Ditemukan 23 dokumen yang sesuai dengan query
Sinta Lestari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui transisi merumah (housing transition) kelompok dewasa muda di Kota Depok, Jawa Barat, dengan fokus pada fenomena migrasi internal perumahan yang membentuk perkembangan kota. Kota Depok yang merupakan bagian dari di wilayah metropolitan Jabodetabek, 83% wilayah kota ini diperuntukkan bagi perumahan sesuai dengan rencana tata ruang wilayah (RTRW). Sehingga, penting untuk mengkaji bagaimana pertumbuhan penduduk yang pesat dan perluasan kota di kota ini dalam mempengaruhi transisi merumah (housing transition). Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan wawasan tentang pola transisi merumah (housing transition), korelasinya dengan infrastruktur perkotaan, serta faktor-faktor demografi dan sosial ekonomi yang mempengaruhinya. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan sampel sebanyak 123 responden dan menggunakan sistem Informasi Geografis (GIS) digunakan untuk analisis spasial. Temuan menunjukkan bahwa pendapatan dan metode pembiayaan memiliki dampak yang signifikan terhadap kemampuan membayar perumahan (Pendapatan: p=0.000, Metode Pembiayaan: p=0.007). Status pekerjaan menjadi faktor paling berpengaruh dalam transisi merumah (housing transition) (p=0,015). Hal ini menunjukkan bahwa stabilitas keuangan dan kesempatan kerja memainkan peran penting dalam memfasilitasi transisi merumah (housing transition). Secara spasial terlihat adanya kecenderungan penduduk untuk pindah ke wilayah (kecamatan) yang sama jika memiliki kondisi finansial yang baik. Namun, untuk yang tidak mampu membeli rumah di wilayah di pusat kota cenderung memilih pindah ke wilayah yang lebih terjangkau di selatan. Secara keseluruhan, penelitian ini menyoroti pentingnya mengembangkan pilihan perumahan yang bisa dijangkau oleh beragam segmen masyarakat agar perkembangan perumahan dan kota bermanfaat bagi semua penduduk kota.
This research aims to investigate the process of housing transition of young adults in Depok City, West Java, a specific phenomenon on intra housing migration, which has a significant impact on urban development. Depok City is situated in Jabodetabek metropolitan area, with approximately 83% of its land designated for housing purposes according to regional spatial plan (RTRW). Consequently, it is crucial to examine how the city's rapid population growth and urban sprawl influence the housing transition. The primary objective of this study is to gain an understanding of the patterns of housing transition, along with their correlation with urban infrastructure, as well as the demographic and socio-economic factors. The research adopts a quantitative approach, with a sample of 123 respondents, and utilizes Geographic Information System (GIS) for spatial analysis. The findings reveal income and financing methods significantly impact ability to pay for housing (Income: p=0.000, Financing Method: p=0.007). Employment status emerges as the most influential factor in housing transition process (p=0.015). These results indicate that financial stability and employment opportunities play a crucial role in facilitating the housing transition. Spatially, it is observed that residents tend to relocate within the same sub-district when they possess favourable financial conditions. However, individuals who cannot afford to purchase a house within the city centre often opt for more affordable alternatives in the southern areas. In comprehen, this research highlights the significance of developing housing options that are accessible to various segments of society, thereby ensuring that housing and urban development are beneficial to all residents."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Amanda Amilia Atmaheni
"Penelitian ini menyelidiki ketersediaan masa depan pemakaman Jakarta dalam memenuhi kebutuhan pemakaman penduduknya dan mengeksplorasi potensi optimalisasi ruang terbuka hijau aktif (taman dan hutan kota) untuk digunakan sebagai pemakaman. Selain itu, penelitian ini mengkaji sikap masyarakat terhadap rencana optimalisasi tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Kondisi terkini pemakaman Jakarta dinilai melalui proyeksi kematian dan ketersediaan pemakaman. Potensi optimalisasi ruang terbuka hijau aktif dianalisis menggunakan analisis kesesuaian lahan. Sikap masyarakat diukur melalui kuesioner online, mengumpulkan tanggapan dari 223 partisipan mengenai pengalaman, persepsi, dan preferensi mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemakaman di Jakarta hanya dapat menampung pemakaman hingga tahun 2038 sebelum terjadi defisit, dengan asumsi kota ini tetap konsisten dengan rencana yang ada. Optimalisasi ruang terbuka hijau aktif dapat menciptakan sekitar 178.406 petak pemakaman tambahan, yang berpotensi menunda defisit hingga tahun 2042. Pendapat publik mengenai optimalisasi ini terbagi, dengan 58% setuju dan 42% tidak setuju. Meskipun masyarakat mengakui pentingnya pemakaman, banyak yang masih memiliki persepsi negatif karena legenda urban yang diperkuat oleh penggambaran media dalam film horor dan acara uji nyali. Temuan ini menekankan perlunya pendidikan publik yang komprehensif dan dialog untuk mengatasi kekhawatiran dan membangun konsensus mengenai solusi pengelolaan pemakaman yang berkelanjutan.
