Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 298 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yon Achmad Santosa
Abstrak :
ABSTRAK
Pada perawatan ortodonsi penggunaan perekat braket langsung merupakan salah satu tujuan untuk melakukan perawatan ortodonti dengan estetika yang baik. Dewasa ini banyak tersedia macam-macam bahan dasar dari pelekat braket langsung.

Pemilihan dari bahan perekat braket langsung perlu mempertimbangkan kuat rekat geser dari bahan tersebut, agar waktu perawatan sesuai dengan rencana yang telah diperkirakan.

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan perbandingan nilai rata-rata kuat rekat geser perekat braket langsung yang berbahan dasar komposit (Unite) dan glas ionomer (Fuji Ortho LC) menggunakan alat "mechanical testing machine" Shimadzu AG-5000 dengan "cross head speed" 5 mm/menit.

Hasil penelitian dianalisis dengan u j i t menunjukkan bahwa kuat rekat geser braket logam yang direkatkan dengan bahan dasar komposit (Unite) berbeda bermakna dengan kuat rekat geser braket logam yang direkatkan dengan bahan dasar glas ionomer (Fuji Ortho LC) (t=7,909 p < 0,05).
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taty Zubaidah Cornain
Abstrak :
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan secara klinis dan radiografis setelah perawatan saluran akar satu kali kunjungan dengan formokresol pada molar sulung dengan karies mencapai pulpa non. vital. Subjek penelitian adalah molar sulung bawah pada anak usia 6-7 tahun. Dilakukan perawatan saluran akar satu kali kunjungan dengan formokresol lima menit dan pengisian saluran akar dengan zink oksid engenol pasta, kemudian dilakukan evaluasi secara klinis setelah satu minggu, satu bulan, dan tiga bulan serta secara radiografis setelah tiga bulan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya perubahan bermakna secara klinis pada gingiva setelah satu bulan yang ditandai dengan hilangnya tanda-tanda keradangan (X2= 18.00; p < 0,01), dan secara radiografis setelah tiga bulan perawatan saluran akar satu kali kunjungan dengan formokresol pada molar sulung bawah dengan karies mencapai pulpa non vital (X2 = 21,65; p < 0,01). Sedangkan hasil pemeriksaan klinis lainnya tidak terdapat kegoyangan gigi dan saat palpasi, tekanan serta perkusi hasilnya adalah negatif baik setelah satu minggu, satu bulan dan tiga bulan perawatan.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
S. Dwiyanti
Abstrak :
Rasa takut dan cemas terhadap berbagai jenis perawatan gigi banyak ditemukan pada anak usia remaja awal. Adanya rasa takut dan cemas ini akan mempengaruhi usaha program perawatan gigi yang optimal. Rasa takut dan cemas dipengaruhi oleh asumsi pribadi yang disebabkan adanya ketidaktahuan akan kesehatan gigi dan perawatan yang dilakukan. Selain itu rasa takut dan cemas dipengaruhi pula oleh tumbuh kembang anak serta faktor pelayanan yang didapat saat pertama kali berobat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapat gambaran yang jelas tentang perawatan kedokteran gigi jenis apa yang paling menakutkan terutama pada anak usia remaja awal. Disamping itu pula apakah ada perbedaan rasa takut dan cemas sebelum, pada saat, dan setelah perawatan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terlihat bahwa jenis perawatan kedokteran gigi yang paling menakutkan adalah penyuntikan, pencabutan, dan pengeboran. Hasil uji analisis menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna sebelum, pada saat, dan setelah perawatan pada jenis perawatan penyuntikan. Sedangkan pada jenis pencabutan dan pengeboran didapat perbedaan tidak bermakna sebelum dan pada saat perawatan. Akan tetapi pada saat dan setelah dilakukan pencabutan dan pengeboran didapat hasil berbeda bermakna. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa rasa takut dan cemas pada anak usia remaja awal ditemukan tinggi terutama pada perawatan penyuntikan kemudian diikuti oleh pencabutan dan pengeburan. Dengan ditemukan adanya rasa takut dan cemas terhadap jenis perawatan tersebut maka perlu kiranya lebih memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi rasa takut dan cemas terutama untuk mendapatkan usaha program kesehatan gigi yang optimal.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibnu Ali
Abstrak :
