Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 56 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Titik Suerni
"Klien dengan harga diri rendah kronis di Ruang Yudistira Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor sebanyak 58,33% dari 60 klien yang dirawat. Tujuan Karya Ilmiah Akhir ini untuk menggambarkan penerapan terapi kognitif dan psikoedukasi keluarga pada klien harga diri rendah.
Metode yang dipakai adalah studi kasus. Pada 15 klien diberikan tindakan keperawatan generalis dan terapi kognitif serta pada 20 klien diberikan tindakan keperawatan generalis, terapi kognitif dan psikoedukasi keluarga.
Hasil penerapan pada kelompok klien dengan tindakan keperawatan generalis dan terapi kognitif menunjukkan penurunan tanda dan gejala rata-rata 54,94%; peningkatan kemampuan rata-rata 89,57%; lama rawat rata-rata 37 hari.
Hasil penerapan pada kelompok klien dengan tindakan keperawatan generalis, terapi kognitif dan psikoedukasi keluarga menunjukkan penurunan tanda dan gejala rata-rata 71,2%; peningkatan kemampuan klien rata-rata 100%; peningkatan kemampuan keluarga rata-rata 98%; lama rawat rata-rata 26 hari.
Berdasarkan penurunan tanda dan gejala, peningkatan kemampuan klien dan keluarga serta lama hari rawat maka terapi kognitif dan psikoedukasi keluarga direkomendasikan pada klien dengan harga diri rendah.

There are 58.33% from 60 clients with low self esteem cronic that treatment in Yudistira ward Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor Hospital. The goal of this study is to describe the implementation of cognitive therapy and family psychoeducation with low self esteem.
The method that used is case study. The nursing generalize and cognitive therapy is given to 15 clients. And cognitive therapy, nursing generalize and family psychoeducation to 20 clients.
The result to group of clients that received nursing generalize, cognitive therapy show decreased of symptoms average 54.94% and increased of abilities everage 89.57% ; average of time of treatment is 37 days.
The result to group of clients with nursing generalize, cognitive therapy and family psychoeducation show decreased of symptoms average 71.2% and increased of abalities everage 100%, with family abilities average 98%, average of time of treatment is 26 days.
By virtue of decreased of symptoms and increased of abilities clients and families, cognitive therapy and psychoeducation to recommended to clients with low self esteem.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
TA6009
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Slametiningsih
"Perkembangan anak usia bayi perlu dilakukan stimulasi yang optimal, terapi kelompok terapeutik adalah terapi spesialis keperawatan jiwa yang membantu stimulasi perkembangan rasa percaya bayi. Tujuan dari Karya Tulis Ilmiah adalah mengidentifikasi efek terapi kelompok terapeutik terhadap perkembangan rasa percaya bayi. Metode yang digunakan adalah studi serial kasus dengan jumlah responded sebanyak 20 bayi dan ibunya yang di dapatkan secara purpose. Terapi kelompok terapeutik dilakukan tujuh sesi yang diberikan secara bertahap dan berkesinambungan kepada bayi bayi dan melatih ibu. Hasil studi mengatakan adanya peningkatan perkemampuan ibu dalam menstimulasi perkembangan aspek motorik, kognitif, bahasa, emosi, moral, kepribadian, spiritual dan psikososial dan psikomotor yang berdampak peningkatan pada perkembangan bayi. Terapi kelompok terapeutik bayi disarankan digunakan untuk menstimulasi rasa percaya diri.

Infant development needs to be optimally simulated. Therapeutic Group Therapy is one of psychiatric nursing specialist therapy to help stimulate trust on infant. The aim is to identify effect of Therapeutic Group Therapy to the trust on infant. Method used a case serial with 20 respondent of baby and her/his mother obtained with purposive sampling. Therapeutic Group Therapy conducted with seven session and done gradually and simultaneously to the baby and her/his mother. The result shows that there is an increased ability of mother to stimulate her baby on motoric, cognitive, language, emotion, moral, personality, spiritual and psychosocial aspect that affect to increased the baby's development. Infant Therapeutic Group Therapy suggest to stimulate self confidence.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Desi Pramujiwati
"Harga diri rendah kronik merupakan salah satu gejala negatif pasien skizofrenia. Harga diri rendah kronik yang dibiarkan menyebabkan isolasi sosial, halusinasi dan bunuh diri. Latihan melawan pikiran negatif cognitive behavior therapy (CBT), dukungan sosial melalui family psychoeducation (FPE) dan terapi suportif diharapkan memperbaiki harga diri rendah kronik.
