Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Munawir Yusuf
Abstrak :
Penelitian ini dilaksanakan atas dasar kenyataan bahwa hasil belajar yang tinggi merupakan dambaan bagi setiap anak lebih-lebih bagi orangtua. Karena itu tidak jarang terjadi orangtua yang kadang-kadang memaksakan anaknya untuk masuk ke sekolah tertentu dengan harapan prestasinya menjadi baik. Padahal kita tahu bahwa untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik atau tinggi, banyak faktor yang terkait, tidak hanya ditentukan oleh keinginan dan harapan orangtua maupun kualitas sekolah. Masih banyak faktor lain yang berpengaruh dan harus diperhatikan, baik yang bersifat internal maupun eksternal, baik yang bersifat intelektif maupun non intelektif. Karena itu perlu ditelusuri sejauh mana peran faktor intelektif dan non intelektif terhadap hasil belajar pada siswa yang terbukti telah mampu mencapai prestasi unggul atau tinggi. Duaratus siswa Kelas I SMP Negeri I Surakarta ditetapkan sebagai sampel penelitian dari sejumlah 355 siswa yang menjadi populasi penelitian. Mereka ini berdasarkan NEM SD yang diperoleh, termasuk golongan paling tinggi untuk wilayah Surakarta, yang berarti termasuk berprestasi Unggul. Dengan mengkhususkan pada variabel Inteligensi, dan Kreativitas (disebut faktor intelektif), serta Pola Asuh Orangtua dan Perilaku Belajar (disebut faktor non intelektif), dicari hubungannya dengan Prestasi Belajar yang dicapai siswa pada Catur Wulan Pertama 1995/1996 untuk beberapa mata pelajaran yang ditetapkan. Masing-masing variabel dicari hubungan atau korelasinya, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama. Dengan menggunakan analaisis Regresi Ganda dengan bantuan komputer Program Statistik SPS dari Sutrisno Hadi dan Sena Pamardiyanto Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (1994), diperoleh hasil sebagai berikut:
- Ada hubungan yang positif dan signifikan antara Inteligensi, Kreativitas, Pala Asuh Orangtua, dan Perilaku Belajar, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama, dengan Prestasi Belajar pada Siswa Berprestasi Unggul (F x.458 dengan P = 0.000).
- Ada hubungan yang positif dan signifikan antara Inteligensi dengan Prestasi Belajar Siswa Berprestasi Unggul setelah pengaruh Kreativitas, Pola Asuh Orangtua dan Perilaku Belajar dikontrol (r = 0.185 dan p= 0.001).
- Ada hubungan yang positif dan signifikan antara Kreativitas dengan Prestasi Belajar Siswa Berprestasi Unggul setelah pengaruh Inteligensi, Pola Asuh Orangtua dan Perilaku Belajar dikontrol (r = 0.0126 dan p = 0.011).
- Ada hubungan yang positif dan signifikan antara Pola Asuh Orangtua dengan Prestasi Belajar setelah pengaruh Inteligensi, Kreativitas dan Perilaku Belajar dikontrol (r = 0.172 dan p = 0.010).
- Ada hubungan yang positif dan signifikan antara Perilaku Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa Berprestasi Unggul setelah pengaruh Inteligensi, Kreativitas, dan Pola Asuh Orangtua dikontrol (r x.146 dan p = 0.027).
- Ada perbedaan besamya sumbangan efektif maupun relatif antara Inteligensi, Kreativitas, Pola Asuh Orangtua dan Perilaku Belajar terhadap Prestasi Belajar. Sumbangan efektifnya adalah 4,4% (Inteligensi), 2,2% (Kreativitas), 2,9% (Pola Asuh Orangtua) dan 2,1% (Perilaku Belajar). Sedangkan sumbangan relatifnya adalah Inteligensi (37,5%), Kreativitas (18,8%), Pola Asuh Orangtua (25,2%), dan Perilaku Belajar (18,3%). Dengan demikian keenam hipotesis yang diajukan terbukti kebenarannya dengan tingkat signifikansi yang cukup tinggi (p = < 0.01). Hal ini menunjukkan bahwa anak-anak dengan prestasi tinggi yang dicapai pada NEM SD, secara umum dapat diterangkan melalui keempat variabel yang diteliti ini sebesar 11.7%. Walaupun besarnya sumbangan efektif tidak terlalu tinggi, namun secara statistik temuan ini sangat meyakinkan / signifikan. Untuk penelitian lebih lanjut, kiranya dapat diajukan saran-saran antara lain sebagai berikut. (1) Mengenai sampel penelitian, hendaknya dapat diperluas tidak hanya satu sekolah tetapi dapat dicari beberapa sekolah yang memiliki karakteristik berbeda. (2) Mengenai variabel penelitian, juga dapat ditambah karena masih banyak faktor lain yang masih harus digali. (3) Mengenai skala pengukuran yang telah dikembangkan dapat dilakukan kalibrasi lagi untuk menampung perkembangan-perkembangan baru yang terjadi dalam masyarakat sehingga dapat ditambah butir-butir baru yang relevan. (4) Sementara itu dari hasil penelitian ini kiranya orangtua dan guru lebih memperhatikan dalam hal pembinaan kedisiplinan belajar pada anak didiknya, serta memacu perkembangan kreativitas anak, terutama menghadapi perkembangan yang penuh dengan tantangan dan pilihan-pilihan seperti sekarang Dengan demikian anak didik kita lebih memiliki kesiapan dalam memasuki era globalisasi di masa yang akan datang (mys).
