Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5667 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Samosir, Panrido
"ABSTRAK
Penggunaan beton bertulang pada berbagai jenis konstruksi merupakan hal yang umum dewasa ini. Namun pada kenyataannya di lapangan, tak sedikit kerusakan yang terjadi pada stuktur beton bertulang. Kerusakan tersebut dapat disebabkan oleh banyak hal, yang secara garis besar berdasarkan faktor penyebab kerusakan dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu : pengaruh fisika, mekanika, dan kimia.
Kerusakan struktur beton yang terjadi di Dermaga D, Pelabuhan Panjang, Provinsi Lampung merupakan salah satu contoh kerusakan struktur beton akibat pengaruh kimia, tepatnya diakibatkan oleh kondisi lingkungan air asin dari air laut yang membuat korosi pada balok beton dermaga tersebut.
Perbaikan beton dengan bahan perbaikan Grout LN 322M dengan metode pengerjaan injection grouting, menjadi salah satu alternatif perbaikan yang efisien. Untuk menunjang hal itu perlu dilakukan penelitian terhadap kinerja dan kapasitas dari pelat yang mengalami perbaikan di sisi bawah tersebut.
Penelitian selain didasarkan pada studi literatur, juga dilakukan simulasi perbaikan pada pelat dengan pembuatan modul-modul pelat diikuti pengujian guna mendapatkan kinerja dan kapasitas dari pelat perbaikan tersebut.
Dari eksperimen yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut, kinerja pelat perbaikan sudah mendekati kinerja pelat normal, dengan metode pengerjaan pengecoran biasa (pouring) apalagi dilaksanakan dengan metode injection berdasarkan pengamatan terhadap kapasitas layan, pola retak, lendutan dan regangan-tegangan.

ABSTRACT
Uses of reinforced concrete in many type of construction are a global thing at present time. But in fact, if we jump into the field the damage problem of reinforced concrete structure can be very sophisticated. This damage can be caused by many things; majority based on damage cause factor, the problem can be divided into three types, which is : physic influences, mechanics and chemistries.
Concrete structure damage happened at Pelabuhan Panjang docs, Lampung Province is an example of concrete structure damage caused by chemistry influence, especially by sea water environment that corroded the concrete beam of the docs.
Concrete recovery with grout LN 322 M material and worked by injection grouting method become one alternative and efficient recovery method, but in this experiment we use manual method (pouring). To support this, a study is performed to measure the performances and plate capacity that recovered at the under side of the concrete.
The study except based on literature study, simulation also performed to recover the plate with plate models making followed by several testing to get the performances and capacity of the recovered plate.
The result of the experiment shows that the performance of recovered plate is approach to the performance of normal plate, with the normal casting process (pouring) even if with the injection grouting method based on study of load capacity, crack type, bend type and stress-strain."
2006
S35316
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Mekanisari
"ABSTRAK
Kesehatan dan keselamatan kerja adalah hal yang sangat penting dalam pelaksanaan suatu proyek, karena sangat berperan besar dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman sehingga dapat menunjang produktivitas tenaga kerja. Namun biasanya pada perusahaan jasa konstruksi berskala kecil dan menengah, masalah K3 belum mendapat perhatian yang cukup besar dari pihak manajemen perusahaan. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai sejauh mana tingkat kesadaran keselamatan kerja yang terdapat pada perusahaan jasa konstruksi berskala kecil dan menengah.
Pertumbuhan pembangunan yang semakin pesat harus diimbangi dengan peningkatan upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang baik pula. Dalam suatu pembangunan, produktivitas kerja sangat dituntut kompensasinya, karena itu sebagai syarat utama dibutuhkan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Untuk menjamin kesehatan dan keselamatan tenaga kerja maupun orang lain, serta sumber produksi dan lingkungan kerja secara aman, maka diperlukan program K3 dan kesadaran penuh dari semua pihak untuk melaksanakannya demi keberhasilan penerapan program K3 tersebut.
