Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eko Setiawan
Abstrak :
Sampai saat ini, etiologi simple bone cyst(SBC) masih belum jelas; terdapat sejumlah teori mengenai terbentuknya SBC. Salah satu teori yang paling populer adalah obstruksi vena yang berakibat pada akumulasi cairan. Cairan-cairan ini diketahui mengandung faktor resorptif tulang, diantaranya adalah interleukin-1b(IL-1b) dan prostaglandin E2 (PGE2). Selain itu, parameter rasio limfosit monosit (LMR) saat ini sering dipakai memprediksi prognosis suatu keganasan, namun belum ada data yang berhubungan dengan tumor jinak. Kortikosteroid diketahui memiliki efek inhibitorik pada resorpsi tulang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kadar IL-1bdan PGE2 pada pasien SBC yang dilakukan injeksi steroid serial. Desain studi kohort prospektif dilakukan dengan menganalisis cairan kista pasien SBC yang datang ke RSCM pada bulan Januari 2018 sampai Juli 2019. Dilakukan dekompresi dan injeksi metilprednisolon asetat dosis 80-120mg tergantung dari usia dan berat badan subyek. Interval antar injeksi adalah satu bulan. Cairan dianalisis untuk mengukur kadar IL-1bdan PGE2 dengan menggunakan Quantikine ELISA(R&D System, Minnesota, Amerika Serikat), serta dinilai LMR nya. Kriteria penyembuhan tulang dinilai menggunakan kriteria radiologis Chang. Terdapat 4 subjek dalam penelitian kami, dengan median usia 12 (8-18) tahun. Seluruh subjek berjenis kelamin laki-laki. Dua subjek mengalami SBC pada humerus proksimal, dan dua subjek lainnya mengalami SBC pada femur proksimal. Seluruh kista bersifat aktif. Dua subjek sembuh, satu subjek sembuh dengan defek, dan satu subjek mengalami kista persisten. Didapatkan kadar IL-1bpada 3 subjek berada dibawah 3,9 pg/mlpada serial injeksi dan 1 subjek memiliki kadar 6,7, 13,31, dan 5,42 pg/ml.Sedangkan kadarbaselinePGE2 pada4 subjekadalah411, 122,5, 437,99dan 261,49pg/ml.Nilai LMR pada 4 subjek 6,2, 6,54, 5,4 dan 8,13.Terdapat perubahan kadar PGE2 dalam cairan SBC yang dilakukan pada injeksi steroid serial dengan kecenderungan meningkat paska injeksi yang pertama, lalu menurun paska serial injeksi berikutnya.Kadar interleukin IL-1βberada dibawah 3,9pg/mldalam cairan SBC yang dilakukan injeksi steroid serial.Tidak terdapat hubungan LMR dengan proses penyembuhan dan progresivitas lesi SBC ......To date, the aetiology of simple bone cyst (SBC) remains controversial. Several theories regarding its pathogenesis exist, and one of the most popular ones is venous obstruction which leads to fluid accumulation. This fluid contains bone resorptive factor, such asinterleukin-1b(IL-1b) and prostaglandin E2 (PGE2). Corticosteroid is known to possess an inhibitory effect on bone resorption. The objective of this study is to analyze IL-1bdan PGE2 in patients with SBC who treated with serial steroid injection. This prospective study was conducted by analyzing cyst fluid of patients diagnosed with SBC who went to Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta, Indonesia during the period between January 2018 and July 2019. The subjects underwent decompression, and subsequently they were injected with methylprednisolone acetate. The dose of the steroid varied from 80 to 160 mg according to the subject's age and weight. The interval of each injection was one month. The fluid was analyzed for its IL-1band PGE2 levels by means of Quantikine ELISA (R&D System, Minnesota, United States). Bone healing was evaluated using Chang criteria. A total of 4 subjects (median age: 12 [8-18] years of age) were included in our study. All subjects were male. Two subjects had SBC on the proximal humerus, and the other two had SBC on the proximal femur. All cysts were active. Two subjects healed, one healed with defect, and