Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 312 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Odri Amir
Abstrak :
Seiring dengan perkembangan dunia industri, banyak perusahaan yang menerapkan tekhnologi baru dengan tujuan meningkatkan produktivitas. Dengan peningkatan penggunaan tekhnologi baru ini juga berdampak pada perkembangan hazard yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja, disebabkan tidak diikuti perkembangan pengetahuan dan kemampuan pekerja terhadap tekhnologi tersebut. Salah satu penyebab kecelakaan paling besar adalah faktor manusia 80 %, oleh sebab itu faktor manusia merupakan faktor yang sangat dipertimbangkan. Faktor tindakan tidak aman dan keadaan tidak aman yang dibahas untuk melihat adanya hubungan dengan kecelakaan kerja. Dengan diketahuinya hubungan factor-faktor tersebut diatas terhadap kecelakaan kerja, dapat dibuat program intervesi dalam rangka mencegah kecelakaan kerja. Desain penelitian deskriptif analitik melalui survey dengan pendekatan cross-sectional untuk menganalisis hubungan tindakan tidak aman, keadaan tidak aman terhadap kecelakaan kerja dengan memakai uji Chi=Square dengan bantuan perangkat lunak SPSS. Penelitian dilakukan di Plant 11 salah satu perusahaan semen di Jawa Barat. Hasil penelitian mendapatkan tindakan tidak aman yang paling sering adalah kurang menggunakan APD, keadaaan tidak aman yang paling banyak adalah banyak debu, debu merupakan hazard utama di pabrik semen. Dari hasil uji statistik diperoleh adanya hubungan keadaan tidak aman yaitu kurangnya rambu bahaya terhadap kecelakaan berat. ...... Many companies implement new technology to aim increasing of productivity in recent industrial development. Increasing its development of new technology have an impact to increase number of hazard associated which contributed work accident due to not following knowledge and skill development through its technology human factor should strongly estimated as one of most accident cause is human factor (80%). Unsafe Act and Unsafe Condition to related accident described in this thesis. Based on relation of the above factor, intervention program cord be made to avoid work accident related to unsafe act and unsafe condition. Observational research design through analytic survey with cross-sectional method to analysis relation of unsafe act and unsafe condition related to accident using chi-square by using SPSS software. Research conducted at Plant 11 one of cement company in West Java. Results from this research find the most unsafe act is do not used PPE, the most unsafe condition is dust, dust is unsafe condition principal hazard at Cement Company. Results from statistic test get the less safety sign relation to work accident.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12983
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilian R. Andries
Abstrak :
ABSTRAK Dalam dekade ini, insidens cedera yang termasuk kelompok penyakit tidak menular, terjadi peningkatan dan dinamakan Epidemi Baru. Di Negara Barat terkenal dengan "penyakit kelalaian masyarakat modern". Data dari. Amerika maupun Indonesia, menunjukkan cedera merupakan penyebab kematian no-4, terutama pada usia muda dan diharapkan sebagai generasi penerus menjadi sumber daya manusia yang produktif. Selain mortalitas, cedera menyebabkan morbiditas seperti kecacatan dan ketidak-mampuan. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh faktor keparahan cedera anatomic terhadap kematian kasus cedera di IGD RSUPN CM Jakarta. hasil penelitian diharapkan memberikan sumbangan pemikiran bagi pengelola program dan para pengambil keputusan, disamping sebagai masukkan dunia ilmu pengetahuan di Indonesia. Disain penelitian ini adalah Kasus Kontrol. Kasus Penelitian adalah kasus cedera yang dirawat di IGD atau mati sesudah dirawat nginap dalam waktu >7 hari dari saat masuk IGD RSUPN CSI. Kontrol Penelitian adalah kasus cedera yang hidup >7 hari dari saat masuk IGD RSUPN CM. Jumlah kasus 216 dengan kontrcl 221. Penelitian ini tidak melakukan matching. OR (Odds Ratio) kematian diperhitungkan dengan analisis