet optimized, especially in the course of surveillance and development. This is strongly related to the insufficiency related to quantitative and competencies of human resources and budget. The industrial sector has yet to fully comply with the regulations and law concerning the environment. This is signified by the research result of BOD and COD level of all industrial waste are above the regulation of liquid waste quality, with BOD level approximately between 92 mg/l to 861 and COD level approximately between 195 mg/l to 1268,8 mg/l. As according to the regulation of Riau Governor concerning Liquid Waste Quality for the Industries is regulated that BOD level is between 75 mg/1 to 100 mg/l and COD level is between 125 mg/l to 350 mg/l. From the result of the questionnaire toward 28 respondents who lived on the banks of Siak River, it was discovered that 64% of them uses Siak River to dispose of manure, and 71% throw away of their garbage. The Policy Officers have yet to implement the Environmental regulations entirely; it is considered important to arrange the bases of policies concerning pollution management in Siak River which refers to Gov. Reg. No. 23 Yr. 1997 of the Environment, Gov. Reg. No. 82 Yr. 2001 of the Water Quality Management and Water pollution Management. Siak River management should better be managed integrated involving every Regency along the Siak River, changing the development patterns from backyard to front yard, establish water recognition and water quality accordingly, establish Liquid Waste Quality, carry out tight and consistent surveillance, and institute sanctions to those who break the regulations. Bibliography: 29 (1953-2002)
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12732
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Hendarto
Abstrak :
Peternakan sapi perah, merupakan salah satu usaha peternakan dengan tujuan untuk memberikan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani peternak. Peternakan sapi perah, juga merupakan introduksi teknologi dari luar negeri, kegiatannya berpotensi menimbulkan pencemaran. Pencemaran pada usaha peternakan, menurut kegiatannya, dapat dibagi dalam 2 (dua) macam, yaitu pencemaran di sekitar tempat usaha peternakan dan pada hasil ternak berupa susu. Agar potensi timbulnya pencemaran dapat ditekan, diperlukan upaya pengendalian. Peternak sebagai pengelola usaha peternakan, dituntut untuk melakukan upaya pengendalian pencemaran, yang dalam bidang peternakan, dipengaruhi oleh latar belakang atau karakteristiknya yakni umur, mata pencaharian, tingkat pendidikan, lama beternak, jumlah ternak yang dipelihara, pendapatan, keterlibatan peternak dalam lembaga sosial dan tipe usaha peternakan. Penelitian dilakukan pada peternakan sapi perah rakyat di Kabupaten Banyumas, Propinsi Jawa Tengah yang mendapat bantuan ternak dari Proyek Pengembangan Sapi Perah Baturraden bantuan Pemerintah dengan sistem Sumba Kontrak. Tujuan penelitian untuk mengetahui peran serta peternak dalam upaya pengendalian pencemaran dan hubungan antara variabel karakteristik peternak dengan variabel upaya pengendalian pencemaran. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode survei. Penelitian bersifat diskriptif analisis. Teknik sampling yang digunakan adalah Multi Stage Purposive Random Sampling menurut petunjuk Sutrisno (1981), hingga didapat 15 desa sampel dan 133 responden (17,8 persen populasi peternak). Variabel bebas dalam penelitian adalah karakteristik peternak yang diasumsikan memberi pengaruh dalam upaya pengendalian pencemaran, sedangkan variabel terikatnya adalah upaya pengendalian pencemaran di sekitar tempat usaha peternakan dan hasil ternak berupa susu. Dalam usaha mengkuantitatifkan kondisi kualitatif, digunakan bentang 1-5 dari kondisi sangat kurang sampai sangat baik. Untuk mengetahui pengaruh antar variabel, digunakan rumus koefisien korelasi Pearson dan Uji t, sedangkan untuk mengetahui besarnya pengaruh, digunakan Uji Koefisien Determinasi. Berdasarkan uji di atas dapat disimpulkan bahwa : 1. Upaya