Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gladys Rasidy
Abstrak :
Penelitian bertujuan mengetahui manfaat antiseptik terhadap jumlah bakteri di tangan dan pengaruh perilaku kebersihan tangan pada perawat di ruang rawat Divisi Perinatologi, Neonatal Intensive Care Unit (NICU), dan Intensive Care Unit (ICU) Departemen IKA RSCM. Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut diatas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Apakah terdapat perbedaan penurunan jumlah bakteri sesudah menggosok tangan dengan antiseptik kombinasi alkohol-chlorhexidine gluconate- emolien dan mencuci tangan dengan chlorhexidine gIuconate. 2. Berapa persen perawat yang melakukan cuci tangan/ menggosoka tangan sesuai prosedur 3. Apakah efek samping cuci tangan dengan chlorhexidine gluconate lebih kecil dibandingkan menggosok tangan dengan alkohol-chlorhexidine gluconateemolien 4. Apakah air yang digunakan untuk cuci tangan memenuhi syarat air bersih sesuai dengan PerMenKes RI. No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air bersih.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18020
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
In Modern life, peoples are more conscious to keep their healthy. One of the way to keep our body healthy is by keeping our hand clean. Washing hands with soap and water, sometimes is unpractical since it need water to rinse off the soap. Product innovation has been developed to overcome the unpractical side, which is called antiseptic hand wash or hand sanitizer. This study has been done to evaluate the antimicrobial activity of some hand sanitizer products marketed in Jakarta. The result showed that alcohol-based hand sanitizer and triclosan-based hand sanitizer used in this experiment were significantly reduce bacterial counts on hands, but not all of the samples are effective in reducing fungal counts on hands.
[Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, Universitas Indonesia], 2007
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hardiono
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan memberi informasi mengenai pemakaian antiseptik khlorheksidin glukonat 4 % yang akan dibandingkan dengan antiseptik alkohol 70 %, yang dalam hal ini mempergunakan isopropil alkohol 70 %, mengingat penelitian ini belum ada di Indonesia terutama pada bidang ilmu bedah mulut. Infeksi seringkali terjadi paska operasi yang disebabkan oleh bakteri-bakteri yang terdapat pada kulit, meskipun pra operasi telah dilakukan sterilisasi dengan antiseptik. Salah satu faktor penyebaran mikroorganisme tersebut adalah tangan. Oleh karena itu diperlukan suatu usaha untuk memutuskan rantai infeksi tersebut antara lain dengan memperhatikan faktor prosedur persiapan operasi yaitu cuci tangan. Pada penelitian ini membandingkan antara dua buah antiseptik yaitu iso propil alkohol 70% dengan khlorheksidin glukonat 4% pada pencucian tangan pra operasi bedah mulut dengan kontrol menggunakan aquades steril. Jumlah sampel adalah 15, dengan p < 0,05 diperoleh hasil pada penelitian ini terdapat perbedaan yang nyata dalam pengurangan jumlah koloni kuman antara pencucian tangan menggunakan antiseptik isopropil alkohol 70% dengan khlorheksidin glukonat 4%. Tingkat kepercayaannya 95- 99%.
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Honesty Indria Nisa
Abstrak :
Dalam penelitian ini, dilakukan oleozon sebagai bahan antiseptik atau antidermatitis dalam bentuk minyak cair. Berdasarkan mekanisme reaksi Criegee, ozon mengikat asam-asam lemak tak jenuh pada minyak nabati yang secara ekslusif terjadi pada ikatan-ikatan rangkap C=C dalam masing-masing struktur gugus asam lemaknya. Pemilihan minyak zaitun, biji anggur, bunga matahari, dan kedelai adalah ditinjau pada kandungan asam-asam lemak yang cukup tinggi namun memiliki kandungan yang berbeda. Pembuatan oleozon ini dilakukan dengan menggunakan ozonator hasil rancangan sendiri yang dapat beroperasi secara kontinyu selama lebih dari 12 jam. Reaksi ozonasi dikondisikan pada kisaran suhu 15-22ºC selama 42 jam secara bertahap dengan laju alir udara sebesar 180 L/jam dengan konsentrasi ozon yang keluar dari ozonator sebesar 60 mg/jam. Selanjutnya dilakukan pengujian efikasi terhadap bakteri menggunakan metode kertas cakram. Sampel minyak akan dikarakterisasi menggunakan metode bilangan iod, bilangan asam, analisis FTIR, dan pH. