Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Endang Ratnaningsih
"operasi anak dapat meninggal akibat spell hipoksi berulang tromboemboli otak, abses serebri, maupun endokarditis ( 3, 7 ) . Keberhasilan suatu total koreksi tidak hanya tergantung pada berkurangnya tekanan pada ventrikel kanan, hilangnya defek residual, tapi juga preservasi miokard ventrikel kiri (1). Seperti diketahui bahwa pada Tetralogi Fallot beban yang terjadi pada ventrikel kanan, tetapi ventrikel kiri yang hipoplasi ~erupakan faktor penting untuk prognosis jangka panjang dan k:ualitas hidup (9, 15,39) bahkan peneliti lain menyatakan bahwa ventrikel kiri merupakan faktor penting untuk morbiditas dan mortalitas. (12,41). Di Indonesia, khususnya di RSJHK kebanyakan anak yang datang untuk dioperasi sudah berusia 5 tahun atau lebih, dan jumlah ini terdapat sekitar 60% dari seluruh pasien Tetralogi Fallot pada periode maret 1986 sampai Desember 1992 .Secara histopatologi semakin besar umur anak semakin lama terjadi hipoksia, sehingga akan terjadi fibrosis miokard yang pada akhimya akan menyebabkan terjadinya penurunan fungsi ventrikel kiri . Jadi meskipun hasil segera pasca bedah cukup baik tetapi prognosis dan r isiko jangka panjang perlu diteliti. Selain itu temyata fungsi ventrikel kiri pasca bedah dipengaruhi oleh beberapa faktor prabedah, dan penilaian fungs i Ventrikel Kiri pasca bedah masih terdapat kontroversi antara berbagai peneliti (11-18). Tujuan penelitian kami adalah memperoleh bukti ada atau tidak adanya disfungsi ventrikel kiri pasca bedah pada penderita Tetralogi Fallot dan faktor faktor prabedah yang mempengaruhinya. Hipotesis kami ialah bahwa pada penderita Tetralogi Fallot pasca bedah mungkin terdapat disfungsi ventrikel kiri dan disfungsi tersebut akan dipengaruhi oleh beberapa faktor prabedah. Penelitian ini bersifat pengamatan sesaat ("Cross Sectional") dilakukan antara tanggal 15 Juni 1993 s/d 15 september 1993. Terdapat 35 pasien, dari jumlah ini dikeluarkan 3 orang oleh karena pacta satu pasien terdapat aritmia (2: 1 AV blok) dan 2 pasien lainnya tak kooperatif. Dari jumlah 32 orang ini diperoleh 20 laki laki (62,5 %) dan 12 perempuan(37,5%), semua FC klas I (NYHA) dengan umur tennuda saat penelitian 9 tahun dan tertua 36 tahun, (16,5 ± 5,1. tahun). Kisaran umur saat operasi antara 5 sd 30th, (13,1 ± 5,2 th). Janik waktu antara operasi sampai saat penelitian antara 6 bulan s/d 6 tahun (3,3 ± 1,8 th). Dari populasi penelitian (n = 32 orang), 23 orang (72 %) tidak terdapat disfungsi ventrikel kiri terdiri dari 15 laki- laki dan 8 perempuan dikategorikan kelompok 1, sedangkan 9 orang terdapat disfungsi ventrikel kiri (28 %) yang terdiri dari 5 laki laki dan 4 perempuan, dikategorikan sebagai kelompok 2. Kriteria disfungsi ventrikel kiri yang dipakai ialah bila pacta keadaan istirahat fraksi ejeksi ventrike1 kiri kurang dari 50 % atau pacta uji 1atih beban jantung tidak terdapat kenaikan fraksi ejeksi ventrikel kiri lebih dari 5 %( 28,29 ). Tidak terdapat perbedaan bennakna antara kelompok 1 dan 2 pacta, denyut jantung istirahat ( P = 0,593 ), denyut jantung uji latih (P = 0,322), tekanan darah istirahat maupun uji latih (PI 0,05), produk ganda, lamanya uji latih, maupun jarak antara operasi dengan saat penelitian. Hasil pemeriksan Radionuklid ventrikulografi, tidak terdapat perbedaan bermakna pacta fraksi ejeksi ventrikel kiri saat istirahat, kecepatan ejeksi sistolik istirahat, kecepatan maksimum pengisian diastolik ventrikel kiri saat istirahat dan uji latih. Terdapat perbedaan bermakna antara kelompok 1 dan 2 pacta fraksi ejeksi ventrikel kiri (P = 0,001) dan kecepatan ejeksi sistolik uji latih (P = 0,012) . Faktorfaktor pra bedah yang berpengaruh secara bermakna terhadap terjadinya disfungsi ventrikel kiri adalah saturasi 02 (P = 0,029) sedangkan faktor faktor lainnya seperti umur, kadar hemoglobin, hematokrit, lamanya klem aorta, lamanya prosedur pintas jantung paru tidak berpengaruh secara bermakna ( P > 0,05 ) pada penelitian kami. Kesimpulan penelitian kami, dari populasi penelitian n=32 terdapat 9 orang disfungsi ventrikel kiri ( 28 % )dan disfungsi ventrikel kiri tersebut dipengaruhi secara bermakna oleh kadar saturasi 0 2 prabedah. Saran kami berdasarkan hasil penelitian ini , pada Tetralogi Fallot dengan saturasi 02 yang rendah operasi lebih awal sebaiknya dipertimbangkan untuk mencegah terjadinya disfungsi ventrikel kiri. Pad a kelompok disfungsi ventrikel kiri perlu tindak lanjut untuk melihat prognosis jangka panjang."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 1993
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zainuddin