regresi logistik multivariat. Faktor yang diteliti adalah:l) Karakteristik Manusia (umur dan Jenis kelamin); 2) Karakteristik Cedera (nilai keparahan cedera anatomis nilai keparahan cedera fisiologis dan mekanisme cedera) serta 3) Manajemen Cedera (rujukan dari Rumah Sakit lain, angkutan kasus ke IGD, waktu pra IGD, waktu masuk IGD dan penanganan operasi. Hipotesis penelitian adalah pengaruh dari keparahan cedera kepala terhadap kematian kasus >7 hari. Cedera lokasi anatomis lain merupakan variabel kontrol dan dianalisis bersama-sama. Penilaian keparahan cedera anatomis menggunakan skala Anatomic Profile (skala AP). Dari penilaian keparahan cedera fisiologis dengan nilai Revised Trauma Score (RTS). Hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh nilai keparahan cedera kepala terhadap kematian kasus cedera >7 hari yaitu OR nilai AP 3,4,5,6 dan 7 dibandingkan nilai AP <3 masing-masing AP 3 (3-3.99) 1.14 kali (95* CI:0.27-4.86). nilai AP 4 (4-4.99) 1.30 kali (95% CI:0.39-4.32), nilai AP 5 (5-5.99) 4.84 kali (95% CI: 3..43-16.44), AP 6 (6-6.99) 8.49 kali (95% CI:2.33-30.92) dan nilai AP x7 12.20 kali (95k CI:2.64-56.43). OR lokasi lainnya dari cedera kepala (dengan skala kontinu) terdiri dari nilai keparahan cedera dada 1.18 kali (95% CI:0.84-1.64), cedera perut 1.65-kali (95% CI: 1.21-2.25) dan cedera lainnya 1.30 kali (95% CI:1.03-1.62). OR variabel kontrol lain adalah nilai keparahan cedera fisiologis 0.29 kali (95% CX:0.22-0.41) mekanisme cedera terdiri dari cedera jatuh 4.41 kali (95% CI:1.34-14.47) dan mekanisme cedera lain 1.73 kali (95% CI: 0.91-4.83) yang dibandingkan dengan mekanisme tabrakan kendaraan bermotor. Kemudian risiko waktu masuk IGD slang (jam 06.00-17.59) sebesar 2.00 kali (95% CI:1.11-3.59) dibandingkan masuk IGD malam-(jam 18.00-05.59) dan adanya penanganan operasi 0.16 kali (95% CI:0.07-0.38) dibandingkan yang tidak dioperasi. Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian adalah melakukan penilaian keparahan pasien cedera yang masuk IGD RSQPN CM dengan skala Anatomic Profile (AP) dan sekaligus dengan penilaian keparahan cedera fisiologis yaitu skala RTS (Revised Trauma Score). Penilaian ini berguna untuk evaluasi kualitas penanganan kasus cedera. Pengembangan penilaian keparahan. ini adalah dilakukan pada semua rumah sakit yang ada IGD. Daftar bacaan: 64 (1977-1995)
ABSTRACT The Association between the Degree of Anatomical Injury and Fatality of Injury Patients at the Emergency Department of DR. Cipto Mangunkusumo National General Hospital, Jakarta, January - December, 1993In the past decade, the incidence of injury, which is a non-infectious disease, increased and was termed the New Epidemic. In the developed countries it is called "The Neglected Disease of modern society.. Data from Indonesia and USA showed that injury is the fourth cause of death, especially among the younger age groups, which are the productive age groups and the future generation of Indonesia. Beside the magnitude of mortality, injury also causes increased morbidity, disability and invalidity. The objective of this study is to assess the association between the severity of anatomical injury and the fatality of injury patients at the Emergency Department of DR. Cipto Mangunkusumo General Hospital. It is anticipated that the results of this study would be useful for program managers and decision makers, and at the same time would contribute to the overall information on injury in Indonesia. The study was designed as a case-control study. Cases were fatal injury patients who died at the Emergency Department or who died within 7 days after admission. Control were injury patients who survived at least 7 days after admission. A total of 216 cases and 221 controls were obtained. No matching was performed. The odds ratio for fatality between cases and controls were calculated using multiple logistic regression method. The factors that were controlled for were: (1) subject characteristics (age, sex); (2) injury characteristics (anatomical injury severity, physiological injury severity, and type of injury mechanism) ; (3) injury