one had persistent cyst. We found that the IL-1bof3 subjects were below3.9 pg/mlin serial injection, and one subject had IL-1blevels of6.7, 13.31, and5,42 pg/ml.Whereas, the baseline PGE2 levels in four subjects were 411, 122.5, 437.99and261,49pg/ml.TheLMRin four subjects werepada 4 subjek 6.2, 6.54, 5.4 dan 8.13.We found change in PGE2 levels in SBC fluid that was treated with serial steroid injection. We found an increasing trend after the first injection, which was followed by a decreasing trend in the subsequent injection. The IL-1β levels in all timepoint were below3.9pg/ml.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Praja Wira Yudha Luthfi
Abstrak :
ABSTRAK
Pendahuluan: Defek tulang rawan memiliki kemampuan penyembuhan yang terbatas. Beberapa studi dengan hasil jangka panjang dalam upaya tatalaksana lesi ini terbukti belum memuaskan. Sel punca mesenkimal (SPM) banyak mendapatkan perhatian kemampuan dalam proses regenerasi sel. Namun, dibutuhkan investasi yang besar, sulitnya penanganan dan manufaktur sel, dan tindakan invasif untuk mendapatkannya. Sekretom yang diperoleh dari SPM dapat menjadi alternatif yang baik, karena sekretom memiliki komplikasi lebih sedikit, penanganan, manufaktur, dan transportasi sel yang lebih mudah. Saat ini, tidak ada penelitian terpublikasi mengenai penggunaan sekretom SPM asal jaringan tali pusat pada model domba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek sekretom yang didapatkan dari SPM jaringan tali pusat pada model domba dengan defek tulang rawan.

Metode: Defek tulang rawan dilakukan dengan tindakan operatif dengan membuat defek sebesar 5x5mm2 pada lutut kanan. Domba-domba (n=15) dibagi menjadi tiga kelompok; setiap kelompok terdiri dari lima domba. Kelompok pertama mendapatkan tindakan injeksi sekretom SPM tali pusat, dan kelompok ketiga mendapatkan tindakan kombinasi antara mikrofraktur dan injeksi sekretom SPM tali pusat. Enam bulan setelah tindakan, seluruh domba dikorbankan. Lutut dari ketiga kelompok dibandingkan secara makroskopik dengan sistem skor Goebel dan mikroskopik menggunakan sistem skor Pineda.

Hasil: Pada hasil makroskopis, kelompok yang mendapatkan terapi kombinasi antara mikrofraktur dan injeksi sekretom SPM tali pusat lebih rendah secara signifikan bila dibandingkan dengan kelompok yang mendapatkan tindakan mikrofraktur saja (p=0,006). Tidak ada perbaikan bermakna pada kelompok yang mendapatkan sekretom saja terhadap kedua kelompok lainnya. Dan pada hasil mikroskopis, tidak ada perbaikan bermakna pada ketiga kelompok perlakuan. Kesimpulan: Penggunaan terapi kombinasi antara mikrofraktur dan injeksi intraartikular sekretom SPM tali pusat memberikan potensi yang dapat menjadi alternatif terapi pada defek tulang rawan sendi lutut. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk membandingkan sel punca mesenkimal dengan sekretom, dengan mengikutsertakan penilaian fungsional.
ABSTRACT
Introduction: Cartilages with defect have limited healing capacity. Previous long-term studies to evaluate the treatment for cartilage defects have not yielded satisfactory results. Mesenchymal stem cells (MSC) have attracted attention regarding its capacity to regenerate cells. However, massive investment, difficulties in cell manufacturing and handling, and invasiveness of the procedure often gets in the way. The secretome attained from MSC may serve as an alternative as it is correlated with lower complications; handling, manufacturing, and transport are also considered easier. Until now, there are no published article regarding the use of umbilical cord derived MSC secretome in sheep model. This study is conducted to investigate the effect of secretome derived from umbilical cord MSC in sheep models with cartilage defects.

