Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Luwiyanto
"Penelitian ini bertujuan menyajikan suntingan teks Serat, Seh Jangkung (SSJ), terjemahan, dan mengemukakan struktur dan makna teksnya. Untuk mencapai tujuan itu dimanfaatkan dua teori yaitu filologi dan sastra, t.erutama teori struktural. Dalam rangka sunti.ngan teks SSJ digunakan edisi standar dengan disertai aparat kritik.Adapun teori struktural dimanfaatkan untuk membedah struktur naratif dan makna teks. Teori itu menganggap bahwa karya sastra memiliki struktur yang utuh dan lengkap, yang segenap unsurnya masing-masing memiliki koherensi intr.insik. Oleh karena itu, struktur naratif dan makna yang menjadi karakteristik teks SSJ dapat diuraikan unsur-unsurnya dan pertaliannya dalam membentuk makna teks secara keseluruhan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1996
T41364
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noezisri A. Nazar
"Bila diperhatikan uraian mengenai pendeskripsian dan analisisan data pada Bab III dan Bab IV, ternyata tidak aperan lokatif dalam bahasa Minangkabau sebagai masalah saja yang terungkap. Hal-hal yang terkait dengan peran tif tersebut banyak pula dapat diungkapkan.Dari eskripsian dan penganalisisan data mengenai peran tif dan unsur-unsur lokatif lainnya dalam bahasa ingkabau dapat ditarik beberapa kesimpulan dan saran. Kesimpu I an .Peran dan Pengungkapan Peran Lokatif dalam Bahasa Minangkabau Unsur peran dalam bahasa Minangkabau terlihat pada makna hubungan antarkata yang mengisi fungsi-fungsi sintaksis yang terdiri atas subjek, predikat, objek, pelengkap,dan keterangan dalam suatu kalimat.Perwujudan peran lokatif dalam bahasa Minangkabau berupa unsur leksikal dengan kategori nomina yang mengisi salah satu fungsi sintaksis yang mewujudkan"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
T41351
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
H. Utsman Ihsan
"Tesis ini terdiri dari lima bab dimulai dari bab I yaitu Pendahuluan. Yang dibahas dalam bab ini meliputi : Latar Belakang, di dalamnya penulis mengungkap kembali eksistensi NU dengan cara membandingkan dengan organisasi Islam lainnya, juga diungkap pula apa sebab masyarakat sangat terikat kepada ulama' dan kyai bila dibanding keterikatan mereka pada pemimpin formalnya. Dalam bagian ini dibahas pula mengenai pondok pesantren, A1-Qur'an, Al-Hadits, Ijma' dan Qiyas dengan mengemukakan pendapat para ulama'. Masalah madzhab, perjuangan ulama' dan kyai semasa kolonial, kemerdekaan sampai saat sekarang ini juga dibahas. Mengakhiri pembahasan latar belakang ini, dikemukakan juga kaidah ushul fiqh perihal pembaharuan yang terdapat dalam tubuh NU. Perumusan Masalah Pada bagian ini penulis mencoba mencari dan mengumpulkan data-data di sekitar masalah mengapa NUJ menyatakan diri kembali ke khitah 1926, setelah lebih kurang selama 32 tahun meninggalkan khitahi 1926 dan bergerak dalam bidang politik. Penulis juga mencoba melihat pada struktur kepemimpinan NU yang terdiri dari dua bagian yaitu Syuriah dan Tanfidziyah"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1990
T41361
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baharuddin Husin
"Setelah melihat kedua tafsir"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
T41358
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The Chinese in Indonesia have historically constituted a distinct, if small, ethnic minority amongst the population as a whole. Many of the trading and middleman functions in the Indonesian economy have been per-formed by members of this minority. This fact has aroused hostility to the Chinese, particularly among their Indonesian business competitors. Although many Chinese have been profoundly influenced by Indonesian cul¬ture, they have as a group continued to be sensed by Indonesians as alien even in the case of those who have become Indonesian citizens. Dutch col¬onial policies had the effect of keeping Chinese and Indonesians as sep¬arate groups. The gap between them was widened early in this century by the growth Sf nationalist sentiment among both Chinese and Indonesians. The achievement of national independence by the Indonesian elite brought about a prolonged crisis of identity for the Indonesian Chinese. Over the course of the next