pengendalian pencemaran yang dilakukan peternak sapi perah di sekitar tempat usaha peternakan, terdapat pada tingkat cukup berperanserta, sedangkan upaya pengendalian pencemaran terhadap hasil ternak berupa susu, pada tingkat baik peransertanya. Hal tersebut ditunjukkan dengan usaha peternakan sapi perah yang sebagian besar (52,53 persen) terdapat di tengah-tengah permukiman penduduk dengan potensi menimbulkan pencemaran, walaupun kondisi tersebut masih dapat diterima oleh masyarakat. Untuk hasil ternak berupa susu, ditunjukkan dengan tingkat pemahaman yang telah baik dalam hal hasil susu dapat berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat, walaupun pada kondsisi termotivasi oleh persyaratan penerimaan kualitas susu. 2. Terdapat hubungan antara umur, tingkat pendidikan, jumlah ternak yang dipelihara, pendapatan peternak, keterlibatan peternak dalam lembaga sosial dan tipologi usaha peternakan dengan upaya pengendalian pencemaran di sekitar tempat usaha peternakan dan pengaruh terbesarnya adalah variabel tingkat pendidikan sebesar 12,25 persen. Hal tersebut ditunjukkan pada kenyataan bahwa mayoritas peternak berpendidikan rendah. 3. Terdapat hubungan antara mata pencaharian, tingkat pendidikan, lama beternak, jumlah ternak yang dipelihara, keterlibatan peternak dalam lembaga sosial dan tipologi usaha peternakan dengan upaya pengendalian pencemaran terhadap hasil ternak berupa susu, dan pengaruh terbesarnya adalah variabel jumlah ternak sebesar 34,81 persen. Hal tersebut ditunjukkan pada kenyataan bahwa mayoritas peternak jumlah pemilikan ternaknya, sedikit. Dattar Kepustakaan : 63 (1957-1995). Jumlah halaman permulaan xx, jumlah dalam isi 167, Tabel 22, Gambar 3, dan Lampiran 11
Dairy cattle production is one of animal production. It has purposes for increasing the income and enhancing the prosperity of farmers. Culturally, dairy cattle is merely introduced technology from Western countries. In fact, dairy cattle production has a potency to make pollution, caused by this activity itself. Pollution on dairy cattle, from their activity can be divided into two kinds i.e. pollution around the farm and pollution on the product of milk. In order to eliminate the potency of the pollution, then, the effort to control it is urgently needed. To control pollution in their farm. The success of the effort is influenced by their background or their characteristic i.e. age, mean of livelihood, level of education, the duration in conducting animal production activity, number of animal, income of farmers, participation of farmers on social institution and type of animal production. The research was conducted in Banyumas Regency, Central Java Province, and was on animal production held by the farmers who obtained the aid from the Development Dairy Cattle Paturraden Project from the Government, by Sumba Contract system. The aim of the research was to uncover participation farmers on pollution control and correlation between the farmers characteristics and the effort of pollution control. Survey method and descriptive analysis were used in this research. 133 respondents from 15 samples villages were collected by Multi Stage Purposive Random Sampling from Sutrisno (1501). The independent variables of this research was characteristic of the farmers with an assumption that it would have been influencing the effort of pollution control. Meanwhile, the dependent variable was the effort of pollution control around the farm and the product of milk. Coefficient of Correlation by Pearson and the t test were exploited to uncover the influence between the variables. In the meantime, the determination Coefficient Test was used to meansure the degree of the influences. Based on the analysis, it was found that : 1. In general, the participation of the farmers on the efforts to control pollution around the farm was in the level of "fair" (since the score was 3.15 from the maximum of 5). In the meantime, the effort to control pollution on the product of milk was in the level of "good" for the score was 4.3B. These results were sustained by the fact that the majority the farm (52.63 percent) were located in the middle of public settlement, which have a potency to create pollution. In the meantime the farmers understanding about the effects of milk on public health was in level "good". 