Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Winanti Siwi Respati
Abstrak :
Tesis ini membahas perempuan lajang yang dalam masyarakat patriarkal diposisikan sebagai Liyan, bagaimana mereka menghadapi persoalan, mencari solusi, dan memilih strategi menjadi Diri di tengah-tengah masyarakat yang mayoritas anggotanya menikah. Untuk memahami persoalan itu, penelitian ini merujuk pada kerangka teori dari Simone de Beauvoir. Dengan metode peneiitian kualitatif berprespektif perempuan, studi kasus ini mengungkap perjuangan perempuan lajang 'melawan nonna masyarakat yang menganggap perkawinan sebagai hal utama bagi perempuan. Informan adalah lima orang perempuan lajang yang diwawancarai secara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan ada empat topik persoalan yang berkaitan dengan perempuan lajang, yaitu berkaitan dengan tuntutan keluarga, agar, penilaian lingkungan, dan seksualitas. Itu mencerminkan bagaimana perempuan lajang menghadapi masyarakat yang mayoritas anggotanya menikah dan menempatkarmya pada situasi opresi. Menjadi Diri penting bagi perempuan lajang kcluar dari situasi opresif Pada kasus perempuan lajang yang bekerja, menjadi Diri kelihatan lebih mudah dicapai. Mereka mandiri secara ekonomis dan sosial, serta bcrani mengambil keputusan yang terbaik untuk dirinya sendiri; menolak mengintemalisasi Liyan dengan bersikap dan membentuk konsep diri positif; tetap bergaul dan menjaga kehidupan harmonis; memiliki definisi sendiri tentang perempuan dan membangun perubahan pemikiran dan merencanakan masa depannya secara secara mandiri.
This thesis study of single female in patriarchal community as position of other, how they face problems, search for solution, and choose strategies to become herself among majority married people. To understand that problems, this study to use framework of Simone de Beauvoir theory. With qualitative research in woman perspective, case study examine the fight of single female against community norms with notion marriage as most important for woman. Five infomiants of single female interviewed deeply. The result shows four topic isues about single female, that are family pressure, understanding religion, negative treatment from community, and understanding herself sexuality. It reflection how single female face majority married people, who place them in oppressive situation. To become herself is important for single female quit from oppressive situation. In case of single female who have work, become herself seems easy to achieved. They independent economically and socially, and capable to get the best decision for herselii they can substract intemalization of position of other, by show positive attitude and self concept.
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2010
T33438
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sulis Mariyanti
Abstrak :
Hubungan seksual di luar nikah, hamil di luar nikah dan aborsi sering dipandang sebagai penyimpangan perilaku. Semua tindakan itu dianggap melanggar norma masyarakat, sehingga perempuan sebagai pelakunya sering mendapatkan penilaian ncgatif Kondisi itu membuat perempuan akan merasa ternoda, tidak berharga, tidak bermoral, menilai dirinya sebagai bukan perempuan baik-baik Dengan kata lain perempuan merasa terstigma dan merasa berbeda dari yang normal. Perasaan terstigma itu dapat memengaruhi pandangan perempuan lerhadap lingkungan sosialnya, sehingga perempuan yang mengalaminya merasa terpojok atau dipojokkan yang pada akhirnya dapat mendorong perilaku menghindar dari pergaulan sosial. Tujuan dari penelitian ini adalah menggambarkan pengalaman dan pemaknaan seksualitas pada perempuan pelaku aborsi serta memperoleh gambaran pemaknaan diri menghadapi stigma sebagai pelaku aborsi dan hubungan seksual di luar nikah. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif yang berprspektif perempuan dengan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data melalui wawancara terstruktur dengan tatap muka langsung dan observasi lima subjek berusia antara I4 - 23 tahun pelaku aborsi akibat hubungan seksual di luar nikah. Dari penelitian ini terlihat bahwa stigma hubungan seksual di luar nikah dan aborsi metupakn bcban yang sangat berat bagi perempuan yang hidup dalam masyarakat patrialcal yang dipenuhi oleh aturan agama dan noma sosial yang mengekangnya. Perempuan pelaku aborsi terstigma sebagai perempuan tidak bermoral, bukan perempuan ideal dan merasa bukan perempuan baik-baik. Namun demikian, perasaan terstigma tidak serta- merta membuat perempuan menyerah pada seluruh penilaian negatif yang mengopresinya. Beberapn upaya telah dilakukan untuk mengurangi beban psikologis yang dirasakan dan membebaskan diri dari stigma aborsi yang mengoprasinya.
Sex before marriage, pregnancy before marriage, and abortion are often seen as a distortion of behaviour. Those actions are considered to be violations toward the norms existed in the society. Therefore, women as the doer are often given bad judgements. This condition will make women feel dirty, worthless, having no dignity and moral, and tend to judge herself as a bad woman. In other words, women feel stigmatized and different from nomial. That stigrnatized feeling can affect the women's point of view toward their social environment so that the women experienced this feel comered which will eventually can encourage self-isolation behaviour. The goal of this research is to potrayed the experience and sexual meaning on women who did abortion and gaining the pictures of self-meaning in facing the stigma as the person who did abortion and had sex before marriage. This research is included in qualitative research with woman perspective using the case approach. Data gathering through structurized and face-to-face interviews and observations on five subjects aged 14-23 years old, who did abortion from sex before marriage. From this research, it is obvious that the stigma of sex before marriage and abortion is a heavy burden for women living in patriarchal society, which is filled with tight religious rules and social nonns. Women who did abortion are seen as woman without moral, not an ideal woman and most importantly a bad woman. However, this stigma did not made woman entirely given up to the whole judgement which opressed her. Several efforts have been done in order to decrease psychological burden felt by these women and set them tree the stigma opressed them.
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2010
T33446
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library