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winda Hapsari
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melibat pengaruh kecenderungan kepribadian dan lingkungan belajar terhadap kreativitas menulis remaja. Hipotesis yang dikemukgkan pada penelitian ini adalah (1) kecenderungan kepribadian remaja yang kreatif dalam menulis adalah introvert, (2) lingkungan belajar memberi pengaruh signifikan terhadap kreativitas menulis remaja, (3) lingkungan belajar dan kecenderungan kepribadian secara bersama-sama memberi pengaruh signifikan terhadap kreativitas menulis remaja. Subyek penelitian ini adalah remaja SMP yang juga siswa Lembaga Bahasa dan Pendidikan Profesional (LBPP) LIA. Subyek diminta untuk mengisi kuisioner dan mengarang berbahasa Inggris sesuai dengan topik yang telah ditentukan. Mat ukur variabel kecenderungan kepribadian diadaptasi dan dimodifikasi dari Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) yang dikembangkan Isabel Briggs-Myers da Katherine Briggs. Kuisioner untuk variabel lingkungan belajar dikembangkan peneliti berdasarkan kerangka teoritis yang ada. Tulisan dievaluasi dengan menggunakan skema penilaian tulisan kreatif yang dirancang oleh Utami Munandar. Teknik pengolahan dan analisis data menggunakan analisis regresi berganda (Multiple Regression Analysis) dengan bantuan SPSS for Windows versi 13.00. Analisis hasiI penelitian ini menunjukkan bahwa kecenderungan kepribadian dan lingkungan belajar tidak memberi pengaruh bermakna terhadap kreativitas menulis remaja. Alasan-alasan yang menyebabkan tidak terbuktinya hipotesis penelitian ini serta beberapa analisis tambahan dibahas pads bagian diskusi dari tesis. Beberapa saran yang diajukan untuk penelitian selanjutnya antara lain (1) melakukan penelitian serupa dalam konteks pendidikan formal, (2) penggunaan metode kualitatif pada penelitian selanjutnya, dan (3) penggunaan seluruh komponen dari keempat dikotomi MBTI pada variabel kecenderungan kepribadian.
This research aims to examine the effects of personality preferences and learning environment to adolescents' creativity in writing. The objective of this study is to demonstrate these following hypotheses: (1) that introversion is the personality preference of adolescents who are creative in writing, (2) that learning environment gives significant effect to adolescents' creativity in writing, and (3) that both personality preferences and learning environment give significant effects to adolescents' creativity in writing. Subjects of this study are junior-high school adolescents who at the same time are students of LBPP LIA Galaxy English course. Subjects are supposed to fill in questionnaires and write an English composition based on a topic given. Instrument used to measure personality preference variable is adopted and modified from the Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) developed by Isabel Briggs-Myers and Katherine Briggs. Questionnaire for learning environment variable is developed based on related theoretical framework. Scoring system used to examine the English composition is adopted from the Creative Writing Scoring Scheme developed by Utami Munandar. Multiple Regression Analysis with the help of a computer software called Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) version 13.00 for Windows is used to examine whether the two independent variables (personality preferences and learning environment) can be predictors for adolescents' creativity in writing. The result shows that neither personality preferences nor learning environment can be predictor for adolescents' creativity in writing. Contradictive evidences with previous studies and shortcomings in terms of methodology are discussed. Suggestions for subsequent studies are proposed Similar research in formal educational context is needed The use of qualitative method as well as the whole MBTI dichotomies will enrich information for this research.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18623
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sembiring, Ejasa
Abstrak :