This study investigates the future availability of cemeteries in Jakarta to meet the burial needs of its population and explores the potential of optimizing active green spaces (parks and urban forests) for cemetery use. Additionally, it examines public attitudes towards this optimization proposal. The study employs both quantitative and qualitative methods. The current state of Jakarta's cemeteries is assessed through mortality projections and cemetery availability analysis. The potential for optimizing active green spaces is analyzed using land suitability analysis. Public attitudes are measured through an online questionnaire, collecting responses from 223 participants (N: 223) regarding their experiences, perceptions, and preferences. The findings indicate that Jakarta's cemeteries can only accommodate burials until 2038 before a deficit occurs, assuming the city remains consistent with current plans. Optimizing active green spaces could create around 178,0406 additional burial plots, potentially delaying the deficit until 2042. Public opinion on this optimization is divided, with 58% in favor and 42% opposed. While the public acknowledges the importance of cemeteries, many still hold negative perceptions due to urban legends reinforced by media portrayals in horror films and paranormal shows. These findings highlight the need for comprehensive public education and dialogue to address concerns and build consensus towards sustainable cemetery management solutions in Jakarta."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Simon Hadi Bangun
"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penerapan model pariwisata berbasis masyarakat/community based tourism (CBT) untuk pengembangan kawasan pariwisata di Desa Semangat Gunung dan Daulu. Selain itu, penelitian mengkaji persepsi dan kebutuhan masyarakat, pengusaha, dan pemerintah terhadap perkembangan pariwisata di Desa Semangat Gunung dan Daulu. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Perkembangan pariwisata yang terjadi, terdapat isu di masyarakat antara lain: pungutan liar setiap pos jalur lintas Daulu-Semangat Gunung, Pemblokadean jalur oleh oknum masyarakat, dan tingginya krisis kepercayaan yang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Perkembangan pariwisata di analisis menggunakan analisis triangulasi data dari observasi dan wawancara yang dilakukan bersama perwakilan masyarakat, pengusaha, dan pemerintah. Data yang diperoleh di kodefikasi melalui lima dimensi model CBT dan empat tahapan pembangunan CBT dengan menggumpulkan tanggapan dan 18 partisipan mengenai pengalaman, persepsi dan kebutuhan mereka terhadap perkembangan pariwisata. Hasil analisis mengidentifikasi pariwisata di Desa Semangat Gunung dan Daulu memiliki peluang untuk dapat mengimplementasikan konsep CBT melalui dimensi ekonomi, sosial, dan budaya yang sudah berjalan. Pada dimensi lingkungan dan politik, indikator ini masih belum optimal dilaksanakan sehingga harus di evaluasi dan dikembangkan karena merupakan hal yang baru bagi kawasan tersebut dan pentingnya peran tenaga ahli yang profesional dan keputusan politik yang kuat di masyarakar untuk dapat mengimplementasikan setiap kebijakan. Pada tahap pembangunan pariwisata, hasil analisis menghasilkan masyarakat memiliki kesiapan untuk pariwisata, memiliki kemampuan dan persiapan komunitas, serta adanya kesiapan dan pengembangan organisasi yang dilakukan oleh masyarakat. Temuan ini menekankan perlunya peran pemerintah pusat untuk saling sinkronisasi dengan pemerintah daerah hingga desa untuk dapat saling merealisasikan kebijakan dan progam kerja.