Metode yang digunakan adalah studi kasus pada 2 perusahaan jasa konstruksi, yaitu dari golongan kecil dan menengah. Dimana dari masing-masing perusahaan tersebut akan ditinjau 2 proyek yang sedang berjalan di lapangan. Pengolahan data dilakukan secara kualitatif, yaitu hanya melihat sejauh mana tingkat kesadaran yang timbul dari pemahaman terhadap peraturan K3 perusahaan. Sumber data yang digunakan adalah melalui data primer (wawancara kepada responden dan observasi lapangan) dan data sekunder (studi pustaka).
Dari hasil penelitian ini pada akhirnya didapatkan gambaran mengenai tingkat kesadaran keselamatan kerja pada perusahaan jasa konstruksi berskala kecil dan menengah, yaitu bahwa tingkat kesadaran akan K3 yang dimiliki belum terlalu tinggi, karena pemahaman akan kebijakan K3 itu sendiri juga masih rendah.

ABSTRACT
Safety and health in workplace is very important matter in execution a project, because it have a central role in creating peaceful workplace so that can support labour productivity. But usually at middle and small scale construction service firm, problem of safety and health in workplace do not have enough attention from company management. So, this research aim to see how far awareness of working safety found on middle and small scale construction service firm.
Growth of development in a country which fast progressively also have to make balance with improvement of health and safety in workplace effort. In a development, worked productivity very claimed by its compensation, in consequence as required by especial condition of productive and healthy labour. To guarantee the health and safety of others, labour and also the source of production and environment work safely, hence needs a health and safety program and fulled of awareness from all people to do it for the shake of efficacy of this program.
This program method used case study at 2 construction service firm, that is from middle and small scale. Where from each company will be evaluated of 2 project that which is exist in field. Data processing is qualitative, that is only seeing how far awareness that arising out from understanding the regulation of safety and health in workplace in that company. Data source used a primary (respondent interview and field observation) and secondary (book study].
From result of this research is showing that awareness level of safety and health in workplace program at middle and small scale construction service firm is not too high, because understanding level of that program itself also still lower."
2006
S35175
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prima Farret
"ABSTRAK
Pejalan kaki merupakan salah satu cara berlalu lintas dalam sistem transportasi, dan sangat dominan di daerah perkotaan atau lokasi yang memiliki permintaan tinggi dengan periode pendek. Karakteristik Pejalan Kaki adalah salah satu faktor utama dalam perancangan, perencanaan maupun pengoperasian dari fasilitas-fasilitas transportasi. Karakteristik dari aliran lalu lintas dapat dibagi dalam 2 (dua) kategori yaitu makroskopik (macroskopic level) dan mikroskopik (microskopic level).
Pada penelitian ini untuk menganalisis perilaku pejalan kaki yang akan menyeberang akan digunakan analisis mikroskopik. Peninjauan secara mikroskopik diambil dikarenakan untuk melihat perilaku perjalanan yang terjadi pada setiap individu. Dengan melakukan penelitian secara mikroskopik maka dapat diketahui karakteristik, perilaku, dan pola pergerakan pejalan kaki secara individu. Penelitian secara mikroskopik ini juga dapat melihat perjalanan pejalan kaki secara individu dalam posisi dan waktu, dimana variabel yang digunakan adalah N (nomor pejalan kaki), T (waktu), X dan Y (Koordinat lokasi). Lokasi pengamatan penelitian ini berada pada Jalan Raya Margonda Depok, tepatnya berada diantara Depok Town Square dan Margo City, pemilihan lokasi tersebut dikarenakan terdapat 2 mall besar yang saling berhadapan, dan area sekitar adalah area commercial sehingga arus perjalanan akan besar pada lokasi tersebut.
Berdasarkan analisa yang telah dilaksanakan, maka diperoleh bahwa kecepatan rata-rata pada lokasi tersebut untuk waktu tidak puncak adalah 0.84 meter/detik dan untuk waktu puncak adalah 0.92 meter/detik. Jenis fasilitas penyeberangan yang seharusnya tersedia pada koridor tersebut adalah jembatan penyeberangan. Dari analisa juga diperoleh jarak aman yang diperlukan pejalan kaki dalam menyeberang yaitu untuk waktu tidak puncak adalah 33.11 meter dan untuk waktu puncak adalah 13.12 meter.

