Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 25 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Digjaya Utama
"Kenaikan prevalensi anemia berdampak buruk bagi kualitas hidup seseorang. Beberapa faktor resiko yang berkaitan dengan anemia berhubungan dengan umur dan jenis kelamin. Penilitian ini ditujukan untuk mengetahui hubungan antara anemia dengan umur dan jenis kelamin. Penilitian ini menggunakan metode cross sectional dengan menggunakan data sekunder pasien rawat inap Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) selama bulan Maret tahun 2011 (n=3,200) yang memiliki informasi mengenai umur, jenis kelamin, dan kadar Hemoglobin (Hb).
Hasil menunjukkan bahwa proporsi anemia di RSCM selama bulan Maret tahun 2011 sebesar 83.5%. Hubungan antara anemia dengan kelompok umur menunjukan hasil yang tidak bermakna (Chi-Square p = 0.167). Namun, hubungan antara prevalensi anemia dan median umur menunjukkan bahwa median umur populasi dengan anemia (47 tahun) lebih tinggi dibanding populasi yang tidak anemia (43 tahun) (Mann-Whitney p < 0.0001).
Tidak terdapat hubungan bermakna antara prevalensi anemia dengan jenis kelamin (Chi-Square p = 0.929). Walaupun hubungan antara jenis kelamin dan kadar Hb menunjukkan hasil yang bermakna dimana median kadar Hb pada perempuan lebih rendah (10,1 gr/dl) daripada laki-laki (10,3 gr/dl) (Mann-Whitney p < 0.0001), namun hasil tersebut tidak bermakna secara klinis.

The increasing prevalence of anemia has decreased the quality of life of the society. Some risk factors are associated with age and gender. This study is aimed to analyse the relation between anemia and age and gender. This research uses cross sectional study by taking the secondary data of patients at the in-patient ward of Cipto Mangunkusumo Hospital in March 2011 (n=3,200) which has the information about age, gender, and Hemoglobin (Hb) level.
The result shows that the proportion of anemia at the in-patient ward RSCM in March 2011 was 83.5%. The association between anemia and age groups is not statistically significant (Chi-Square p = 0.167). The median age of people with anemia is higher (47 years) than people without anemia (43 years) (Mann-Whitney p < 0.0001).
There is also no association between anemia and gender (Chi-Square p = 0.929). Although the median of Hb level is lower in female (10.1 g/dl) than male population (10.3 g/dl) (Mann-Whitney p < 0.0001), the result is not clinically significant.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfi Fajar Almasyhur
"Anemia merupakan penyakit yang penyebarannya cukup luas secara global. Indonesia merupakan salah satu Negara yang mempunyai angka kejadian anemia tinggi. Dari berbagai tipe anemia, hemoglobinopati adalah tipe anemia yang mengakibatkan beban penyakit yang berat, dan studi mengenai hemoglobinopati secara keseluruhan masih termasuk sedikit.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui proporsi hemoglobinopati pada pasien Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Selain proporsi, asosiasi antara jenis kelamin dan penyakit tersebut juga diselidiki. Dalam metode untuk mencapai tujuan tersebut, metode cross sectional digunakan pada data sekunder pasien (n = 172) yang berasal dari Departemen Patologi Klinik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
Hasil menunjukkan bahwa proporsi dari hemoglobinopati pada pasien di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada bulan Januari dan Februari 2013 adalah 16.9%. Mengenai asosiasi hemoglobinopati dengan jenis kelamin, tidak ditemukan adanya hasil yang signifikan secara statistic pada analisis data.

Anemia is a disease which affects the world globally. Indonesia is one of the country which has high occurrence of anemia. From various types of anemia, hemoglobinopathy is the type of anemia which causes the heavy burden of disease, and the studies about this particular disease as a whole are still quite few.
This study has the objectives to find about the proportion of hemoglobinopathy in patients of Cipto Mangunkusumo Hospital. Aside from the proportion, the association between gender and the disease was also explored. In order to achieve the objectives, cross sectional method was used with the patient's secondary data (n = 172) which collected from Clinical pathology Department of Cipto Mangunkusumo Hospital.