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keempat minyak nabati memiliki efikasi dalam mendisinfeksi bakteri Stapylococcus aureus. Pada penelitian ini, minyak zaitun dan kedelai memiliki efikasi tertinggi dibandingkan dengan minyak lainnya. ...... In this study will performed the synthesis of oleozon as a desinfectant or antidermatitis forming by liquid oil. By using ozone, Criegee mechanism for unsaturated fatty acid in vegetable oils will occurs to breaking down of bonds double C=C contained in structure of fatty acid. The selection of olive oil, grape seed, sunflower and soyabean based on the content of fatty acids that are quite highly and has a different fatty acid. For making ozonated oil is carried out by using design ozonator which can operate during 12 hours. The condition of reaction at temperature range of 15-22ºC for 42 hours gradually with constant air flow rate of 180 L/h with ozone concentration of 60 mg/hr. The control will be performed by Staphylococcus aureus bacteria effication by paper dishes method. The sample will be characterized and analyzed to see the change of oil after ozonation by using method of acid number, iodin number, FTIR, and pH. From the research, each sample after ozonation process can deactives Staphylococcus aureus bacteria. Olive oil and soyabean has higher effectively than other oils.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54768
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titty Sulianti
Abstrak :
Papain dan Papacarie® adalah bahan kemomekanik yang dikembangkan dari bahan alami berupa enzim papain. Enzim papain diperoleh dari getah buah pepaya, mengandung α- I antitrypsin yang hanya bekerja pada jaringan terinfeksi. Bahan kemomekanik yang terbaik adalah yang juga memiliki efek antimikroba karena bakteri dapat tetap hidup pada lesi karies yang telah dipreparasi. Tujuan: membandingkan efek antimikroba antara papain dan Papacarie® terhadap Streptococcus mutans. Material dan metode: kelompok uji adalah papain dan Papacarie® dengan kontrol klorheksidin. Uji analisis dilakukan secara in vitro dengan uji dilusi dan uji difusi yang menghasilkan Kadar Hambat Minimal (KHM), Kadar Bunuh Minimal (KBM) dan zona hambatan. Hasil: KHM papain lebih tinggi dari Papacarie®. KBM papain lebih tinggi dari Papacarie® dan Zona hambatan papain lebih rendah dari Papacarie®.. Kesimpulan: papain sebagai bahan kemomekanik memiliki efek antimikroba yang tidak lebih baik dari Papacarie®.
Papain and Papacarie® are chemomechanical removal caries (CMCR) materials that developed from natural material, papain enzim. Papain enzym derived from papaya latex, containing α- I antitrypsin that only works in infected tissue. The best CMCR is also contain antimicrobial material because the bacteri could alive in the caries lesion. Objective: to compare the antimicrobial effects of papain and Papacarie® with dilution and difussion test. Materials and methods: test groups are papain and Papacarie®; control group is chlorhexidine. Analyses are tests with dilution and diffusion tests by in vitro that found the KHM ,KBM and zona hambatan as antimicrobial effects. Result: The KHM of papain is higher than Papacarie. The KBM of papain is higher than Papacarie®. The Zona hambatan of papain is lower than Papacarie®. Conclusion: papain as chemomechanical caries removal has antimicrobial effect but Papacarie® have antimicrobial effect better than papain.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T33030
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Itja Risanti
Abstrak :
Ketahanan ikatan resin komposit-dentin merupakan salah satu penentu keberhasilan restorasi resin komposit. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis efek klorheksidin terhadap degradasi kekuatan ikat resin kompositdentin. Metode: Dua puluh empat sampel dentin yang diambil dari mahkota gigi premolar, dibagi menjadi tiga kelompok yang diberikan perlakuan berbeda. Kelompok I diberi perlakuan bahan bonding tanpa klorheksidin, kelompok II diberi perlakuan klorheksidin dan bonding, kelompok III diberi perlakuan bonding mengandung klorheksidin, pada tiap kelompok dibagi menjadi 2 sub-kelompok yaitu kelompok tanpa direndam dan kelompok yang direndam NaOCl 10% selama satu jam, sehingga didapat enam sub-kelompok. Kemudian seluruh kelompok di ukur kekuatan ikat gesernya menggunakan Universal Testing Machine. Satu sampel dari setiap sub-kelompok dilakukan Scanning Electron Microscope (SEM). Data dianalisa statistik dengan uji hipotesis Kruskal Wallis yang dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney. Hasil: rerata kekuatan ikat geser sebelum perendaman NaOCl 10% tertinggi kelompok I sedangkan rerata kekuatan ikat geser setelah perendaman NaOCl 10% tertinggi pada kelompok III. Terdapat perbedaan bermakna antara kelompok I terhadap kelompok II dan antara kelompok II terhadap kelompok III. Kesimpulan: Klorheksidin mempunyai efek terhadap pengurangan degradasi kekuatan ikat geser resin komposit-dentin. ......Resilience of composite resin-dentin