Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dian Pitawati
"Latar Belakang: Yayasan Galuh merupakan sebuah panti rehabilitasi mental di Bekasi yang menangani orang dengan gangguan jiwa menggunakan metode pengobatan tradisional. Latar belakang petugasnya berasal dari non medis. Mereka mengenali gejala gangguan jiwa berdasarkan perilaku abnormal dan kekerasan. Orang-orang dengan gangguan jiwa sering disertai dengan gangguan dalam perawatan diri dan aktivitas sehari-hari. Belum ada penelitian tentang profil gangguan jiwa dan tingkat kemandirian penghuni Yayasan Galuh.
Tujuan: Untuk mendapatkan profil gangguan jiwa serta tingkat kemandirian penghuni Yayasan Galuh selama periode Desember 2012 sampai Januari 2014.
Metode: Dengan metode wawancara klinis berdasarkan PPDGJ III untuk mendapatkan diagnosis gangguan jiwa serta instrumen indeks Barthel untuk mendapatkan tingkat kemandirian dalam perawatan diri dan aktivitas sehari-hari-hari. Penelitian dilakukan selama periode waktu bulan Desember 2012 sampai Januari 2013.
Hasil: Dari 210 responden didapatkan gangguan psikotik atau skizofrenia (F2) sebanyak 82,8%, gangguan afektif (F3) sebanyak 6,2%, retardasi mental (F7) sebanyak 1,4% dan ganggguan mental organik (F0) sebanyak 1%, sementara yang tidak ada psikopatologi sebanyak 8,6%. Untuk tingkat kemandirian sebagian besar penghuni termasuk mandiri yaitu sebanyak 157 orang (74,8%), 51 penghuni (24,3%) mempunyai ketergantungan ringan dan hanya 1 penghuni (0,5%) yang masing-masing memiliki ketergantungan sedang dan berat.
Simpulan: Dengan diketahuinya profil gangguan jiwa dan tingkat kemandirian penghuni Yayasan Galuh ini diperlukan perbaikan mutu layanan baik untuk kesehatan umum maupun kesehatan jiwa penghuni Yayasan Galuh dengan melakukan kerjasama dengan pihak pemerintah untuk kebijakannya dan pendidikan untuk memberikan pelatihan kepada petugas-petugasnya dan bidang ilmiah untuk penelitian lebih lanjut.

Background: Galuh Foundation is a traditional mental rehabilitation shelter in Bekasi. The workers were not having medical background. They diagnosed the residents as having mental disorder from abnormal behaviour and hostility. People with mental disorder is usually having impairment in self care and daily activities. There haven‟t been any study about mental disorder profiles and independency level of residents in Galuh Foundation.
Objective: The purpose of this study was to describe the profiles of mental disorder and independence level of residents in Galuh Foundation Bekasi from December 2012 until January 2013.
Methods: Clinical interview according to PPDGJ III (based on ICD 10) to get the profiles of mental disorder and by using the Barthel index to get the independency level of self care and daily activities of residents in Galuh Foundation, from December 2012 until January 2013.
Results: Of 210 residents who had psychotic disorder (F2) were 82.8%, affective disorder (F3) were 6.2%, mental retardation (F7) were 1.4%, organic mental disorder (F0) were 1%, and no psychopatology were 8.6%. From the 210 residents who were independence were 74.8%, mild dependence were 24.3%, and only 0,5% each for mediate and totally dependence.
Conclusion: There will be need improvement for mental health of residents in Galuh Foundation and their utilities by engaging with the government and with the institution to do more studies for better improvement.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ridwan El Muhaimin
"Latar Belakang : Gangguan Pemusatan Perhatian/ Hiperaktivitas (GPPH) merupakan gangguan psikiatrik yang sering dijumpai dan diduga terkait dengan gangguan fungsi eksekutif serta defisiensi mikronutrien salah satunya zat besi (feritin). Feritin diperkirakan terkait dengan fungsi eksekutif pada GPPH dalam aktivitasnya pada sistem dopaminergik.
Tujuan : Mengetahui hubungan antara kadar feritin dalam serum dan fungsi eksekutif pada anak dengan GPPH.
Metode : Desain penelitian ini adalah potong lintang memakai data sekunder, membandingkan rerata kadar feritin dalam serum 22 anak GPPH dengan gangguan fungsi eksekutif , 22 anak GPPH tanpa fungsi eksekutif, dan 22 anak Sehat yang berusia 6-12 tahun. Uji Kruskal Wallis digunakan untuk mengetahui perbedaan yang bermakna diantara ketiga kelompok tersebut dan uji analisis Mann-Whitney digunakan untuk mengetahui perbedaan bermakna pada kelompok anak GPPH. Penegakkan diagnosis GPPH memakai Mini-International Neuropsychiatric Interview-kid (MINI KID), Gangguan Fungsi Eksekutif ditentukan dengan Behavior Rating Inventory of Executive Function versi Bahasa Indonesia (BRIEF-BI).
Hasil : Nilai rerata feritin dalam serum sebesar 48,4 ng/mL pada kelompok anak GPPH tanpa gangguan fungsi eksekutif, sebesar 43,5 ng/mL pada kelompok anak GPPH dengan gangguan fungsi eksekutif, serta sebesar 44,0 ng/mL pada kelompok anak sehat. Dari uji Kruskal Wallis Tidak didapatkan perbedaan bermakna antara rerata kadar feritin pada kelompok anak GPPH tanpa gangguan fungsi eksekutif, kelompok anak GPPH dengan gangguan fungsi eksekutif, dan kelompok anak sehat (p > 0,05). Tidak didapatkan perbedaan yang signifikan juga antar kelompok GPPH dengan uji Mann-Whitney (p >0,05).
Kesimpulan : Pada penelitian ini tidak didapatkan adanya perbedaan rerata kadar feritin dalam serum antara GPPH dengan gangguan fungsi eksekutif, GPPH tanpa gangguan fungsi eksekutif, dan anak Sehat yang secara statistik signifikan. Diperlukan studi lebih lanjut untuk melihat peran feritin pada aktivitas dopaminergik otak pada anak GPPH.

Background : Attention Deficit/ Hiperactivity Disorders (ADHD) is a common psychiatric disorder and associated with impaired executive function as well as one of micronutrient deficiencies such iron (ferritin). It has been suggested that ferritin was associated with executive function in ADHD trough activity on the dopaminergic system.
Objectives : To find the relationship between ferritin serum levels and executive function in children with ADHD.
Methods : This study is cross-sectional using secondary data, comparing the mean levels of ferritin serum in 22 ADHD children with impaired executive function, 22 ADHD children with normal executive functions, and 22 healthy children aged 6-12 years. Kruskal Wallis test was performed to determine significant differences among the three groups and Mann-Whitney test analysis test was performed to determine significant differences between ADHD group. The diagnosis of ADHD was diagnosed by MINI KID, while executive function were assessed with BRIEF-Indonesian version.
Results : Mean values obtained in ferritin serum was 48.4 ng / mL in ADHD children with normal executive function, 43.5 ng / mL in ADHD children with impaired executive function, and 44.0 ng / mL in healthy children . With Kruskal Wallis test analysis, there were no significant differences between ferritin serum levels in the group of ADHD children with normal executive function, ADHD children with impaired executive function, and a group of healthy children (p > 0.05). There were also no significant differences between ADHD group with mann-Whitney test analysis (p >0.05).
Conclusions : In this study, there has been found no statistical significant differences in ferritin serum levels between ADHD with impaired executive function, ADHD with normal executive function, and healthy children. Further study is needed to look at the role of ferritin in dopaminergic activity within the brain of ADHD children.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library