two decades, many issues of basic importance to them came into contention. These included their claims to Indonesian citizenship, the kinds of education to which their children could have ac¬cess, their retention of a separate social and cultural identity, and the defence of Chinese economic interests. Their situation was complicated by the emergence of China as a major power under a communist government, which made their political loyalties doubly suspect in the eyes of anti-communist Indonesians. As a small but relatively wealthy ethnic minority which has been ex-posed for a long time to anti-Chinese prejudice on the part of many Indo¬nesians, the Indonesian Chinese have characteristically been compelled (given the powerlessness of China to protect them) to seek an accommodation"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia,
RB 30 C 316 i
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susan, Abeyasekere, 1947-
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1972
RB 30 A 40 r
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Margarita Febrica Nonga Putri
"Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis isu tubuh perempuan dalam post terkait gerakan No Bra Day. Pada dasarnya, gerakan ini menghimpun massa perempuan di media sosial untuk bersamasama melakukan aksi melepas bra. Dimulai secara global pada tanggal 13 Oktober 2013, gerakan ini menuai banyak jenis respon di massa media sosial. Pro dan kontra mengenai pelepasan bra di media sosial tersebar luas diiringi oleh tanda pagar terkait. Gerakan ini seringkali dianggap tidak sesuai dengan konstruksi sosial karena membuka jalan untuk berbicara mengenai tubuh perempuan di ranah publik. Selain itu, gerakan ini membawa pemaknaan baru terhadap tubuh perempuan. Pencapaian pemaknaan yang ditunjukkan dalam unggahan terkait gerakan justru menunjukkan masih kuatnya afirmasi konstruksi atau label patriarkal. Sebagai produk media, konsep resepsi atau penerimaan Stuart Hall dan feminisme postmodern Luce Irigaray digunakan untk melihat bentuk pemaknaan tubuh yang menggambarkan afirmasi bahkan internalisasi tatanan patriarkal tersebut.

This undergraduate thesis aims to analyze woman’s body issues on posts related to No Bra Day movement. Basically, this movement assembles female netizens to fight breast cancer together by taking off their bras for a day. As it started globally on October 13th, 2013, this movement attracts pro and con responses, including pros and cons. The responses are linked by the use of related hashtags. Due to its challenge to bring women’s body to the public sphere, this movement is oftentimes underestimated. On the contrary, this movement brings a new meaning on women’s body. This encoded meaning cannot be absorbed thoroughly by the female netizens because of the patriarchal construction. The achieved meaning cannot be one hundred percent as it aims to. Furthermore, the decoded meaning still shows the affirmation to patriarchal order. As a media product, reception theory by Stuart Hall and postmodern feminism by Luce Irigaray are used to examine the new meaning interpreted and reflected in the responses, which also show the affirmation or even internalization to the patriarchal order.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S58325
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stella Zavera Monica
"Tesis ini berbicara mengenai negosiasi perantau Minangkabau asal Kabupaten Agam yang lahir dan besar di Jakarta sebagai generasi kedua, terhadap identitas Minangkabau mereka. Keterkaitan antara latar belakang orangtua yang masih membawa kebudayaan dari Sumatera Barat, dengan faktor Jakarta sebagai kota kosmopolitan, membawa pengaruh-pengaruh dan dampak terhadap identitas mereka sebagai masyarakat Minangkabau. Negosiasi sosial perantau Minangkabau generasi kedua ini tidak hanya terhadap hibriditas di Jakarta, tapi juga menciptakan identitas baru atas hibriditas budaya Minangkabau di Jakarta itu sendiri. Hibriditas ini salah satunya bisa dilihat dalam adat pernikahan yang sudah dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti lingkungan dan finansial. Keterbatasan melakukan prosesi yang sama dengan di Sumatera Barat, disebabkan perbedaan pola masyarakat dan lingkungan yang mempengaruhi.