management factors (referrals from other hospitals, means of transportation, length of pre-emergency periods, time of day the admission, and the fact of any definitive operation performed). The hypothesis to be tested was the association between of head injury and fatality. Injury of other anatomical areas were treated as separate variables for control and simultaneous associative analysis. The severity of anatomical injury was quantified using the Anatomic Profile Scale (AP scale) . The severity of physiological injury was quantified using Revised Trauma Score (RTS). Result of analysis showed that, as compared with injuries with AP score of c3 for head injuries, the injuries having an AP score of 3, 4, 5, 6, and 27 for head injuries had odds ratio of 1.14 (95% CI:0.27-4.86), 1.30 (95% CI:0.39-4.32), 4.84 (95% CI: 1.43-16.44), 8.49 (95% CI:2.33-30.92) and 12.20 (95% CI:2.64-56.43), respectively, after controlling for the other variables mentioned above. Odds ratio for injuries at other anatomical areas (whose AP scores treated as continuous variables) were: chest injury: 1.3.8 (95% CI:0.84-1.64), abdominal injury: 1.65 (95% CI:1.21-2.25), and other areas of injury: 1.30 (95% CI:1.03-1.62). Other odds ratio were: physiological injury severity (RTS score) : 0.29 (95% CI:0.22-0.41), injury mechanisms: fall: 4.41 (95% CI:1.34-14.47), others: 1.73 (95% CI:0.91-4.83) -(compared to motor vehicle injuries); admission during the day: 2.00 (95% CI:1.11-3.59) (compared to admission during the night)] having a definitive operation performed: 0.16 (95% CI:0.07-0.38) (compared to not having a definitive operation performed. The result of the study indicated the appropriateness of using the AP score and the RTS to asses the anatomical and physiological injury severity respectively. This scoring system should be implemented at the Emergency Departments of all hospitals to assist in the audit of emergency department performance. References: 64 (1977-1995)
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liszarwan Baheram
Abstrak :
Kemajuan teknologi bidang otomotif telah memberi manfaat yang sangat besar kepada manusia, manfaat ini terutama di bidang perhubungan darat. Manfaat kendaraan bermotor ini sangat besar dan hal ini menyebabkan manusia berusaha memilikinya terutama sekali untuk kepentingan-kepentingan vital seperti ke kantor, kuliah ataupun bisnis lainnya. Untuk dapat mengemudi kendaraan dengan aman dan lancar dibutuhkan keserasian antara jumlah kendaraan, panjang jalan dan jumlah penduduk, disuatu tempat. Akhir-akhir ini terdapat ketidakseimbangan antara pertambahan jumlah kendaraan dengan jumlah panjang jalan, dimana jumlah pertambahan jalan tidak secepat pertambahan kendaraan. Akibatnya jalan terasa sempit, kenyamanan mengemudipun mulai berkurang dan kecelakan lalu lintas pun makin meninakat yang disertai pula dengan bertambahnya jumlah manusia yang mati akibat kecelakaan lalu lintas termasuk diantara pares korban ini adalah pejalan kaki. Di Indonesia setiap tahun jumah kendaraan bertambah 8,13%,jalan hanya bertambah 2,61%.Pada tahun 1987 di lapork.an 10.809 kor-ban mati, 20.987 luka berat dan 26.522 luka ringan akibat kecelakaan lalu lintas di jalan raya. Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 1987 adalah 171.710.000 org. Di USA 4 orang pejalan kaki meninggal karena kecelakaan lalu lintas per 100.000 penduduk. Pertambahan penduduk ini disamping akibat kelahiran juga akibat adanya urbanisasi. Pertambahan jumlah kendaraan timbul akibat berbagai macam hal seperti gengsi, ingin cepat sampai ditujuan , ingin terhindar dari kemacetan lalu lintas dan lain-lain. Kematian pejalan kaki akibat kecelakaan lalu lintas di Jakarta dalam periode 1974-1976 adalah sebesar 48.42%. Meningkatnya jumlah perdestrian yang menjadi korban kecelakan lalu lintas ini adalah akibat beberapa hal :
1. Adanya pedestrian baru akibat pertumbuhan penduduk dan urbanisasi.
2. Meningkatnya mobilitas penduduk.
3. Trotoir tidak tersedia, di beberapa tempat trotoir dijadikan korban perluasan jalan dan ada juga trotoir yang dipakai untuk tempat berjualan.