2. There was a correlation between age, level of education, number of animal, income of farmers, participation of farmers in social institution, and type of animal production with effort of pollution control around the farm. The lighest effect was the level of education i.e. 12.25 percent. This result was supported by the fact that the majority of farmers had a law education level. 3. There was a correlation between mean of live hood, level of education, duration in conducting animal production activity, number of animal, participation of farmers in social institution, and type of animal production with effort of pollution control on product of milk. The highest effect was the number of animal i.e. 34,81 percent. This result was supported by the fact that the majority of farmers had raised only a little number of animals. Number of References s 63 (1957-1995). Number of pages m Number of initial pages xx, Number of Content pages 167, Tables 22, Figures 3, Enclosures 11.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Dewi Handayani Sujatno
Abstrak :
Kebisingan adalah suara-suara yang tidak dikehendaki. Kebisingan akibat kegiatan industri dan transportasi adalah hal yang lazim ditemukan, oleh karenanya seberapa tinggi nilai kebisingan serta usaha-usaha pencegahan yang berkaitan dengan pengaruh di lingkungan dan tenaga kerja adalah hal yang penting untuk dipantau dan diteliti. Seperti halnya daerah industri lainnya di sekitar Jakarta, daerah Cikampek dan sekitamya adalah daerah dengan perkembangan kawasan industri yang cukup pesat dengan arus transportasi yang cukup padat. Pihak industri di sekitar kawasan tersebut banyak yang telah memanfaatkan vegetasi bambu (Bambusa sp.) dan jati (Tectona grandis) salah satunya sebagai peredam kebisingan. Berdasarkan uraian di atas, maka timbul suatu pemikiran untuk meneliti apakah vegetasi bambu (Bambusa sp.) dan jati (Tectona grand's) yang ada di sekitar kawasan industri dan tepi jalan tol Jakarta-Cikampek-Sadang dapat mereduksi kebisingan. Lokasi penelitian yang dipilih adalah di sekitar pabrik PT Pupuk Kujang, Cikampek, Jawa Barat Hal ini didasari karena pada lokasi tersebut ditemukan kedua kelompok jenis vegetasi tersebut. Selain hal tersebut di atas diketahui juga bahwa pada umumnya kebisingan di area pabrik PT Pupuk Kujang hampir pada semua titik pemeriksaan ada di atas Nilai Ambang Batas (NAB), yaitu antara 84-113 dB(A), sedangkan pada jalan tol Jakarta-Cikampek di sebelah Seiatan industri PT Pupuk Kujang juga di atas baku mutu yang ditetapkan yaitu tingkat kebisingan pada siang hari 85,9 dB(A) dan pada malam hari 83,5 dB(A) (Widagdo, 1998). Kondisi eksisting letak populasi vegetasi tersebut diharapkan memudahkan penyusunan desain penelitian. Melanjutkan uraian di atas maka rumusan permasalahan yang dapat disusun adalah: 1. Kelompok vegetasi rumpun bambu di sekitar pabrik PT Pupuk Kujang dapat mereduksi kebisingan yang bersumber dari pabrik PT Pupuk Kujang. 2. Kelompok vegetasi jati di sekitar pabrik PT Pupuk Kujang dapat mereduksi keblsingan yang bersumber dari aktivitas jalan tol Jakarta-Cikampek di sebelah Selatan industri PT Pupuk Kujang. Tujuan penelitian dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu: 1. Tujuan Umum: Pemakaian vegetasi untuk meredam kebisingan. 2. Tujuan Khusus: a. Diketahuinya seberapa besar pengaruh kelompok vegetasi rumpun bambu di sekitar pabrik PT Pupuk Kujang daiam mereduksi kebisingan yang bersumber dari pabrik PT Pupuk Kujang. b. Diketahuinya seberapa besar pengaruh kelompok vegetasi jati di sekitar pabrik PT Pupuk Kujang dalam mereduksi kebisingan yang bersumber dari aktivitas jalan tol Jakarta-Cikampek di sebelah Selatan industri PT Pupuk Kujang. