Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dinda Ayu Permata Sari Iswandi Balaw
"GLOPLAY – Glodok Game Center terletak di kawasan Glodok TOD MRT Fase II, dimana proyek ini merupakan sebuah pusat permainan terbesar di Jakarta. GLOPLAY memiliki spesialisasi dalam penggabungan beberapa jenis permainan/ games mulai dari games modern dan tradisional. Permainan tradisional yang diwadahi berasal dari Tiongkok akibat adaptasi dan respon terhadap lokasi tapak yaitu di Glodok dimana merupakan kawasan Pecinaan terbesar di Indonesia. Proyek ini bertujuan untuk menghadirkan ruang rekreasi dan kompetisi guna meningkatkan sosio-ekonomi kawasan Glodok sekaligus melestarikan budaya, serta menjadi magnet wisatawan dan pengunjung MRT.

GLOPLAY – Glodok Game Center is located in the Glodok TOD MRT Phase II area, where this project is the largest game center in Jakarta. GLOPLAY specializes in merging several types of games, ranging from modern and traditional games. The traditional games that are accommodated are originated from China as a result of adaptation and response to the site location, namely in Glodok, which is the largest Chinatown area in Indonesia. This project aims to provide space for recreation and competition to improve the socio-economy of the Glodok area while at the same time calming culture, as well as becoming a magnet for tourists and MRT visitors."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Ghifari Ibrahim
"

Salah satu permasalahan bagi generasi milenial adalah seputar kebutuhan dan keterbatasan dalam memiliki hunian. Berdasarkan data dari “Indonesia Millennial Report 2019,” 64,9% generasi milenial masih belum mampu untuk membeli hunian sendiri. Apalagi hunian yang berada di lokasi strategis atau dekat dengan daerah Transit Oriented Development (TOD) cenderung lebih mahal dan tidak sesuai dengan budget generasi muda jaman sekarang. Maka milenial cenderung sulit membeli serta memenuhi kebutuhan tempat huniannya. Berlatar belakang kondisi tersebut, konsep co-living atau konsep rumah tinggal sudah mulai marak dikembangkan sebagai solusi untuk kaum milenial. Konsep ini cocok untuk kaum milenial yang sedang memerlukan hunian karena harganya yang lebih terjangkau. Apalagi co-living dapat diterapkan di hunian seperti rumah atau apartemen yang ditempati bukan oleh satu keluarga, melainkan oleh beberapa penghuni yang masing-masing menempati satu kamar.

Membangun kota yang berkelanjutan adalah kunci untuk memiliki masa depan yang lebih baik, terutama karena sebagian besar penduduk sudah tinggal di pusat kota. Co-living memiliki posisi yang baik untuk hal ini, Co-living dapat menciptakan ruang hidup inspirasional yang mendorong rasa kebersamaan dan interaksi sosial di dalam bangunan dan pengembangan kota. Co living dapat menjadi hunian bagi komunitas yang dapat membentuk interaksi antar sesama penghuni, sehingga menciptakan hubungan yang lebih akrab antara sesama penghuni dan lingkungannya.


One of the problems for millennials is the need and limitations of owning a home. Based on data from the "Indonesia Millennial Report 2019," 64.9% of millennials still cannot afford to buy their own housing. Moreover, housing in strategic locations or close to the Transit Oriented Development (TOD) area tends to be more expensive and does not fit the budget of today's young generation. So millennials tend to find it difficult to buy and fulfill their housing needs. Against this background, the concept of co-living has begun to be developed as a solution for millennials. This concept is suitable for millennials who are in need of housing because the price is more affordable. Moreover, co-living can be applied in residences such as houses or apartments that are occupied not by one family, but by several residents who each occupy one room.

Building a sustainable city is key to having a better future, especially since most of the population already lives in the city center. Co-living is well positioned for this, it can create inspirational living spaces that encourage a sense of community and social interaction within buildings and urban developments. Co-living can be a residential community that can form interactions between residents, thus creating a more intimate relationship between residents and their environment."

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library