Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nelmi Silvia
Abstrak :
Latar Belakang: Pekerja kantor dengan komputer berisiko untuk mengalami nyeri leher dan bahu. Bila nyeri leher dan bahu ini tidak ditangani dengan baik akan dapat mengganggu aktivitas pekerja baik di tempat kerja maupun di luar pekerjaan. Oleh karena itu diperlukan suatu penanganan yang tepat pada kasus nyeri leher dan bahu ini. Laporan ini dibuat untuk memperoleh bukti apakah latihan leher dan bahu efektif dalam mengurangi nyeri leher dan bahu pada pekerja kantor dengan komputer. Metode: Pencarian literatur dilakukan secara online dengan menggunakan database Pubmed dan Cohrane library. Judul dan abstrak yang didapatkan kemudian ditapis berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Telaah kritis dilakukan dengan menggunakan kriteria oleh Center-for Evidence Based Medicine, University of Oxford yang mencakup validity, importance dan applicability. Hasil: Didapatkan enam artikel yang relevan. Semua studi merupakan randomized controlled trial. Secara keseluruhan semua studi cukup valid, walaupun ada studi yang memiliki angka drop-out yang tinggi. Dari enam studi, aspek importance hanya dapat dinilai pada tiga studi karena tidak diketahui berapa effect size pada tiga studi lainnya. Pada tiga studi yang dapat dinilai aspek importance, walaupun ada hasil yang menunjukkan efek perbaikan yang bermakna secara statistik, namun efeknya secara klinis hanya minimal sampai sedang. Oleh karena tingkat kepentingannya yang rendah, maka tidak dilanjutkan lagi penilaian applicability. Kesimpulan: Belum ditemukan bukti yang cukup kuat bahwa latihan leher dan bahu efektif dalam mengurangi nyeri leher dan bahu pada pekerja kantor dengan komputer. Oleh karena itu kita belum dapat menyarankan latihan leher dan bahu ini sebagai terapi untuk mengurangi nyeri leher dan bahu pada pekerja kantor dengan komputer.
Background: Computer office workers are at risk to have neck and shoulder pain. If neck and shoulder pain is not controlled properly, it can disrupt the worker?s activities both at work and outside work. Therefore proper treatment is needed for neck and shoulder pain. This report aims to obtain evidence whether neck and shoulder training is effective in reducing neck and shoulder pain among computer office workers. Method: A literature search was conducted online using database of Pubmed and Cochrane library. Titles and abstracts were obtained and then screened based on inclusion and exclusion criteria. Critical appraisal was conducted using criteria by Center-for Evidence Based Medicine, University of Oxford include validity, importance and applicability. Results: Six articles were found to be relevant. All studies are randomized controlled trials. Overall, all studies are quite valid although there are studies which have high drop-out rate. From six studies, aspect of importance only can be assessed in three studies because the effect size in three other studies was unknown. In the three studies where aspect of importance could be assessed, although there are outcomes that were statistically significant, the clinically improvement were only minimal to moderate. Because the level of importance is low, assesment of applicability was not conducted. Conclusion: No sufficient evidence was found that neck and shoulder training is effective in reducing neck and shoulder pain among computer office workers. Therefore neck and shoulder training as therapy for reducing neck and shoulder pain among computer office workers can not be recommended.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T58659
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Radite Nusasenjaya
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang : Pekerja yang obesitas banyak ditemukan di tempat kerja di salah satu perusahaan, yang berisiko terjadinya penurunan produktifitas karena sering tidak masuk kerja karena sakit, walaupun belum dapat dibuktikan efektifitasnya. Tujuan : Memperoleh bukti apakah pekerja yang obesitas lebih kurang produktif karena lebih banyak tidak masuk bekerja. Metode : Pencarian artikel dengan mempergunakan PubMed dan Google scholar serta kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan sebelumnya. Artikel yang dicatumkankan kemudian dilakukan telaah dengan mempergunakan kriteria penilaian validitas, besarnya manfaat dan kemampu-terapan. Hasil : Hasil pencarian didapatkan sebanyak 99 artikel dari PubMed dan 319 dari Google scholar. Hanya 2 artikel?systematic review? dan 2 artikel?cohort? yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Artikel