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah kelompok vegetasi rumpun bambu (Bambusa sp.) dan jati (Tectona grandls) di sekitar pabrik PT Pupuk Kujang dapat mereduksi kebisingan sebesar ±3-18%. Janis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan metode survey. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Hasil uji t untuk tingkat reduksi kebisingan pada bambu temyata mernperlihatkan penurunan kebisingan yang signifikan (p<0,05), dengan nilai signifikansi sebesar 0,019, sedangkan pada jati temyata memperlihatkan penurunan kebisingan yang tidak signifikan (p>0,05), dengan nilai signifikansi sebesar 0,059. Seiain itu berdasarkan uji korelasi tebal kelompok vegetasi rumpun bambu dan jati pada efektivitas reduksi kebisingan memperlihatkan hasil yang sangat kuat, dengan koefisien korelasi bambu 0,975 dan koefisien korelasi jati 0,840. Hasil pengukuran kebisingan di Dusun Poponcol (Desa Dawuan Tengah) yang berjarak 180 m dari pabrik tingkat kebisingannya 57,80 dB(A), sedangkan dipermukiman karyawan yang berjarak 480 m dari pabrik tingkat kebisingannya 48,20 dB(A). Berdasarkan hasil dan pembahasan maka kesimpulan yang diperoleh adalah: 1. Kelompok vegetasi rumpun bambu di sekitar pabrik PT Pupuk Kujang dapat mereduksi kebisingan yang bersumber dari pabrik PT Pupuk Kujang. Semakin tebal kelompok vegetasi rumpun bambu, semakin tinggi persentase efektivitas reduksi kebisingannya. 2. Kelompok vegetasi jati di sekitar pabrik PT Pupuk Kujang dapat mereduksi keblsingan yang bersumber dari aktivitas jalan tol Jakarta Cikampek di sebelah Selatan industri PT Pupuk Kujang. Namun secara statistik reduksi kebisingan tersebut tidak signifikan.
Noise is an unwanted sounds. It has been commonly founded in industrial area and transportation, hence it is still important to be observed and researched on how high the noise level is and how to find efforts in avoiding the noise effect on environment and workers. Likely other industrial area surrounding Jakarta, Cikampek and its neighbourhood areas have become developed industrial areas with a traffic transportation flow. The industry players nearby have utilized vegetation bamboo (Bambusa sp.) and teak wood (Tectona grandis) as means of noise soundproof surrounding the area. A thought then occurs whether natural vegetation of bamboo (Bambusa sp.) and teak wood (Tectona glandis) surrounding Cikampek industrial areas and along Jakarta-Cikampek-Sadang highways can reduce the noise or not. Location chosen is industrial area of PT Pupuk Kujang, Cikampek, West Java. Based on the existence of both vegetation bamboo and teak wood nearby location. Based on some e)aminations, it is almost found that noise level around factory area is categorized above Critical Value, which ranges between 83-113 dB(A), meanwhile, in the southern industrial area of PT Pupuk Kujang and along Jakarta-Cikampek highway, the same case is found which is both noise levels in afternoons and at nights are categorized above the normal range, each ranges 85,9 dB(A) in afternoons and 83,5 dB(A) at nights (Widagdo, 1998).The condition of where the vegetation populations are will be expected to determine research design more easily. Some problems measured are : 1. Bamboo vegetation surrounding industrial area of PT Pupuk Kujang is able to reduce noise from PT Pupuk Kujang factory. 2. Teak wood vegetation surrounding industrial area of PT Pupuk Kujang is able to reduce noise from Jakarta-Cikampek highway in the southern part of PT Pupuk Kujang industrial area. The objectives consist of 2 groups: 1. General Objective: Vegetation utilization to soundproof noise. 