Penelitian di Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita dilakukan dengan tujuan untuk melihat gambaran umum tingkat kesehatan gigi dan mulut (kebersihan mulut, kesehatan gingiva, dan karies gigi) anak yang berkunjung di Klinik Khusus Tumbuh Kembang Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita dan untuk mengetahui status kesehatan gigi dan mulut (kebersihan mulut, kesehatan gingiva, dan karies gigi) antara anak sindroma Down dan anak non sindroma Down yang berkunjung ke Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita. Selain itu juga diharapkan dapat dipergunakan sebagai dasar untuk menyusun program perawatan gigi dan mulut anak sindroma Down di Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita, Subyek penelitian dilakukan pada 34 anak sindroma Down dan 39 anak yang tidak mengalami kelainan genetika dengan usia 21-76 bulan. Penelitian merupakan kasus kelola berdasarkan data rekam medik, pengamatan serta wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks gingivitis untuk kelompok anak sindroma Down 0,60 dan anak non sindroma Down 0,51, ada perbedaan yang tidak bermakna. Anak sindroma Down mengalami karies dengan def-t rata-rata 4,65 dan anak non sindroma Down def-t rata-rata 4,28.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lazarus Sugeng Hartono
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian di Kabupaten D.T.II Tangerang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui karies gigi sulung anak prasekolah dengan kadar fluor dalam air minum pada daerah tersebut. Subjek penelitian terdiri dari anak prasekolah yang berusia 2-5 tahun sejumlah 341 anak dan air sumur yang dipergunakan sebagai air minum utama. Penelitian ini dilakukan secara deskriptif analitik. Hasil penelitian menunjukkan indeks plak rata-rata 2.34, 80.6% anak mengalami karies dengan def-t rata-rata 5.60, def-s rata-rata 12.47. Radar fluor dalam air minuet rata-rata 0.38 ppm. Dengan analisa regresi linier terbukti ada hubungan tidak bermakna antara kadar fluor air minuet dengan karies gigi sulung dengan r = - 0.04 ( p > 0.05 ).
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Ninik Tridjaja
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hartati Poerwanto
Abstrak :
Pemasangan mahkota logam pada gigi sulung dikawatirkan karena kebersihan mulut anak umumnya buruk dan sering dijumpai gingivitis. Untuk itu perlu diteliti bagaimana pengaruh pemasangan mahkota logam pada gigi sulung terhadap kesehatan gingiva, serta untuk mengetahui bagian permukaan gigi yang banyak terakumulasi plak dan bagian gingiva yang mengalami gingivitis. Sebagai subyek adalah murid SD di Kelurahan Grogol Selatan. Pada awal penelitian seluruh murid kelas I & II diberi pendidikan cara melakukan kebersihan mulut. Pada subyek dilakukan oral profilaksis kemudian dipasang mahkota logam pada 30 gigi molar satu bawah sulung dengan karies dentin. Jenis gigi yang sama pada sisi yang berlawanan digunakan sebagai kontrol. Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya perbedaan yang bermakna antara gigi dengan mahkota logam dan gigi kontrol terhadap akumulasi plak serta terjadinya gingivitis. Gingivitis lebih banyak dijumpai pada permukaan lingual dan akumulasi plak lebih banyak pada permukaan distofasial dan lingual dibanding dengan permukaan mesiofasial dan fasial. Oleh karena itu pads anak dengan mahkota logam supaya lebih meningkatkan kebersihan mulut pada seluruh permukaan giginya terutama daerah yang sukar dibersihkan.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titi Pratiwi
Abstrak :
Pemerintah Indonesia, khususnya para dokter, dewasa ini giat menganjurkan kepada kaum ibu agar mengutamakan pemberian Air Susu Ibu sebagai makanan bayi, sekurang-kurangnya sampai bayi berusia dua tahun. Tujuan dari anjuran tersebut, selain untuk meningkatkan kesehatan anak, juga untuk meningkatkan kesehatan kaum ibu itu sendiri. Dalam usaha peningkatan kesehatan anak pemberian ASI sebagai makanan bayi jauh Iebih menguntungkan dari pada menggunakan jenis makanan lain Pengganti Air Susu Ibu (PASI), ASI lebih bersih, lebih mudah didapat, lebih murah, lebih bergizi, dan menjamin daya tahan tubuh bayi yang lebih balk. Anjuran untuk kembali kejenis makanan alamiah diatas, didukung oleh bukti-bukti yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Akan tetapi akhir-akhir ini beberapa ahli ilmu kesehatan gigi anak berhasil membuktikan bahwa karies gigi yang polanya