Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Inti Nusaida Awaningrum
2010
T37946
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fasti Rola
Abstrak :
Zimmerman (1989) menjelaskan bahwa siswa yang menggunakan self regulated learning menunjukkan perilaku regulasi diri yang tampak pada pelibatan aktif proses metakognitif, motivasi dan perilaku yang ditunjukkan dalam kegiatan belajarnya. Seorang siswa yang melaksanakan self regulated learning akan melakukan empat proses yang saling berhubungan, yaitu evaluasi diri (self evaluation and monitoring), perencanaan tujuan dan strategi (gool setting andstrategicplanning), strategi pelaksanaan dan pengawasan (strategy-implementation monitoring), strategi pengawasan hasil belajar (strategic-outcome monitoring), (Zimmerman, Bonner & Kovach, 1996). Program ini bertujuan melalui pengajaran orangtua, anak mampu melakukan regulasi diri dalam belajar dengan cara mampu melakukan evaluasi diri dalam belajar, mampu membuat tujuan dan strategi dalam pencapaian tujuan, mampu mengawasi diri dalam menjalankan strategi serta mampu mengetahui kesesuaian antara strategi yang digunakan dengan hasil yang diperoleh. Berdasarkan tujuan yang telah disusun, maka program ini dilakukan sebanyak lima pertemuan dimana setiap pertemuan dilakukan bersama dengan orangtua, yaitu ibu. Hasilnya menunjukkan bahwa ibu Z mampu memberikan pembekalan self regulated learning kepada anak, sehingga anak mampu menjalankan tahapan regulasi diri dalam kegiatan belajar. Selain itu, dalam pelaksanaan intervensi menunjukkan beberapa hal yang bisa mempengaruhi intervensi seperti pengontrolan perilaku pada diri anak dan juga kemampuan orangtua dalam memahami pelaksanan intervensi.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T38016
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuwansa Eka Putri
Abstrak :
Regulasi emosi merupakan tahap penting dalam perkembangan sosial emosional seorang anak yang dimulai sejak dua tahun pertama usia anak dan dipengaruhi oleh respon orang tua dan pengasuh terhadap kebutuhan emosi anak. Usia prasekolah merupakan momentum tepat dalam mengajarkan regulasi emosi. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan regulasi emosi pada siswa prasekolah dengan menggunakan metode social stories dan video self-modeling, yang meliputi kemampuan menamai emosi, mengetahui penyebab emosi, serta mampu mengekspresikan emosi. Metode social stories digunakan untuk mengajarkan regulasi emosi pada anak, sedangkan metode video self-modeling bertujuan untuk mempertahankan kemampuan regulasi emosi melalui proses imitasi. Program intervensi ini terdiri dari 10 sesi, yaitu satu sesi praprogram, delapan sesi program, dan satu sesi pascaprogram. Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain kasus tunggal yang hanya melibatkan satu partisipan, yaitu siswa prasekolah berusia 6 tahun, yang memiliki kemampuan kognitif pada taraf slow learner. Berdasarkan pengukuran pretes dan postes dari teori regulasi emosi Gross (1998), diketahui bahwa social stories dapat meningkatkan regulasi emosi pada anak prasekolah, sedangkan metode video self-modeling belum dapat diketahui hasilnya karena tidak berhasil dilakukan. ......Emotion regulation is the key phase in social emotional development which is started since child's first two years. The children's emotional regulation is depend on how parents and care giver react to children?s emotional needs. Preschool age is the best moment to learn emotional regulation, consist of the ability to label the emotion, know the reason why one has them, and how one expresses the emotion. The aim of this research is to increase emotional regulation in preschoolers using social stories and video self-modeling methods. There are three dimensions of emotional regulation. Social stories is used to teach how to regulate the emotion and video self-modeling could maintain the sustainability of emotion regulation through imitation process. Intervention's program consist of 10 sessions, one preprogram session, eight program sessions, and one post-program session. The research is single subject design which only use one participant, a preschool slow learner student (6th years old). Pretest and posttest based on Gross's emotion regulation theory (1998) showed that social stories can increase preschooler's emotion regulation. There are obstacles due to implementation of video selfmodeling in this research, therefore no conclusion of video self-modeling's effect on preschooler's emotion regulation.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T46620
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aryuni Novita Sari
Abstrak :
ABSTRAK
Anak yang mengalami keterbelakangan mental perlu mempersiapkan dirinya untuk menghadapi usia dewasa (Wenar & Kerig, 2000). Mereka harus mempelajari berbagai fungsi, seperti fungsi inteligensi, komunikasi, sosialisasi, dan keterampilan hidup sehari-hari agar dapat hidup dengan lebih baik dalam lingkungan sosial (Michael & McCormick, 2007). Oleh karenanya, program terpenting bagi anak terbelakang mental adalah melatih mereka dalam kemampuan hidup sehari-hari atau yang biasanya disebut dengan kemampuan adaptif (Lucksasson, dkk., dalam Ormrod, 2006).

Berdasarkan hasil pemeriksaan psikologi dan data dasar yang diambir pada N, anak yang mengalami keterbelakangan mental sedang dengan usia 14 tahun 3 bulan, diketahui bahwa ia belum dapat menguasai berbagai kemampuan adaptif terutama keterampilan mandi dan berpakaian.

