Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anne Suwan Djaja
Abstrak :
Latar Belakang: Normal saline adalah cairan yang selama ini digunakan dan terbukti memiliki efek samping yang merugikan yaitu asidosis metabolik hiperkloremik. Balanced Electrolyte Solution (BES) merupakan cairan kristaloid isotonus yang memiliki kandungan lebih menyerupai plasma darah dan memiliki kandungan klorida lebih rendah. Tujuan: Membandingkan rerata SBE pasien ketoasidosis diabetikum (KAD) yang diresusitasi dengan menggunakan normal saline dan balanced electrolyte solution (BES). Metode: Tiga puluh subyek KAD, usia 18-65 tahun, yang sesuai dengan kriteria inklusi dan tidak dieksklusi, secara berturut-turut dimasukan menjadi sampel penelitian. Pembagian kelompok ditentukan secara acak berdasarkan undian. Sampel dikelompokan menjadi dua, yaitu kelompok kontrol (normal saline) dan kelompok perlakuan (BES). Kedua kelompok kecuali dalam hal jenis cairan resusitasi. Pemeriksaan kesadaran, gula darah sewaktu, dan tanda-tanda vital dilakukan setiap jam selama enam jam pertama, dan setiap 12 jam hingga jam ke 48. Pemeriksaan analisa gas darah, laktat dan elektrolit dilakukan setiap dua jam selama enam jam pertama, dan setiap 12 jam hingga jam ke 48. Pemeriksaan keton dilakukan setiap enam jam hingga jam ke 48. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental terbuka consecutive sampling. Hasil: rerata SBE kelompok BES selalu lebih tinggi daripada kelopok NS. Rerata SBE kelompok BES lebih tinggi bermakna daripada rerata SBE kelompok NS pada jam ke 24 dan 48. SID kelompok BES selalu lebih tinggi secara bermakna di setiap jam yang diukur daripada kelompok NS. Kesimpulan: SBE kelompok BES lebih mendekati normal daripada kelompok NS di setiap jam yang diukur. ......Background: Normal saline is the resuscitation solution which is regularly used in diabetic ketoacidosis management. This solution has negative side effect causes hyperchloremic acidosis. Balanced Electrolyte Solution (BES) is isotoniccrystaloid solution, more resembling plasma than normal saline, and it has less chloride than normal saline. Objectives: This study compares the SBE mean in diabetic ketoacidosis, using normal saline and BES. Methods: Thirty diabetic ketoacidosis patients, 18-65 years age, who full filled the inclusion criteria and were not excluded, were consecutively enrolled to this study. Group was determined by tossed. Both groups received the same treatment except the kind of resuscitation fluid. The consciousness, blood sugar, and vital sign were recorded every hour until first six hour and every 12 hour until 48 hour. the blood gas analysis, lactate, and electrolyte were recorded every two hour until six hour, and every 12 hour until 48 hour. Blood ketones ware recorded every six hour until 48 hour. This is an open experimental consecutive study. Result: Mean SBE value in BES group was higher in every record. Mean SBE value in 24th and 48th hour were significantly higher in BES group than in NS group. Conclusion: SBE in BES group were closer to normal limit than in NS group.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T58922
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riskie Wulancahya
Abstrak :
Demam Berdarah yang disebabkan oleh virus Dengue masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, termasuk di Kelurahan Cempaka Putih Barat, Jakarta Pusat. Berdasarkan data yang didapatkan di Jakarta Pusat terdapat 3.138 kasus dengan 5 kematian dengan yang tertinggi di Cempaka Putih. Dalam memberantas vektor Demam Berdarah telah dilakukan pemberantasan fisik dan kimiawi, yaitu dengan program 3 M (Menguras bak mandi, Menutup tempat penampungan air dan Mengubur barang-barang bekas), Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), fogging dan pemberian Abate. Namun sayangnya, pemberantasan dengan cara ini belum berhasil. Cara lain yang menjadi harapan dalam pemberantasan vektor Demam Berdarah adalah dengan pemberian Bacillus thuringiensis israelensis (Bti). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan larva Aedes pada container di Kelurahan Cempaka Putih Barat RW 03 dan RW 07 setelah mendapatkan Bti. Desain penelitian ini berupa cross sectional analitik. Penelitian ini dilakukan survei terhadap 100 rumah dengan random sampling pada setiap RW dengan menggunakan single larva method. Hasil yang didapatkan House Index (HI), Container Index (CI),dan Bretau Index (BI) setelah pemberian Bti pada RW 07 adalah 11%, 4,86%, dan 12. Sementara itu, HI, CI, dan BI pada RW 03 adalah 17%, 7,29%, dan 22. Hasil dari keberadaan larva berdasarkan container di RW 07 dan RW 03 adalah p = 0,241 yang berarti tidak terdapat perbedaan makna. Begitu pula hasil dari keberadaan larva berdasarkan rumah di RW 07 dan RW 03 adalah p = 0,113. Dari hasil ini disimpulkan bahwa tidak adanya pengaruh pemberian Bti secara signifikan tetapi berdasarkan kuantitas keberadaan larva RW 07 lebih rendah dibandingkan dengan RW 03. ......Dengue haemorrahagic fever (DHF), caused by dengue virus, is still a health problem in Indonesia, including in Kelurahan Cempaka Putih Barat, Jakarta Pusat. Based on data obtained in Jakarta Pusat, there were 3138 cases with 5 deaths, the highest in Cempaka Putih. The eradication of DHF vectors have been made physical and chemical eradication, that is with 3 M (Menguras bak mandi, Menutup tempat penampungan air dan Mengubur barang-barang bekas), Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), fogging and administration of Abate. However, these eradications have not been successful. Another way becoming hope is the administration of Bacillus thuringiensis israelensis (Bti). The aim of this study is to determine the presence of Aedes larvae in containers in RW 07 and RW 03 Kelurahan Cempaka Putih Barat after administration Bti. The design of study is an analytic cross section. The study conducts a survey of 100 homes with a random sampling at each RW by using a single larva method. The results obtained House Index (HI), Container Index (CI), and Bretau Index (BI) after administration of Bti in RW 07 is 11%, 4.86%, and 12. Meanwhile, HI, CI, and BI in the RW 03 is 17%, 7.29%, and 22. The results based on the containers in RW 07 and RW 03 is p = 0.241, means no difference of meaning. Similarly, the results from the presence of larvae based on homes in RW 07 and RW 03 is p = 0.113. From the results, concluded that the absence of a significant influence after administration Bti but from the quantity of presence of larvae RW 07 is lower than RW 03.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lyriestrata Anisa
Abstrak :
Demam Berdarah Dengue (DBD) termasuk masalah kesehatan yang belum terselesaikan dengan baik di Indonesia, antara lain di Cempaka Putih Timur dan Cempaka Putih Barat. Berbagai metode pemberantasan telah dilakukan namun belum menunjukkan hasil yang maksimal. Hal tersebut mendorong peneliti untuk mencari alternatif lain yakni menggunakan Bacillus thuringiensisisraelensis (Bti) formulasi cair untuk memberantas larva Aedes sp. Oleh karena itu, peneliti melakukan survey entomologi untuk mendapatkan data dasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui densitas dan distribusi Aedes sp. di Cempaka Putih Timur sesudah diberi Bti dan Cempaka Putih Barat tanpa diberi Bti. Penelitian menggunakan desain cross-sectional yang dilakukan di 100 rumah pada tanggal 25 April 2010 di Cempaka Putih Timur dan Cempaka Putih Barat, Jakarta Pusat. Data diambil dengan single-larvae method, kemudian larva diidentifikasi di laboratorium Parasitologi FKUI serta dianalisis dengan uji Chisquare. Dari penelitian 100 rumah di Cempaka Putih Timur Tempat Penampungan Air (TPA) sebanyak 152. Sedangkan penelitian 100 rumah di Cempaka Putih Barat 230 TPA. Jumlah TPA positif larva di Cempaka Putih Barat (18) lebih banyak dibandingkan TPA di Cempaka Putih Timur (15), dan kemudian dilakukan uji Chi-square didapatkan nilai p = 0,487 yang artinya tidak terdapat perbedaan bermakna. Disimpulkan bahwa keberadaan larva Aedes sp. di TPA yang diberi Bti formulasi cair masih tinggi sehingga perlu penelitian lebih lanjut menggunakan formula slow-release. ......Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is an unresolved health problem well in Indonesia especially in Cempaka Putih Timur and Cempaka Putih Barat. Various methods of eradication have been made but not yet showing maximum results. It encourages researcher to look for other alternatives that use Bacillus thuringiensis israelensis (BTI) liquid formulation to eradicate larvae of Aedes sp. Therefore, researcher conducted a survey to obtain baseline data entomology. This study aims to determine the distribution and the density of Aedes sp. in Cempaka Putih Timur after being BTI and Cempaka Putih Barat without being BTI. This cross-sectional study obtained the data from 100 houses on 25 th April 2010 in Cempaka Putih Timur and Cempaka Putih Barat, Jakarta Pusat. The data was collected using the single larval method, larvae identification in parasitological laboratory FKUI and analyzed by Chi-square test. From 100 houses were observed in Cempaka Putih Timur, 152 Water Container (TPA) were found. From 100 houses were observed in Cempaka Putih Barat, 230 TPA were found. The number of positive larva TPA in Cempaka Putih Barat (18) more than the TPA in Cempaka Putih Timur (15). However, the p = 0.487 on Chi-square test, which means there is no significant difference. It is concluded that the existence of Aedes sp. larvae in TPA after being Bti liquid formulation is high.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Venny Christinna Anggraeni
Abstrak :
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus betina melalui gigitan saat menghisap darah manusia. DBD merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Jakarta khususnya di Kelurahan Cempaka Putih Barat dan Cempaka Putih Timur sehingga perlu dilakukan pemberantasan vektornya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi keberadaan larva Aedes sp. pada container di luar rumah pada daerah yang telah diberi Bacillus thuringiensis israelensis (Bti) dan tidak diberi Bti sehingga dapat diketahui perbedaan keberadaan larva pada kedua daerah tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 25 April 2010 terhadap 100 rumah di Kelurahan Cempaka Putih Timur dan Kelurahan Cempaka Putih Barat, dengan menggunakan single larva method dan dianalisis dengan Chi-square. Dari penelitian pada daerah yang telah diberi Bti sebelumnya diperoleh hasil container positif larva sebanyak 15 dan container negatif larva sebanyak 58. Sedangkan pada daerah yang tidak diberi Bti diperoleh hasil container positif larva sebanyak 4 dan container negatif larva sebanyak 56 container. Berdasarkan uji chi square diperoleh bahwa terdapat perbedaan bermakna antara daerah yang diberi Bti dan tidak diberi Bti (p=0,023). Hasil penelitian menunjukkan jumlah larva positif pada daerah yang diberi Bti jauh lebih besar jika dibandingkan dengan yang tidak diberi Bti. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara Bti dengan keberadaan larva Aedes sp pada container di luar rumah. ......Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a disease which is caused by Dengue Virus transmitted by Aedes aegypti and Aedes albopictus mosquito. DHF becomes a public health problem in Jakarta, especially in Cempaka Putih Barat and Cempaka Putih Timur, therefore an effective vector control is needed. The objective of this research is for knowing distribution of Aedes sp. larvae existence in the outdoor container in two different regions, which had been given and had not been given Bacillus thuringiensis israelensis (Bti), so that the difference of larvae’s existence in both regions can be known. This research was conducted using cross sectional design. Data were collected at 25th April 2011 from 100 houses with single larvae method and was analyzed using Chi-square. It was found in region which had been given Bti that positive larvae container were 15 and the negative larvae container were 58. While, on the region that had not been given Bti, the positive larvae container were 4 and the negative larvae container were 56. Based on chisquare test, it was found that there were significant differences between regions which had been given and had not been given Bti (p = 0.023). The results showed that the amount of positive larvae in the given Btiregion was larger than in the not given Bti region. In conclusion, there is no correlation among Bti with the existence of Aedes sp. larvae in the outdoor container.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Abidin
Abstrak :