ABSTRACT
Pedestrian is one way of elapsing to pass by quickly in transportation system, and very dominant in urban area or location owning high request with short period. Characteristic Pedestrian is one of the primary factor in scheme, operation and also planning from transportation facility. Characteristic from traffic stream can be divided into 2 (two) categorize that is macroscopic (macroskopic level) and is microscopic (microskopic level)
In this research to analyse pedestrian behavior will be used by microscopic analysis. Microscopic is taken because of to see journey behavior that happened in each individual. By using microscopic can know by characteristic, behavioral, and pattern movement of pedestrian individually. Research microscopicly this also can see pedestrian journey individually in time and position, where used variable is N (pedestrian number), T (time), Y and X ( Coordinate Location). Location of this research reside at Margonda Raya Street, Depok, precisely reside in among Depok Town Square and Margo City, that location selected because of there are 2 big mall which each other looking out on, and the area is commercial area so that journey current will be big at that location.
Pursuant to analysis which have been executed, hence obtainend that average speed at that location for off peak hour is 0.84 metre / second and for peak hour is 0.92 metre / second. Facility crossing type which ought to be available at that corridor brigde. From analysis also obtained save distance which needed by pedestrian in defecting for off peak hour is 33.11 metre and for peak houris 13.12 metre."
2006
S35763
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Erika RM
"ABSTRAK
Dalam proses desain struktur atau dalam menganalisa struktur yang telah ada, seorang perencana memulainya dengan membuat modelisasi suatu struktur. Model struktur yang dibuat direncanakan semirip mungkin dengan struktur asli dan model tersebut diharapkan dapat memberikan respon yang mendekati dengan struktur asli.
Berbagai macam pemodelan dinding geser berangkai telah dilakukan yaitu dengan menggunakan metode portal ekivalen, plane stress membrane element, plane stress membrane element – balok lentur.
Pada penulisan ini dilakukan pemodelan struktur dinding geser beserta balok perangkainya dengan menggunakan elemen membran dan balok geser. Dinding dimodelkan sebagai quadrilateral plane stress membrane element dan balok dengan elemen balok geser THB (Timoshenko Hecky Beam). Dengan pemodelan ini diharapkan akan didapat defleksi lateral pada dinding geser yang mendekati respons struktur sebenarnya. Respon sebenarnya dengan mengganggap semua elemen menggunakan quadrilateral plane stress membrane element.
Dari hasil simulasi yang telah dilakukan, jika ditinjau dari simpangan displacement ternyata pemodelan balok perangkai dengan menggunakan elemen balok geser (THB) dapat dilakukan jika perbandingan Lh>4 namun untuk balok perangkai dengan perbandingan Lh<4pemodelannya dengan balok lentur justru memberikan hasil yang mendekati model referensi.
Jika ditinjau dari simpangan gaya geser yang dihasilkan ternyata simpangan gaya geser terkecil dicapai jika pemodelan menggunakan elemen balok DSB (Discrete Shear Beam).

ABSTRACT
In the process of design structure or in analyzing existing structure, an engineer begins with main models of the structure. The model have to be as similar as the real structure, and the model were expected to give response as near as the real structures.
Some modeling coupled shear walls has been done by using equivalent frame method, plane stress membrane element, plane stress membrane element - link beam.
In this report, modeled coupled shear walls with coupling beam has been done by using membrane elements and shear beam. The walls were modeled as quadrilateral plane stress membrane element and the beams with THB (Timoshenko Hecky Beam) shear beam. With this modeled were hoped to get lateral deflection on shear walls that close with the real structures. The real response by considering all the elements were using quadrilateral plane stress membrane element.
From the simulation, according to the displacement differences, the modelization of coupling beam using shear beam element (THB) can be done if ratio of Lh>4 but for coupling beam with ratio of Lh<4, the modelization with link beam gave more accurate result to reference model.
According to the result of shear story differences, the smallest value were found if the model were using Discrete Shear Beam element."