This thesis is about the negotiation of perantau Minangkabau from Agam Regency, who were born and grew up in Jakarta as a second generation, on their identity as Minangkabau people. Their identity as a Minangkabau person is affected by the interrelationship between the background of their parents who are still inducing Minangkabau culture that they brought from Sumatera Barat and the social factors in Jakarta as a cosmopolitan city. The social negotiation of the second generation of perantau Minangkabau is not only through the hibridity in Jakarta, but also created a new identity of cultural hibridity of Minangkabau in Jakarta itself. This can be observed in the matrimonial custom which is influenced by many factors such as environment and financial issues. The restrictiveness in doing the same traditional ritual procession in Sumatera Barat is due to the differences in the pattern of society and the environmental concern.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T43265
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karatoruan Angelique Steffanie
"Komedi situasi (sitcom) merupakan salah satu bentuk tayangan di televisi yang berusaha menampilkan potret realita sosial. Meskipun berakar dari fakta dan kondisi masyarakat, komedi situasi juga merekonstruksi paradigma audiens dengan representasi yang disuguhkan dalam bentuk audio sekaligus visual. Tetangga Masa Gitu sebagai sebuah sitcom baru berusaha menampilkan sosok perempuan Indonesia yang baru dan berbeda dengan stereotipe konvensional. Tetapi di saat yang sama, terdapat bagian dari identitas lama yang masih dipertahankan. Hal ini menunjukkan adanya sebuah ideologi yang mendasari representasi tersebut dan berusaha dikukuhkan. Melalui tesis ini, penulis melihat sebuah redefinisi yang semu dari sosok perempuan yang digagas dalam episode-episode sitcom ini. Teori Representasi digunakan untuk meninjau dialog-dialog dan cuplikan adegan dalam tayangan Tetangga Masa Gitu dan menunjukkan proses redefinisi identitas perempuan. Tesis ini mencoba memberikan pemahaman akan representasi dalam televisi yang meskipun berubah, akan selalu terhubung dengan akar identitas sebuah masyarakat.

Situation comedy (Sitcom) is one kind of television show presenting snapshots of a society. Eventhough it is based on fact and social conditions, a sitcom also reshapes its audiences paradigm through audio & visual representations showed in it. As a new sitcom, Tetangga Masa Gitu is trying to present a new model of Indonesian women, which differs from the conventional stereotypes. However, there are parts of the old identity that emerge in the sitcom. It shows that there is this one form of ideology constructing the way this sitcom represents women. In this research, the aim is to see the false redefinition on women narrated in episodes of this sitcom. Theory of representation is used to analyze dialogues and screenshots, and identify the process of redefining women?s identity. This thesis attempt to provide understanding upon representations in television which tends to change, yet is always connected to its root in social identity.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T43267
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susilo Pradoko
"Penelitian ini mengungkap secara mendalam tentang perubahan fungsi Candi Siwa , makna arca chitra Candi Siwa serta makna Relief Ramayana Prambanan dalam empat periode pengaruh kuasa: Hindu, Islam, Kolonial dan Kemerdekaan. Pengungkapan fungsi serta makna dilakukan dengan metode postprosesual dengan pendekatan kontekstual. Objek material candi, arca dan relief diungkap makna primer serta makna sekunder melalui analisis semiotika Roland Barthes, wacana yang muncul dibalik pemaknaan atas pengaruh kuasa dianalisis melalui analisa wacana/kuasa Michel Foucault. Hasil penelitian: (1) Fungsi Candi Siwa Prambanan: pada masa pengaruh kuasa Hindu, candi sebagai Siwagrha, tempat pemujaan kepada Siwa Mahadewa, tempat masyarakatnya memperoleh berkah kesejahteraan; pada masa pengaruh kuasa Islam, candi sebagai makam, cungkup, tempat angker bangunan karya Bandung Bondowoso; pada masa pengaruh