2. Particular Objective: a. To measure the effectiveness of bamboo vegetation surrounding industrial area of PT Pupuk Kujang in reducing noise from PT Pupuk Kujang factory. b. To measure the effectiveness of teak wood vegetation surrounding industrial area of PT Pupuk Kujang in reducing noise from Jakarta-Cikampek highway which is located in the southern part of PT Pupuk Kujang industrial area. Hypothesis proposed in research is bamboo (Barnbusa sp.) and teak wood (Tectona grandis) vegetation surrounding factory of PT Pupuk Kujang are able to reduce noise of t3-18%. Research type is descriptive quantitative with survey method. The design used Is cross sectional. T -test on noise reduction level of bamboo vegetation shows the significaint noise reduction (p<0,05) with significant value of 0,019, meanwhile noise reduction level of teak wood vegetation shows the insignificant noise reduction (p>0,05), with significant value of 0,059. Correlation test on thickness of bamboo and teak wood vegetation to noise reduction effectivity shows a very strong correlation with bamboo coefficient of 0,975 and teak wood coefficient of 0,840. Noise measurement result in Dusun Poponcol (Dena Dawuan Tengah) on distance of 180 m from factory has noise level of 57,80 dB(A), meanwhile in worker residences on distance of 480 m from factory has noise level of 48,20 dB(A). This research concludes some points, which are: 1. Bamboo vegetation surrounding PT Pupuk Kujang area is able to reduce noise sourced from PT Pupuk Kujang factory. The more thick the bamboo vegetation is, the more higher is the percentage effectivity of noise reduction. 2. Teak wood vegetation surrounding PT Pupuk Kujang area is able to reduce noise sourced from JakarEa-akampek highway in the southern part of PT Pupuk Kujang area. Statistically, noise reduction is not significant.
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T14929
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulianti Sugiarta
Abstrak :
Pencemaran air sekarang ini semakin bertambah dengan semakin meningkatnya penggunaan bahan-bahan kimia, baik dalam proses industri maupun pada pertanian. Senyawa organik merupakan salah satu polutan air pada sumber air minum. Senyawa organik tersebut diantaranya adalah senyawa aromatik, senyawa hidrokarbon terklorinasi, dan senyawa aromatik terklorinasi. Penemuan fotokatalitik dapat menjadi alternatif dalam pemurnian air, karena memiliki beberapa keuntungan, yaitu hasil reaksi tidak berbahaya untuk lingkungan dan proses dapat dihentikan dengan mudah atau diatur. Pada penelitian ini reaksi fotokatalitik dengan Ti02 yang diimmobilisasi pada pelat titanium diterapkan untuk degradasi senyawa 2,4-diklorofenol. Immobilisasi TiO2 pada pelat titanium dilakukan dengan metode sol gel dari dua prekursor, yaitu titanium diisopropoksi bisetilasetoasetat (TAA) dan titanium diisopropoksi bisasetilasetonat (TEA). Pemeriksaan lapisan tipis Ti02 pada pelat titanium dilakukan dengan TLC-scanner dan difraksi sinar X. Kristal Ti02 hasil dari kedua prekursor sama, yang terbesar adalah anatase (72,15% untuk TEA dan 70,45% untuk TAA). Proses degradasi 2,4-diklorofenol dilakukan dibagi dalam tiga bagian yaitu variasi perlakuan dengan UV dan katalis, perlakuan dengan bias potensial dan perlakuan dengan penambahan hidrogen peroksida. Proses fotokatalitik dengan Ti02 dan UV dapat menurunkan konsentrasi 2,4-diklorofenol 43,46% (TEA) dan 48,65% (TAA). Tetapi tidak terjadi mineralisasi sempurna karena ion klorida yang dihasilkan hanya 0,4075 ppm (TEA) dan 0,4206 ppm (TAA). Sebagian besar 2,4-diklorofenol terdegradasi hanya sampai membentuk senyawa intermediet yang masih mempunyai 2 atom klor. Bias potensial dan penambahan H202 dilakukan untuk meningkatkan hasil degradasi yang dicapai, yaitu dengan menghambat terjadinya rekombinasi lubang positif dan elektron yang terbentuk pada proses fotokatalitik. Penurunan konsentrasi 2,4- diklorofenol pada variasi perlakuan ini (UV/BP-TAA : 38,93%, UV/H2OrTAA : 53,42%, UV/BP/H2C>2-TAA : 39,62%) tidak berbeda secara berarti dengan perlakuan UV dan katalis (UV-TAA : 48,65% dan UV-TEA : 43,46%). Ion klorida yang dihasilkan yaitu UV/BP-TAA : 2,540 ppm, UV/H202-TAA : 0,928 ppm, UV/BP/H202-TAA : 4,106 ppm. Konsentrasi ion klorida yang dihasilkan ini lebih besar daripada perlakuan UV dan katalis (UV-TAA). Dapat disimpulkan bahwa bias potensial dan penambahan H202 pada reaksi fotokatalitik dapat meningkatkan proses mineralisasi 2,4-diklorofenol.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roberto Djaja P.