Karya ilmiah akhir ini bertujuan menjelaskan hasil asuhan keperawatan spesialis jiwa pada pasien harga diri rendah kronik yang diberikan CBT, FPE dan terapi suportif. Metode yang digunakan adalah serial studi kasus pada 16 pasien yang terdiri dari 11 pasien skizofrenia, 4 pasien retardasi mental dan 1 pasien epilepsy.
Hasil asuhan keperawatan menunjukkan penurunan tanda dan gejala harga diri rendah kronik disertai peningkatan kemampuan pasien lenih tinggi pada kelompok pasien yang mendapatkan CBT, FPE dan terapi suportif daripada kelompok yang mendapatkan CBT dan FPE maupun yang mendapatkan CBT.
Hasil karya ilmiah ini perlu ditindaklanjuti dengan penelitian. Dukungan sosial di komunitas terutama memberdayakan keluarga dan kader dalam merawat pasien harga diri rendah kronik disarankan.

Chronic low self-esteem is one of negative symptom of schizophrenic patient. Prolonged chronic low self-esteem can caused social isolation, hallucination and suicide. Trained against negative thoughts with cognitive behavior therapy (CBT), giving social support with family psychoeducation (FPE) and supportive therapy is addresses to improve chronic self-esteem.
This paper is aimed to explain the result of psychiatric nursing care specialist management for chronic low self-esteem patient whose given the CBT, FPE and supportive therapy. The method used is case serial with 16 patient, contains of 16 schizophrenic patient, 4 mental retardation patient and 1 patient with epilepsy.
The result shows a higher decrease of chronic low self-esteem sign and symptoms with an increase of patient ability more on the group that given CBT, FPE and supportive therapy than the CBT and FPE group or the CBT group only.
This paper need to be followed by research. Community social support, especially to empower family and cadre to caring chronic low self-esteem patient is recommended.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arena Lestari
"Isolasi sosial merupakan masalah keperawatan di ruang Arimbi RS. Marzoeki Mahdi Bogor dengan jumlah terbanyak (62,5 %) dari 48 klien yang dirawat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Renidayati, keliat dan Sabri (2008) ditemukan tentang keefektifan terapi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah isolasi sosial klien yaitu terapi Social Skill training untuk meningkatkan ketrampilan sosialisasi Klien. Penelitian yang dilakukan Wiyati, Hamid dan Gayatri (2009) tentang efektifitas terapi Family Psychoeducation didapatkan hasil pada keluarga ada peningkatan kemampuan afektif dan psikomotor sehingga meningkatkan dukungan keluarga.
Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk memberikan gambaran penerapan terapi Social Skill Training dan Family Psychoeducation pada klien isolasi sosial dengan menggunakan pendekatan model Stress Adaptasi Stuart dan Model Sistem Neuman. Metode yang digunakan adalah study serial kasus. Tindakan diberikan pada 30 pasien isolasi sosial, 16 pasien mendapatkan terapi Social Skill training saja, 14 klien yang lain mendapatkan terapi Social Skill training dan family psychoeducation.
Hasil terapi menunjukan penurunan gejala isolasi sosial dan peningkatan kemampuan ketrampilan sosial lebih banyak pada pasien yang mendapatkan terapi social skill training dan terapi Family Psychoeducation dibandingkan dengan pasien isolasi sosial yang hanya mendapatkan terapi social Skill training. Rekomendasi dari karya ilmiah ini adalah terapi social skill training dan terapi Family Psychoeducation dapat menjadi standar terapi spesialis pada klien isolasi sosial.