bonding known as one of success composite resin restoration determinants. The purpose of this study was to analyze the effect of chlorhexidine on reducing the degradation of composite resin-dentin shear bond strength. Methods: Twenty-four premolar crowns were divided into three groups then given different treatments. Group I was treated material bonding without chlorhexidine, group II was treated with chlorhexidine and bonding, group III was treated with chlorhexidine-contained bonding. Each group was divided into two sub-groups: the group without immersion of NaOCl 10% and the group with immersion of NaOCl 10% for one hour, then it were obtained six sub-groups. After twenty-four hours, shear bond strengths measured using Universal Testing Machine. A sample of each group was photographed with Scanning Electron Microscope (SEM). Statistical analysis was done by Kruskal Wallis test, then followed by Mann Whitney test to determine significance between groups. Results: The mean value of shear bond strength before immersion of NaOCl 10% was highest on Group I, while the mean value of shear bond strength after immersion of NaOCl 10% was highest on Group III. There are significant differences between Group I with Group II and between Group II with Group III. Conclusion: Chlorhexidine have an effect on reducing the degradation of shear bond strength of resin-dentin bonding.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T31955
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Natasha Diska Agusjaya
Abstrak :
Latar Belakang: Alginat merupakan material cetak yang paling sering digunakan dalam kedokteran gigi karena bersifat elastik dan penggunaannya yang mudah. Namun, mencetak pasien akan mengalami kontaminasi oleh saliva pasien yang dapat menularkan virus atau bakteri. Virus COVID-19 merupakan virus berbahaya yang menular atau menyebar melalui droplet dan saat ini menjadi pandemi. Salah satu cara untuk mengurangi kontaminasi silang pada cetakan yaitu memanipulasi alginat dengan obat kumur antiseptik sebagai pengganti air yang disebut sebagai self-disinfecting irreversible hydrocolloid. Tujuan: Mengevaluasi pengaruh pemakaian obat kumur antiseptik sebagai pengganti air terhadap waktu pengerasan dan reproduksi detail material cetak alginat. Metode: Spesimen alginat dibuat sebanyak 30 buah dan dibagi menjadi 5 kelompok dengan setiap kelompok menggunakan obat kumur yang berbeda. Setiap kelompok memiliki perlakuan yang sama dan dilakukan 2 pengujian yang berbeda yakni uji waktu pengerasan dan uji reproduksi detail sesuai ISO 21563 tahun 2013. Reproduksi detail dievaluasi dari kemampuan gipsum mereplikasi garis 50 µm pada cetakan alginat dan dihitung dalam skor reproduksi detail (Skor Owen). Data dianalisa statistik menggunakan uji Kruskal Wallis. Hasil Penelitian: Waktu pengerasan material cetak alginat yang dicampur dengan obat kumur antiseptik mengalami perlambatan dibandingkan dengan material cetak alginat yang dicampur dengan akuades sedangkan reproduksi detail pada setiap kelompok tidak ada perbedaan bermakna. Kesimpulan: Obat kumur antiseptik dapat digunakan sebagai pengganti air dalam manipulasi material cetak alginat tanpa mengubah detail reproduksi dan waktu pengerasan masih dalam batas waktu yang ditentukan. ......Background: Alginate is the most frequently used impression material in dentistry in recent years because of its elasticity and ease of use. However, while making a patient’s impression, patient and clinicans will be contaminated by patient’s saliva which can transmit viruses or bacteria. The COVID-19 virus is a dangerous virus that is transmitted or spread through droplets and is currently a pandemic. One of the ways to reduce cross-contamination on the impression is manipulating alginate with antiseptic mouthwash as a water substitute which is known as a self-disinfecting irreversible hydrocolloid. Objective: Evaluating the effect of using antiseptic mouthwash as a water substitute on setting time and detail reproduction of alginate impression material. Methods: Alginate specimens were made as many as 30 pieces and divided into 5 groups with each group using a different antiseptic mouthwash. Each group had treated the same and carried out 2 different tests, the setting time test and the detail reproduction test according to ISO 21563. Detail reproduction was evaluated from the ability of gypsum to replicate 50 µm lines on alginate impressions and calculated in detailed reproduction scores (Owen's Score). Data analysis with Kruskal Wallis statistical test. Result: The setting time of the alginate impression material mixed with antiseptic mouthwash was slower compared to alginate impression material mixed with distilled water, while there was no significant difference in detail reproduction in each group. Conclusion: Antiseptic mouthwash can be used instead of distilled water on manipulation of alginate impression material without changing the surface detail of reproduction and the setting time is still within the specified time limit.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Hafiidh Surya Putra