The results showed that the proportion of hemoglobinopathy in patients of Cipto Mangunkusumo Hospital during January-February 2013 was 16.9 %. As for the association of hemoglobinopathy with patients? gender, the analysis showed that the result was not statistically significant.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayudya A.P. Soemawinata
"Penduduk Indonesia juga masih memiliki masalah dengan sangat kurangnya minat untuk mengkonsumsi susu, dengan hanya mengkonsumsi sebanyak 11.9 liter per kapita per tahun, bila dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya. Guntoro menyatakan bahwa Indonesia masih mengalami masalah nasional yang dibuktikan melalui survei pada tahun 2007 bahwa 5.4 % bayi dikategorikan mengalami malnutrisi, dan 13 % tidak cukup gizi. Suatu studi di Turki mengatakan status ekonomi dalam keluarga berhubungan dengan konsumsi makanan sehat, termasuk susu. Riset bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan pengkonsumsian susu dan pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan Informasi yang diberikan orang tua mengenai susu. Sampel diambil dengan cara cluster random sampling. Hasil dari riset ini membuktikan bahwa tidak ada hubungan yang berarti antara kebiasaan pengkonsumsian susu dan faktor-faktor yang berhubungan, kecuali tipe susu yang dikonsumsi anak usia sekolah dasar dan taraf pendidikan orang tua yang menunjukan hubungan yang signifikan.

Indonesian has an issue of lacking interest in consuming milk with only consume 11.9 litre per capita per year, compared to milk consumption in other Asian countries.2 Guntoro conveyed that Indonesia is still undergoing a national nutrition issue, proven by the survey on year 2007 as much as 5.4% of average baby have the prevalence of malnourished and 13 % have insufficient nutrition. A study in Turkey stated that economic status of the family is associated with healthy food consumption, including milk. This study aims to find the relationship between school aged children' milk consumption with parents' education, parents' occupation, and information received from their parents. Samples were taken by way of cluster random sampling. The result shows that there are insignificant association between the habit of milk consumption habit and the related factors, except for type of milk consumed and parents' educational background which shows a significant association."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inge Wijaya
"Anemia adalah masalah yang mempengaruhi seluruh dunia. Namun, sebagian besar negara di dunia tidak memberikan perhatian yang cukup untuk memecahkan masalah ini. Salah satu jenis yang paling umum dari anemia adalah anemia mikrositik hipokromik. Karakteristik dari anemia ini adalah sel-sel kecil dan sel pucat. Sampai sekarang, belum ada studi yang meneliti Proporsi dari anemia mikrositik hipokromik di rumah sakit, khususnya di Indonesia.
Oleh karena itu, dalam penelitian cross sectional ini, peneliti bertujuan untuk mengetahui proprosi hipokromik di RS Cipto Mangunkusumo dan korelasinya dengan usia dan jenis kelamin. Studi ini menggunakan data laboratorium pasien rawat jalan di RS Cipto Mangunkusumo pada Maret 2011.
Statistic deskriptif digunakan untuk mengetahu Proporsi dari mikrositik hypokromik anemia. Selanjutnya, untuk mengetahui apakah adanya hubungan antara mikrositik hypokromik dengan usia dan jenis kelamin ; uji statistik chi-square digunakan untuk menguji hubungan dengan gender dan Mann-Whitney digunakan untuk menguji korelasi dengan usia.
Hasil dari penelitian ini adalah, Proporsi anemia mikrositik di RSCM adalah 8.4% di antara semua populasi sampel dan 14% di antara semua pasien anemia. Ada perbedaan yang signifikan antara usia penderita anemia mikrositik dan pasien anemia non-mikrositik. Perbedaan ini signifikan ditemukan di kedua analisis semua populasi sampel dan di antara pasien anemia saja.