4. Tempat penyeberangan , zebra cross tidak tersedia.
5. Disiplin yang kurang dari pejalan kaki dan pengendara kendaraan bermotor misalnya menyeberang tidak pada tempatnya, mengendarai kendaraan secara ugalan-ugalan.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Sanjoyo
Abstrak :
Latar belakang: Penelitian ini bertujuan mencari pengaruh sistem kerja nextcell yang bersifat multitasking dan faktor risiko lainnya terhadap kecelakaan di industri elektronik daerah depok pada tahun 2010-2013. Angka severity rate kecelakaan kerja pada periode kerja 2010-2012 (4,47 manhour;8,46/1000 manhour;28,91/1000 manhour) yang menjadikan dasar untuk dilakukan penelitian ini. Metode: Penelitian menggunakan disain kasus kontrol berpadanan, kasus berjumlah 49 responden diambil dari data kecelakaan kerja periode 2010-2013 dan kontrol 98 responden, kontrol dipilih berdasarkan matching departemen kerja, tempat kerja serta diskripsi kerja yang sama. Variabel kecelakaan kerja merupakan variabel dependen dan sistem kerja, masa kerja, status pekerja, kerja shift, alat pelindung diri dan kebisingan. usia, jenis kelamin dan riwayat kesehatan merupakan variabel independen. Hasil: Jumlah responden dengan kerja sistem nextcell 70 (47,61%) responden dan bukan nextcell berjumlah 77 (52,39%) responden. Responden dengan kerja nextcell mengalami kecelakaan 25 (35,7%). Penelitian ini mendapatkan sistem kerja next cell tidak berpengaruh menimbulkan kejadian kecelakaan kerja. Variabel yang mempengaruhi kecelakaan kerja adalah adanya riwayat penyakit OR=7,44;CI(95% 3,33-16,64) dan jenis kelamin laki-laki OR= 0,31 CI (95% 0,11-0,86). Kesimpulan: Sistem nextcell tidak mempengaruhi timbulnya kejadian kecelakaan kerja. Variabel risiko yang mempengaruhi kecelakaan kerja adalah riwayat penyakit berisiko dan jenis kelamin laki-laki. ...... Background: This study aims to find the influence nextcell system that is multitasking and other risk factors to accidents in the electronics industry area depok 2010-2013. There is an increasing number of work accident severity rate in the period 2010-2011-2012 (4,47 manhour;8,46/1000 manhour;28,91/1000 manhour) which forms the basis for this research. Methods: The study used case-control design with matched, cases amounted to 49 respondents drawn from the data of occupational accidents in 2010-2013 and 98 control respondents. Matched controls were selected by the department on work, workplace, descriptions of the same work. Variable dependent is occupational accidents and work systems, job tenure, employment status, shift work, personal protective equipment and noise. age, sex and medical history is an independent variable. Results: The number of respondents with a working system nextcell 70 (47.61%) respondents and not nextcell 77 (52.39%) respondents. Respondents with nextcell have work accident 25 (35.7%). This research next cell does not affect cause incidence of workplace accidents. Variables health status have affect to work accidents OR = 7.44; CI (95% 3.33 to 16.64) and male gender OR = 0.31 CI (95% from 0.11 to 0.86) . Conclusion: The nextcell system does not affect to incidence work accident. Variables health status and male can affect the risk of workplace accidents.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Utami Mutiara Ningrum
Abstrak :