Penelitian ini bermula dari suatu pemikiran bahwa kualitas lulusan perguruan tinggi di masyarakat ada kaitannya dengan prestasi studi yang diperoleh mahasiswa selama di perguruan tinggi. Mahasiswa yang memiliki prestasi yang memuaskan akan memungkinkan untuk berprestasi di masyarakat. Prestasi belajar mahasiswa yang diperoleh selama studi di perguruan tinggi berhubungan dengan kemampuan mahasiswa dal.am menyerap ilmu pengetahuan yang disampaikan oleh setiap dosen pada waktu perkuliahan. Untuk menyerap ilmu pengetahuan yang disajikan dosen ada faktor-faktor yang menentukannya yaitu faktor dari dalam individu seperti motivasi, kreativitas, inteligensi, kepribadian, minat, lingkungan rumah, lingkungan kampus. Salah satu faktor dari dalam individu (internal) yang berhubungan dengan prestasi bela jar mahasiswa adalah motivasi berprestasi. Menurut Mc Clelland (1953) pada umumnya seseorang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi cenderung akan menyelesaikan tugas-tugas belajarnya. Faktor internal lainnya yang berhubungan dengah prestasi belajar mahasiswa adalah kreativitas. Silverman (1978) mengemukakan bahwa orang-orang kreatif biasanya menggunakan kesempatan dengan baik, mereka adalah sumber ide-ide baru, bukan hanya mampu menyelesaikan masalah rnelainkan juga menemukan masalah-masalah baru. Ada faktor lain pula yang berkaitan dengan prestasi belajar mahasiswa yaitu iklim kelas. Menurut Reilly dan Lewis (1983) iklim kelas merupakan kondisi psikologis yang tercermin dari suatu lingkungan kelas. kondisi psikologis tersebut terbentuk karena adanya faktor-faktor yang ada dalam lingkungan kelas itu seperti faktor administratif, disiplin, formalitas, sosial, dimana kesemuanya tidak terpisahkan, berinteraksi sehingga mempengaruhi emosi. Melalui kajian teoritis tentang iklim kelas, kreativitas, motivasi berprestasi dengan prestasi belajar mahasiswa diajukan empat hipotesis untuk diuji kebenarannya. Penelitian dengan sampel 120 mahasiswa di Akademi Perhotelan dan Pariwisata Sahid, mengungkap hasil pengujian hipotesis adalah sebagai berikut hipotesis ditolak. Dengan demikian terungkap hasil penelitian sebagai Berikut: 1. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara iklim kelas dangan prestasi belajar mahasiswa. 2. Tidak ada hubungan yang Signifikan antara kreativitas dengan prestasi belajar mahasiswa. 3. Tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar mahasiswa. 4. Tidak ada hubungan yang signifikan secara bersama-sama antara prestasi kelas, kreativitas, motivasi berprestasi dengan prestasi belajar mahasiswa. Untuk penelitian lanjut dalam bidang ini penulis menyarankan antara lain iklim kelas perlu diciptakan sedemikian rupa, diberikan kesempatan untuk bersikap kreatif, dan perlunya ditingkatkan rnotivasi berprestasi. Selain itu perlu ditingkatkan mutu kepengajaran dosen antara lain program peningkatan pengajaran melalui training, lokakarya meningkatkan kesejahteraan dosen.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1994
T39738
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Penelitian ini berawal dari pemikiran langkanya basil ekspresi anak dalam bentuk karya lukis anak. Padahal menggambar dan melukis seharusnya menjadi sarana anak-anak mewujudkan ekspresinya. Melalui gambar lukisan anak merefleksikan kemampuan intelektual, perkembangan fisik, persepsi, kreativitas, kepekaan estetiks dan perkembangan sosialnya. Melalui kajian teoritis tentang keberhasilan berekspresi dalam benhrk katya lukis anak, diperoleh veriabel yang diperkitakan mempengarnhi keberhasilan berekspresi, yaitu kreativitas, berga diri dan prodaktivitas. Unhrk itu diajukan empat hipotesis peoalitian yang hams diuji kebenara.naya, hipotesis ten;ebut adalah : L Ada hubungan yang positif dan siguifikan antara kreativitas dan keberhasiian berekspresi dalam benhrk katya seni lukis anak. 2. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara harga diri dan keberbasilan dalam bentuk katya seni lukis anak. 3. Ada hubungan yang positif dan signifikan antam harga diri dan keberbasilan berekspresi dalam benhrk katya seni lukis anak 4. Vatiabel kreativitas memberi pengarub lebih besar terhadap keberbasilam berekspresi dibandingkan dengan variable berga diri dan produktivitas. Penelitian ini melibetkan siswa kelas N, V dan VI Sekolah Dasar Amitayus Jl. Sekolah no 6 Jelambar, Jakarta Barat yang mendapat bimbingan khusus Kak Alex dalam melukis dan menggambar, dan anak-anak yang menjadi anggota sanggar D&P Jl. Bintaro Tengah Raya TI/52 Bintaro, Jakarta Sclatan. Sampel penelitian adalah anak-anak yang telah memperoleh penghargaan dalam Iomba gambar/lukis anak, dan mereka yang pemah mengikuti pameran lukis/ gambar sejakbulan Juni 1999- Juni 2000. Untuk mengukur kreativitas, harga diri dan prodnktivitas dignnakan inslrumen yang disusun sendiri oleh penulis, yang sebelum digunakan telah diuji coba terlebib dahulu terbadap 33 orang anak. Dari basil analisis dengan menggunakan Product Moment Person diperoleh infonnasi bahwa Kreativitas mempunyai hubungan yang kuat dan signifikan dengan keberhasilan berekspresi (r = 0.698 dengan p = 0.000). Hasil penelitian ini menunjukkan mesltipun pada usia sekolah dasar (7-12 tahun) anak-anak mergalami penurunan kreativitas (creativity drop), tetapi diperoleh data bahwa ada hubungan yang kuat dan signifikan antara kreativitas dan keberbasilan berekspresi dalam bentuk karya seni lukis anak. Dengan demikian hipotesis pertama diterima. Selanjutnya hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Harga diri mempunyai hubungan yang bermakna dengan keberbasilan berekspresi (r = 0.717 dengan p = 000). Harga diri sangnt mempengaruhi sikap dan tindakan seseorang baik terhadap upaya peningkatm kernampuan diri sendiri maupnn peningkatan peadayagunaan lingkungan disekitarnya. Dengan demikian hipotesis kedua diterima. Pada penelitian ini diperoleh pula informasi bahwa produktivitas teroyata tidak mempunyai hubungan yang bennakua dengan keberbasilan berekspresi (r = -0.193 dengan p = 0.083) Hal ini tidak sesusi dengan pendapat Ovirk dkk (1976) yaog menyatakan bahwa kemampuan menciptakan produk seni didulrung oleh faktor kemampuan estetika, ketmmpilan alas material dan penguasaan prinsip seni (lnkis). Dengan demukian hipotesis kretiga ditolak. Hipotesis 4 berbunyi :"Variabel kreativitas memberi pengarub yang lebih besar dibandingkan dengan variabel barga diri dan variebel produktivitas. setelah dilakuksn uji dengan menggunakan multipel regresi diperoleh data signifikansi p = 0.028. Angka signifikansi dari variabel kreativitas lebih besar dibandiogkao dengan variabel bargn diri p = 0.006 yang berarti hipotesis 4 ditolak. Berdasarkan basil-basil penelitian, kesimpulan dan diskusi dapat diajukan saran -saran yang diberikan berkaitan dengan : L Sarnpel Penelitian Dalam rnenentukan sampel headaknya diusahakan diwakili oleh lebih banyak murid dari be:rbagai sanggar dan dalarn jumlah yang lebih besar agar diperoleh sarnpel yang lebih bersifat heterogein 2. Alat yang dipakai dalam penelitian Alat ukur ini merupakan alat ukur yang disusun sendiri oleh penulis dan barn pertama kali digunakan kiranya perlu dikembangkan jumlah butir pernyataan agar diperoleh data yang lebih terperinci dan perbaikan-perbaikan pada beberapa item pernyataan dalam alat ukur tersebut 3. Variabel Penelitian a. Mengingat banya 54.1% varian yang dapat dijelaskan dalam variabel penelitian ini sedangkan 46.9% lainnya merupakan sumbangan dari variabel diluar penelitian muka diperlukan adanya penelitian yang lebih mendalam dengan menambabkan variabel-variabel lain yang dianggap memiliki hubungan dengan keberhasilan berekspresi. b. Data yang digunukan untuk variabel keberhasilan berekspresi sebaiknya data primer.
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
T37924
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulia Sari Dewi
Abstrak :
Salah satu tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi siswa secara optimal. Munculnya masalah underachievement dalam lingkungan pendidikan jelas menjadi momok dan penghambat pencapaian tujuan pendidikan. Selain itu masalah underachievemenr sering membuat guru dan orang tua merasa kesal karena merasa usaha yang telah dilakukan untuk mengajar siswa menjadi sia-sia. Masalah underachrevement menlgikan siswa itu sendiri dan juga orang-orang di sekitarnya. Untuk itu usaha penanganan dengan segera terhadap masalah underachfevement dirasakan penting. Program penanganan underachievement ini sacara khusus ditujukan untuk remaja yang duduk di sekolah menengah pertama. Pada usia remaja, munculnya masalah underachievemenr diperkuat oleh pengaruh teman sebaya (Rimm,l986). Keinginan remaja untuk dapat diterima dalam kelompok terkadang membuat remaja ikut menyesuaikan din dengan kebiasaan bennain dan standar prestasi dalam kelompoknya (Wisely, 2004; Compton, dalam Baker, Bridger & Evans, 1998). Selain itu perkembangan remaja yang merupakan transisi dari masa ka.na.k-kanak menuju dewasa membuat remaja membutuhkan penyesuaian-penyesuaian baru_ dalam berbagai aspek perkembangannya Kehidupan remaja yang penuh gejolak ini juga ikut mempengaruhi kinerja akademik remaja (Fuhrmann, 1986). ltu sebabnya masalah kegagalan prestasi termasuk didalamnya masalah underachievement sexing terjadi pada remaja. Sekolah berperan panting dalam usaha penanganan masalah underachievement agar masalah tersebut tidak berkepanjangan di kemudian hari. Salah satu unsur di sekolah yang bertugas memberi pelayanan untuk membantu menangani berbagai masalah pada siswa adalah Bimbingan dan Konseling (BK). Salah satu pelayanan BK adalah bimbingan kelompok. Bentuk bimbingan kelompok memiliki kelebihan karena dapat memanfaatkan pengaruh teman sebaya untuk mengubah perilaku. Program yang disusun ini merupakan Salah sam usaha untuk penanganan masalah underachiefvement di sekolah menengah pertama. Program ini mengacu pada model rryocal dari Rimm (1986-1997) menujukkan keberhasilannya menggunakan model trgfocal untuk mengubah perilaku undrachfvemenr menjadi achfevemenf pada siswa. Berbeda dengan Rimm (l986;1997) yang pendekatannya cenderung individual, pada program ini disusun untuk penanganan dalam bentuk kelompok. Pelaksanaannya nanti dilakukan oleh gum pembimbing atau konselor di BK dan berbentuk bimbingan