This research aims to examine the application of the community-based tourism (CBT) model for developing tourism areas in the villages of Semangat Gunung and Daulu. In addition, the research examines the perceptions and needs of the community, entrepreneurs and government regarding tourism development in the villages of Semangat Gunung and Daulu. This study uses a qualitative method. The development of tourism that occurs, there are issues in the community, including: illegal levies at each post on the Daulu-Semangat Gunung route, blockades of the route by members of the community, and a high crisis of trust that is developing among the community. Tourism development was analyzed using triangulation analysis of data from observations and interviews conducted with representatives of the community, entrepreneurs and government. The data obtained was coded through the five dimensions of the CBT model and four stages of CBT development by collecting responses from 18 participants regarding their experiences, perceptions and needs for tourism development. The results of the analysis identify that tourism in the villages of Semangat Gunung and Daulu have the opportunity to implement the CBT concept through economic, social and cultural dimensions that are already underway. In the environmental and political dimensions, this indicator is still not optimally implemented so it must be evaluated and developed because it is something new for the region and the role of professional experts and strong political decisions in society is important to be able to implement each policy. At the tourism development stage, the results of the analysis produce that the community is ready for tourism, has community capabilities and preparation, as well as readiness and organizational development carried out by the community. These findings emphasize the need for the role of the central government to synchronize with regional and village governments to be able to mutually realize policies and work programs"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Hutabarat, Agnes Grace Patricia
"Aksesibilitas adalah kemudahan melakukan mobilitas dari satu tempat ke tempat lain yang termasuk dalam sistem transportasi. Mobilitas masyarakat terjadi setiap hari, hal ini disebabkan oleh perjalanan dari dan ke kota atau tujuan masyarakat, seperti di kota Bogor. Menurut data riset Global Traffic Scorecard 2021, tingkat kemacetan di Kota Bogor menduduki peringkat ke-5 di Indonesia, dan ke-821 di dunia. Tingginya jumlah kendaraan yang melewati Kota Bogor serta jumlah pengguna komuter, dan permasalahan lalu lintas yang dialami di Kota Bogor, tentunya mengganggu aksesibilitas transportasi yang merupakan komponen penting dari sebuah kota dan juga sangat penting untuk menjamin masyarakat dapat mengakses layanan seperti kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan. Hal ini tidak dapat tercapai dengan baik jika akses mobilitas masyarakat terganggu. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis indikator aksesibilitas transportasi dengan menggunakan metode PTAL dan PTAI lalu mendapatkan pembaharuan indikator aksesibilitas menggunakan Skala Likert dan SEM - PLS. Hasil analisis PTAL dan PTAI adalah tingkat aksesibilitas transportasi di Kota Bogor masih tergolong sangat buruk atau masih sulit untuk dijangkau. Kemudian hasil dari SEM-PLS, variabel baru untuk perhitungan aksesibilitas transprotasi adalah Variabel Wilayah dengan indikator Kepadatan Tata Guna Lahan.
Accessibility is the ease of doing mobility from one place to another which is included in the transportation system. Community mobility occurs every day, this is caused by travel to and from cities or community destinations, such as in the city of Bogor. According to research data from the Global Traffic Scorecard 2021, the level of congestion in Bogor City is ranked 5th in Indonesia, and 821st in the world. The high number of vehicles passing through the City of Bogor as well as the number of commuter users, and the traffic problems experienced in the City of Bogor, of course disrupt the accessibility of transportation which is an important component of a city and is also very important to ensure that people can access services such as health, education and employment. . This cannot be achieved properly if access to community mobility is disrupted. Therefore, this study aims to analyze indicators of transportation accessibility using the PTAL and PTAI methods and then get updated accessibility indicators using the Likert Scale and SEM - PLS. The results of PTAL and PTAI analysis show that the level of transportation accessibility in Bogor City is still very bad or difficult to reach. Then the results from SEM - PLS, the new variable for calculating transportation accessibility is the Area Variable with the Land Use Density indicator."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Salma Az-Zahroh
"Ekspansi perkotaan dan dinamika demografi diperkirakan akan berdampak signifikan pada negara berkembang, dengan Indonesia mengalami peningkatan populasi perkotaan yang cepat dari 14,5% pada tahun 1960 menjadi 57% pada tahun 2021. Urbanisasi yang tidak direncanakan dengan baik menimbulkan tantangan seperti keterjangkauan perumahan yang tidak memadai, infrastruktur yang tidak memadai, dan ruang terbuka hijau spasi. Untuk mengatasi masalah ini, kota-kota baru sedang dikembangkan dengan standar hidup berkelanjutan dan kepedulian lingkungan. Indikator perumahan berkelanjutan dapat membantu meningkatkan kualitas kehidupan perkotaan. Namun ketersediaan indikator perumahan terbatas, terutama untuk pedoman perencanaan dan pembangunan di kota-kota baru. Studi ini bertujuan untuk memberikan daftar indikator perencanaan perumahan perkotaan yang berkelanjutan di kota-kota baru dengan menggunakan pendekatan kualitatif, menggabungkan studi literatur, penilaian ahli, dan studi lapangan. Hasilnya memberikan referensi untuk penelitian selanjutnya dan menjadi referensi untuk perencanaan perumahan berkelanjutan di kawasan perkotaan baru.