2006
S35856
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sony Aria Wiryawan
"ABSTRAK
Polyethylene terephthalate (PET) merupakan poliester termoplastik yang diproduksi secara komersial melalui produk kondensasi. PET adalah bahan dasar dari botol plastik dengan berat jenis berkisar antara 0.92-0.96 dan akan mengeras bila dipanaskan. Berdasarkan karakteristik fisik dari PET, dalam studi ini telah dilakukan penelitian limbah botol plastik PET sebagai bahan baku pembuatan agregat kasar ringan dan menggunakannya dalam campuran beton ringan. Agregat kasar ringan dihasilkan dari pembakaran botol PET, hasil pembakaran diperoleh agregat dengan bentuk tidak beraturan dan bersudut dengan tekstur permukaan halus. Karakteristik geometrik agregat ringan tersebut menyerupai agregat kasar pada umumnya. Pengujian sifat fisik agregat diperoleh berat jenis sebesar 1,316, penyerapan air 1,140%, berat isi 820 kg/m3, dan keausan agregat 28,40%. Dari pengujian kuat tekan hancur agregat terhadap 2 ukuran spesimen kubus diperoleh kuat tekan hancur agregat plastik kubus (5_5_5) cm lebih besar 1,06 kali dibandingkan dengan kubus (15_15_15) cm. Namun dalam perhitungan rancang campur beton ringan nilai kuat tekan hancur agregat kubus (15_15_15) cm yang digunakan. Dalam studi ini, agregat ringan plastik dan agregat halus normal (pasir alam) diklasifikasikan berdasarkan ukuran spesimen kubus yang digunakan yaitu kubus beton (5_5_5) cm dan (15_15_15) cm sehingga diperoleh beton ringan agregat bergradasi normal dan beton ringan agregat bergradasi modifikasi. Dari hasil pengujian beton ringan agregat plastik meliputi pengujian beton segar dan beton yang telah mengeras memperlihatkan beton segar agregat plastik mempunyai kelecakan yang baik, berat isi kering 1742 kg/m3, kuat tekan ratarata beton ringan bergradasi normal (263,333 ? 270,757) kg/cm2 dan kuat tekan rata-rata beton ringan bergradasi modifikasi (228,374 ? 263,333) kg/cm2. Kuat tekan beton yang didapat dengan menggunakan kuat tekan mortar maksimum masih dibawah kuat tekan target rencana sebesar 287,2 kg/cm2, modulus elastisitas sebesar (104612-104642) kg/cm2, Poisson?s Ratio (0,2201-0,2212). Berdasarkan pada hasil kuat tekan beton ringan terjadi penurunan kekuatan untuk beton ringan dengan spesimen kubus ukuran (5_5_5) cm sebesar 0,97 kali lebih kecil dibandingkan dengan beton ringan spesimen kubus ukuran (15_15_15) cm, hal ini diperkirakan terjadi karena agregat plastik dengan gradasi yang lebih kecil mempunyai porositas yang besar sehingga berpengaruh pada kuat tekan beton ringan yang dihasilkan. Besarnya porositas yang terjadi pada agregat dengan gradasi yang lebih kecil dikarenakan pola pemecahan yang berulang-ulang pada saat mendapatkan gradasi agregat tersebut dan diperkirakan timbul retak-retak pada struktur dalam agregat. Hal ini dapat dibuktikan dengan pengujian porositas dimana untuk agregat ringan ukuran (6.35-4.75) mm porositasnya sebesar 28,37% sedangkan agregat ringan ukuran (25,4-9,5) mm porositasnya hanya sebesar 12,67%.