kelompok. Bentuk bimbingan kelompok lebih efektif dignnakan pada remaja karena teman dalam kelompok dapat menjadi social reinforcement yang mampu mendukung perubahan perilaku pada remaja (Azaroff & Mayer, 1977). Secara umum tujuan program ini adalah untuk memperlemah perilaku zmdearachievement pada siswa sekolah menengah pertama. Program yang disusun ini hanya mengambil sebagian dari tahapan yang ada pada model frybcal, yailu langkah mengubah harapan, proses identiiikasi dan memperbaikikekurangan (kontrol-diri). Selain itu faktor yang akan diubah pada program ini adalah faktor individual yang yang terdapat dalam diri zmderachfever. Secara umum metode yang digunakan dalam program i11i behavioral intervention. Tujuan yang ingin dicapai pada langkah mengubah harapan adalah agar peserta dapat membuat target pencapaian prestasi baru. Adapun bentuk intervensi yang digunakan adalah goal-sewing. Sedangkan tujnan pada langkah proses identifikasi adalah agar peserta dapat meniru perilaku yang berorientasi prestasi yang ditunjukkan model. Bentuk intervensi yang digunakan pada langkah ini adalah social modeling. Tujuan pada langkah rnernperbaiki kekurangan adalah meningkatkan kemampuan kontrol diri pada peserta. Dengan adanya program bimbingan kelompok untuk penanganan underachfevemenr ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan sekaligus dimanfaatkan oleh pihak sekolah atau pihak lainnya yang terkait dalam usaha menangani masalah underachievement.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nugroho
Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuraida
Abstrak :
Penelitian ini berdasarkan timbulnya masalah-masalah pada peserta akselerasi pada tingkat SMU di DK1 Jakarta, antara lain: siswa terlihat kurang komunikasi, mengalami ketegangan, tidak barsemangat., kurang bergaul dan tidak suka pada pelajaran olah raga (sumber: Hasil wawancara dengan Salah satu wakil kepala sekolah pelaksana akselerasi). Masalah ini diduga karena tidak tercapainya Salah satu tujuan program akselerasi yaitu meningkatkan mutu kecerdasan emosional. Menurut para ahli akselerasi disamping memiliki pengaruh posi1if (Clark, 1983) juga mempunyai pengaruh negatif (Southern dan Jones, 1991) terhadap penyesuaian sosial dan penyesuaian emosional. Pelaksanaan akselerasi di Amerika pada sisiem pendidikan yang demokratis dan kurikulum disesuaikan dengan bakat dan minat. Sedangkan pelaksanaan akselerasi di Indonesia berbasis kurikulum Nasional. Berdasarkan masalah tersebut maka ingin diteliti kecerdasan emosional siswa akselerasi di Indonesia pada tingkat SMU. Pertanyaan penelitian yang diajukan adalah apakah pelaksanaan akselerasi program akselerasi Indonesia yang berbasis Kurikulum Nasional mampu memacu mum peninkatan kecerdasan emosional siswa berbakat intelektual? Apakah skor Kecerdasan Emosional siswa kelas akselerasi sama atau lebih rendah dcngan skor siswa regular? Bagaimana deskripsi enam faktor pendukung akselerasi di tiga SMU yang diteliti. Atas dasar pertanyaan penelitian itu, maka penelitian ini benujuan untuk mcngetahui dampak prograum akselerasi di Indonesia yang berbasis kurikulum nasional terhadap kecerdasan emosional siswa peserta akselerasi. Rancangan penelitian ini adalah Ex Post Facto. Sampelnya 44 siswa akselerasi, 80 siswa reguler, 33 guru dan 3 pihak penanggung jawab akselerasi serta 6 orang staf. 'Hipoiesis yang diajukan meliputi Ha dan Ho. Ha; skor kecerdasan emosional pesrta akselerasi sama dengan skor kecerdasan emosional kelas regular. 1-lo: Bahwa Skor K€CBl`dBS3Il Emosional peserta akselerasi lebih rendah dad pada siswa kelas reguler. Untuk mengukur kecerdasan emosional digunakan EH yang berdasarkan teori Salovey dan Bar-On. Alat ini hasil adaptasi dan telah digunakan oleh sn Lanawari dalam peneiniannya pada SMU Methodist Jakarta tahun 1999, Sedangkan umuk pelaksanaan akselerasi diteliti berdasarkan pada teori Coleman (l995) dan Buku Pedoman Program Percepatan Belajar (Diknas). Hasil onelitian sebagai berikut: Perranza, Skor kecerdasan emosional siswa akselerasi tidak lebih tinggi daripada siswa kelas reguler. Skor kecerdasan emosional peserta akselerasi sama dengan peserta kelas regular dengan angka signilikansinya 0.l73. Kecerdasan emosional terdiri dari lima dimensi. Berikut ini akan dijelaskan perbedaan perdimensi yaitu: Sell'-Awareness nilai signillkansinya 0204, Self-Control nilai signifikansinya 0,56, Self-Motivation dengan nilai signilikansinya- 0.36, emphalhy nilai signilikansinya 0.096 dan social-skill nilai signitEkansinya0_377. Kedua, hal-hal yang berkaitan dengan enam faktor pendukung akselerasi; (1). guru, yaitu tingkat pendidikan guru sebagian besar lulusan Sl. Mayoritas menggunakan metode ceramah dalam mengajar (2). kurikulum, yaitu masih menggunakan Kurikulum Nasional (Kurnas), (3). pada