"Tujuan : Mengetahui peranan NAC sebagai proteksi terjadinya penurunan fungsi ginjal pada penderita yang menjalani operasi BP AK Latar Belakang : Gangguan ginjal akut (GgGA) merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada pasien-pasien yang menjalani operasi bedah pintas arteri koroner (BP AK). Penurunan fungsi ginjal yang terjadi paska operasi jan tung bersifat multifaktoral antara lain : instabilitas hemodinamik perioperatif, gangguan perfusi ginjal, gangguan iskemia reperfusi, dan teraktivasinya jalur inflamasi yang pada akhirnya menimbulkan nekrosis tubular akuL Intervensi fannakologis dengan pemberian N-asetilsistein (NAC) sebagai profilaksis GgGA paska operasi BP AK masih banyak diperdebatkan. Namun efikasi NAC cukup menjanjikan sebagai profilaksis GgGA paska operasi berkaitan dengan efek vasodilator dan anti oksidan yang poten. Metode : Penelitian ini merupakan percobaan klinik tersamar tunggal dengan randomisasi (Randomized clinical trial = RC1) pada penderita yang menjalani operasi BPAK di Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FKUII PJNHK. dari bulan Mei 2011 sampai dengan bulan Agustus 2011 yang mernnuhi kriteria penerimaan. Subjek penelitian dibagi menjadi dua kelompok antara kelompok perlakuan (NAC) yang mendapat NAC sebelum dan sesudah operasi BP AK dan kelompok kontrol. Dilakukan penghitungan nilai rerata dan simbang baku maupun nilai median hila sebaran data tidak normal. Pengujian kemaknaan statistik dilakukan dengan uji Student t bagi hubungan antara variabel kualitatif dan kuantitatif. Hubungan antara dua variabel kualitatif diuji dengan Chi Square test. Pengambilan kesimpulan statistik didasarkan pada batas kemaknaan sebesar < 0.05. Hasil : Dari 124 subjek yang berpartisipasi pada studi ini, angka kejadian GgGA didapatkan sebanyak 27 subjek (21.8%). NAC yang diberikan pada kelompok perlakuan temyata hanya bermanfaat secara bermakna menurunkan risiko GgGA selama 6 jam paska operasi (RIFLE- Risk) dibandingkan dengan kelompok kontrol masing-masing dengan 5 (8 .1%) vs 18 (29.0%), P= 0.003 . Selanjutnya selama pengamatan penurunan fungsi ginjal dalam 12 jam (RIFLE-Injury) sampai 48 jam (RIFLE-Failure) tidak ditemukan adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol masing-masing dengan 4 (6.5%) vs 3 (4.8%), P= 1.000 dan 4 (6.5%) vs 1 (1.6%), P= 0.365.

Aim of the study : To analyze the role ofN- Acetylcysteine (NAC) as the prophylaxis against Acute kidney injury (AKI) in patients after coronary artery bypass graft (CABG) surgery. Background : AKI is one of the most common cause of morbidity and mortality in patients who underwent CABG. AKI following CABG had multifactoral causes namely : perioperative haemodynamic instability, renal perfusion mismatch, ischemia reperfusion injury, and activation of inflammation pathway which consequently causing acute tubular necrosis. Pharmacological intervention by the administration of NAC as the prophylaxis of AKI following CABG surgery was still the matter of controversy. However, it's still promising regarding its own efficacy as vasodilator and potential anti oxidant Methode : A prospective randomized clinical trial, placebo-controlled, singl~blind study was conducted in patients who underwent CABG surgery at the Department Of Cardiology and Vascular Medicine, Faculty of Medicine, Universitas Indonesia/ National Cardiovascular Centre Harapan Kita Jakarta from May 2011 until August 2011. After being approved by the local ethic committee and written informed consents, subjects were randomly assigned to receive NAC before and after surgery or placebo. All data were analyzed with the calculation of either mean and standard deviation or median whenever abnormal variance was noted. Statistical analyze was performed with Student t test to qualitative and quantitative variables. The association of two qualitative variables was analyzed using Chi Square test. Statistical conclusion was based on the P value ofless than 0.05 Result : There were 124 subjects participating in this study. The incidence of AKI was found in 27 (21.8%) subjects. NAC only showed significantly efficacious in reducing AKI within 6 hours after CABG (RIFLE- Risk) with 5 (8.1 %) subjects with NAC vs 18 (29.0%) subjects with placebo consecutively with P value 0.003. Further observation in the presence of AKI within 12 hours (RIFLE-Injury) till24 hours post operative (RIFLE-Failure) showed no significant difference between NAC and placebo with 4 (6.5%) patients vs 3 (4.8%) patients with P= 1.000 and 4 (6.5%) patients vs 1 (1.6%) with P = 0.365 consecutively. Conclusion : The administration of NAC did not significantly prevent AKI following CABG surgery but only lowered the risk of AKI within 6 hours post operative (RIFLE-R)
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2011
T58345
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library