ABSTRACT
Polyethylene terephthalate (PET) is classified as thermoplastic polyester that is commercially produced by condensation system. PET is used as the basic raw material to produce plastic bottle with specific gravity ranging between 0.92-0.96 and will become hardened when it has heated. Based on physical characteristic of PET, this study has been done an investigation about PET as basic raw material for lightweight coarse aggregates and the usage of these aggregates in lighweight concrete. Lightweight coarse aggregates for lightweight concrete produced from burned plastic PET bottle. The shape of aggregates were irregular and angular with smooth surface. The geometric characteristic of aggregates were generally look like of coarse aggregate. The test results of physical properties of aggregates such as specific gravity is 1,316, density is 820 kg/m3, and the resistance of abration is 28,40%. Aggregates crushing strength result of lightweight coarse aggregate show on a size cube of (5_5_5) cm has strength larger by 1,06 times compared to a size cube of (15_15_15) cm, but in the calculation of lighweight concrete mixture were used the aggregates crushing strength of cube (15_15_15) cm. In this study, lightweight coarse and fine aggregate were classified according to the size of concrete cube so there are two different type of lightweight concrete, a modification and normal grade. Based on test of lightweight concrete including fresh and hardened concrete show that the fresh concrete has good workability, dry weight of concrete 1742 kg/m3, the average strength of lightweight concrete with a normal grade were ranging between (263,333-270,757) kg/cm2 and a modification grade were ranging between (228,374-263,333) kg/cm2, strength of concretes results with the used that have maximum strength mortar were still below the target strength equal to 287,2 kg/cm2, modulus of elasticity was ranging between (104612-104642) kg/cm2, and Poisson?s ratio was ranging between (0,2201-0,2212). Based on the result of compressive strength of lightweight concrete, the decrease in strength of concrete cube (5_5_5) cm was occured because of the aggregates that were used have relatively high porosity. High porosity was occured because of repeatedly crushing process to get smaller aggregates, and its process would cause fracture in interstructure of aggregates. The result of porosity test show that lightweight coarse aggregate with size (6.35-4.75) mm or the smaller ones has porosity 28,37% compared by coarse aggregate with size (25,4-9,5) mm that has porosity only 12,67%."
2006
S35863
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Novita
"Penentuan metode bekisting yang akan digunakan dalam suatu proyek faktor pertimbangan yang diperhitungkan. faktor yang paling menentukan adalah biaya dan waktu pelaksanaan. Murah dari segi biaya dan cepat dari segi waktu, inilah yang menjadi tujuan setiap pemborong kerja dalam menentukan metode kerjanya.
Penelitian ini membandingkan antara 2 (dua) buah metode bekisting yaitu sistem PERI dan Konvensional. Hal ini ditujukan untuk mencari metode bekisting yang paling optimal dari segi waktu dan biaya. Studi kasus yang diambil pada proyek Apartement Salemba Residence. Jenis bekisting yang ditinjau adalah bekisting balok, plat lantai, kolom dan dinding.
Metode yang digunakan untuk melakukan penelitian ini yaitu melakukan analisa perbandingan terhadap biaya dan waktu. Analisa perbandingan tersebut terdiri dari perencanaan komposisi material dan alat bekisting, desain gambar bekisting, perhitungan pemakaian material dan alat, analisa harga material, alat, dan upah harian pekerja, analisa waktu efektif pekerjaan, analisa upah borong pekerjaan, parameter pendukung analisa harga satuan, analisa harga satuan pekerjaan bekisting, biaya total pekerjaan bekisting, dan perbandingan biaya dan waktu pekerjaan.
Dari analisa didapatkan beberapa perbedaan antara bekisting metode konvensional dengan sistem PERI. Biaya pekerjaan bekisting pada proyek Apartement Salemba Residence untuk metode konvensional sebesar Rp 3.161.568.136,- dengan waktu pelaksanaan 216 hari. Sedangkan untuk metode sistem PERI sebesar Rp 3.150.662.945,- dengan waktu pelaksanaan 185 hari. Perbedaan biaya dan waktu pelaksanaan pada kedua metode itu disebabkan material dan alat yang digunakan. Sehingga mengakibatkan waktu yang lebih lama dan biaya yang lebih besar. Kemampuan tenaga kerja juga mempengaruhi perbedaan biaya dan waktu tersebut. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dalam menentukan metode atau sistem kerja sebaiknya memperhatikan tingkat efisiensi serta kemudahan yang diperoleh dalam pelaksanaan dengan metode tersebut. Serta untuk pemeliharaan dan sistem pemasangan serta pembongkaran bekisting harap diperhatikan sehingga material dapat awet dan dapat digunakan secara optimal.