Kecelakaan lalu lintas, termasuk kecelakaan kereta api merupakan salah satu penyebab umum morbiditas dan mortalitas hampir di seluruh dunia, terutama di negara-negara berkembang. Namun sayangnya dampak cidera dan kerugian yang timbul dari permasalahan tersebut masih belum menjadi perhatian, dan diabaikan dari agenda kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola luka dan cidera yang terjadi pada korban kecelakaan lalu lintas yang meninggal akibat tertabrak kereta api yang diperiksa di Departmen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FKUI/RSCM pada periode tahun 2009 - 2014. Data diperoleh melalui rekam medik, dan kemudian jenis luka yang didapatkan disajikan dalam bentuk tabel. Hubungan antara luka eksternal dan internal dianalisis menggunakan uji Chi-Square. Dari total 106 sampel, korban didominasi oleh laki-laki dengan rasio laki-laki banding perempuan sebesar 3.61:1. Mayoritas korban berada pada rentang usia 20-50 tahun (85,86%). Luka eksternal yang paling banyak ditemukan berupa abrasi, dan bagian tubuh yang paling banyak mengalami luka eksternal adalah regio kepala, wajah, dan leher. Sebagian korban mengalami fraktur multipel dengan tulang kranial sebagai tulang yang paling banyak mengalami fraktur. Otak merupakan organ yang paling sering mengalami perlukaan. Ditemukan hubungan bermakna antara kontusio pada regio abdomen dan pelvis dengan luka limpa (p = 0,026). ...... Train accident has been one of the most frequent cause of morbidity and mortality worldwide, especially in areas where railway traffic is higher. The injuries and deaths caused by railway fatalities, although devastating, still has not been considered as an important issue. This research aim to observe the pattern of injuries in victims of railway fatalities that was otopsied in The Department of Forensic, Cipto Mangunkusumo Hospital within the period of 2009 - 2014. Secondary data in the form of meidcal record was collected and the pattern of injuries was presented in table form. The association between external and internal injury was analyzed using Chi-Square test. Out of 106 samples that match the inclusion and exclusion criteria, the fatalities were predominantly seen in the males with a male to female ratio 3.61:1. Most of the external injuries were found on the head, face, and neck region. The commonest external injuries sustained was abrasion. Some of the victims sustained multiple fractures and the majority of fractures were observed in the skull. Multiplicity in visceral injuries were found and the majority of victims had brain injuries. A significant association was found between contusion in abdominal-pelvic region and hepatic injury (p = 0,026).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laukuan, Rezha Fryanka
Abstrak :
Sampai saat ini di Indonesia telah banyak metode yang dapat digunakan untuk menentukan lokasi rawan. Metode-metode tersebut meliputi metode Frekuensi Kecelakaan dengan memperhatikan tingkat keparahan korban, metode yang dikeluarkan Badan Penelitian dan Pengembangan Dep. Kimpraswil, metode yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga, metode yang dikeluarkan oleh Philip Jordan (Consultant Bina Marga, dari AUSAID) dan metode yang dikeluarkan oleh KSI. Masing-masing metode menghasilkan black spot yang tidak sama. Hasil akhir Penelitian menunjukan bahwa penentuan black spot dengan menggunakan metode Frekuensi korban meninggal dunia dan luka berat lebih akurat disbanding dengan metode lainya. Hal ini dibuktikan dengan kesalahan per km yang lebih kecil dibandingkan dengan metode-metode lainya setelah dilakukan pengamatan terhadap 15 sampel wilayah yang tersebar di Indonesia.
