Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irfan Maulana Nazri
"Kondisi cuaca seringkali menjadi penyebab kerusakan permukaan jalan.
Penggunaan bahan tambah pada aspal menjadi solusi alternatif untuk menjadikan
aspal memiliki ketahanan terhadap suhu maupun air. Penelitian ini dimaksudkan
penggunaan limbah serabut kelapa pada bitumen pen 60/70 sebagai beton
campuran panas yang dimodifikasi. Pengujian karakteristik aspal meliputi:
penetrasi sebelum dan setelah kehilangan berat aspal, titik lembek, titik nyala dan
bakar, daktilitas, berat jenis, kelarutan dalam TCE. Semua pengujian telah
dilakukan dengan variasi ukuran serat 0.5cm, 0.75cm, 1cm dalam persentase serat
terhadap berat bitumen 0.5%, 0.75%, dan 1%. Penurunan terjadi pada pengujian
penetrasi sebelum kehilangan berat, daktilitas dan kelarutan dalam TCE, serta
meningkat pada pengujian penetrasi setelah kehilangan berat, titik lembek, titik
nyala dan bakar, berat jenis dan penurunan berat. Penggunaan serat sabut kelapa
sebagai bahan tambah pada aspal telah menunjukkan peningkatan ketahanan aspal
terhadap pengaruh temperatur. Kandungan 0.75% serat terhadap berat bitumen
telah menunjukkan hasil terbaik.

Weather conditions are often the cause of damage to the road surface . The use of
materials added to asphalt be an alternative solution to make asphalt have
resistance to temperature and water . This research aimed at using waste coconut
fiber pen bitumen 60/70 as modified hot mix concrete . Testing of bitumen
characteristics include : penetration before and after losing weight bitumen ,
softening point , flash point and burn , ductility , density , solubility in TCE . All
tests have been done with the variation of fiber size 0.5cm , 0.75cm , 1cm in
percentage of the weight of bituminous fiber 0.5 % , 0.75 % , and 1 % . The
decline occurred in penetration testing before losing weight , ductility and
solubility in TCE , as well as increases in penetration testing after losing weight ,
melting point , flash point and burn , density and weight . The use of coconut coir
fiber as the material added to the asphalt pavement has shown an increased
resistance to the effects of temperature . Fiber content of 0.75 % by weight of the
bitumen has shown the best results ."
2013
S53092
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roberto Colia
"Perkerasan lentur merupakan jenis perkerasan yang banyak dipakai di Indonesia. Salah satu kerusakan yang sering terjadi pada perkerasan lentur ialah kerusakan alur roda. Jenis deformasi ini berupa perubahan bentuk permukaan jalan akibat beban roda kendaraan yang melintasi permukaan perkerasan jalan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mencari alternatif campuran beton aspal yang dapat mengurangi terjadinya deformasi tersebut. Limbah sabut kelapa ditambahkan pada aspal sehingga menjadi aspal berserat. Bahan tambah ini berupa serat halus berukuran 0,5mm-1,25mm dicampur dengan Aspal pen 60/70 dengan persentase 0%; 0,75% dan 1,5% terhadap berat aspal. Aspal berserat ini kemudian dicampur dengan aggregat menjadi campuran beton aspal AC-WC kemudian dilakukan pengujian dengan Wheel Tracking Machine pada suhu 30˚C, 45˚C dan 60˚C. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa penambahan limbah sabut kelapa lebih tahan terhadap pengaruh suhu dibandingkan dengan campuran aspal beton tanpa serat. Hasil pengujian Marshall dan Wheel Tracking Machine memperlihatkan terjadinya peningkatan stabilitas dan ketahanan terhadap nilai deformasi pada persentase limbah sabut kelapa 0.75%.