Dari analisis dengan menggunakan uji statistik, jenis kelamin juga secara signifikan mempengaruhi kejadian anemia mikrositik. Lebih perempuan yang menderita anemia mikrositik dibandingkan laki-laki, ketika kami menghitung di antara semua populasi sampel dan populasi anemia saja.

Anemia is a worldwide problem. However, most of the countries did not give a lot attention to solve this problem. One of the most prevalent types of anemia is microcytic hypochromic anemia. This anemia is characterized by small cells and pale cells. Up until now, there is no studies that examine the proportion of microcytic hypochromic anemia in a hospital setting, especially in Indonesia.
Therefore, in this cross sectional study, aims to find out the Proportion of microcytic hypochromic in Cipto Mangunkusumo Hospital and its correlation with age and gender. The study using the laboratory data of outpatients in Cipto Mangunkusumo in March 2011.
To determine the proportion, descriptive statistic was used. Furthermore, to establish the correlation with age and gender statistical test of chi-square was used to test the correlation with gender and chi-square was also used to test the correlation with age.
The result of the study are, The Proportion of microcytic anemia in RSCM is 8.4% among all of the sample population and 14% among all anemic patients. There is a significant difference between age in microcytic anemia patient and non-microcytic anemia patient. This significant difference is found in both analyses of all of sample population and between anemic patients only.
From analysis using statistical test, gender also significantly affects the occurrence of microcytic anemia. There are more female that suffer from microcytic anemia than male, when we calculate it between all sample population and in anemic population only.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Tri Prasetyo
"Anemia adalah masalah kesehatan yang umum terjadi di masyarakat. Anemia normositik-normokromik adalah salah satu jenis anemia yang umum terjadi pada penderita penyakit kronis. Anemia jenis ini ditandai dengan penurunan nilai hemoglobin (Hb) di bawah batas normal tetapi nilai mean cell volume (MCV) dan mean cell hemoglobin (MCH) dalam batas normal. Hingga saat ini, tidak banyak riset yang mempelajari mengenai anemia normositk-normokromik. Sebagian besar dari riset tersebut tidak langsung meneliti mengenai anemia normositik-normokromik melainkan pada penyakit-penyakit yang mendasarinya.
Penelitian ini memiliki desain cross-sectional dan bertujuan untuk mencari proporsi anemia normositik-normokromik pada pasien anemia yang menjalani pengobatan rawat jalan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dan hubungannya dengan usia dan jenis kelamin. Data sekunder tentang profil hematologi pasien rawat jalan bulan Maret 2011 diambil dari Laboratory Information System di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
Statistik deskriptif digunakan untuk menentukan prevalensi. Signifikansi perbedaan proporsi pada kategori umur yang berbeda pada pasien anemia normostik-normokromik dibandingkan dan diuji dengan uji chi-square, begitu pula dengan perbedaan proporsi pada wanita dan laki-laki juga diuji dengan uji chi-square.
Studi ini menemukan bahwa proporsi pasien anemia normositik-normokromik dibandingkan dengan anemia jenis lain adalah sebesar 48.1%. Kategori umur II (15 - 59 tahun) merupakan kategori umur dengan presentase penderita anemia normositik-normokromik tertinggi (71.8%) dan wanita memiliki persentase lebih tinggi dibandingkan pria (62.8%) sebagai penderita anemia normositik-normokromik.

Anemia is a serious public health problem. One of the types of anemia based on its morphology is normocytic-normochromic anemia. This anemia usually occurs in individuals with chronic diseases. To date, there are limited studies investigating the prevalence of normocytic-normochromic anemia. Most of these studies investigated the underlying conditions of normocytic-normochromic anemia.
This study is a cross-sectional study that aims to investigate the proportion of normocytic-normochromic anemia among anemic outpatients at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo and its association with age and gender by using data from laboratory results of outpatients who had their blood checked at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo in March 2011.
Descriptive statistical analysis was performed to determine prevalence. Then, statistical significance was tested with Chi-Square Test for gender and age.