Social isolation was a problem nursing in Arimbi room, Marzoeki Mahdi Hospital Bogor with the highest number of cases (62.5%) of the number were 48 client treated. Based on research conducted Renidayati, Keliat and Sabri (2008) found about the effectiveness of therapies that can be used to solve problems of social isolation that therapy clients Social Skill training to improve socialization skills Client. Research conducted Wiyati, Hamid and Gayatri (2009) Family Psychoeducation about the effectiveness of therapy in the family that showed no increase in affective and psychomotor skills that improve family support.
Writing scientific papers were intended to provide an overview of the application of therapy Social Skill Training and Family Psychoeducation on the client used by the social isolation model approach Stuart Stress Adaptation and Neuman Systems Model. The method used case series study. The sampling method used was purposive sampling. The Action given the therapy Social skills training and therapy were 30 patients Family Psychoeducation social isolation. 16 patients received therapy Social Skill training course, 14 other clients who get Social Skill training therapy and family Psychoeducation.
Results of the therapy showed a reduction in symptoms of social isolation and increase social skills more ability in patients receiving therapy and social skills training Family Psychoeducation therapy compared with patients who only receive social isolation social therapy Skill training. Recommendation of this paper is therapeutic social skills training and therapy Family Psychoeducation may become standard therapy specialist in social isolation clients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Thika Marliana
"Jumlah klien gangguan jiwa yang ditemukan di Kelurahan Tanah Baru adalah 45 orang (0,40%), angka ini lebih besar daripada prevalensi gangguan jiwa di Jawa Barat yang hanya sebesar 0,22%. Klien gangguan jiwa yang di temukan di RW 01, 08, 09 sejumlah 9 orang, seluruhnya mengalami isolasi sosial. Isolasi Sosial adalah salah satu gejala negatif dari Skizofrenia.Tujuan penulisan karya ilmiah akhir ini adalah diketahuinya kemampuan klien dalam bersosialisasi, serta keluarga dan kader kesehatan jiwa dalam memberikan perawatan isolasi sosial setelah pemberian tindakan spesialis keperawatan jiwa.
Metode yang digunakan adalah studi serial kasus isolasi sosial dengan pemberian tindakan: 1. Social Skill Training (SST), 2. SST dan Supportive Theraphy (ST), 3 SST, ST dan Self Help Group (SHG). Tindakan diberikan kepada 9 klien isolasi sosial dengan diagnosis medis skizofrenia, retardasi mental dan epilepsi.
Hasil yang ditemukan, tindakan spesialis keperawatan jiwa tersebut dapat meningkatkan kemampuan dan menurunkan tanda gejala klien isolasi sosial dengan diagnosa medis skizofrenia dan epilepsi, namun kurang efektif bagi klien retardasi mental.
Berdasarkan hasil di atas perlu direkomendasikan bahwa SST, ST, dan SHG dapat dijadikan standar tindakan spesialis keperawatan jiwa. Hal ini perlu disosialisasikan pada seluruh tatanan pelayanan kesehatan dan dilakukan penelitian lanjut tentang terapi spesialis keperawatan jiwa yang tepat untuk klien isolasi sosial dengan retardasi mental.

Clients of mental disorders found in Kelurahan Tanah Baru is 45 people (0.40% of population). It means higher than West Java’s prevalence (0.22%). Clients with mental disorder in RW 01, 08, 09 is 9 people, all of them experienced social isolation. The purpose of this scientific paper is identify the ability of the client, family, and mental health cadres after giving psychiatric nursing specialist therapy.
The method is case series study for social isolation clients which is accepted specialist psychiatric nursing therapy: 1.Social Skill Training (SST), 2. SST and Supportive Theraphy (ST), 3. SST, ST and Self Help Group (SHG). Therapy was given to 9 clients with schizophrenia, mental retardation and epilepsy.
The results showed that SST, ST, and SHG increased ability and reduced signs and symptoms of social isolation clients with schizophrenia and epilepsy, but less effective for clients with mental retardation.