Manggis merupakan buah yang banyak ditemukan di daerah tropis, dan sudah lama buah ini menjadi pilihan untuk dikonsumsi, beberapa penelitian menunjukkan bahwa buah ini memiliki banyak kandungan vitamin dan juga antioksidan yang bermanfaat bagi tubuh manusia.Pada studi eksperimen ini digunakan ekstrak kulit buah manggis serta bakteri Acinetobacter baumanii.Tujuannya untuk mengetahui ada tidaknya aktivitas antibakteri ekstrak kulit buah manggis untuk bakteritersebut. Metode: Metode yang digunakan untuk menguji aktivitas antibakteri adalah metode sumuran. Antibiotik serta ekstrak kulit buah manggis dipipetkan pada setiap sumuran dalam satu medium agar yang berbeda, dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 24-72 jam. Zona hambat bakteri uji diukur dengan mengukur daerah yang bening di sekitar sumuran. Hasil: Melalui uji Kruskal Wallis didapatkan hasil nilai p= 0,000 yang membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada data-data tersebut. Dari uji Mann Whitney diperoleh hasil perbandingan antara tetrasiklin dengan aquades dan ekstrak kulit buah manggis dalam berbagai pengenceran memiliki perbedaan bermakna dengan nilai p < 0,05. Simpulan: Dapat disimpulkan bahwa secara statistik ekstrak kulit buah manggis tidak memiliki aktivitas antibakteri. Data ini sesuai dengan hasil percobaan yang menunjukkan tidak terbentuknya zona hambat pada agar yang diberi ekstrak kulit buah manggis. ......Mangosteen is a fruit that is found in the tropics area, and has long been a choice of fruit for consumption, some studies have shown that this fruit has alot of vitamins and also antioxidants that are beneficial for human. In the experimental study of the use of mangosteen peel extract and Acinetobacter baumannii. The goal is to determine whether there is the antibacterial activity of mangosteen peel extracts for bacteria. Methods: The method used to test the antibacterial activity is a method of diffusion. Antibiotics and mangosteen peel extract included in any medium in a different order, with different concentrations. Then incubated at 37 ° C for 24-72 hours. Bacterial inhibition zone test is measured by measuring the clear areas around sinks. Results: Through the Kruskal Wallis test showed p=0.000 which proves that there are significant differences in the data. Mann Whitney test obtained from the comparison between tetracycline with distilled water and mangosteen peel extracts in differentdilutions havesignificant differences with p<0.05. Discussion: The conclution that mangosteen peel extract has no antibacterial activity. The data are consistent with the results of experiments that showed no inhibition zone formation at a given order of mangosteen peel extracts.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan yang masih menjadi ancaman bagi masyarakat di Indonesia, terutama di Kelurahan Cempaka Putih Barat, Jakarta Pusat sehingga perlu dilakukan pemberantasan vektor DBD. Pemberantasan vektor DBD perlu ditekankan pada container dalam rumah karena tempat perindukan utama Aedes aegypti terletak di dalam rumah. Salah satu cara pemberantasan vektor DBD yang ramah lingkungan dan memiliki efek jangka panjang adalah dengan penggunaan Bacillus thuringiensis israelensis (Bti). Oleh karena itu, penelitian ini akan melihat efektivitas penggunaan Bti pada Kelurahan Cempaka Putih Barat yang sebelumnya telah mendapat Bti. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui keberadaan larva Aedes pada container dalam rumah di RW 03 dan RW 07 Kelurahan Cempaka Putih Barat setelah mendapat Bti. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional analitik. Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 25 April 2010 di Kelurahan Cempaka Putih Barat, yaitu RW 03 yang tidak mendapat Bti dan RW 07 yang mendapat Bti. Container dalam rumah yang paling banyak mengandung larva pada RW 03 dan RW 07 adalah bak mandi karena container bervolume besar disukai Ae. aegypti. Container dalam rumah yang positif larva pada RW 03 adalah 7% dan pada RW 07 adalah 5%, terdapat perbedaan tetapi tidak bermakna secara statistik (p = 0,341). Disimpulkan Pemberian Bti tidak berpengaruh terhadap keberadaan larva Aedes pada container dalam rumah di RW 03 dan RW 07 Kelurahan Cempaka Putih Barat.
