Latar Belakang: Periodontitis disebabkan oleh infeksi mikroba sepertiStreptococcus sanguinisyang mengganggu respon imun dan integritas jaringan pendukung gigi.Ekstrak etanol kelopak bunga rosela (Hibiscus sabdariffa Linn.) memiliki kandungan antimikrobial terhadap bakteri Gram-positif seperti S. sanguinis. Untuk mengembangkan bentuk sediaan, dibuat gel ekstrak etanol kelopak bunga rosela.Tujuan: Mengetahui efektivitas antibakteri gel ekstrak etanol kelopak bunga rosela terhadap S. sanguinis. Metode: Studi in vitro metode difusi agar yang mengukur zona hambat (mm) gel rosela 10%, 15%, dan 25% yang dipaparkan pada agar Mueller Hinton terinokulasi bakteri S. sanguinis, diinkubasi 6 jam, serta metode total plate count (CFU/mL) untuk menghitung jumlah koloni hidup bakteri S. sanguinis setelah terpapar gel rosela 10%, 15%, dan 25%. Kontrol positif yaitu gel klorheksidin 0,2% dan kontrol negatif yaitu gel basis tanpa zat aktif. Hasil: Zona hambat gel ekstrak etanol kelopak bunga rosela konsentrasi 15% dan 25% berbeda bermakna dibandingkan kontrol (p<0,05), gel konsentrasi 10% tidak menghasilkan zona hambat. Ketiga konsentrasi gel secara signifikanmenurunkan jumlah koloni bakteri dibandingkan kontrol (p<0,05). Efek penghambatan terbesar terdapat pada gel konsentrasi 25%. Kesimpulan: Gel ekstrak etanol kelopak bunga rosela memiliki efek hambat terhadap bakteri S. sanguinis.
Background: Periodontitis is caused by microbial infection, such as Streptococcus sanguinisthat disturbs immune response and the integrity of tooth-supporting tissue. Roselle (Hibiscus sabdariffa Linn.) calyx ethanol extract has antibacterial properties against Gram-positive bacteria, including S. sanguinis. In order to develop the dosage form, roselle calyx ethanol extract gel was made. Objective:To observe the antibacterial effectiveness of roselle calyx ethanol extract gel against S. sanguinis. Method: in vitrostudy using disk diffusion method which measures clear zone of inhibition (mm)of 10%, 15%, and 25% roselle gel applied on Mueller Hinton agar inoculated with S. sanguinis, incubated for 6 hours, and total plate count method which counts the number of living S. sanguiniscolonies (CFU/mL)after being exposed to 10%, 15%, and 25% roselle gel. Positive control is 0.2% chlorhexidine gel and negative control is gel without active substances.Result: Inhibitory zones of 15% and 25% roselle gel have significant differences compared controls (p<0.05), 10% roselle gel did not show inhibitory zones.All three concentrations of gel significantly reduced the number of colonies compared to controls (p<0.05). Highest inhibitory effect was observed in 25% roselle gel.Conclusion: roselle calyx ethanol extract gel showed inhibitory effect against S. sanguinis.
Tanaman pegagan (Centella asiatica) mengandung senyawa asiatikosida. Asiatikosida merupakan senyawa glikosida triterpen yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap beberapa bakteri baik gram positif maupun bakteri gram negatif. Herba pegagan diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 70%. Penetapan kadar asiatikosida dalam ekstrak dilakukan dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi dengan fase gerak metanol-air (65:35), diperoleh hasil kadar asiatikosida sebesar 0,22%. Pada penelitian ini, ekstrak pegagan dimodifikasi dalam bentuk nanovesikel fitosom dan diformulasikan dalam bentuk krim. Terdapat empat formulasi krim, dua formulasi krim ekstrak pegagan 0,5% (KE1) dan 1% (KE2), serta dua formulasi krim fitosom pegagan yang mengandung ekstrak 0,5% (KF1) dan 1% (KF2). Pembuatan fitosom ekstrak pegagan dilakukan dengan metode lapis tipis dengan penambahan fosfolipon 90 G. Selain itu, dilakukan pengujian aktivitas ekstrak terhadap bakteri penyebab jerawat yaitu, Propionibacterium acnes. Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak pegagan menggunakan metode dilusi cair dengan media Brain Heart Infused Broth, diperoleh bahwa ekstrak pegagan dengan kandungan asiatikosida sebesar 0,0275 mg/mL mampu menghambat pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes, sedangkan pengujian aktivitas suspensi fitosom tidak dapat memberikan hasil yang dapat diamati dengan metode dilusi cair.