prosedur seleksi diterima siswa yang memiliki IQ di bawah 125, (4). Tidak ada kesinambungan antara landasan filosois sekolah dengan filosolis program akselerasi, (5). orientasi staf (pustakawan, Laboran,dan Bimbingan Konseling), masih sangat minim; BP hanya berperan dalam proses seleksi dan pada penyelesaian masalah-masalah, (6). Belum ada evaluasi program secara khusus Kesimpulan bahwa dampak program akselerasi yang berbasis kumas tidak meningkatkan kecerdasan emosional siswa akselerasi. Salah satu penyebabnya karena jumlah pelajaran dan alokasi waktunya sangat padat. Kemungkinan lain karena akselerasi tingkal SMU di lndonesia belu dilaksanakan baik dan terencana. Saran kepada peneliti untuk meneliti pengaruh program akselerasi yang berbasis Kurikulum Nasional terhadap kecerdasan emosional dengan penelitian experimental kelompok yang pertama diberikan kurikulum yang spesifik dan kelompok yang lain diberikan kurikulum Nasional. Berkaitan dengan rendahnya kecerdasan emosional peserta akselerasi disarankan untuk mengurangi jumlah pelajaran yang harus di pelajari oleh anak berbakat intelektual.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Ekapuri
Abstrak :
Perilaku bekeijasama merupakan salah satu konstruk penting dalam mengembangkan keterampilan sosial anak (Chen, Liu dan Li, 2000). Perilaku bekeijasama yang dimaksud merupakan bentuk dari perilaku prososial yang menunjukkan kesediaan dan kemampuan individu untuk bekeija bersama orang lain (Wrightsman dan Deaux, 1978). Perkembangan perilaku bekeijasama mengalami peningkatan yang signifikan ketika anak memasuki masa usia sekolah (Retnaningsih, 2004). Perkembangan perilakunya tersebut dapat diketahui melalui pola interaksi anak dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Hal tersebut digolongkan oleh Nugroho (1999) menjadi lima bagian, yaitu: pola interaksi apatis, pola interaksi other-oriented pasif atau self-centered aktif (OP/SA), pola interaksi other-oriented aktif atau self-centered pasif(OA/SP), pola interaksi keijasama pasif dan pola interaksi kerjasama aktif. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di SDN Gedong 04 Pagi Jakarta, ditemukan bahwa tidak semua siswa usia sekolah (khususnya siswa reguler) di kelas 3 B dapat mengembangkan perilaku bekeijasama dalam situasi lingkungan kelas yang menerapkan model pendidikan inklusi. Oleh sebab itu, dilakukan penelitian tindakan kelas yang sifatnya kualitatif. Tindakan yang diimplementasikan dalam situasi kelas tersebut berbentuk program kelompok belajar terpadu (KBT). Progam KBT merupakan suatu program yang dapat memfasilitasi perkembangan perilaku bekeijasama siswa reguler dengan siswa autisma melalui situasi pembelajaran kelompok kecil dan menerima berbagai bentuk tugas di bawah arahan instruktur atau pendamping. Sementara, kelompok yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari dua siswa reguler dan satu siswa autisma. Hasil observasi menemukan bahwa para siswa reguler telah dapat menampilkan pola interaksi keijasama aktif dengan temannya yang autisma. Meskipun masih ada satu siswa yang memunculkan adanya pola interaksi other-oriented pasif. Ditemukan pula bahwa munculnya keijasama aktif pada siswa reguler teijadi karena adanya peran instruktur atau pendamping dalam memberikan bimbingan kepada mereka untuk dapat bekeija bersama dengan temannya yang autisma. Adanya hasil penelitian tersebut maka perlu adanya tindak lanjut program KBT melalui penerapannya dalam situasi kegiatan belajar-mengajar di sekolah inklusi guna mencapai perkembangan perilaku bekeijasama yang optimal bagi para siswa reguler.
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T37913
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joseph Kedang
Abstrak :
ABSTRAK
Semenjak pemberlakuan kurikulum 1975, sistem pendidikan dan pengajaran di sekolah mengacu kepada ?Tendidikau Berdasrkan Kompetensi" (PBK) atau ?Competency Based Educationi Strategi pembelajaran yang dianut dalam sistem tersebut adalah ? belajar tuntas? (mastery leaming), dengan kompetensi minimal, yang mengacu kepada taksonomi Bloom. Optimasi strategi tersebut dilakukfm mclalui evaluasi formatjf dan evaluasi sumatif. .

Berlatar taksonomi Bloom, pada penelitan ini diterapkan empat perlakuan. Pedakuan BI, yakni evaluasi formatif tertulis disusul umpan balik MULTI DIMENSI. Perlakuan B2, yaitu efvaluasi fonnatif tertulis clisusul umpan balik UNI DIMENSI (benar-sa1a.h). Perlakurrn B3,adalah eveluasi formatif tertulis tetapi TIDAK ADA umpan halik. Perlakuan B4, yakni TIDAK ADA evaluasi fonnatif tertulis dan (tergtunya juga) TIDAK ADA umpan balik.

Pada setiap perlakuan di atas terdapat siswa-siswi berinteligensi ICURANG (Al = < 90), siswa berinteligensi SEDANG (A?2,= 90 -110), dan siswa berinte1igensi TINGGI (A3 = > 110).