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a health issue that remains a threat to society in Indonesia, especially in the Cempaka Putih Barat, Central Jakarta thus dengue vector needs to be controlled. The eradication of dengue vectors should be emphasized in the containers inside the house because the main breeding site of Aedes aegypti is located inside the house. One of the dengue vector eradication methods which is environmentally friendly and has a long-term effects was the use of Bacillus thuringiensis israelensis (Bti). Therefore, this study would look the effectiveness of Bti application in Cempaka Putih Barat that had previously been received Bti. The purpose of this study was to determine the presence of Aedes larvae in containers inside the house in RW 03 and RW 07 Cempaka Putih Barat after Bti application. This study was a cross-sectional analytic study. The data collection was conducted on April 25, 2010 in Cempaka Putih Barat, RW 03 where Bti was not applied and RW 07 where Bti was applied. Container inside the house which was the most widely-containing larvae in RW 03 and RW 07 was the bathtub because of a large-volume container preferred Ae. aegypti. Container inside the house that was positive larvae in RW 03 was 7% and RW 07 was 5%, there was the difference but it was not significant (p = 0.341). It was concluded that Bti didn’t not affect the presence of Aedes larvae in containers inside the house in RW 03 and RW 07 Kelurahan Cempaka Putih Barat.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riska Wahyuningtyas
Abstrak :
Talasemia merupakan anemia herediter yang disebabkan kurangnya sintesis satu dari dua rantai polipeptida globin, α dan β. Transfusi darah yang merupakan tatalaksana rutin talasemia dapat menyebabkan penumpukan zat besi dalam darah dan berbagai komplikasi lain. Obat yang digunakan untuk mengikat penumpukan besi yaitu Deferoxamine ternyata cukup mahal dan dapat menimbulkan efek samping. Oleh karenanya, diperlukan pengobatan alternatif yang lebih aman dan terjangkau yaitu mangiferin (C-Glucosylxanthone) yang terdapat pada batang Mangifera indica L. dan daun Mangifera foetida L. Penelitian ini merupakan studi eksperimental dengan menggunakan 7 serum pasien talasemia dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI tahun 2009-2010. Setiap serum akan mendapat lima perlakuan yang terdiri atas satu kelompok plasebo, satu kelompok kontrol (mangiferin), satu kelompok yang diberi Deferoxamine, dan dua kelompok yang diberi ekstrak daun Mangifera foetida L. dengan dosis 0,75 mg dan 1,125 mg. Selain itu juga terdapat dua kelompok kontrol yaitu kelompok mangiferin dan kelompok perlakuan terhadap Deferoxamine tanpa serum. Reaksi antara serum dan perlakuan diukur nilai absorbansinya pada spektrofotometer UV VIS Optima 3000, suhu 28°C dan λ=190 nm-400 nm. Data dianalisis dengan One-Way Anova, p=0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa antara data serum, ekstrak 0,75 mg, 1,125 mg dan mangiferin menunjukkan nilai kemaknaan p=0,022. Hal ini menunjukkan ekstrak air daun Mangifera foetida L. mempunyai efek kelasi terhadap serum. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak 1,125 mg (p=0,498) menunjukkan efektivitas yang lebih mendekati kontrol mangiferin dalam membentuk kompleks dengan feritin serum penderita talasemia dibandingkan ekstrak 0,75 mg (p=0,044). ......Thalassemia is hereditary anemia caused by lack of synthesis of one of the two globin polypeptide chains, α and β. Blood transfusion is a routine treatment of thalassemia, but this treatment was found to cause accumulation of iron in the blood and various other complications. Deferoxamine is drug used to bind the iron, but it is expensive and has side effects. Therefore, the necessary treatment alternative that is safer and more affordable with mangiferin, a CGlucosylxanthone contained in Mangifera indica L. stem and leaves of Mangifera foetida L. This study is an experimental study using 7 serum of patients with thalassemia from the Department of Child Health, Medicine Faculty of Indonesia University in 2009-2010. Every serum got five treatment consisting of one placebo group, one control group (mangiferin), one group given Deferoxamine, and two groups were given the leaves extract of Mangifera foetida L. with a dose of 0,75 mg and 1,125 mg. Besides, there are two additional groups as a control consist of mangiferin and Deferoxamine without serum. Reaction of serum and treatment groups measured in a spectrophotometer UV-VIS Optima 3000 at 28° C and λ = 190 nm-400 nm. Data is analyzed with One-Way Anova, p=0,005. Results shows that data of serum, extract 0,75 mg, extract 1,125 mg, and mangiferin have significant means p=0,022. It means extract from Mangifera foetida L. has chelating activity to serum. It is concluded that extract 1,125 mg (p=0,498) has effectiveness approach mangiferin in forming complex between ferritin serum thalassemia patients than extract 0,75 mg (p=0,044).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setyo Budi Premiaji Widodo