Until recently in Indonesia has many methods that can be used to determine the black spot. The methods include methods of frequency of accidents by taking into account the severity of the victim, the method published by the Department of Infrastructure Research and Development, the method issued by the Directorate General of Highways, the method issued by Philip Jordan (Consultant of Highways, from AUSAID) and the method issued by KSI. Each method produces black spot that is not the same. The end result, research has shown that the determination of the black spot by using the method considers only the frequency of deaths and serious injuries more accurately than other methods. This is evidenced by the error per km is much smaller than with other methods after the observation of the 15 samples scattered areas in Indonesia.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S371
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Khairunnisa
Abstrak :
Tingginya angka kecelakaan sepeda motor yang terjadi di kalangan pengendara remaja, khususnya pelajar SMA di Kota Bekasi menjadi suatu masalah yang cukup serius dan harus segera ditangani. Kecelakaan yang terjadi sering disebabkan oleh perilaku yang tidak aman dalam berkendara. Untuk mengubah perilaku tersebut dapat dilakukan dengan mengubah persepsi pelajar SMA terhadap risiko kecelakaan sepeda motor. Oleh sebab itu, penelitian yang bersifat deskriptif dengan metode penelitian kuantitatif ini bertujuan untuk mengetahui gambaran persepsi risiko terhadap kecelakaan sepeda motor dan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan persepsi risiko tersebut pada pelajar SMA. Hasil penelitian menggambarkan bahwa secara umum persepsi risiko terhadap kecelakaan sepeda motor pada pelajar SMA sudah baik. Persepsi baik tersebut dapat terbentuk karena pelajar SMA secara sukarela menerima risiko kecelakaan, memiliki pengetahuan yang baik terhadap risiko kecelakaan, menilai risiko kecelakaan sebagai risiko yang berdampak langsung, memiliki ketakutan terhadap risiko kecelakaan, menilai efek risiko parah, merasa mampu mengendalikan risiko kecelakaan, dan menilai kecelakaan sebagai risiko yang belum bisa ditolerir keberadaannya (baru). ...... The high number of motorcycle accidents that occur among adolescents riders, especially high school students in the city of Bekasi, become a serious problem and must be addressed. The accidents which frequently occur due to unsafe behavior in driving motorcycle. These behaviors can be changed by changing the perception of senior high school student due to motorcycle accidents. Therefore, the descriptive research on quantitative research methods aims described the risk perception of a motorcycle accidents and the factors which influence the formation of the risk perception in high school students. The research result shows that the general perception of the risk due to a motorcycle accidents on high school students has been well. Well-perception could be formed because of the high voluntary from the high school students, well-knowledge from the risk of accidents, assessed the impact of the accidents which happened directly, has a high dread of the risk from the accidents, assessed that the effect of the severe accident is high, able to manage the risk of the accidents, and assessed the risk of the accidents can not be tolerated existently.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S65720
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erick Giearchie Muhammad
Abstrak :
Sebagian besar kegiatan kerja dalam logistik adalah pendistribusian barang atau bahan produksi dengan menggunakan kendaraan berupa truk yang berhubungan dengan keselamatan transportasi jalan raya. Penelitian ini memberikan gambaran analisis kecelakaan transportasi truk berdasarkan data KNKT tahun 2021–2022 dengan menggunakan desain penelitian analisis deskriptif dan mengadaptasi metode analisis kecelakaan Human Factors Analysis and Classification System (HFACS). Penelitian ini menggunakan data sekunder dalam pengumpulan data, yaitu berupa laporan investigasi kecelakaan transportasi truk berdasarkan data KNKT tahun 2021–2022. Hasil penelitian ini diketahui bahwa yang memiliki jumlah kejadian terbanyak atau lubang terbesar, yaitu dalam kegagalan aktif adalah skill-based errors, sedangkan dalam kondisi laten adalah resource management, technological environment, dan inadequate supervision. ......Most work activities in logistics are the distribution of goods or production materials using vehicles in the form of trucks related to road transportation safety. This study provides an overview of the analysis of truck transportation accidents based on KNKT data for 2021–2022 using a descriptive analysis research design and adapting the Human Factors Analysis and Classification System (HFACS) accident analysis method. This study uses secondary data in data collection, namely in the form of truck transportation accidents investigation reports based on KNKT data for 2021–2022. The results of this study show that those with the highest number of incidents or the largest holes, namely in active failure are skill-based errors, while in latent conditions are resource management, technological environment, and inadequate supervision.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Sukmaningtias