To definite a work method of formwork tht will be used on a current project have many certain factors which should be considered. Main certain factors are ; cost and construction time. Low on cost and fast from time factor is the main idea of labour foremen and the constructor to pick their choise on a work method.
This experiment had compare between 2 (two) formwork methode which as PERI system and conventional. The idea is to find which method is more optimal from the cost and time factor. The object of the experiment is on Apartement Salemba Residence. Kinds of formworks examined are; beam, slab, column and wall formworks.
Method of the experiment by analizing the comparity on cost and working time. This analysis start from planning the formworks compotition of material and tools ; design the shop drawing; calculating of materials and tools volume ; Materials, tools, and labour sallary analysis ; formworks unit price analysis, total construction cost of formwork and compare of total cost and construction time.
Analysis contains many difference of conventional and PERI system. Total cost of forwork on Apartement Salemba Residence project of conventional method values Rp 3.161.568.136,- and total construction time of 216 days. On the other side, Total cost of PERI system values Rp 3.150.662.945,- with total construction time 185 days. The difference of cost and time on those two types of formwork caused by the used materials and tools. Until produced the longer work time and more expencive cost. Ability of the labours also take a part of causing those difference. With the existance of this experiment hoped that we should have more aware of the efficiency and workability on certaining a formwok method. Also on maintenance , setting and stripping the formwok panels must be carefull in order to optimalize the use of materials.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S38700
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lisa Oksri Nelfia
"ABSTRAK
Analisa kekakuan dinding dibuat untuk menggambarkan perilaku mekanik struktur dinding penahan tanah akibat pembebanan tanah serta konstruksi di atasnya. Prilaku mekanik dinding dapat dibuat dengan melakukan permodelan pada struktur dinding. Permodelan yang dilakukan adalah 100 model yang terbagi atas jenis tanah (lempung dan pasir), bentuk struktur (Plane strain, Axisymmetry), kedalaman galian, penetrasi, dan variasi kekakuan dinding. Dengan melakukan simulasi pada permodelan struktur dinding, maka akan didapatkan suatu hasil yang dapat mengambarkan prilaku mekanik dari struktur dinding penahan tanah yaitu nilai deformasi lateral yang terjadi pada ujung atas dinding, bending momen pada dinding kantilever, tekanan efektif tanah serta vertical settlement pada permungkaan tanah di atas turap, dimana dilakukan analisa yang paling mendalam pada variasi kekakuan struktur dinding. Dengan struktur dinding yang semakin kaku maka kemampuan dinding penahan tanah akan semakin baik dalam menerima beban yang dapat dilihat pada displacement yang terjadi semakin kecil dan kapasitas bending momen yang semakin besar. Program elemen hingga yang digunakan untuk mensimulasikan penelitian adalah PLAXIS ver.8.

ABSTRACT
Analysis of walls' stiffness is conducted to explain mechanical behaviors of the sheet pile affected by surcharge load and construction load on the surface. Mechanical Behaviors of the walls' are constructed by modelling on walls structure the modelling is conducted by using 100 models, consisted of types of soil (clay and sand), forms of structures (Plane strain, Axisimmetry), excavation and penetration depth of walls variety of walls stiffness. Conducting a simulation on modelled walls' structure results in mechanical behaviors of sheet pile structure, which are lateral deformation value accured on the top of the walls, bending moment on cantilever walls, effective pressure of soil and vertical settlement on the surface above sheet pile, wheres the furthest analysis is on variety of walls' stiffness. The more rigid the sheet pile, the better the sheet pile on-load capacity witnessed by the decline of displacement and the incline of bending moment capacity. Finite element method used is plaxis ver. 8."
2007
S35761
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noveryda Damayanti
"Pemakaian beton mutu tinggi sudah menjadi kebutuhan utama pada bangunan tinggi, jembatan serta bangunan-bangunan lainnya. Pengamatan dan penelitian terhadap penggunaan beton mutu tinggi ini masih terus dilakukan untuk mengetahui perilaku struktur beton dalam peranannya terhadap kekuatan beton.