ini selanjutnya dilakukan telaah artikel berdasarkan tinjauan sistematis dengan hasil baik dan dapat dipercaya. Kesimpulan : Sudah ditemukannya bukti yang cukup tentang pekerja yang obesitas lebih kurang produktif dikarenakan sering tidak masuk bekerja. ABSTRACT Background : Obese workers are found at work in one of the companies, the risk of a decline in productivity because it often does not work due to illness, although its effectiveness has not been proven. Objective : To get evidence on obese workers are more or less productive because more absent from work. Methods : Searching articles using PubMed and Google scholar using predetermined inclusion and exclusion criteria. Articles were then systematically reviewed using assessment criteria of validity, for positive result. Results : 99 articles from PubMed and 319 articles from Google scholar were found. Only 2 articles ?systematic review? and 2 articles ?cohort? was in accordance with the inclusion and exclusion criteria. The article was then systematically reviewed and the result was valid. Conclusion : Already finding sufficient evidence of the obesity workers are less productive because more frequently absent from work. ;Background : Obese workers are found at work in one of the companies, the risk of a decline in productivity because it often does not work due to illness, although its effectiveness has not been proven. Objective : To get evidence on obese workers are more or less productive because more absent from work. Methods : Searching articles using PubMed and Google scholar using predetermined inclusion and exclusion criteria. Articles were then systematically reviewed using assessment criteria of validity, for positive result. Results : 99 articles from PubMed and 319 articles from Google scholar were found. Only 2 articles ?systematic review? and 2 articles ?cohort? was in accordance with the inclusion and exclusion criteria. The article was then systematically reviewed and the result was valid. Conclusion : Already finding sufficient evidence of the obesity workers are less productive because more frequently absent from work.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Enadang Tinambunan
Abstrak :
ABSTRAK
Pajanan debu terus menerus dapat menyebabkan masalah kesehatan pada paru, dan perlu dideteksi segera. Kapasitas paru dapat diukur dengan menggunakan spirometer, sebagai standar emas penilaian fungsi paru. Sedangkan peak flow meter, dapat pula digunakan untuk mendeteksi obstruksi paru. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kesesuaian deteksi obstruksi paru antara spirometer dan peak flow meter. Selain itu ingin diketahui persepsi pemilik usaha terhadap pentingnya pemantauan kesehatan paru pekerja dengan menggunakan spirometer dan atau peak flow meter. Dilakukan penelitian mix method, dengan menggunakan desain cross sectional untuk mendeteksi perbedaan proporsi obstruksi paru menggunakan 2 alat pemeriksaan pada pekerja mebel, serta penelitian kualitatif untuk mengetahui persepsi pemilik usaha dengan metode kelompok diskusi terarah. Uji Mc. Nemar dan Kappa dipakai untuk menilai perbedaan proporsi dan kesesuaian menggunakan SPSS versi-16. Hasil survey terhadap 80 pekerja industri mebel, dengan usia antara 20- 68 tahun menunjukkan perbedaan bermakna persentase obstruksi paru hasil spirometer dengan peak flow meter. Didapatkan 10% (8 pekerja) mengalami gangguan obstruksi berdasarkan spirometer, sementara dari pemeriksaan peak flow meter 25 % ( 20 pekerja) mengalami gangguan obstruksi, dan tingkat kesesuaian yang rendah dengan Kappa bernilai 0,25 (p <0,05). Hasil penelitian kualitatif menunjukkan bahwa para pemilik industri mebel lebih cenderung menggunakan alat peak flow meter karena lebih praktis, user friendly, sederhana dan murah. Sebagai kesimpulan penelitian ini, walaupun tingkat kesesuaian antara spirometer dengan peak flow meter tergolong fair (rendah), namun peak flow meter dapat digunakan sebagai alternatif skrining deteksi obstruksi saluran napas. Spirometer tetap merupakan alat standar untuk mendiagnosis obstruksi saluran napas. ABSTRACT