This paper suggest that SST, ST, and SHG can be used as standard therapy for isolation sosial. This result have to socialized and further research needs to be done about the more effective psychiatric nursing specialist therapy for the social isolation clients with mental retardation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Imellisa
"Isolasi sosial merupakan salah satu gejala negatif pada klien dengan skizofrenia. Isolasi sosial yang dibiarkan terus-menerus akan menyebabkan masalah lain yaitu halusinasi. Isolasi sosial perlu ditangani dengan memberikan latihan sosialisasi diantaranya dengan terapi Social Skill Training. Hasil akhir yang diharapkan adalah tanda dan gejala isolasi sosial menurun dan kemampuan bersosialisasi klien. Selain kemampuan klien sendiri, dukungan sosial dari orang-orang di sekitar klien memiliki dampak pada hasil akhir tadi.
Karya Ilmiah Akhir ini bertujuan untuk menjelaskan manajemen asuhan keperawatan spesialis jiwa pada klien dengan isolasi sosial yang diberikan terapi Social Skill Training. Kerangka yang digunakan adalah Model Stres Adaptasi Stuart dan dilengkapi dengan Teori Social Support Schaffer untuk mengetahui dukungan sosial yang didapatkan klien pada tatanan rumah sakit dan komunitas. Analisa dilakukan pada 14 klien, yang terdiri dari 8 klien yang dirawat di rumah sakit dan 6 klien yang dirawat di rumah.
Hasil analisa menunjukkan bahwa penurunan tanda dan gejala yang berhasil dicapai di komunitas lebih rendah dibandingkan dengan penurunan tanda dan gejala yang dicapai pada klien isolasi sosial di rumah sakit, dan peningkatan kemampuan sosialisasi responden yang dirawat di rumah sakit lebih besar dibandingkan dengan rata-rata peningkatkan kemampuan sosialisasi responden yang dirawat di komunitas. Saran dari Karya Ilmiah Akhir ini adalah untuk meningkatkan dukungan sosial di rumah sakit dan di komunitas, terutama untuk memberdayakan keluarga sebagai sumber utama pemberi dukungan sosial.

Social isolation is one of negative symptom to schiphrenic client. Prolonged social isolation will cause another problem that is hallucination. Social isolation need to be treated by train their social skill with Social Skill Training therapy. The expected outcome is decrease of social isolation sign and symptoms and increase of social skill. Beside the client’s skill, social support from another has an effect to those outcome.
This Karya Ilmiah Akhir aim to explain the psychiatric spesialist nursing management to client with social isolation who has been treated with Social Skill Training. The Stuart Stress Adaptation Model and Schaffer Social Support theory are used as the framework to describe futher about social support to the client at hospital and community setting. Sample of this paper is 14 clients comprises 8 client at hospital and 6 client at community.
The result shows that decrease of sign and symptoms in client at community is lower than client at hospital, and the increasing social skill is bigger in client at hospital than the client at community. This paper suggest to increase social support to the client in hospital and community, especially to empower family as the biggest resources of social support.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nurjanah
"Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh seseorang untuk mengakhiri kehidupannnya. Perilaku bunuh diri adalah tindakan yang dilakukan secara sengaja untuk membunuh diri sendiri. Bunuh diri melibatkan ambivalensi antara keinginan untuk hidup dan keinginan untuk mati. Perilaku bunuh diri terdiri dari tiga tingkatan berupa ide/isyarat bunuh diri, ancaman bunuh diri, dan percobaan bunuh diri (Videbeck,2011). Seseorang yang berisiko melakukan bunuh diri adalah ketika mereka tidak mampu mendapatkan solusi dari permasalahan dan penderitaan yang dialami.
Tujuan penulisan karya ilmiah akhir ini adalah memberikan gambaran hasil manajemen kasus spesialis pada klien risiko bunuh diri melalui pendekatan model stress adaptasi Stuart dan teori Chronic Sorrow Eakes di rumah sakit Marzuki Mahdi. Tindakan keperawatan diberikan kepada 11 klien dengan menggunakan terapi kognitif. Terapi kognitif yang diberikan pada klien menunjukkan peningkatan dalam pencegahan perilaku bunuh diri. Terapi kognitif menunjukkan efektifitas kemampuan klien untuk berpikir positif.