Urban expansion and demographic dynamics are expected to significantly impact developing countries, with Indonesia experiencing a rapid urban population increase from 14.5% in 1960 to 57% in 2021. Poorly planned urbanization leads to challenges such as inadequate housing affordability, inadequate infrastructure, and green open spaces. To address these issues, new cities are being developed with sustainable living standards and environmental concerns. Sustainable housing indicators can help improve urban life quality. However, the availability of housing indicators is limited, especially for planning and building guidelines in new cities. This study aims to provide a list of sustainable indicators for urban housing planning in new cities using a qualitative approach, combining literature studies, expert judgment, and field studies. The results provide a reference for future research and serve as a reference for planning sustainable housing in new urban areas."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Vica Asrianti Dwiputri
"Populasi di Kota Depok pada tahun 2021 mencapai 2.085.935 jiwa, dengan tingkat laju pertumbuhan penduduk sebesar 1.92% per tahun. Tingginya laju pertumbuhan penduduk ini menghasilkan efek ledakan penduduk yang berdampak pada kualitas kelestarian dan keseimbangan lingkungan di suatu daerah. Sanitasi lingkungan adalah upaya untuk mengendalikan semua faktor yang berpengaruh terhadap fisik lingkungan dan memiliki dampak berbahaya pada perubahan keseimbangan lingkungan, kesehatan dan kelangsungan hidup manusia. Rata-rata ketercapaian lima pilar STBM di Kota Depok baru mencapai 79.12 persen. Tujuan dari penelitian ini adalah Merentangkan faktor yang mempengaruhi ketercapaian lima pilar STBM di Kota Depok dengan kurun waktu hampir 10 tahun, sebagai
Lessons Learned dalam mengintervensi STBM. Metode penelitian ini menggunakan (Analytical Hierarchy Process) dan wawancara yang dibandingkan dengan penelitian terdahulu. Sehingga hasil penelitiannya adalah faktor- faktor yang mempengaruhi ketercapaian STBM di Kota Depok ditinjau dari 3 Aspek, yaitu aspek kontekstual, aspek psikososial dan aspek teknologi. Pada aspek kontekstual faktor kebijakan, faktor akses ke sumber daya dan faktor latar belakang individu memiliki pengaruh yang sama-sama kuat. Pada aspek psikososial faktor yang berpengaruh adalah pengetahuan pentingnya sanitasi masyarakat dan inisiatif masyarakat, berikutnya pada aspek teknologi faktor yang berpengaruh adalah kepemilikan dan pemeliharaan fisik produk. Hal ini bisa dilihat dari pengaruh faktor terhadap satu pilar maupun beberapa pilar secara bersamaan.