Flexible pavement is a type of pavement that is widely used in Indonesia. One of damage that often occurs in flexible pavement damage is the wheel groove. Type of deformation is a change in shape of the road surface due to wheel loads of vehicles across the surface of the pavement. This study aimed to explore alternative asphalt concrete mixtures that can reduce the occurrence of such deformation. Coconut coir waste is added to the asphalt so that it becomes fibrous asphalt. The added material in the form of fine fibers measuring 0.5 mm – 1.25mm mixed with asphalt pen 60/70 with a percentage of 0 % , 0.75 % and 1.5 % of the weight of asphalt. Fibrous asphalt is then mixed with aggregate into asphalt concrete mix AC - WC then testing the Wheel Tracking Machine at a temperature of 30˚C , 45˚C and 60˚C. The results of this study concluded that the addition of coconut coir waste is more resistant to the effects of temperature compared to asphalt concrete mixtures without fiber. The results of testing the Marshall Test and Wheel Tracking Machine reflects the increasing stability and resistance to deformation values ​​on the percentage of waste coconut husks 0.75 %.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S56556
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Dini Sofyani
"Penelitian ini membahas tentang penggunaan Abu Sekam Padi (RHA) sebagai bahan subtitusi perekat semen dan penggunaan Limbah Adukan Beton (CSW) sebagai agregat halus untuk mengurangi penggunaan jumlah pasir pada beton. Penelitian dilakukan dengan membuat mortar dengan lima variasi campuran dengan jumlah CSW 30%, 40%, 50%, 60% dan 70% dengan penggunaan RHA tetap yaitu 8% dari total pemakaian semen. Sifat mekanis beton yang diuji meliputi: kuat tekan, densitas atau kerapatan, absorbsi atau penyerapan air dan uji susut. Pengujian kuat tekan dilakukan pada umur 3, 7, 14, 21, 28, 56 dan 90 hari. Untuk pengujian densitas dan absorbsi dilakukan pada umur 28 hari. Sedangkan untuk pengujian susut dilakukan pada umur 1-28 hari secara terus-menerus. Pada pengujian-pengujian yang sudah dilakukan, nilai optimum terjadi pada campuran dengan jumlah CSW 30%, karena memiliki nilai kuat tekan dan densitas paling tinggi, serta penyerapan air dan penyusutan yang paling rendah. Dari penelitian ini diharapkan mortar dengan campuran RHA dan CSW dapat diaplikasikan untuk pembuatan bahan konstruksi ramah lingkungan.

The focus of this study is observing the use of Rice Husk Ash (RHA) as a subtitute of portland cement and Concrete Sludge Waste (CSW) to reduce of sand in concrete. Five compotitions are made in this study with precentages of CSW are 30%, 40%, 50%, 60% and 70% and fixed amount 8% of RHA. The concrete were tested in compressive strength test at the age of 3, 7, 14, 21, 28, 56 and 90 days. Density test and absorption test at the age of 28 days. And Shrinkage test at the age of 1-28 days. From the result of those tests obtained an optimum number of CSW 30% because has the biggest compressive strength and density, thelowestabsorption and percentage of shrinkage. From the result has been obtained, the concrete with RHA and CSW could be applied to building material."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S57865
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wanda Asri Wahyudi
"Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi jaringan sistem distribusi eksisting pupuk urea bersubsidi PT X, khususnya antara gudang distributor dan gudang pengecer. Pada penelitian ini dilakukan optimasi jaringan eksisting dengan menggunakan beberapa skenario untuk memperkuat analisa dengan didasarkan pada model minimum cost flow, dengan tujuan untuk meminimasi biaya transportasi di dalam jaringan. Berdasarkan optimasi dengan beberapa skenario didapat efisiensi biaya distribusi sebesar 61% s/d 89% terhadap eksisting. Apabila biaya satuan transportasi prediksi bias +20% maka efisiensi biaya distribusi menjadi 70% s/d 106% terhadap biaya eksisting, sedangkan apabila biaya satuan prediksi bias -20% maka efisiensi biaya distribusi menjadi 51% s/d 71% terhadap biaya eksisting. Berdasarkan hasil optimasi ini terlihat bahwa kondisi jaringan sistem distribusi eksisting masih dapat diperbaiki dengan melakukan restrukturisasi rayonisasi gudang pengecer.

This study aims to evaluate the distribution system of existing networks of subsidized urea fertilizer in PT X particularly between distributor warehouses and kiosk ones. In this study, the optimization of existing networks is carried out by using several skenarios to strengthen the analysis and it is based on minimum cost flow model which is aimed to minimize transportation costs of the networks. The optimization finds cost efficiency about 61% up to 89% of the existing costs. When the predicted unit cost is biased +20% thus the cost efficiency be 70% up to 106% of the existing costs. On the other hand, when the predicted unit cost is biased -20% thus the cost efficiency be 51% up to 71% of the existing costs. From the optimization is shown that the current system still could be improved by restructuring the clustering system of kiosks of the existing networks.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S58618
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library