Program intervensi didasarkan pada pendekatan modifikasi perilaku dengan teknik rantaian perilaku yaitu teknik rantaian perilaku total dengan pemberian arahan secara bertahap. Tujuan dari penerapan program intervensi adalah membantu N meningkatkan keterampilan mandi dan berpakaian. Program intervensi ini diadakan dalam 10 kali pertemuan dan disusun dalam sebuah rancangan program intervensi yang terdiri atas tiga bagian yaitu : 1) Data Dasar; 2) Program Intervensi; 3) Evaluasi Program.

Hasil intervensi secara umum menunjukkan bahwa program intervensi efektif untuk meningkatkan keterampilan mandi dan berpakaian pada N. Beberapa rantaian dalam perilaku mandi tidak dapat dilakukan N karena adanya keterbatasan fisik.
ABSTRACT
Mentally retarded children have to prepare theirselver for adulthood (Wenar & Kerig, 2000). They have to learn various skills such as thinking, communication, socialization and everyday life skills in order to live better in their social environment (Michael & Mccormick, 2007). Thus, in giving program for children with mentally retarded children is the most important thing is to train their everyday life skill or usually called as adaptation skill (Lucksasson et al., in Ormrod, 2006).

Based on psychological examination and baseline data taken at N who is moderately mentally retarded and 14 years and 3 months old, it is shown that she hasn’t master a number of adaptive skills, especially that of bathing and dressing skill.

The intervention program is based on behaviour modification technique which will be used in chaining of behaviour which is total task presentation chaining with gradually prompt The aim of the intervention program is to help N improve her bathing and dressing skill. The intervention program is conducted 10 times and consist of three parts, namely: 1) Baseline data; 2) Intervention program 3) Evaluation program.

The result of the intervention program in general shows that intervention program is effective to improving her bathing and dressing skill. A few chain of bathing skill can’t be done by N becaused of limited physical ability.
2008
T37630
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Purwo Nugroho
Abstrak :
ABSTRAK
Menurut Renzulli, dkk. (dalam Munandar, 1992), ada tiga kriteria yang menentukan keberbakatan pada seseorang, yaitu kemampuan diatas rata-rata, kreativitas yang tinggi dan pengikatan diri terhadap tugas yang baik. R merupakan salah satu siswa yang mengikuti program akselerasi. R belum memenuhi ketiga kriteria keberbakatan. Potensi intelegensinya tergolong superior dan kreativitasnya juga tinggi, tetapi ia kurang memiliki tanggung jawab terhadap tugas. Berdasarkan strategi self regulated learning, dapat disimpulkan bahwa strategi SRL yang belum dikembangkan oleh R juga disebabkan tidak adanya pengaturan waktu yang baik. Oleh karena itu, intervensi manajemen waktu penting bagi R. Tujuan dari program intervensi ini adalah agar R dapat menggunakan waktunya secara efektif, terutama dalam kaitannya dengan proses belajar. Dengan adanya manajemen waktu yang baik, diharapkan dapat memiliki regulasi diri terutama dalam belajar. Namun, target yang dicapai dalam intervensi belum tercapai sepenuhnya karena ada kendala waktu pada pelaksanaan program.
ABSTRACT
Renzulli (Munandar, 1992) stated that there are three criteria to determine whether someone is gifted or not: above average score of intelligence, highly creative and highly task committed. R is one of students in the acceleration program who didn’t have all the criteria yet. The score of his IQ was superior and he was highly creative, but had low task commitment. According to SRL’s strategies, the reason he didn’t developed the strategies was lack of time management. Thus, a time management program was important for R. The purpose of this intervention program was to make R more effective in managing time related to his daily activities so he would be able to regulate himself to study. The target of this intervention was not achieved however because of the time limitation during the intervention.
2009
T37636
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Artiarini Puspita Arwan
Abstrak :
ABSTRAK
Siswa yang terlibat dalam perilaku melanggar status seringkali tidak berhasil menunjukkan performa akademik yang optimal (Charlie, 2002; CBASSE, 2000; Patchin, 2004). Untuk itu, intervensi terhadap atribut personal seperti keterampilan memecahkan masalah sosial, banyak dilakukan. Keterampilan memecahkan masalah sosial berhubungan dengan sejumlah manfaat psikologis dan akademik bagi remaja (D'Zurilla & Nezu, 1999; Fomeris, Danish, & Scott, 2007). Berbagai penelitian menunjukkan bahwa intervensi ini dapat dilakukan dengan strategi kognitif behavioral. Strategi ini bertujuan membantu siswa pelanggar status merestrukturisasi proses berpikir dan mengajarkan keterampilan kognitif yang diperlukan dalam membuat keputusan dan memecahkan masalah (Sullivan, 2001) untuk dapat digeneralisasi pada sejumlah situasi kehidupan (Lane & Strain, 2004). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas strategi kognitif behavioral dalam meningkatkan keterampilan memecahkan masalah sosial. Penelitian ini tergolong aetion research menggunakan desain penelitian kasus tunggal (single case study). Peneliti merancang suatu program intervensi untuk AD, siswa kelas X yang menunjukkan perilaku melanggar status. Analisis kualitatif terhadap perubahan hasil yang diperoleh pada saat pengukuran sebelum dan setelah intervensi menunjukkan bahwa intervensi dengan strategi kognitif behavioral efektif dalam meningkatkan keterampilan memecahkan masalah sosial bagi siswa SMA yang menunjukkan perilaku delinkuen melanggar status.
2010
T38123
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library