Our result showed that normocytic-normochromic anemia accounts for 48.1% among all anemic outpatients. Age group II had the highest percentage for normocytic-normochromic anemia (71.8%) and female seemed to be more prevalent than male (62.8%).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Hayati
"Anemia didefinisikan sebagai rendahnya kadar hemoglobin di dalam darah. Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup besar di Indonesia. Dari berbagai etiologi anemia, thalassemia merupakan hemoglobinopati kuantitatif yang diturunkan yang memiliki prevalensi tinggi di negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status hemoglobin pada pasien thalassemia di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta dan hubungannya dengan usia dan jenis kelamin. Sebanyak 640 hasil pemeriksaan darah lengkap diperoleh dari pasien rawat jalan yang menderita thalassemia dari Pusat thalassemia di RSUPNCM pada bulan Mei 2012.
Berdasarkan analisis statistik, ditemukan bahwa hampir seluruh pasien thalassemia yang datang mengalami anemia (638 pasien), dan mayoritas menderita anemia derajat sedang. Ditemukan pula asosiasi antara usia dan derajat anemia ketika membandingkan antara anemia sedang dengan anemia berat. (p = 0.000). Ditemukan pula korelasi negatif (Spearman rho -0.212) antara usia dan kadar hemoglobin (p = 0.000). Namun demikian, tidak ditemukan asosiasi antara jenis kelamin dengan derajat anemia maupun kadar hemoglobin (masing-masing p = 0.196; 0.557). Hasil studi ini memberikan gambaran terkini mengenai status anemia pasien thalassemia dan dapat digunakan dalam memberikan pelayanan terbaik kepada passion thalassemia.

Anemia, defined as a low level of hemoglobin concentration in the blood, is a major public health problem. Among the many causes of anemia, thalassemia, an inherited quantitative hemoglobinopathy, is one that is highly prevalent in south-east Asian countries such as Indonesia. This study aimed to find out the hemoglobin status of thalassemia patients in RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta and its relationship with age and gender. As many as 640 complete blood count results from outpatients previously diagnosed with thalassemia from the hospital?s Thalassemia Center during May 2012 were obtained for analysis. From statistical analyses, we concluded almost all thalassemia patients were anemic (638 patients), most of which experience moderate anemia.
From statistical testing, there proved to be an association between age and severity of anemia when compared between moderate and severe anemia (p = 0.000). A negative correlation (Spearman?s rho -0.212) was seen between age and hemoglobin level (p = 0.000). Meanwhile, no association was found between gender and severity of anemia or hemoglobin level (p = 0.196; 0.557, respectively). The results of this study provide the most recent information on the current status of anemia among thalassemia patients and can be used in the approach towards thalassemia patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amila Tikyayala
"Rendahnya konsumsi susu masyarakat Indonesia bila dibandingkan dengan negara Asia lainnya menjadi masalah nasional yang belum terselesaikan, hal ini berdampak pada buruknya gizi bayi di Indonesia. Riset ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan pengkonsumsian susu dan pengetahuan dengan menggunakan metode cross sectional. Riset ini dilaksanakan di SD Pegangsaan 01 Jakarta Pusat dengan cara pengambilan sample cluster ramdom sampling. Sample yang terdiri dari 97 responden diberikan beberapa pertanyaan dalam kuestioner yang menyangkut tentang pengetahuan dan kebiasaan minum susu. Data dianalisa dengan menggunakan metoda Kolmogorov-Smirnov. Hasil riset ini menunjukan bahwa kebiasaan minum susu responden di SD baik, walaupun 90.7% responden memiliki pengetahuan yang tidak adekuat. Berdasarkan uji Kolmogorov‐Smirnov, tidak didapatkan hubungan bermakna antara kebiasaan minum susu pada anak usia sekolah dasar dengan pengetahuan. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat asosiasi antara kebiasaan minum susu pada anak usia sekolah dasar dengan pengetahuan.