Abstrak :
Perkembangan penyakit menunjukkan adanya tren peningkatan penyakit tidak menular yang didominasi oleh penyakit kardiovaskular. Salah satu manifestasinya adalah pada kelainan neurovaskular. Penelitian untuk terapi penyakit ini terus dikembangkan, termasuk salah satunya terapi menggunakan obat herbal. Dua jenis tanaman yang dipercaya memiliki efek terapi adalah akar kucing dan pegagan. Metode: Penelitian dilakukan dalam bentuk eksperimen dengan tujuan mendapatkan data terkontrol dari efek pemberian kombinasi akar kucing dan pegagan, obat citicoline, dan aquades pada 5 kelompok tikus yang sebelumnya dikondisikan hipoksia. Data diambil dengan melakukan hitung sel piknotik, terkondensasi dan sel normal pada girus dentatus otak tikus. Hasil: Dari 5 ke tikus yang diamati selnya, jumlah rata-rata sel terbanyak muncul pada kelompok terapi dengan citicoline. Jumlah rata-rata terendah muncul pada kelompok terapi dengan akuades. Pemberian kombinasi akar kucing dan pegagan tidak menunjukkan adanya urutan sesuai dosis. Pada analisis dengan uji One-Way Annova, didapatkan bahwa hasil tidak menunjukkan perbedaan bermakna. Diskusi dan Kesimpulan: Walaupun secara statistik tidak ditemukan perbedaan bermakna dari masing-masing kategori, pada pengamatan langsung sel dapat diamati adanya peningkatan jumlah sel normal pada pemberian terapi dengan kombinasi ekstrak akar kucing dan pegagan. Pengobatan dengan terapi herbal di Indonesia memiliki potensi besar untuk dikembangkan, peneliti berharap dapat dilakukan studi lebih lanjut untuk mengetahui hubungan antara pemberian ekstrak dengan efek neuroterapinya. ......Recent updates in diseases shows increasing number incommunicable disease, espescially in cardiovascular diseases. One of the disease caused by cardiovascular disease is neurovascular. Research for treatment of this disease still on progress, including research in herbal medicine. Two of herbal medicine that has being used for years are akar kucing and pegagan. Method: Experimental, in purpose obtaining controlled data from treatment with combination of akar kucing with pegagan, citicoline, and aquades in 5 group of mouse that has been hypoxiated. Data taken after treatment are the normal cells of mouse (Sprague dawley.) brain in gyri of dentata. Result: From 32 mouse that observed, mean number of highest normal cells are found in mouse with citicoline treatment. And the lowest mean of normal cell are found in mouse with aquades treatment. Treatment with combination of akar kucing and pegagan did not correlated with order of dose. And statistic analysis with one-way annova shows the differences are not significant (p>0,878). Discussion and Conclusion: Although statistically insignifficant, in direct observation the difference can be seen. In mouse with akar kucing and pegagan treatment, number of normal cells was increased. This may be resulted from anatomycal factor, duration of treatment, and method of observation. Further research still needed for understanding the effect of treatment with neurotheraphy effect.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Awang Irawan Rusli
Abstrak :
Mengetahui hubungan peningkatan berat badan ibu hamil dengan lama persalinan. Metode: Penelitian menggunakan metode cross-sectional. Menggunakan data sekunder dari rekam medis. Hasil: Dari 480 rekam medis, 129 rekam medis terdapat data yang tidak lengkap pada riwayat pemeriksaan kehamilan, 232 rekam medis lainnya merupakan kasus persalinan dengan prosedur seksio sesaria, 30 data rekam medis yang tidak mencantumkan lama persalinan sama sekali, 21 data rekam medis yang mencantumkan lama persalinan secara tidak lengkap, sehingga diambil 68 data. ROC-Curve sebagai cut-off peningkatan berat badan, yaitu 9,75 kg. Dari 68 kasus, 20 kasus peningkatan berat badan ≤ 9.75 kg dan 48 kasus peningkatan berat badan > 9.75 kg. Penelitian mengunakan uji Chi-Square dengan nilai p = 0,216 yang