Abstrak :
Latar Belakang. Moringa oleifera merupakan tanaman yang banyak tumbuh di area tropis seperti Asia dan Afrika yang ditemukan memiliki komponen bioaktif yang memiliki aktivitas antiseptik. Penggunaan antiseptik memiliki peranan penting dalam pencegahan dan pengobatan infeksi bakteri, salah satunya adalah Klebsiella pneumoniae, bakteri batang gram negatif yang dapat menyebabkan infeksi nosokomial dan resisten terhadap antibiotik. Infeksi oleh bakteri ini menjadi perhatian lebih akibat adanya resistensi dan kemampuannya membentuk biofilm pada permukaan alat medis. Metode. Bakteri yang digunakan pada penelitian ini adalah Klebsiella pneumoniae. Sampel yang diuji efektivitasnya sebagai antiseptik adalah ekstrak daun Moringa oleifera 80% dengan pelarut karboksimetil selulosa. Penelitian ini dilakukan dengan cara menghitung pertumbuhan koloni K. pneumoniae pada sampel perlakuan dan kontrol dengan waktu kontak 1, 2, dan 5 menit. Efektivitas antiseptik sampel dinilai dengan perhitungan dari prinsip percentage kill, yaitu ≥ 90%. Hasil. Hasil perhitungan percentage kill ekstrak daun M. oleifera dalam menghambat pertumbuhan koloni K. pneumoniae dengan waktu kontak selama 1, 2, dan 5 menit masing-masing adalah 65,7%, 85,6%, dan 90,1%. Efektivitas antiseptik didapatkan pada waktu kontak 5 menit, senilai 90,1%. Kesimpulan. Ekstrak daun M. oleifera memiliki aktivitas antiseptic yang efektif terhadap K. pneumoniae. ......Background. Moringa oleifera is a plant that thrives in tropical areas such as Asia and Africa, known to contain bioactive components with antiseptic properties. The use of antiseptics plays a crucial role in the prevention and treatment of bacterial infections. Klebsiella pneumoniae is a gram-negative rod-shaped bacterium that causes nosocomial infections and exhibits significant antibiotic resistance. Infections caused by this bacterium are of particular concern due to its resistance and its ability to form biofilms on medical device surfaces. Method. The bacteria used in this study are Klebsiella pneumoniae. The sample tested for its antiseptic effectiveness is an 80% extract of Moringa oleifera leaves with carboxymethyl cellulose as a solvent. This research was conducted by counting the growth of K. pneumoniae colonies in treatment and control samples with contact times of 1, 2, and 5 minutes. The antiseptic effectiveness of the sample is assessed based on the percentage kill principle, which is ≥90%. Results. The results of the percentage kill calculation for the M. oleifera leaf extract in inhibiting the growth of K. pneumoniae with contact times of 1, 2, and 5 minutes were 65.7%, 85.6%, and 90.1%, respectively. Antiseptic effectiveness was achieved at a 5-minute contact time, with a value of 90.1%. Conclusion. Moringa oleifera leaf extract has effective antiseptic activity against K. pneumoniae.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stivan Junan Navidad
Abstrak :
Latar Belakang. Daun kelor (M. oleifera) memiliki kandungan kimia yang berguna sebagai antibakteri pada bakteri Gram positif maupun Gram negatif. Kandungan ini dapat merusak DNA dan membran sel yang nantinya senyawa pada daun kelor akan menembus dinding sel bakteri sehingga zat metabolisme bakteri terbuang hingga mengalami kematian. Bakteri yang digunakan pada penelitian ini adalah Cutibacterium acnes, bakteri anaerobic aerotolerant, bersifat Gram positif. Penelitian ini dilakukan untuk menguji aktivitas ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera) sebagai antiseptik terhadap C. acnes. Metode: Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Uji Percentage Kill ekstrak daun kelor dengan etanol sebagai pelarut terhadap bakteri C. acnes. Pada kontrol dimasukkan akuades steril dengan bakteri terstandar Mc Farland 0,5 sedangkan pada perlakuan mengandung ekstrak M. oleifera dengan bakteri yang sama. Kontrol dan perlakuan dilakukan dalam waktu bersamaan dengan waktu kontak selama 1, 2, dan 5 menit. Selanjutnya diinokulasi pada medium agar darah. Setelah diinkubasi secara anaerob, pertumbuhan koloni bakteri dihitung dan persentase kematian dibandingkan antara kontrol dan perlakuan. Hasil Uji Percentage Kill dikatakan memenuhi kriteria apabila hasil yang didapatkan dalam setiap waktu kontak sebesar ≥90%. Hasil: Hasil Uji Percentage Kill