The population in Depok City in 2021 is projected to reach 2,085,935 people, with a population growth rate of 1.92% per year. The high population growth rate has led to a population explosion effect, which impacts the quality of environmental sustainability and balance in the area. Environmental sanitation is an effort to control all factors that affect the physical environment and hurt the balance of the environment, health, and human life sustainability. The average achievement of the five STBM pillars in Depok City has only reached 79.12 per cent. This study explores the factors influencing the achievement of the five STBM pillars in Depok City for nearly ten years, providing valuable lessons in intervening STBM. This research method utilizes the Analytical Hierarchy Process (AHP) and interviews compared to previous studies. The results of this research identify the factors influencing the achievement of STBM in Depok City across three aspects: contextual, psychosocial, and technological. Regarding contextual aspects, policy factors, access to resources, and individual background factors have an equally strong influence. Regarding psychosocial aspects, knowledge of the importance of community sanitation and community initiatives plays a significant role. Regarding technological aspects, ownership and physical maintenance of the product has an influence. This influence can be observed simultaneously in the impact on one or multiple pillars."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Ginting, Riska Phillia Br
"
Penelitian ini membahas pentingnya pelestarian kawasan cagar budaya sebagai warisan perkotaan dalam mengembangkan identitas dan budaya kota. Penelitian ini melibatkan kolaborasi dengan masyarakat dalam menilai integritas dinamis warisan perkotaan melalui pendekatan sense of place dan memori kolektif. Fokus penelitian ini adalah pada kawasan Kotatua di Jakarta yang mengalami perubahan fisik dan fungsi seiring waktu. Pemerintah provinsi DKI Jakarta telah mengeluarkan kebijakan untuk menjaga keaslian dan kelestarian kawasan ini, tetapi perlu ada instrumen yang kuat untuk meminimalisir dampak negatif. Penelitian ini berusaha menyusun konsep perencanaan tata ruang yang aplikatif dan fleksibel, dengan mempertimbangkan urban memory masyarakat. Tujuannya adalah meningkatkan kualitas kawasan pemugaran dan mempertahankan nilai sejarah serta identitas lokal. Hasil penelitian ini mengungkap bahwa kawasan Pemugaran Tambora memiliki aspek fisik dan non-fisik yang menjadi urban memory yang diingat oleh masyarakat. Jalan Kali Besar Barat, Masjid, Rumah Cina/Pecinan, dan Pasar Pagi menjadi elemen penting yang diingat karena aktivitas yang beragam, nilai religius, identitas budaya, dan simbol perdagangan. Penelitian merekomendasikan pelestarian Jalan Kali Besar, Masjid-Masjid Cagar Budaya, Rumah Cina/Pecinan, dan Pasar, sementara aspek lain dapat dimodifikasi dan diberi penggunaan baru untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan produktivitas kawasan.
This study discusses the importance of preserving cultural heritage areas as urban heritage in developing urban identity and culture. This research involves collaboration with the community in assessing the dynamic integrity of urban heritage through a sense of place and collective memory approach. This research focuses on the Kotatua area in Jakarta, which has undergone physical and functional changes over time. The provincial government of DKI Jakarta has issued a policy to maintain the authenticity and sustainability of this area, but robust instruments are needed to minimize negative impacts. This research seeks to develop a spatial planning concept that is applicable and flexible, taking into account the urban memory of the community. The goal is to improve the quality of the restoration area and maintain historical value and local identity. The results of this study reveal that the Tambora Restoration area has physical and non-physical aspects that become urban memories that the community remembers. Jalan Kali Besar Barat, the Mosque, the Chinese House/Chinatown, and the Morning Market are essential elements to remember for their diverse activities, religious values, cultural identity, and trade symbols. Research recommends preserving Jalan Kali Besar, Heritage Mosques, Chinese Houses/Chinatown, and Markets. At the same time, other aspects can be modified and given new uses to improve the environmental quality and productivity of the area."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Arie Faizal Rajab
"Jakarta, sebagai kota metropolitan dengan populasi terbesar di Indonesia, menghadapi tantangan dalam menyediakan transportasi yang efektif dan terintegrasi. Pemerintah telah melakukan investasi besar-besaran dalam pembangunan infrastruktur transportasi massal, termasuk pembangunan jaringan Mass Rapid Transit (MRT). Salah satu kawasan yang terpengaruh oleh pembangunan MRT adalah kawasan Transit Oriented Development (TOD) Fatmawati. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh keberadaan infrastruktur stasiun MRT dan jaringannya terhadap nilai lahan di kawasan TOD Fatmawati serta potensi pemanfaatannya sebagai mekanisme penangkapan nilai lahan untuk sumber pembiayaan baru. Melalui pengumpulan data primer menggunakan metode observasi lapangan dan penyebaran kuesioner kepada responden terkait, data tentang kondisi lingkungan dan perubahan yang terjadi di wilayah penelitian dikumpulkan. Data tersebut kemudian dianalisis menggunakan model Hedonic Pricing Model untuk mengestimasi pengaruh spesifik dari keberadaan stasiun MRT terhadap nilai lahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor seperti jarak persil ke stasiun MRT, jarak persil ke jalan utama, dan fungsi guna lahan secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap nilai lahan di kawasan TOD Fatmawati. Penggunaan metode DiD menggambarkan lebih jauh bahwa keberadaan stasiun MRT memiliki dampak yang signifikan terhadap kenaikan nilai lahan dengan persentase uplift yang cukup besar hingga 61,26% (tertinggi) pada rentang jarak 200-400 meter. Pola karakteristik nilai lahan juga dianalisis berdasarkan nilai NJOP, yang menunjukkan bahwa kedekatan jarak dengan stasiun MRT belum menjadi faktor utama yang mempengaruhi nilai lahan.