Centella asiatica contains asiaticoside compound. Asiaticoside is a glicoside triterpen compound that has antibacterial activity against several gram positive bacteria and gram negative bacteria. The herb of centella was extracted using maseration method with ethanol 70% solvent. Determination of asiaticoside was done by high performance liquid chromatography method with methanol-water motion phase (65:35), resulting the extract contain asiaticoside equal to 0,22%. In this study, centella extract was modified in the form of phytosome nanovesicles and formulated into cream. There are four cream formulations, cream with extract 0.5% (KE1) and 1% (KE2), and phythosome cream containing 0,5% (KF1) and 1% (KF2) of centella extract. The making of centella phythosome is done by thin layer method with the addition of phospholipon 90 G. In addition, the antibacterial activity of Centella extract was tested to the acne bacteria, Propionibacterium acnes. Tests of antibacterial activity of centella extract using broth dilution method with Brain Heart Infused Broth media. It was found that the extract of centella with asiaticoside content of 0,0275 mg/mL able to inhibit the growth of Propionibacterium acnes bacteria, while the phythosomal suspension did not show any antibacterial activity with broth dilution method.
Penggunaan antibakteri yang tidak tepat dapat mempercepat dan meningkatkan insiden resistensi antibakteri. Oleh karena itu, evaluasi penggunaan antibakteri di fasilitas kesehatan masyarakat perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antibakteri di Puskesmas Sukmaya Kota Depok pada tahun 2019. Studi dilakukan secara kuantitatif dengan metode Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose (ATC/DDD) dan dilihat kesesuaian antibakteri dengan Formularium Nasional untuk Fasilitas Kesehatan Tingkat I. Desain penelitian adalah cross sectional dengan pengumpulan data secara retrospektif. Data yang dianalisis adalah seluruh data resep yang mengandung antibakteri dengan pengambilan sampel dilakukan secara total sampling. Jumlah sampel penelitian ini adalah 8.666 resep. Jenisantibakteri yang banyak diresepkan yaitu amoksisilin (76,30 %) dan siprofloksasin (8,60 %). Pasien yang banyak diresepkan antibakteri yaitu perempuan 60,20% dan pasien berusia 45-59 tahun sebanyak 30,88%. Penggunaan antibakteri di Puskesmas Sukmajaya pada tahun 2019 sebesar 1,889 DDD/1000 pasien/hari. Antibakteri yang menyusun segmen DU 90% adalah amoksisilin (60,99%), siprofloksasin (10,60%), OAT 4KDT (7,33%), OAT 2KDT (4,38%), kotrimoksazol (4,01%), dan streptomisin (3,96%). Persentase kesesuaian penggunaan antibakteri di Puskesmas Sukmajaya Kota Depok dengan Formularium Nasional 84,61%. Penggunaan antibakteri di Puskesmas Sukmajaya pada tahun 2019 cukup tinggi dibandingkan dengan puskesmas lain di Kota Depok dan beberapa jenis antibakteri belum sesuai dengan daftar obat Formularium Nasional untuk Fasilitas Kesehatan Tingkat 1.
......Misuse of antibacterial can accelerate and increase incidence of antibacterial resistance. Therefore, antibacterial utilization review in health center is necessary. This study aimed to evaluate the use of antibacterial at Sukmajaya Healthcare Center Depok in 2019. The study was conducted quantitatively with the Anatomical Therapeutic Chemical / Defined Daily Dose (ATC / DDD) method, and the suitability of antibacterial with the National Formulary for Level I Health Facilities was assesed. The study design was cross sectional by collecting data retrospectively. The analyzed data were all prescriptions containing antibacterial with total sampling. The total sample of this study was 8.666 prescriptions. The types of antibacterials that were widely prescribed are amoxicillin (76,30%) and ciprofloxacin (8,60%). Many patients who were prescribed were women 60,20%, patients aged 45-59 were 30,88% . The use of antibacterial was 1,889 DDD / 1000 patients / day. Antibacterials which made up the DU 90% were amoxicillin (60,99%), ciprofloxacin (10,60%), antituberculosis drug 4FDC (7,33%), antituberculosis drug 2FDC (4,38%) cotrimoxazole (4,01%), streptomycin (3,96%). The adherence to the 2019 National Formulary was 84,61%. Antibacterial use at Sukmajaya Healthcare Center Depok in 2019 was quite high compared to other healthcare centers in Depok and some of antibacterials were not appropriate to the National Formulary for Level I Health Facilities.