Occupational lung disease remain one of the most common workplace health challenges since the industrial revolution. The continuously dust exposure can cause health problems in the lungs, and need to be detected immediately. The measurement of lung capacity can be obtained using spirometer, a gold standards tools to established obstructive lung disease. On the oher hand there is another tools, peak flow meter, a simple, affordable and friendly users tool to detect lung obstruction. A mix method research, cross sectional and focused grop discussion was conducted to the determine the level of suitability between spirometer and peak flow meter, based on differences in the proportion of lung obstruction in workers . Test results spirometer and peak flow meter is determined by two experts of the 80 workers in the furniture industry, aged 20 to 68 years. Mc Nemar test and Kappa used to assess the suitability of the spirometer and peak flow meter using SPSS version 16 . There is a different percentage between the results of pulmonary obstruction by using spirometer and peak flow meter ( 25 % vs 10 % ) . Both tools showed the mismatch according to McNemar test ( p<0.05) and had a low level of suitability from the Kappa test based on the value of 0.25 (p<0.05). This shows that there is a low suitability between the spirometer and peak flow meter . Although peak flow meters provide lower yields , because its use is more practical , simple and cheap , the owner of the furniture industry is more likely to use this tool . It is suggested to conduct similar studies with larger samples to assess the sensitivity and specificity.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T5519
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yupi Gunawan
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: Gangguan kesehatan yang sering terjadi di industri adalah gangguan muskuloskeletal. Gangguan kesehatan ini seringkali berhubungan dengan penurunan produktivitas dan angka absensi yang tinggi. Penyebab gangguan muskuloskeletal diantaranya adalah desain peralatan kerja yang tidak sesuai dengan antropometri pekerja. Penelitian ini bertujuan mengetahui ukuran tinggi meja kerja posisi berdiri ergonomis pada tenaga kerja Indonesia.Metode: Penelitian ini menganalisis data antropometri tenaga kerja Indonesia tahun 2007-2008 dari sepuluh wilayah yang setelah dilakukan verifikasi terdapat 7.823 sampel. Parameter antropometri yang digunakan: tinggi bahu dan tinggi siku untuk tinggi meja kerja presisi, kerja ringan dan kerja dengan beban.Hasil: Rekomendasi ukuran tinggi meja kerja posisi berdiri ergonomis statis dan adjustable. Rekomendasi tinggi meja kerja statis untuk tenaga kerja umum: kerja presisi 128 cm, kerja ringan 109 cm, kerja dengan beban 96,30 cm. Tenaga kerja laki-laki: kerja presisi 129 cm, kerja ringan 110 cm, kerja dengan beban 97,30 cm. Tenaga kerja perempuan: kerja presisi 123 cm, kerja ringan 106 cm, kerja dengan beban 93,30 cm. Rekomendasi tinggi meja kerja adjustable untuk tenaga kerja umum: kerja presisi 104,50-128 cm, kerja ringan 88-109 cm, kerja dengan beban 75,30-96,30 cm. Tenaga kerja laki-laki: kerja presisi 107,99-129 cm, kerja ringan 90-110 cm, kerja dengan beban 77,30-97,30 cm. Tenaga kerja perempuan: kerja presisi 103-123 cm, kerja ringan 86-106 cm, kerja dengan beban 73,30-93,30 cm.Kesimpulan: Telah didapatkan ukuran tinggi meja kerja posisi berdiri ergonomis statis dan adjustable yang dapat direkomendasikan untuk seluruh tenaga kerja Indonesia
ABSTRACT<>br> Background The most common health disorder in the industry is musculoskeletal disorders. This health disorder is often associated with a decrease in productivity and high absenteeism. The causes of musculoskeletal disorders include the design of work equipment that is inconsistent with the anthropometry of the worker. The purpose of this research is to know the height of ergonomic standing desk working table in Indonesian workforce.Methods This study analyzed anthropometric data of Indonesian labor force in 2007 2008 from ten areas after verification there were 7,823 samples. Anthropometric parameters used shoulder height and elbow height for high precision desk, light work and load work.Results Recommendation of height height of work desk stands ergonomic static and adjustable. High recommendation of static desk for general labor precision work 128 cm, light work 109 cm, work with load 96,30 cm. Male labor precision work 129 cm, light work 110 cm, work with load 97,30 cm. Female labor precision work 123 cm, light work 106 cm, work with load 93,30 cm. Recommended height adjustable work table for general workforce precision work 104.50 128 cm, light work 88 109 cm, work load 75.30 96,30 cm. Male labor precision work 107.99 129 cm, light work 90 110 cm, work load 77.30 97,30 cm. Female labor precision work 103 123 cm, light work 86 106 cm, work with loads 73.30 93,30 cm.Conclusion High static and adjustable ergonomic stand adjustable desk stands can be recommended for all Indonesian workers.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library