dalam waktu kontak 1, 2, dan 5 menit pada bakteri C. acnes masing-masing adalah 59,7%, 72%, dan 91,8%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada menit ke-5 ekstrak daun kelor mampu mengeradikasi bakteri C. acnes secara efektif. Kesimpulan: Eksperimen ini menunjukkan hasil Uji Percentage Kill belum efektif pada menit pertama dan kedua namun efektif pada menit kelima. ......Introduction. Moringa leaves (M. oleifera) contain chemicals beneficial as antibacterials for Gram-positive and Gram-negative bacteria. This content can damage DNA and cell membranes so that the compounds in Moringa leaves will penetrate the bacterial cell walls, and the bacteria's metabolic substances are wasted until they die. The bacteria used in this study were Cutibacterium acnes, an aerotolerant, anaerobic, Gram-positive bacteria. This research was conducted to test the activity of Moringa oleifera leaf extract as an antiseptic against C. acnes. Method: The method employed in this research is the Percentage Kill test of moringa leaf extract with ethanol as the solvent against C. acnes bacteria. In the control group, sterile distilled water with McFarland 0.5 standardized bacteria is used, while the treatment group contains M. oleifera extract with the same bacteria. Both control and treatment are conducted simultaneously with contact times of 1, 2, and 5 minutes. Subsequently, they are inoculated on a blood agar medium. After anaerobic incubation, bacterial colony growth is counted, and the percentage of death is compared between the control and treatment. The Percentage Kill test results meet the criteria if the obtained results at each contact time are ≥90%. Results: The Percentage Kill test results at 1, 2, and 5 minutes of contact with C. acnes bacteria are 59.7%, 72%, and 91.8%, respectively. These results indicate that at the 5th minute, moringa leaf extract can eradicate C. acnes bacteria effectively. Conclusion: This experiment demonstrates that the Percentage Kill test was ineffective in the first and second minutes but became effective in the fifth minute.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Muhammad Kevin Baswara
Abstrak :
Latar Belakang: Candida albicans adalah mikroorganisme komensal yang umum ditemui sebagai flora normal pada tubuh. Namun demikian gangguan kondisi imun dapat menyebabkan jamur ini menjadi berubah menjadi patogen. Mikroorganisme ini salah satu penyebab mortalitas dan morbiditas di dunia. Penggunaan antiseptik bermanfaat untuk pencegahan dan pengobatan infeksi jamur. Moringa oleifera merupakan tanaman yang sering ditemukan di Afrika dan Asia dan memiliki berbagai komponen bioaktif yang memiliki potensi sebagai antiseptik. Metode: Jamur yang digunakan pada penelitian ini C. albicans ATCC 14053. Sampel yang diuji keefektifannya adalah ekstrak daun M. oleifera dengan pelarut etanol 70%. Penelitian ini dilakukan dengan mengukur pertumbuhan koloni C. albicans pada kontrol dan sampel dengan waktu kontak 1, 2, dan 5 menit. Efektivitas antiseptik dinilai dengan melakukan penghitungan sesuai prinsip percentage kill. Hasil: Hasil perhitungan koloni C. albicans dengan metode percentage kill dalam waktu kontak selama 1, 2, dan 5 menit masing-masing adalah 62.39%, 80.85%, dan 90%. Waktu kontak selama 5 menit memiliki efektivitas yang baik. Kesimpulan: Ekstrak daun M. oleifera memiliki potensi sebagai antiseptik yang efektif terhadap C. albicans. ......Introduction: Candida albicans is a commensal microorganism that is commonly found as normal flora in the body. However, immune disorders can cause this fungus to turn into a pathogen. This microorganism is one of the causes of mortality and morbidity in the world. The use of antiseptics is useful for preventing and treating fungal infections. Moringa oleifera is a plant that is often found in Africa and Asia and has various bioactive components that have potency as antiseptic. Method: The fungus used in this research was C. albicans ATCC 14053. The sample whose effectiveness was tested was M. oleifera leaf extract with ethanol 70% solvent. This research was carried out by measuring the growth of C. albicans colonies on controls and samples with contact times of 1, 2 and 5 minutes. The effectiveness of antiseptics was assessed by calculating according to the percentage kill principle. Results: The results of calculating C. albicans colonies using the percentage kill method in contact times of 1, 2, and 5 minutes were 62.39%, 80.85%, and 90%, respectively. A contact time of 5 minutes has good effectiveness. Concl\\\: M. oleifera leaf extract has the potential to be an effective antiseptic against C. albicans
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>