Indonesia has a low consumption rate of milk compared with other Asian countries. It brings along with them a national problem that has not been resolved. This affects the poor infant nutrition in Indonesia. This research was conducted to determine the relationship between milk consumption habits and knowledge. This research uses cross-sectional method. This research was performing at SD Pegangsaan 01 Central Jakarta in 17th January 2011. Sample consisted of 97 respondents obtained by cluster random sampling method. Questionnaire as the data source were being given to know the knowledge and also the milk consumption habit. Data analyzed by Kolmogorov-Smirnov. The results of this research showed that the milk consumption habit among these respondents is good because all of them consuming milk (100%), however 90.7% of respondents still had inadequate knowledge. The evidence of this research demonstrates no significant result between drinking milk at the primary school age children with knowledge. Therefore this finding suggests there are no association between milk consumption habit and the knowledge of the children."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Savitri
"Anemia adalah masalah kesehatan yang mendunia. Salah satu jenis anemia adalah anemia makrositik, dimana ukuran sel darah merah lebih besar dari normal. Anemia makrositik diklasifikasikan menjadi anemia megaloblastik dan non-megaloblastik. Penyebab utama anemia megaloblastik adalah defisiensi folat dan vitamin B12. Hingga saat ini, prevalensi anemia makrositik di Indonesia belum diketahui.
Penelitian ini memiliki desain potong lintang dan bertujuan untuk mencari prevalensi anemia makrositik pada pasien anemia yang berobat rawat jalan dan hubungannya dengan usia dan jenis kelamin. Data sekunder tentang profil hematologi pasien rawat jalan bulan Mei 2011 diambil dari laboratorium pusat RSCM. Proporsi anemia makrositik adalah 6.5% pada pasien rawat jalan dan 14% pada pasien rawat jalan yang anemia.
Terdapat perbedaan umur yang bermakna (p=0) antara pasien anemia makrositik dibandingkan dengan yang tidak anemia makrositik. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara pria dan wanita (p=0.47), namun ketika analisis dilakukan pada pasien dengan anemia saja wanita memiliki risiko lebih rendah (p=0.004, OR wanita/pria 0.67, 95% CI 0.51-0.88).
Penelitian ini dapat menjadi langkah awal untuk penelitian lanjutan dengan metodologi dan analisis yang lebih akurat dan dapat memberikan data tentang gambaran hematologi bagi klinisi untuk diingat dan dipertimbangkan dalam menangani pasien dengan lebih komprehensif.

Anemia is a worldwide health problem. One of the subtype of anemia is macrocytic anemia, characterized by a large cell size. Macrocytic anemia can be divided into megaloblastic and non-megaloblastic anemia, with folate and vitamin B12 deficiency as the primary cause of megaloblastic anemia. To date, data regarding prevalence of macrocytic anemia is still lacking.
This is a cross-sectional study that aims to find out the prevalence of macrocytic anemia among anemic outpatients and its association with age and gender, using laboratory data of outpatients of Cipto Mangunkusumo Hospital coming in March 2011. Our result showed that macrocytic anemia account for 6.5% among all outpatients and 14% among anemic outpatients.
There is a significant difference of age between patients with and without macrocytic anemia. Among all outpatients, the proportion of macrocytic anemia did not differ significantly between male and female, however in the subgroup analysis of anemic patients, female had a significantly lower odds of macrocytic anemia (p=0.004, OR female/male 0.67, 95% CI 0.51-0.88).