kuasa Kolonial candi sebagai temuan arkeologis, tempat penerapan ilmu arkeologi, objek penelitian dan tempat wisata Jawa; masa Kemerdekaan, candi sebagai monument karya besar Bangsa Indonesia, cagar budaya, benda budaya dunia, destinasi wisata, tempat pertunjukan seni dan tempat ibadah hari raya Nyepi bagi umat Hindu. ( 2) Makna Arca Chitra di Bilik Candi Siwa Prambanan: masa kuasa Hindu, arca sebagai ikonik perwujudan dewa/i serta serta dewa/i pemberi kesejahteraan; masa kuasa Islam, arca merupakan berhala, arca buah karya Bandung Bondowoso; masa kuasa Kolonial, arca merupakan temuan eksotis, benda kenang-kenangan dan objek penelitian; masa kemerdekaan, monumen karya besar bangsa, benda gift, perwujudan ikonik dewa-dewi Hindu. (3) Relief Ramayana Candi Prambanan: masa pengaruh kuasa Hindu, ajaran melakukan dharma; masa pengaruh kuasa Islam, tokoh Rama sebagai keturunan nabi Adam; masa pengaruh kuasa Kolonial, alat diplomasi antar negara, objek penelitian; masa kemerdekaan, mewujud pementasan sendratari Ramayana, sebagai gift, kitab ajaran agama Hindu. Implikasi Penelitian: Dalam penelitian ini didapatkan arkeologi pemikiran dibalik masing-masing pengaruh wacana/ kuasa. Pemahaman manusia terhadap arkeologi pemikiran membuat manusia bercakrawala luas dalam menanggapi objek yang sama dengan paradigma yang berbeda. Objek, kebudayaan material berupa candi, arca dan relief merupakan wadah mitos yang dapat mempengaruhi perilaku dalam kehidupan sosialkemasyarakatan manusia.
The research reveals deeply about changing the function of Shiva temple, statues chitra meaning and significance of Shiva temple Prambanan Ramayana Relief in four periods of the influence of power: Hindu, Islamic, colonial and independence. Disclosure functions and meanings carried by the method of post-processual with contextual approach. Material object temples, statues and reliefs revealed primary meaning and secondary meaning through semiotic analysis Roland Barthes, discourse that appears behind the meaning of the influence of power is analyzed through discourse analysis Michel Foucaul). Results of the study: (1) Function Prambanan Shiva Temple: During the influence of Hindu power, as Siwagrha temple, shrine to Shiva Mahadeva, where people obtain a blessing welfare; during the influence of Islamic power, the temple as a tomb, cupola, haunted places, building work of Bondowoso; during the colonial power of the influence of the temple as archaeological finds, where the application of the science of archeology, research objects and sights Java; Independence period, the temple as a major work of the Indonesian Nation monument, heritage, world cultural objects, tourist destination, performing arts venues and places of worship Nyepi day for Hindus. (2) The meaning Arca Chitra Room Shiva temple Prambanan: the power of the Hindu, statues as iconic embodiment of the gods and deities giver and welfare; period of Islamic power, the statues are idols, statues the work of Bondowoso; period colonial power, the statue of the exotic findings, keepsake objects and objects of research; independence, the monument's major work, gift items, iconic embodiment of Hindu deities. (3) Relief Ramayana Prambanan: the influence of Hindu power, do dharma teachings; term influence of Islamic power, Rama figures as descendants of the prophet Adam; Colonial influence future power, diplomacy tool between countries, the object of study; independence, embodied Ramayana ballet performances, as a gift, the book of Hindu religion. Research Implications: In this study, archeology rationale behind each influence discourse / power. Human understanding of the rationale behind the archaeological material culture make people wider in mind so they are able to empathy and tolerance in response to the same object with different paradigms, to realizing the sense of Bhineka Tunggal Ika. Object, material culture in the form of temples, statues and reliefs is a container of stories, myths, which in turn can influence human action."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
D1991
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library