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26497
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Baiduri
Abstrak :
Pekerjaan material manual handling merupakan aktivitas yang penting dilakukan di hampir semua jenis industri. Cidera akibat pekerjaan manual menempati porsi yang cukup besar, yaitu sebesar 30% (Straker, 2000). Cidera yang dialami biasanya mengenai bagian punggung (cidera punggung) yaitu sekitar 60% dari seluruh cidera akibat manual handling (Straker, 2000). Secara umum, bentuk cidera akibat pekerjaan material manual handling sebagian besar berupa gangguan otot rangka (musculoskeletal disorders), sprain dan strain yaitu sebesar 93.7% untuk pria (Straker, 2000). Kasus cidera sering terjadi pada industri manufaktur. Penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat risiko pada pekerjaan material handling terhadap gejala gangguan otot rangka pada pekerja bagian body shop, trimming cabin dan trimming chassis final di PT Pantja Motor Isuzu Hekasi tahun 2003. Penelitian bersifat studi kasus dengan pendekatan observasi. Identifikasi risiko diperoleh melalui pengamatan di lapangan dengan bantuan check list, dan gejala yang dirasakan pekerja diperoleh melalui survei gejala dengan bantuan kuesioner. Populasi untuk survei gejala adalah seluruh pekerja dari ketiga bagian tersebut, sedangkan populasi untuk identifikasi risiko adalah seluruh faktor pada pekerja yaitu karaktersitik pekerjaan, objek, dan lingkungan kerja saat melakukan aktivitas. Hasil identifikasi risiko kemudian dianalisis untuk mengetahui tingkat risiko berdasarkan karakteristik pekerjaan, karakteristik objek, karakteristik lingkungan kerja dan secara keseluruhan dari setiap pos kerja. Kesimpulan dari penelitian ini adalah secara umum pos-pos kerja yang ada secara keseluruhan memilik risiko ergonomi sedang. Dilihat secara keseluruhan dan karakteristik pekerjaan, bagian yang pos kerjanya paling banyak memiliki tingkat risiko tinggi adalah trimming cabin. Trimming chassis final merupakan bagian yang pos kerjanya paling banyak memiliki tingkat risiko tinggi dilihat dan karakteristik objek. Hal ini berarti bahwa kondisi yang ada ataupun aktivitas yang dilakukan sudah memiliki risiko ergonomi untuk menimbulkan gangguan otot rangka Samua pos kerja memiliki risiko ergonomi rendah jika dilihat dari karaktersitik lingkungan kerja. Perbaikan yang bisa dilakukan antara lain adalah memperbaiki tata cara kerja (work practices), modifikasi tata ruang lingkungan kerja, objek atau peralatan kerja, dan evaluasi administratif (rotasi, work rest cycle dan pelatihan).
Risk Level Analysis of Material Manual Handling for Musculoskeletal Disorder's Symptoms to Workers in PT. Pantja Motor Isuzu in 2003.Material manual handlings are significant activities in all kind of industries. Injuries caused by material manual handling are 30% of all kind of injuries (Straker, 2000), usually have impact to trunk (baca injury), it is about 60°% of all kind of injuries. In general material manual handlings injuries are musculoskeletal disorders (MSDs), sprain and strain has a great portion (93.7%) among men workers mostly in manufacture industries. The purpose of this research is to analyse the risk of material manual handling for MSDs's symptoms among workers in the working group of body shop, trimming cabin, and trimming chassis final. This research is a case study with observation approximation. Check list is a tool to assess the risk identification and questioner as another tool to survey the symptoms. The population sample survey includes all labors in those divisions. The population of risk identification consist of three factors such as task characteristic, object characteristic and environment factor during working hour. The result of risk identification is analysed to determine the risk level of task characteristic, object characteristic, environment characteristic and overall. All results were coming from all working group (body shop, trimming cabin and trimming chassis final). The general summary is all working groups have a medium ergonomic risk In general points/overall and job characteristic points, trimming cabin has the highest level of risk Trimming chassis final has the highest risk level of object characteristic points. So, all condition/situation and activities are already having its ergonomic risk lead to musculoskeletal disorders. All working groups have a small number of ergonomic risks compared to working environment characteristic. There are some suggestions to improve such as working procedure/work practice, revision of working space (e.g. distance between material stock and working space, distance between working groups, etc), object/hand tools and administrative evaluation (e. g rotation, work rest cycle, training, etc).
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T936
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>