Abstrak :
Untuk melindungi lingkungan dari pencemaran pada perusahaan atau pabrik terdapat suatu kebijakan yang harus dipertahankan yaitu mengurangi limbah dan emisi, serta usaha untuk meminimalkan dampak yang merugikan pada udara, air dan tanah melalui pencegahan pencemaran dan konservasi energi. Karena dengan pencegahan pencemaran pada sumbemya dapat mengurangi biaya, meningkatkan efisiensi operasional, meningkatkan kualitas dari produk dan pelayanan, menciptakan tempat kerja yang aman dan sehat bagi para pekeria dan yang utama dampaknya bagi lingkungan. Dengan demikian suatu perusahaan atau pabrik sangat baik dan perlu melaksanaan program tersebut. Untuk itu studi kasus pada program pencegahan pencemaran ini dilakukan pada PT . INDOMILK, yaitu suatu perusahaan yang memproduksi susu . Dengan berbagai jenis susu, seperti : susu kental manis, susu cair, susu bubuk, mentega dan es krim. Berbagai produk ini pun dijalankan melalui proses kerja sama dengan berbagai perusahaan baik bahan baku hingga pengelolaan. Studi kasus pada PT. INDOMILK ini dilakukan selama VA bulan. Penulis melakukan pengamatan pada perusahaan ini adalah proses produksi susu kental manis, proses pengolahan limbah cair, dan tempat penyimpanan sementara. Survey pada PT . INDOMILK tersebut ditunjang juga dengan teori - teori tentang pencegahan pencemaran dan efisiensi sehingga dapat disimpulkan dalam beberapa program efisiensi guna pencegahan pencemaran yang dapat diterapkan pada PT . INDOMILK. Program Efisiensi yang diusulkan adalah penghematan air (sebagai air pendingin pada pompa) yang memberikan keuntungan finansial sebesar Rp 1.197.504,-, penghematan energi listrik (neon sebagai penerang) dengan keuntungan finansial Rp 3.625.440,-, penghematan kertas kupon makanan dengan penghematan sebesar Rp 14.540.400,-, pengurangan tumpahan pada penuangan bubuk susu dan gula dapat mengurangi pembelian bahan baku sebesar Rp29.700.000,-. ......There are policies to protect the environment from pollution on companies and plants, some of them are reducing waste and emission, minimizing the negative impact on air, water and earth through pollution prevention and energy conservation. The pollution prevention here means that it should be applied on the resource, thus creates the advantages which are reducing the cost, increasing the quality of product and services and creating a conductive and healthy environment for workers and mainly for the environment itself. Thus, it is recommended that plants and companies to apply such program. This final paper is basically case study of Pollution Prevention Program in PT.INDOMILK which was administered for one and a half month. The product of PT.INDOMILK include Sweet Condensed Milk, Pasteurized Liquid Milk, Powder Milk, Margarine and Ice Cream. The focus of the observation are the production process of Sweet Condensed Milk until Storing Warehouse and Waste Water Treatment Plant. This observation is based on the theories about pollution prevention and efficiency, so the implementation will be applied on PT.INDOMILK. Recommended efficiency program for PT.INDOMILK are Water Retrenchment which can give a financial benefit as much as Rp 1.197.504 ,-, Electrical Energy Retrenchment which can give a financial benefit as much as Rp 3.625.440,-, Retrenchment of Milk Powder and Sugar Spillage which can give a financial benefit as much as Rp29.700.000,-.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S34867