Permasalahan pokok adalah ? apakah perlakuan evaluasiformatif tertulis dan umpan balik mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar kelompok siswa yang berbeda inteligensinya

Untuk menjawab pertanyaan pokok di atas, diketengahkan sembilan hipotesis yakni (1) ada pengaruh perlakuan evaluasi formafif tertulis dan umpan balik yang signifikan terhadap prestasi belajar kelompok siswa yang berbeda inteligensinyag (2) umpan balik MULTI DIMENSI [Bl] memberi pengaruh paling tinggi; (3) UMPAN BALIK [B1+B2) mempunyei pengaruh lebih tinggi dari pada TANPA umpan balik (B3+B4); (4) evaluasi formatif tertulis (BS) lebih unggul dari pada tanpa evlauasi formatif (B4); (5) ada interaksi yang signifikan evaluasi formatif tertulis dan umpan balik dengan inteligensi; [6] umpan balilc MULTI DIMENSI [Bl] lebih menguntungkan kelompok siswa berinteligensi KURANG [A 1] dan SEDANG (AQ) dari panda kelompok siswa berinteligensi TINGGI (A3); (7) UMPAN BALIK (BU-BQ) lebih menguntungkau kelompok siswa bcriuteligensi KU RANG (A 1) dan SEDANG (A2) dari pada kelompok inteligensi TINGGI (A3); (8) umpan balik MULTI DIMENSI (Bl) membantu lebih banyak siswa mencapai kompctensi minimal 70.0% pada evaluasi sumatif; (9) UMPAN BALIK (B1+B2) membantu lebih banyak siswa mencapai kompetensi minimal 70.0% pada evaluasi sumatif.

Dari sembilan hipotesis penelitian, lima hipotesis cliterima yakni (1) ada pengaruh evaluasi formatif tertulis dan umpan balik terhadap prestasi belajar siswa ( hipotesis ke 1; hal. 149; 168) ; (2) umpan balik MULTI DIMENSI (B 1) memberi pengaruh optimal terhadap prestasi belajar siswa (hipotesis ke 2; hal. 15},'168) ; (3) UMPAN BALIK ( B1+ B2] Iebih unggul pengaruhnya dari pada TANPA uzcnpan balik (B3+ B4) (hfporesis ke 3; ha1.15s,~169; (4) umpan balik MULLT1 DIMENSI memberi manfaat lebih besar kepada kelompok siswa berinteligensi KURANG (A1) aan SEDANG (AQ) am pada kelompok siswa berinteligensi TINGGI (A3) (h)hipetensis ke 6; ha.160,'169]; (5) frekuensi siswa yang mendapat UMPAN BALIK (B\+B2) lebih banyak mencapai kompetensi minimal 70.0% padn eveduasi sumatif dari pada frekuensi siswa. yang tidak medapat umpan 'balik (B3-+B4) (hipotesi ke 9; hal. 166;17o).

Dua hipotesis diterima sebagian, yakni (1) kelompok siswa berinteligensi KURAN G (A 1) dan kalompok siswa berinteligensi SEDANG (A2) , yang mendapat UMPAN BALIK (B 1+B2), mendapat memfaat lebih besar berupe. peningkatan prestasi belajar yang sigfiniken; ternyata hanya kelompok siswa berinteligensi KURANG (Al) yang mendapat memfaat tersebut (hipotesis ke 7; hal- 1603715 (2) frekuensi siswa yang mendapat umpan balik MULTI DIMENSI (131) lebih banyak mencapai kompetensi minimal 70.0?% pada eveduasi sumatif, dari pada feekuensi siswa dari perlakufm B2, Bl), B4; kenyataannya frekuensi Bl hanya mengungguli frekuensi dari kelompok B4, tetapi tidak lebih banyak dari kelompok B2 dam E33 (hipotesis ke 8; hal. 165,171 )

Dua hipotesis ditolak yalni (1) kelompok siswa yang mengikuti evaluasi formaiif tertulis (B3) mempunyai presemtasi belajar lebih. tinggi secara signifikan dari pada kelompok siswa yang TIDAK mengikuti evaluasi formatif` tertulis (B4) (hipotensis ke 4; hal.152:169). (2) Ada pengaruh intereksi yang signifikan antara evaluasi formatif tertu tulis dan umpan balik dengan inteligensi terhadap prestasi belajar kelompok siswa (hipotesrls ke 5; hal. 150,169 ).