Rekomendasi: pada klien risiko bunuh diri dengan pendekatan model teori Chronic Sorrow bisa diberikan terapi kognitif. Untuk meningkatkan efektifitas perlu adanya terapi kombinasi bagi klien risiko bunuh diri.

Suicide is considered as a conscious of a person to end her or his life. Suicidal behavior is a deliberate act to kill her or himself. Suicide involves an ambivalence between the desire to live and wanting to die. Suicidal behavior consists of three tiers in the form of ideas / cues suicide, self unuh threats, and suicide attempts (Videbeck, 2011). Someone at risk of suicide is when they are not able to get the solution of problems and suffering.
The purpose of writing this scientific paper was to describe the result of specialized case Stuart’s Stress Adaptation and Eakes’s Chronic Sorrow Theories in Marzuki Mahdi Hospital. The Nursing interventions were provided to 11 clients using cognitive therapy. The cognitive therapy provided to the clients showed the improvement in the prevention of suicidal behavior. The cognitive therapy has demonstrated the effectiveness of positive thingking abilitiet of the cliens.
It is recommended that the suicidal risk clients can be treated with ognitive therapy using the combination of the Stuart’ Stress Adaptation and Eakes’ Chronic Sorrow Theories, as well as the combination of other therapies to be complemented to each other.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Jesika
"Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon terhadap stresor, ditunjukkan dengan perilaku aktual melakukan kekerasan, baik pada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan, secara verbal maupun nonverbal (Stuart, 2009). Klien dengan perilaku kekerasan merupakan cerminan ketidakmampuan klien dalam mengekspresikan emosi marah secara konstruktif. Tujuan penulisan karya ilmiah akhir ini adalah menggambarkan penatalaksanaan asuhan keperawatan dengan pendekatan Johnson?s Behavioural System Model pada klien risiko perilaku kekerasan. Intervensi keperawatan yang dilakukan adalah assertive training dan cognitive behaviour therapy pada 13 orang klien dalam kurun waktu 12 Februari - 19 April 2013 di Ruang Gatot Kaca RSMM Bogor.
Hasil pelaksanaan assertive training dan cognitive behaviour therapy dapat menurunkan tanda dan gejala perilaku kekerasan pada aspek kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan sosial dan peningkatan kemampuan koping adaptif dalam menghadapi peristiwa yang menimbukan perilaku kekerasan. Rekomendasi penulisan ini adalah bahwa penerapan Johnson?s Behavioural System Model dengan intervensi keperawatan assertive training dan cognitive behaviour therapy dapat dilakukan untuk menurunkan perilaku kekerasan.

People would respond to threatning situation/stressor in various ways. Violence was the actual aggressive behaviour directly toward to them selves, other people or external environment, with physical or verbal violence (Stuart, 2009). People with tendency to act aggressively shown that they used destructive coping strategies to express their anger. The objective of this paper was to describe the application of Johnson?s Behavioural System Model, focusing on aggresive behavior. Assertive training and cognitive behaviour therapy were recognized as nursing intervention that provided to 13 clients during 12 February - 19 April 2013 at Gatotkaca Dr. H.Marzoeki Mahdi Hospital-Bogor.