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi di masyarakat, maka kebutuhan akan mobilitas meningkat. Hal yang paling dipertukan untuk mobilitas adalah suatu sistem transportasi dimana kendaraan bermotor merupakan salah satu komponen utamanya. Dewasa ini kendaraan bermotor sedemikian banyaknya hingga kapasitas jalan yang tersedia di Jakarta sudah tidak bisa memenuhi semua kebutuhan pengguna jalan. Dampak samping akibat kendaraan bermotor adalah emisi gas buang yang mencemari kualitas udara. Saat ini sebagai penyumbang terbesar untuk pencemaran udara di Jakarta adalah sektor transportasi. Dan bila hal ini tidak ditangani secara serius maka kualitas udara di Jakarta akan semakin parah kerusakannya. Zat polutan yang disebabkan emisi gas buang kendaraan bermotor akan masuk ke tubuh manusia bersamaan dengan udara yang kita hirup. Analisa mengenai dampak pencemaran udara akibat kendaraan bermotor perlu dikaji. Analisa tersebut dibandingkan antara baku mutu lingkungan yang telah ditetapkan dengan konsentrasi udara dalam kondisi eksisting. Penelitian kualitas udara dilakukan di bundara hotel Indonesia Jakarta Pusat pada tanggal 21 dan 26 September 2003 untuk mendapatkan sebuah persamaan hubungan antara dampak pencemaran udara akibat emisi kendaraan bermotor. Konsentrasi pencemar polutan yang melebihi ambang baku mutu yang telah ditetapkan pemerintah adalah gas N02. Sedangkan gas pencemar lain yang ditinjau yaitu pencemar CO, SO2, dan PM10 masih dibawah ambang batas. Persamaan regresi linear hubungan antara jumlah kendaraan yang melintas (smp) dan konsentrasi pencemar yang terdapat dalam udara pada saat penelitian belangsung, persamaan tersebut menunjukkan bahwa jumlah smp kendaraan yang melintas mempengaruhi kadar pencemar yang terkandung dalam udara.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S35121
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angka M. Yusuf
Abstrak :
Limbah konstruksi merupakan konsekuensi dari berkernbangnya industri konstruksi di Indonesia Dengan adanya limbah konstruksi maka dalam suatu proyek perlu mengeluarkan biaya pengelolaan. Sehingga Iimbah konstruksi selain dapat menurunkan kualitas lingkungan di dalam proyek maupun di sekitar proyek, juga dapat menambah biaya tidak perlu yang menjadi beban kontraktor. Penerapan strategi minimisasi limbah konstruksi dapat menangani masalah limbah konstruksi. Strategi minimisasi limbah konstruksi dapat diterapkau dalam 4 area konstruksi yaitu: perencanaan pengelolaan proyek, pra konstruksi, kegiatan luar Iokasi proyek, kegiatan di dalam Iokasi proyek. Dengan studi kasus yang dilakukan dapat diketahui sejauh mana penerapan yang telah dilakukan kontraktor dan manfaat dari penerapan strategi minimisasi limbah konstruksi pada area perencanaan pengelolaan proyek dan kegiatan di dalam lokasi proyek konstruksi bagi kontraktor. Penerapan strategi minimisasi limbah konstruksi pada proyek berbeda-beda tergantung dari kebijakan kontraktor itu sendiri. Melalui penelitian ini telah diketahui bahwa penerapan strategi minimasi limbah konstruksi yang dilaksanakan beberapa kontraktor BUMN sudah baik. Namun strategi minirnasi limbah konstruksi akan dapat berjalan lebih baik lagi apabila didukung oleh suatu sistim manajemen khusus, seperti housekeeping management pada PT PP dan environmental management system pada PT WASKITA. Karena dengan penerapan strategi minimasi yang baik dapat mengurangi total biaya pengelolaan limbah di proyek.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S35160
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>