We suggest that this study can be continued in the future with a more robust design. Our result provides a portrayal of hematologic profile for clinicians to take into account in order to improve the quality of care for the patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Tri Prasetyowati
"Anemia makrositik merupakan salah satu jenis anemia yang masih sering dijumpai di Indonesia. Namun, masih sedikit penelitian yang membahas tentang prevalensi anemia makrositik. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu proporsi anemia makrositik pada pasien rawat inap Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta dan untuk mengidentifikasi pola penyebaran usia dan jenis kelamin pada kelompok pasien tersebut. Penelitian ini menggunakan desain studi deskriptif cross-sectional dengan menggunakan data sekunder pada pasien rawat inap di RSCM (n=3,688).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi makrositik anemia pada pasien rawat inap di RSCM selama bulan Maret tahun 2011 sebesar 7.2%. Hal ini menunjukkan bahwa proporsi anemia makrositik pada populasi rendah. Selain itu, jumlah pria dengan kondisi ini lebih besar dibandingkan dengan wanita. Sebagian besar pasien adalah orang dewasa dengan usia median 47tahun, usia minimal 0 tahun dan usia maksimal 90 tahun.

Macrocytic anemia is one of types of anemia which is common in Indonesia. However, there is a lack of studies that aimed at determining the prevalence of macrocytic anemia. This study is aimed to investigate the proportion ofmacrocytic anemia among patients at the in-patient ward of Cipto Mangunkusumo Hospital. This study uses a cross sectional descriptive study by takingsecondary data of patients at the in-patient ward of Cipto Mangunkusumo Hospital (RSCM) (n=3,668).
The result shows that the proportion of macrocytic anemia at the in-patient ward RSCM in March 2011 was 7.2%. It indicates that the proportion of macrocytic anemia is considerably small within the population. In addition, there was difference between the number of males and females that suffered from macrocytic anemia. Male is slightly higher than female in this condition. Furthermore, majority of those affected were adults and the median age was 47 years with the minimum and maximum age of 0 and 90 years, respectively.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rahmad Putra
"Bacillus thuringiensis israelensis adalah agen biologis yang dapat digunakan untuk mengkontrol Aedes sp. Namun, efek residu dari Bti di kontainer yang biasa ada di rumah tangga (plastik, semen, dan keramik) masih belum diketahui. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek residu Bti pada eksperimen semilapangan. Pada penelitian ini digunakan 100 larva instar tiga dari Ae. aegypti dan Ae. albopictus yang dikembangbiakan di labolatorium Parasitology. Larva kemudian dimasukan ke kontainer yang dibuat dari plastik, semen, dan keramik dan mengandung 4 ml/m2 Bti. Untuk mensimulasikan kondisi yang ada di lapangan, setiap kontainer diberikan perlakuan dengan dikuras air dan tidak dikuras. Eksperimen ini dihentikan ketika mortalitas dari Ae. aegypti dan Ae. albopictus di bawah 70%.
Hasil penelitian menunjukan bahwa efek residu Bti terhadap Ae. aegypti dan Ae. albopictus sama ( dua minggu). Tidak ada perbedaan bermakna mortalitas pada Ae. aegypti dan Ae. albopictus dengan kedua perlakuan, dikuras airnya atau tidak dikuras (plastik, semen, dan keramik). Namun, pada kontainer terdapat perbedaan bermakna. Kesimpulan, Bti tidak digunakan untuk mengkontrol Aedes sp di lapangan karena efek residu yang hanya bertahan dua minggu.

Bacillus thuringiensis israelensis is a biological agent that can be used to control Aedes sp. However, the residual effect of Bti in common household container in Indonesia ( plastic, concrete, and ceramic) is still unknown. The aim of the study is to know residual effect of Bti against Aedes sp in semi-field experiment. This study used 100 third instar larvae of Ae. aegypti and Ae. albopictus that breed in the parasitology laboratorium. The larvae were introduced to container made of the plastic, concrete, and ceramic contain 4 ml/m2 Bti. To simulate condition in the field setting, each containers were given treatment water replaced and nonwater replaced. The experiment stopped when the mortality of the larvae Ae. aegypti and Ae. albopictus below 70%.
The result showed that residual effect of Bti against Ae. aegypti was the same with Ae. albopictus (two weeks). No significant difference in the mortality of Ae. aegypti and Ae. albopictus either the water was replaced or not replaced (plastic and concrete container). However, in ceramic container there was significant different. In conclusion, Bti could not be used to control Aedes sp in the field since its residual effect was only two weeks.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>