Result of this study shown that sign and symptoms of aggressive behaviour were decreased (cognitive, affective, psychic, behavior and social) and increased of client's ability to express their emotion in contructive way. This study proved that the application of Johnson?s Behavioural System Model with assertive training and cognitive behaviour therapy as nursing intervention were recommended to derecrease aggresive behaviour.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hari Widiyatmini
"Anak usia sekolah merupakan tahapan perkembangan psikososial yang berada pada tahap Industry vs Inferiority. Tahap perkembangan anak usia sekolah jika tidak tercapai akan menimbulkan perilaku yang menyimpang. Perilaku agresif adalah perilaku menyimpang yang dapat timbul jika perkembangan anak usia sekolah tidak tercapai secara optimal. Latihan asertif merupakan intervensi keperawatan yang dapat mencegah timbulnya perilaku agresif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan perkembangan dan kemampuan asertif pada anak sekolah setelah diberikan terapi kelompok terapeutik, psikoedukasi keluarga dan latihan asertif. Desain penelitian ini menggunakan metode quasy eksperiment yang melibatkan 40 anak usia sekolah. Hasil menunjukkan bahwa adanya peningkatan perkembangan dan kemampuan asertif anak usia sekolah secara bermakna setelah diberikan terapi kelompok terapeutik anak usia sekolah, psikoedukasi keluarga, dan latihan asertif lebih tinggi secara bermakna dibandingkan pada kelompok lain (pvalue < 0.05). Terapi kelompok terapeutik anak sekolah, psikoedukasi keluarga dan latihan asertif direkomendasikan pada anak usia sekolah untuk meningkatkan tugas dan aspek perkembangan anak usia sekolah untuk peningkatan kesehatan jiwa.

School age children are a stage of psychosocial development at an industrial versus inferiority stage..The progress stage of school age if not achieved will result in a distorted behavior. Aggressive behavior is aberrant behavior that can arise if school age development is not reached optimally. Aserative exercise is an intervention of nursing that can prevent aggressive behavior. This study aims to know the difference in development and the acertative skills of schoolchildren after being given therapy of the therapeutic group, psychoeducated family and aserative exercise. This research design uses a quasy experimental method involving 40 school-aged children. Results show that there has been an increase in asertive growth and ability for school age children in meaningful form after being given terapeutic group therapy of school age children, family psychoeducated and aserative exercise is higher in meaning than in group."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Yuli Hastuti
"Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon atau tindakan terhadap stimulus stresor, ditunjukkan dengan perilaku aktual melakukan kekerasan, baik pada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan, secara verbal maupun nonverbal (Stuart, 2009). Klien dengan perilaku kekerasan merupakan tanda ketidakmampuan klien dalam beradaptasi terhadap emosi marah sehingga mengekspresikan tidak secara konstruktif.
Tujuan penulisan karya ilmiah akhir ini adalah menggambarkan penatalaksanaan asuhan keperawatan dengan pendekatan Model Teori Adaptasi Roy pada klien risiko perilaku kekerasan. Intervensi keperawatan yang dilakukan adalah assertive training dan cognitive behaviour therapy pada 15 orang klien dalam kurun waktu 9 September - 12 Nopember 2013 di Ruang Gatot Kaca RSMM Bogor.
Hasil pelaksanaan assertive training dan cognitive behaviour therapy dapat menurunkan tanda dan gejala perilaku kekerasan pada aspek kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan sosial dan peningkatan kemampuan koping adaptif dalam menghadapi peristiwa yang menimbukan perilaku kekerasan.
Rekomendasi penulisan ini adalah bahwa penerapan Model Teori Adaptasi Roy dengan intervensi keperawatan assertive training dan cognitive behaviour therapy dapat dilakukan untuk menurunkan perilaku kekerasan.

People would respond to threatning situation/stressor in various ways. Violence was the actual aggressive behaviour directly toward to them selves, other people or external environment, with physical or verbal violence (Stuart, 2009). People with tendency to act aggressively shown that they used destructive coping strategies to express their anger.
The objective of this paper was to describe the application of Johnson's Behavioural System Model, focusing on aggresive behavior. Assertive training and cognitive behaviour therapy were recognized as nursing intervention that provided to 15 clients during 9 September – 12 Nopember 2013 at Gatotkaca Dr. H.Marzoeki Mahdi Hospital-Bogor.
Result of this study shown that sign and symptoms of aggressive behaviour were decreased (cognitive, affective, psychic, behavior and social) and increased of client's ability to express their emotion in contructive way.
This study proved that the application of Roy Adaptation Model Approach with assertive training and cognitive behaviour therapy as nursing intervention were recommended to derecrease aggresive.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>