Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arinda Putri Pitarini
"Latar belakang: Rinitis alergi (RA) merupakan suatu kelainan hidung yang sering memengaruhi kualitas hidup penderitanya. Perubahan kualitas hidup pasien RA secara subjektif dapat diukur dengan kuesioner mini RQLQ dan secara objektif dengan hitung jumlah eosinofil pada mukosa hidung dan kadar IL 5 serum. Tujuan: Mengetahui karakteristik subjek RA dan mengetahui perubahan kualitas hidup, jumlah eosinofil mukosa hidung dan kadar interleukin 5 pada pasien rinitis alergi persisten sedang berat sebelum dan setelah terapi medikamentosa. Metode: Pre eksperimental yang bersifat analitik sebelum dan setelah terapi dengan jumlah subjek RA persisten sedang berat sebanyak 33 orang. Subjek diminta untuk mengisi kuesioner Mini RQLQ, dilakukan kerokan mukosa hidung dan pengambilan darah sebelum dan 2 minggu setelah terapi. Hasil: Didapatkan 14 subjek berjenis kelamin laki-laki dan 19 subjek perempuan dari 33 subjek penelitian dengan rerata usia 32,55 ± 11,67. Sebanyak 31 dari 33 subjek mengalami perubahan bermakna dari kualitas hidup, seluruh subjek mengalami perubahan jumlah eosinofil yang bermakna dan 30 dari 33 subjek mengalami perubahan kadar IL 5 yang responsif setelah terapi selama 2 minggu. Kesimpulan: Kualitas hidup pasien RA persisten sedang berat dapat diukur dengan menggunakan kuesioner mini RQLQ dan jumlah eosinofil mukosa hidung dan kadar IL 5 dapat digunakan untuk evaluasi terapi RA namun tidak untuk pemeriksaan penunjang rutin.

Background: Allergic rhinitis (AR) is a nasal disorders that frequently affects the quality of life. Changes in quality of life AR patient can be measured subjectively using mini RQLQ and objectively by eosinophil count of nasal mucosa and IL 5 level. Objectives: To find the subject characteristic of AR and quality of life, eosinophil count of nasal mucosa and IL 5 level changes of moderate-severe AR patient before and after medicamentosa therapy. Methods: Pre experimental analytic study before and after therapy with 33 subjects of moderate-severe AR. All subjects were asked to fill out Mini RQLQ, collect nasal scrapping and blood specimens before and 2 weeks after therapy. Result: Fourteen subjects were male and 19 were women out of 33 subjects, with mean age 32,55 ± 11,67 years. Thirty one out of 33 subjects had significant quality of life changes, all subjects had significant changes of eosinophil nasal scrapping and 30 out of 33 subjects had significant changes of IL 5 level after 2 weeks of medicamentosa therapy. Conclusion: Allergic rhintis patient quality of life can be measured by mini RQLQ and eosinophil nasal scrapping and IL 5 level can be used for therapy evaluation but not for routine examination."
2014
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Nurdiana
"Latar belakang: Trakeostomi merupakan pembuatan lubang pada anterior trakea untuk memintas jalan napas. Pada prosedur trakeostomi dapat timbul komplikasi selama operasi dan pascaoperatif.
Tujuan: Mengetahui proporsi komplikasi trakeostomi, sebaran jenis komplikasi yang terjadi dan hubungan karakteristik subjek dengan komplikasi trakeostomi.
Metode: Disain penelitian ini adalah studi potong lintang pada 125 subjek yang menggunakan data sekunder berupa rekam medis.
Hasil: Indikasi sumbatan jalan napas atas merupakan indikasi trakeostomi terbanyak (45,6%). Penyakit primer terbanyak adalah tumor kepala leher (74,4%). Tindakan trakeostomi lebih banyak dilakukan di IGD (63,2%) dan lebih banyak dilakukan dalam keadaan tidak terintubasi (74,4%). Proporsi komplikasi trakeostomi sebesar 44,8%. Komplikasi terbanyak adalah komplikasi dini pascaoperatif (60,7%) berupa emfisema subkutis (82,4%). Dari hasil analisis bivariat, pasien usia dewasa tua bermakna meningkatkan terjadinya komplikasi trakeostomi (p=0,035). Indikasi sumbatan jalan napas juga bermakna meningkatkan terjadinya komplikasi (p=0,048) dan merupakan faktor yang paling kuat meningkatkan terjadinya komplikasi trakeostomi (p=0,025) setelah dilakukan analisis multivariat.
Kesimpulan: Proporsi komplikasi trakeostomi sebesar 44,8% dengan komplikasi terbanyak adalah emfisema subkutis. Indikasi sumbatan jalan napas atas adalah faktor yang paling kuat meningkatkan terjadinya komplikasi trakeostomi sehingga pada kasus tersebut harus dikerjakan secara hati-hati.

Background: Tracheostomy is making holes in the anterior trachea to bypass the airway. In the tracheostomy procedure can arise complications during and postoperative.
Objective: To determine the proportion of complications, the distribution of types of complications, the characteristics of the subject and its relationship with the complications.
Methods: The study design was cross-sectional study on 125 subjects using secondary data from medical records.
Results: The most tracheostomy's indication are upper airway obstruction (45,6%) and the most primary disease is head and neck tumors (74,4%). Tracheostomy performed most often in emergency room (63,2%) and more likely in unintubated patients (74,4%). The proportion of tracheostomy's complications is 44,8%. Most complication was subcutaneous emphysema (82,4%) from early postoperative complications (60,7%). From the results of bivariate analysis, old adults patient giving the incidence of tracheostomy's complications increasing significantly (p=0,035). Upper airway obstruction's indications is the most powerful factor increased the occurrence of tracheostomy's complications (p=0,025) with multivariate analysis.
Conclusions: The proportion of tracheostomy's complications is 44,8%. Most complication was subcutaneous emphysema from early postoperative complications. Upper airway obstruction is the most dominant factor in increasing the tracheostomy's complications, therefore in these cases the procedure should be done carefully.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library