Penelitian ini mengetengahkan Sejumlah saran untuk Departemen terkait dan sekolah sehubungan dengan pelaksanaan ?secara murni dan konsekuen? dari sistern Pendidikcm Berdasakan Kompetensi (PKB) dengan ?strategi belajar' tuntas? beracuan kriteria. Rangkuman pendapat para pakar tentang evaluasi dan umpem balik diketengahkan juga untuk mempertinggi daya guna penelitian ini dan memperluas cakrawala pandang. Beborapa pokok terkait yang bulum dapat dihadirkan pada penelitian ini, diutarakan sebagai ve1riabel penelitian lanjutan bagi yang berkepentingan
1995
T37973
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ros Mayasari
Abstrak :
Penelitian ini bertolak dari adanya kebutuhan akan pemahaman peran faktor-faktor psikologis dalam proses pembelajaran mata kuliah Bahasa Arab. Di IAIN (Institut Agama islam Negeri), mata kuliah Bahasa Arab menjadi mata kuliah yang penting dilihat dari tujuan lembaga ini yang bergerak pada pengkajian dan pengembangan ilmu-ilmn keislaman- Pengemhangan dan pengkajian ilmu-ilmu keislaman sangat memerlukan penguasaan bahasa Arab karena sumber utama pengkajian bidang disiplin ilmu ini berasal dan literatur yang berbahasa Arab. Namun pada kenyataannya, hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah Bahasa Arab belum optimal Oleh karena itu, dalam penelitian ini dikaji beberapa faktor psikologis yang dianggap memberi sumbangan terhadap keberhasilan Mahasiswa pada mata kuliah Bahasa Arab. Dari beberapa faktor psikologis yang perlu mendapatkan perhatian adalah kemampuan awal bahasa Arab, self-efficacy, dan rask value. Faktor kemampuan awal bahasa Arab penting diteliti karena mahasiswa IAIN berasal dari sekolah umum, madrasah, dan pondok pesantren dimana ketiga lembaga pendidikan tersebut memberi porsi mata pelajaran Bahasa Arab yang berbeda-beda. Faktor self-efficacy (penilaian kemampuan diri untuk melakukan tugas tertentu) juga dianggap penting untuk diteliti karena mata kuliah Bahasa Arab sering dianggap sebagai mata kuliah yang sulit Pandangan tentang kesulitan suatu tugas akan mempengaruhi penilaian seseorang tentang kemampuannya untuk berhasil pada tugas tersebut. Demikian juga dengan faktor task value (penilaianmu tentang kebermaknaan dan kepentingan suatu tugas). Adanya perbedaan tujuan jurusan-jurusan yang ada di setiap fakultas yang tidak semuanya berhubungan langsung dengan pengkajian ilmu keislaman, memungkinkan perbedaan penilaian (ask value mahasiswa terhadap mata kuliah Bahasa Arab. Oleh karena itulah penelitian ini bertujuan untuk meneliti sumbangan kemampuan awal bahasa Arab, faktor self-efficacy, dan task value terhadap hasil belajar mata kuliah Bahasa Arab. Penelitian dilakukan terhadap mahasiswa Fakultas Tarbiyah semester satu yang sedang mengambil mata kuliah Bahasa Arab. Sampel berjumlah 214 orang yang diperoleh dengan teknik accidental .sampling. Data tentang kemampuan awal bahasa Arab menggunakan hasil ujian masuk IAIN pada mata ujian Bahasa Arab dan data hasil belajar diambil dari hasil ujian mid semester mata kuliah Bahasa Arab. Adapun data tentang self-efficacy dan task value diperoleh dari kuesioner self-efficacy dan task value. Analisis data dilakukan dengan metode analisis regresi dan pengolahan data dilakukan dengan memanfaatkan program SPSS (Statistical Package for Social Science). Penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan awal dan self-efficacy memberi sumbangan yang signifikan terhadap hasil belajar mata kuliah Bahasa Arab, baik pada saat dihitung sendiri~sendiri maupun bersama-sama. Adapun faktor task value ternyata tidak memberikan sumbangan yang signifikan terhadap hasil belajar mata kuliah Bahasa Arab. Tidak adanya sumbangan yang signifikan variabel task value terhadap hasil belajar diduga karena adanya interaksi antara variabel task value dengan variabel lain yang tidak diukur dalam penelitian ini, adanya tingkat self-efficacy yang rendah dan dimungkinkan pula oleh adanya sikap faking good responden dalam menjawab kuesioner. Untuk penelitian lebih lanjut disarankan melakukan pengontrolan variabel tertentu yang dianggap memberi pengaruh terhadap hasil belajar mata kuliah Bahasa Arab seperti bakal bahasa asing dan perlunya keseragaman pengukuran hasil belajar serta menggunakan teknik random sampling untuk pengambilan sampel penelitian agar hasil penelitian dapat digeneralisir secara lebih luas. Penelitian tentang variabel rask value perlu dilakukan dengan melibatkan variabel-variabel lain seperti strategi belajar karena dalam penelitian Pintrich dan Dc Groot (1990), sumbangan task value muncul terhadap strategi belajar. Strategi belajar inilah yang berpengaruh secara langsung terhadap hasil belajar. Di samping itu, penelitian bersama antara variabel kemampuan awal, motivational belief (seperti self-efficacy dan task value) serta strategi belajar penting dilakukan untuk melihat bagaimana pola hubungan dan interaksi antara variabel-variabel tersebut dalam mempengaruhi hasil belajar. Faktor kemampuan awal bahasa Arab dan self-efficacy ternyata memberi sumbangan yang signifikan terhadap hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah Bahasa Arab. Oleh karena itu, disarankan untuk mengembangkan program pengajaran yang dapat mengakomodasi perbedaan kemampuan awal bahasa Arab mahasiswa yang bervariasi, misalnya dengan memberi bimbingan remedial atau mengelompokkan mahasiswa pada satu kelas sesuai dengan tingkat kemampuan awal bahasa Arabnya di samping itu, disarankan pula untuk mengmbangkan proses pembelajaran di kelas yang dapat meningkatkan self-efficacy mahasiswa terhadap mata kuliah Bahasa Arab. Misalnya, memberi pengalaman sukses dalam mengerjakan tugas-tugas mata kuliah Bahasa Arab, memberi umpan balik yang konsisten terhadap kemajuan penguasaan mahasiswa terhadap hasil belajarnya serta tetap memberikan persuasi verbal bahwa mereka memiliki kemampuan untuk berhasil dalam mata kuliah Bahasa Arab.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>