Methods: Cartilage defect is made using operative procedures. 5x5mm2 defects are created on the right knee. 15 sheeps are divided into three groups: each group contains five sheeps. The first group was administered with umbilical cord MSC secretome, and the third group with microfacturing and umbilical cord MSC injection. Six months after the procedure, all sheeps were sacrified. Knees from the three groups are compared macroscopically using the Goebel score and microscopically using the Pineda score.

Results: Macroscopically, the group treated with combination therapy achieved lower compared to the group treated with microfacturing only (p=0,006). There was no significant difference in groups treated with secretome only and the other two groups. Microscopically, there was no significant difference between all groups.

Conclusions: The administration of combination therapy of microfacturing and intraarticular injection of umbilical cord MSC secretome gives potential results and may act as an alternative therapy in knee cartilage defect. However, further study is required to compare MSC and secretome, while also incorporating the functional measures.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ziad Alaztha
Abstrak :
Pendahuluan: Infeksi luka operasi superfisial merupakan komplikasi yang sering muncul pada tatalaksana operatif fraktur tulang panjang. Untuk mencegah terjadinya infeksi tersebut, diberikan antibiotik profilaksis sebelum operasi, yang kemudian dilanjutkan dengan antibiotik terapeutik. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan angka kejadian infeksi luka operasi superfisial antara pemberian antibiotik profilaksis intravena saja dan yang diteruskan dengan pemberian antibiotik oral selama 7 hari pasca operasi. Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi klinis non-inferioritas terkontrol tersamar ganda. Sampel penelitian adalah pasien dewasa yang menjalani operasi elektif reposisi terbuka fiksasi interna untuk kasus fraktur tertutup tulang panjang di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta dan RSU Siaga Medika Banyumas pada bulan Juli 2022 hingga Maret 2023. Subjek penelitian dibagi secara acak menjadi dua kelompok, yakni kelompok tanpa pemberian antibiotik oral selama 7 hari pasca operasi (perlakuan) dan kelompok dengan pemberian antibiotik oral selama 7 hari pasca operasi (kontrol). Hasil: Penelitian ini melibatkan 80 subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, yang terdiri dari 47 (58,75%) subjek laki-laki dan 33 (41,25%) subjek perempuan. Angka kejadian infeksi luka operasi superfisial baik pada kelompok perlakuan dan kontrol adalah 2,5%. Pada hari ke-30 pasca operasi, terdapat 1 (2,5%) kejadian infeksi baik di kelompok perlakuan maupun kontrol. Hasil tersebut secara statistik tidak berbeda bermakna (p = 1.000). Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan yang bermakna dalam kejadian infeksi luka operasi superfisial antara kelompok dengan maupun tanpa pemberian antibiotik oral selama 7 hari pasca operasi. ......Introduction: Superficial surgical site infection is a common complication in the operative management of long bone fractures. To prevent the infection, prophylactic antibiotics are given prior to surgery, followed by therapeutic antibiotics. This study aimed to compare the superficial surgical site infection rate between subjects who was given intravenous prophylactic antibiotic only and those with continued oral antibiotic for 7 days postoperatively. Method: This study was a double-blind, controlled, non-inferiority clinical study. The sample was adult patients who underwent open reduction internal fixation surgery for closed long bone fractures at Dr Cipto Mangunkusumo Central Hospital Jakarta and Siaga Medika Hospital Banyumas from July 2022 to March 2023. The subjects of the study were randomized into two groups, namely the group without oral antibiotics for 7 days postoperatively (treatment) and the group with oral antibiotics for 7 days postoperatively (control). Result: This study involved 80 subjects who met the inclusion and exclusion criteria, consisting of 47 (58.75%) male and 33 (41.25%) female subjects. The superficial surgical site infection rate in both treatment and control groups were 2,5%. At day 30 post- operation, there was one case of infection both on the treatment and control groups. The results showed no statistically significant difference (p = 1.000). Conclusion: There was no significant difference in the superficial surgical site infection rate between the groups with and without oral antibiotics for 7 days postoperatively.