Jakarta, as the largest metropolitan city in Indonesia, faces challenges in providing effective and integrated transportation. The government has made significant investments in the development of mass transportation infrastructure, including the construction of the Mass Rapid Transit (MRT) network. One of the areas affected by the MRT development is the Fatmawati Transit Oriented Development (TOD) area. This study aims to examine the influence of the presence of MRT station infrastructure and its network on land value in the Fatmawati TOD area, as well as its potential utilization as a mechanism for capturing land value for new sources of financing. Through the collection of primary data using field observation methods and questionnaires distributed to relevant respondents, data on environmental conditions and changes occurring in the research area were gathered. The data was then analyzed using the Hedonic Pricing Model to estimate the specific influence of the presence of MRT stations on land value. The research findings indicate that factors such as the distance from plots to MRT stations, the distance from plots to main roads, and land use function collectively have a significant impact on land value in the Fatmawati TOD area. The use of the DiD method further illustrates that the presence of MRT stations has a significant impact on the increase in land value, with a considerable uplift percentage of up to 61.26% (highest) within the distance range of 200-400 meters. The characteristics of land value patterns were also analyzed based on the NJOP value, indicating that proximity to MRT stations is not yet a primary factor influencing land value."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Kevin Daniel Mangasi
"Permasalahan banjir di DKI Jakarta pada dasarnya disebabkan dari berbagai faktor yakni faktor natural/proses alamiah dan akibat campur tangan manusia/faktor non alami. Konsep Water Sensitive City merupakan sebuah konsep infrastruktur hijau yang berperan langsung terhadap permasalahan hidrologi perkotaan dengan tujuan menciptakan kota ramah air berkelanjutan. Pemilihan lokasi prioritas pada Kali Krukut dilakukan dengan melakukan metode pembobotan terhadap setiap aspek yang berkaitan dengan parameter Banjir. Hasil skoring menunjukan lokasi prioritas pada penelitian ini berada di Kelurahan Cipedak. Berdasarkan hasil analisis penerapan nature based solution dengan menggunakan software GITBoLA di Kelurahan Cipedak menunjukan hasil intervensi penerapan NBS adalah seluas 29,38 atau sekitar 19% dari total luas lahan kelurahan Cipedak seluas 154,60 Ha. Analisis lingkungan penerapan NBS pada wilayah Cipedak menunjukan penerapan NBS berpengaruh terhadap peningkatan kualitas lingkungan melalui peningkatan kualitas air, peningkatan kemampuan daya resapan air dan pengurangan polutan. Pembangunan NBS juga memberikan manfaat secara sosial melalui healing environment yang tercipta melalui penyediaan ruang terbuka hijau. Sedangkan pada aspek ekonomi pembangunan NBS dengan biaya pembangunan Rp284.500.756.600 dapat melindungi nilai aset lahan sebesar Rp13.914.000.000.000 dan berpotensi meningkatkan harga lahan sebesar 14,32% atau sebesar 1.940.400.000.00. Hasil dari penelitian analisis adalah skenario dan rekomendasi penerapan NBS pada Kelurahan Cipedak, yang dapat digunakan sebagai acuan dasar perencanaan pembangunan perkotaan dengan pendekatan kota ramah air berkelanjutan.