Konstruksi-konstruksi ini juga mengalami gaya-gaya, baik secara internal maupun secara eksternal. Konstruksi bangunan umumnya dipengaruhi oleh pembebanan berulang yang diakibatkan oleh perubahan temperatur, beban angin yang besar atau yang diakibatkan beban getaran mesin.
Tegangan berulang tersebut dapat mengakibatkan tegangan bolak-balik yang menyebabkan perambatan retak, dimana penjalaran retak tersebut menghasilkan penambahan defleksi dan setelah sejumlah siklus tertentu dapat menyebabkan patah atau keruntuhan pada elemen struktur.
Pada skripsi ini pada pertengahan balok akan diberi coakan yang berfungsi sebagai perlemahan pada balok yang diharapkan nantinya retak akan terjadi pada pertengahan bentang.
Skripsi ini akan membahas tentang pembebanan berulang pada 4 jenis beton yaitu Beton Tanpa Serat (BTS), Beton Serat (BS), Beton Pratarik Tanpa Serat (BPTS) dan Beton Pratarik Serat (BPS), dimana masing-masing beton terdiri dari 3 benda uji. Serat pada beton ini berkadar 1 % dari volume total beton. Serat yang digunakan adalah staples merk max no 10 dengan panjang 20 mm dan tebal 5 mm.
Dari pembebanan berulang ini maka akan didapatkan hubungan antara frekuensi, beban terhadap fungsi waktu pada setiap benda uji.
Setelah dilakukan percobaan dan setelah dilakukan perbandingan terhadap ke 4 jenis beton ini maka didapatkan hasil BTS runtuh di tinggi palu 8 cm, BS pada tinggi palu 11 cm, BPTS di ketinggian palu 17 cm, dan BPS di tinggi palu 19 cm. Retak yang terjadi pada semua balok adalah retak lentur

The use of high quality concrete has been a primary need on high building structures, bridges, and other civil engineering constructions. Observations and researches on the use of this concrete are still being done in order to discover the behaviour of the concrete and its affect on the strength of the concrete itself.
These constructions also suffered from forces; both internally and externally, due to repeated loading which is caused by changes on temperature, high wind force, or those caused by machine vibration.
Those repeated loading can cause two-way stress that leads to crack, in which it could generates an additional deflection and after a certain cycles can cause a significant fracture or building collapse.
For this research, a calculated notch is applied in the centre of the beam in order to give the beam an impair effect which later on will generates a crack exactly in the centre of the beam.
The main subject of this research is observing the affect of repeated loading on 4 types of concretes; which are concrete without fibre (BTS), concrete with fibre (BS), prestress without fibre (BPTS) dan prestress with fibre (BPS), where each types of concrete is represented by 3 trial objects. Fibre in these concretes is 1% to total volume of the concrete. In this case use fibre metal staples no.10 with length 20 mm and thick 5 mm.
From these repeated loading, a relation between frequency, stress and time function will occur on each trial object.
After undergoing a series of tests and comparison of all 4 trial object, a conclusion is drawn, which BTS failure at 8 cm, BS at 11 cm, BPTS at 17 cm and BPS at 19 cm. It is mean pre-stress concretes are more capable in suppressing burdens compared to conventional concrete.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S35767
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gede Adidasmanae
"Polyethylene terephthalate (PET) merupakan poliester termoplastik yang diproduksi secara komersial melalui produk kondensasi. PET adalah bahan dasar dari botol plastik. Banyaknya limbah produk berbahan dasar PET yg sulit diuraikan, menjadi salah satu alasan untuk menggunakannya sebagai bahan isian yang berfungsi sebagai serat dalam beton, selain untuk menambah kekuatan beton itu sendiri.
Kadar PET yang ditambahkan pada beton normal adalah 1.35 ; 2.70 ; 4.05 ; 6. 75 ; 9.45 dan 13.50 kg/m3 atau dalam volume fraksi adalah 0.00 ; 0.10 ; 0.20 ; 0.30 ; 0.50 ; 0.70 ; 1.00 %. Percobaan pembebanan yang dilakukan meliputi pembebanan tekan, pembebanan lentur dan modulus elastisitas. Benda uji percobaan untuk kuat tekan, dan modulus elastisitas adalah silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm, untuk benda uji percobaan lentur adalah balok 15x15x60 cm3.