2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aryo Winartomo
Abstrak :
Latar Belakang: Osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai dengan kepadatan tulang yang rendah dan kerusakan mikroarsitektur jaringan tulang dengan konsekuensi peningkatan kerapuhan tulang. Kondisi tersebut menyebabkan penderita rentan untuk mengalami fraktur khususnya fraktur kompresi. Salah satu penelitian yang sudah dilakukan berupa penggunakan sel Sekretom sebagai penghambat perburukan osteoporosis, sekretome adalah sekresi non-sel yang diproduksi oleh sel punca mesnkimal. Metode: Penelitian ini merupakan kohort retrospektif dengan data sekunder diambil dari rekam medic,sampel diambil secara Total sampling yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi osteoporosis vertebra. Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2022 sampai dengan Desember 2023, dengan data sekunder yang diambil dari periode Januari 2017— Desember 2022. Hasil: Penelitian ini melibatkan 11 subjek penelitian yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi terdiri dari 4 (36,4%) laki-laki dan 7 (63,6%) perempuan. Golongan usia yang paling banyak adalah 60-74 tahun (54,5%). terdapat perbedaan efektiftas yang bermakna pada sebelum dan sesudah pemberian secretome pada paseien osteoporosis berdasarkan parameter laboratorium osteocalcin, CTX, Trombosit, dan LED terdapat perbedaan efektiftas yang bermakna bermakna berdasarkan parameter Radiologi diantaranya T-Score Lumbal 1, lumbal 2, lumbal 3, lumbal 4 dan lumbal 1-4 sebelum dan sesudah pemberian sekretom pada pasien osteoporosis vertebra. Kesimpulan: Sekretom dapat memperbaiki perburukan osteoporosis vertebra berdasarkan penurunan biomarker laboratorium dan kenaikan biomarker radiologi BMD. ......Introduction: Osteoporosis is a systemic bone disease characterized by low bone density and microarchitectural deterioration of bone tissue with consequent increased bone fragility. This condition causes the patient to be susceptible to fractures, especially compression fractures. One of the studies that have been carried out is the use of secretome cells as an inhibitor of the worsening of osteoporosis, secretomes are non-cell secretions produced by meschymal stem cells. Method: This study is a retrospective cohort with secondary data taken from medical records, the sample was taken by total sampling in accordance with the inclusion and exclusion criteria for vertebral osteoporosis. The study was conducted from July 2022 to December 2023, with secondary data taken from the period January 2017—December 2022. Result: This study involved 11 research subjects who had met the inclusion and exclusion criteria consisting of 4 (36.4%) men and 7 (63.6%) women. The most common age group is 60-74 years (54.5%). there was a significant difference in effectiveness before and after administration of secretome in osteoporosis patients based on laboratory parameters osteocalcin, CTX, Platelets, and ESR. lumbar 1-4 before and after administration of secretome in patients with vertebral osteoporosis. Conclusion: Secretome can ameliorate the worsening of vertebral osteoporosis based on a decrease in laboratory biomarkers and an increase in the radiological biomarker BMD.
Jakarta: 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Abidin
Abstrak :
Dari hasil pemeriksaan histology, radiolagy, biomekanik dan biokimia pada penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa proses penyembuhan patah tulang pada tibia kanan adalah lebih cepat di banding tibia kiri atau proses penyembuhan patah tulang dengan pencucian larutan NaCl lebih cepat dari pada pencucian dengan larutan povidone iodine encer. Ini menunjukkan kemungkinan adanya pengaruh larutan povidone iodine pada proses penyembuhan patah tulang
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library