Flooding problems in DKI Jakarta are basically caused by various factors, namely natural factors / natural processes and due to human intervention / non-natural factors. The Water Sensitive City concept is a green infrastructure concept that plays a direct role in urban hydrology problems with the aim of creating a sustainable water-friendly city. The selection of priority locations in Krukut River was carried out by conducting a weighting method for each aspect related to Flood parameters. The scoring results show that the priority location in this research is in Cipedak Urban Village. Based on the results of the analysis of the application of nature-based solutions using GITBoLA software in Cipedak Urban Village, the result of the intervention of NBS application is an area of 29.38 or about 19% of the total land area of Cipedak Urban Village of 154.60 Ha. The environmental analysis of NBS implementation in the Cipedak area shows that the implementation of NBS has an effect on improving environmental quality through improving water quality, increasing water absorption capacity and reducing pollutants. The development of NBS also provides social benefits through the healing environment created through the provision of green open space. Meanwhile, in the economic aspect, the development of NBS with a development cost of Rp284,500,756,600 can protect the value of land assets of Rp13,914,000,000,000 and has the potential to increase land prices by 14.32% or 1,940,400,000,00. The results of the research analysis are scenarios and recommendations for implementing NBS in Cipedak Village, which can be used as a basic reference for urban development planning with a sustainable water-sensitive city approach."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Tofani Wahyu Saputro
"Aksesibilitas jalur pedestrian di kawasan transit merupakan faktor penting dalam mewujudkan sistem transportasi yang efisien dan berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aksesibilitas jalur pedestrian di kawasan transit terutama dalam pembangunan kawasan MRT Tahap 1. Dengan studi kasus kawasan transit Cipete Raya dan Dukuh Atas analisis dilakukan dengan tiga aspek penelitian aksesibilitas. Pertama aksesibilitas di analisis dari segi konfigurasi ruangnya, kedua aksesibilitas jalur pedestrian dinilai dari tingkat kepuasan pejalan kaki terhadap kondisi fisik jalur pedestriannya, dan yang ketiga analisis aksesibilitas diidentifikasi dari bagaimana pelayanan transportasi publik di kedua kawasan tersebut terhadap pejalan kaki. Metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung melalui survei pejalan kaki dan kuisioner. Untuk aksesibilitas konfigurasi ruang menggunakan space syntax analysis dengan bantuan software DepthmapX, penilaian tingkat kepuasan pejalan kaki dinilai berdasarkan penilaian sikap yang diolah dengan metode skala likert, sedangkan untuk aksesibilitas pelayanan transportasi publik menggunakan metode PTAL (Public Transport Accessibility Levels). Hasil menunjukkan bahwa adanya hubungan antara konektivitas dan integrasi ruang jalan pada aksesibilitas konfigurasi ruang yang dinamai dengan kejelasan ruang. Serta menurut responden kondisi fisik di kedua wilayah tersebut sudah mencapai penilaian baik dengan nilai >32,5, akan tetapi masih terdapat kekurangan mengenai variabel keamanan, dan kenyamanan, serta ukuran lebar jalan masih kurang dari standar yang ditetapkan. Sedangkan di kedua wilayah tersebut pelayanan transportasi bagi pejalan kaki masih harus ditingkatkan dengan kekurangannya pelayanan di wilayah bagian barat masih terdapat kesenjangan aksesibilitas.
The accessibility of pedestrian paths in transit areas is an important factor in realizing an efficient and sustainable transportation system. This study aims to analyze the accessibility of pedestrian paths in transit areas, particularly in the development of Phase 1 of the MRT. Using the case study of the Cipete Raya and Dukuh Atas transit areas, the analysis is conducted based on three aspects of accessibility research. Firstly, accessibility is analyzed in terms of spatial configuration. Secondly, the accessibility of pedestrian paths is evaluated based on the satisfaction level of pedestrians regarding the physical conditions of the pedestrian paths. Lastly, the analysis of accessibility is identified based on how public transportation services in both areas cater to pedestrians. Data collection methods involve direct observation through pedestrian surveys and questionnaires. For the analysis of spatial configuration accessibility, space syntax analysis is conducted using the DepthmapX software. The assessment of pedestrian satisfaction levels is based on attitude assessments processed using the Likert scale method. Furthermore, the accessibility of public transportation services is evaluated using the PTAL (Public Transport Accessibility Levels) method. The results show a relationship between connectivity and spatial integration of road networks in terms of spatial configuration accessibility, referred to as spatial clarity. According to respondents, the physical conditions in both areas have received satisfactory ratings, with scores above 32.5. However, there are still shortcomings regarding safety and comfort variables, as well as road width measurements that do not meet the established standards. Moreover, transportation services for pedestrians in both areas need to be improved, particularly in the western region where there are still accessibility gaps."
Depok:
2023
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library