Dari hasil penelitian beton normal berumur 28 hari, dapat disimpulkan dengan bertambahnya kadar serat maka beton segar akan mangalami penurunan nilai slump yang sangat mempengaruhi workability.
Dengan kadar PET 0.7% terjadi peningkatan kuat tekan sebesar 10.1% pada silinder diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Peningkatan kuat lentur sebesar 37.8% pada balok. Penambahan modulus elastisitas sebesar 24.6% dan poisson’s ratio sebesar 40.2% pada benda uji silinder diameter 15 cm, tinggi 30cm

Polyethylene terephthalate (PET) is thermoplastic polyester commercially produced condensation process. Beside of its function in increasing the concrete’s strength, the many un-degraded wastes made of PET is the main reason of using it as filler material in concrete.
Rates of PET added on normal concrete are 1.35, 2.70, 4.05, 6.75, 9.45, and 13.50 kg/m3. In volume fraction, they are 0.00, 0.10, 0.20, 0.30, 0.50, 0.70, and 1.00 %. Loading tests applied comprises of compressive loading, bending loading, and elasticity modulus tests. Test samples for compressive and elasticity modulus are cylindrical concrete with 15 cm in diameter and 30 cm in height. Meanwhile, 15x15x60 cm3 concrete cubes are used for bending tests.
Thesis analysis shows that for 28 days aged concrete, it is concluded that the increase in fiber rate will decrease slump value equivalently which highly effect its workability.
With PET rate of 0.70 %, the compressive strength is increased by 11% for cylindrical concrete and bending is increased by 37.8 % for cubes. The said rate of PET also increase elasticity modulus by 24.6 % and poisson’s ratio by 40.2 % on cylindrical test samples.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S35734
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Ardika Budi Susilo
"ABSTRAK
Sampai saat ini, berkembangnya bidang konstruksi di Indonesia, berbagai
alternatif atau plihan dalam hal bahan konstruksi mulai diperkenalkan dan
digunakan. Salah satu contohnya adalah perkerasan jalan dengan menggunakan
beton poros atau yang lebih dikenal dengan porous concrete for pavement.
Berbeda dengan dengan beton pada umumnya, beton poros ini dirancang dengan
campuran kerikil yang terbatas dan sedikit pasir atau tidak sama sekali. Dengan
kondisi ini, beton poros termasuk beton dengan open graded atau gradasi terbuka.
Dalam penelitian ini, pengujian dilakukan terhadap karakteristik beton poros
dengan menggunakan campuran limbah B3 (molding) maupun tanpa
menggunakan limbah B3 (molding). Karakteristik tersebut meliputi kuat tekan,
kuat lentur, permeabilitas dan porositas. Pengujian leachete yang bertujuan
mengetahui pengaruh limbah terhadap lingkungan pun menjadi pembahasan dalam
tulisan ini.
Pada akhirnya pengujian-pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan
mengetahui nilai kadar limbah B3 (molding) yang optimum untuk dapat
diaplikasikan sebagai perkerasan. Dari hasil pengujian-pengujian tersebut
didapatkan nilai kadar limbah B3 (molding) yang optimum yaitu 50% yang dapat
diaplikasikan sebagai perkerasan taman.

ABSTRACT
The devolepment of construction fields, heretofore, many alternatives or options in
contruction materials has already been promoted and used. One of them, e.g. road
pavement using pervious concrete, know as porous concrete for pavements.
Despite of other general concrete pervious concrete is constructed by construction
material which contain limited coarse agregat, portland cement, water and less or
without sand. In this condition pervious concrete becomes an open graded
concrete.
In this research, the testing was done to pervious concrete which mixed by or
without B3 waste (molding). The characteristics included presurre test, bending
test, permeability, and perviousity. The leachete testing which purposed knowing
the waste impact to the enviroment become other subject of this research.
The purpose of those testing is to figure out the most optimum result of B3 waste
(molding) which can use as a pavement. And the final results of those testings is
the sample using 50% B3 waste (molding) is the most optimum, can used as a park
pavement."
2007
S35869
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>