berarti tidak terdapat hubungan bermakna antara peningkatan berat badan ibu hamil dengan lama persalinan. Kasus lama persalinan yang panjang pada 20 kasus peningkatan berat badan ≤ 9.75 kg adalah 8 (40%) dan pada 48 kasus peningkatan berat badan > 9.75 kg adalah 12 (25%). Kesimpulan: tidak terdapat hubungan antara peningkatan berat badan ibu hamil dengan lama persalinan. ......Knowing association of weight gain in pregnancy with labour period. Method: Research using cross-sectional method. Secondary data was used from medical records. Result: From 480 medical records, 129 cases had no history of complete antenatal care, 232 cases are caesarian cases, 30 cases have no labour period, 21 cases have uncomplete record of labour period, so that is taken 68 cases. ROC-Curve was used as a cut-off weight gain, which is 9.75 kg. Of 68 cases, 20 cases of increased body weight ≤ 9.75 kg and 48 cases of weight gain > 9.75 kg. Research using Chi-square test with p = 0.216, with a sense there is no significant relationship between weight gain in pregnancy with the outcome of labour period in pregnant women. The incidence of long labour period in 20 cases of increased body weight ≤ 9.75 kg is 8 (40%) and 48 cases of weight gain > 9.75 kg was 12 (25%). Conclusion: No significant association between weight gain in pregnancy with labour period in pregnant women.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Putranto Setiawan
Abstrak :
Trembesi merupakan tanaman kering yang hidup di daerah tropis yang berasal dari Amerika pusat yang menyebar luas hingga Venezuela dan Kolombia. Tanaman ini selain dimanfaatkan untuk mengurangi polusi udara dan menyerap air, biji dan daunnya dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat. Sampai saat ini belum ada bukti apakah biji trembesi aman atau tidak untuk dikonsumsi. Oleh karena itulah peneliti merasa perlu untuk mengetahui toksisitas tanaman ini. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan Uji toksisitas akut (LD50) untuk melihat efek toksisitas. Uji ini dilakukan dengan melihat kategori dosis manakah yang mampu membunuh 50% populasi sampel yang dicekoki trembesi. Setelah didapatkan, maka dapat ditentukan trembesi termasuk kategori dosis yang mana. Kategori dosis toksisitas yang dipakai pada penelitian ini adalah dosis moderately toxic. Pada penelitian ini organ yang diperiksa oleh peneliti adalah hati, karena hati merupakan organ yang berperan dalam menetralisasi zat-zat racun terutama yang masuk ketubuh melalui saluran pencernaan. Setelah dilakukan pencengkokan dengan ketiga rkstrak tersebut, tidak ada hewan coba yang mati. Kemudian setelah diamati sejak pemberian trembesi hingga hari ke-14. Tidak didapatkan mencit yang mati. Setelah itu, organ hati dari masing-masing hewan coba diambil untuk dibuat sediaan mikroskopiknya. Dari pemeriksaan, tidak ditemukan kelainan mikroskopik pada hati. Dapat disimpulkan bahwa trembesi terbukti tidak memiliki efek toksik pada hati mencit. LD50 untuk ketiga ekstrak tersebut adalah practically non-toxic. ......Trembesi is plants that live in the tropics. This plant comes from central America who spread to Venezuela and Colombia. This plant is used in addition to reducing air pollution and absorb water, seeds and leaves are used by the community as a drug. Until now there has been no evidence whether the trembesi seeds is safe or not for consumption. That is why researchers find it necessary to know the toxicity of this plant. In this study, researchers will use acute toxicity test (LD50) to see the effects of toxicity. This test is done by looking at what dose category are able to kill 50% of the sample population is fed a trembesi. Once obtained, trembesi can be categorized into six doses: supertoxic, extremely toxic, highly toxic, moderately toxic, slightly toxic, or Practically non-toxic. In this study the organ being examined by investigators is the heart, because the liver is the organ that plays a role in neutralizing toxic substances that enter through the gastrointestinal tract. After the experiment, all mice survived. During the observation until the 14th day. There were no mice died. After that, the liver of each animal was taken for microscopic preparations made. From the examination, there was no microscopic abnormalities in liver Now, we can concluded that the trembesi didn’t show any toxic effects on the liver of mice. LD50 for the three extracts are Practically non-toxic.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>