identik dengan "Nursing Bottle Caries" juga terjadi pada anak-anak yang hanya menyusu pada. Padahai karies gigi semacam itu , lebih-lebih yang tidak dirawat ; pada gilirannya akan sangat merugikan kesehatan anak. Nursing Bottle Caries, Nursing bottle syndrome, Night Bottle syndrome, Bottle Mouth, Baby Bottle Caries, Nursing Mouth, dan Labial Caries, adalah suatu keadaan yang terdapat pada anak-anak berusia sangat muda (12 - 36 bulan), yang mempunyai kebiasaan mengedot botol berisi susu atau cairan lain yang mengandung karbohidrat, semenjak berbaring sampai tertidur. Karies gigi jenis ini, yang keadaannya mirip "Rampant Caries", mempunyai pola yang khas. Proses terbentuknya pola tersebut erat hubungannya dengan kebiasaan pemberian makanan, yaitu diperbolehkannya anak-anak mengedot botol sampai tertidur, Menurut Para ahli, dalam tingkat keparahan yang bagaimanapun, pola Nursing Bottle Caries adalah sebagai berikut. Gigi pertama yang terkena adalah gigi insitif lateral, lingual, mesial, dan distal, setelah itu, gigi insitif lateral atas; permukaan labial, lingual, mesial, dan distal. Kemudian , permukaan oklusal gigi molar satu atas dan satu bawah, serta gigi kanan bawah. Bila kebiasaan pemberian makanan sampai anak tertidur berlangsung dalam jangka waktu yang lama, maka akan terjadi keadaan iebih lanjut, yaitu karies akan tampak pada permukaan oklusal molar dua atas serta bawah, dan yang terakhir adalah gigi insitif bawah. Akhir-akhir ini, seperti telah diutarakan sebelumnya, beberapa ahli ilmu kesehatan gigi anak berhasil membuktikan bahwa karies gigi yang polanya identik dengan Nursing Bottle Caries juga terjadi pada anak-anak yang hanya menyusu ibunya. Menurut Lawrence A. Kotlow, hal itu dimungkinkan karena sebagian besar penderita menyusu ibunya sampai berusia lebih dari dua dan tiga tahun. Dalam periode tersebut, setiap harinya mereka diperbolehkan menyusu sampai beberapa jam, dan bahkan sering tertidur dalam keadaan dimana puting susu ibu masih berada di rongga mulutnya. Peristiwa yang tersebut terakhir dapat terjadi dua sampai tiga kali perhari, dan kadang-kadang malah berlangsung sepanjang malam. Bila penjelasan Kotlow diperhatikan dengan seksama, maka yang sesungguhnya telah terjadi adalah : pertama , bahwa ASI juga merupakan penyebab terjadinya kaies gigi. Kedua, bahwa kebiasaan pemberian makanan, dalam hal ini diperbolehkannya anak-anak menyusu ibu sampai tertidur, adalah faktor yang berperan tergadap pola khas dari jenis karies tersebut diatas. Dan Ketiga, diperbolehkannya anak-anak mengedot botol berisi susu atau cairan lain yang mengandung karbohydrat sampai tertidur, bukanlah satusatunya penyebab terjadinya karies gigi dengan pola khas pada anak-anak berusia sangat muda.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1985
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emmy Hastuti
Abstrak :
Saat ini belum banyak informasi tentang persepsi mutu pelayanan kesehatan gigi. Penelitian ini bertujuan : memperoleh gambaran perbedaan pola persepsi pasien tentang mutu pelayanan kesehatan gigi antara pasien Puskesmas Ciputat dan Klinik Syahid di Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang. Metode penelitian : analitik, dengan pengambilan data secara cross sectional, menggunakan uji statistik Chi-Square, analisis trend, analisis diagram Kartesius Service Quality. Hasil penelitian : Secara statistik dengan uji Chi-Square tidak ada hubungan bermakna antara persepsi pasien tentang mutu pelayanan kesehatan gigi Puskesmas Ciputat dan Klinik Syahid, pembayaran, umur, pendidikan, pendapatan dan kebutuhan pelayanan. Namun ada perbedaan trend yang menarik. Pasien bayar sendiri, di Puskesmas Ciputat cenderung menilai pelayanan Bermutu, di Klinik Syahid Ciputat Kurang Bermutu. Adapun pasien asuransi, di Klinik Syahid cenderung menilai Bermutu. Pada pasien golongan umur yang lebih tua (>35 tahun) cenderung menilai Kurang Bermutu dan pendapatannya tinggi (> Rp.710.000.-). Ada perbedaan trend pada kedua tempat pelayanan: mereka yang menilai Bermutu di Puskesmas lebih banyak yang pendapatan rendah (Rp.710.000.-), sedangkan di Klinik Syahid Ciputat lebih banyak yang pendapatan tinggi. Ada perbedaan trend pasien Scaling di Puskesmas lebih banyak yang menyatakan kurang bermutu. Dari analisa diagram kartesius Dimensi Fisik, Dimensi Keandalan, Dimensi Daya Tanggap, Dimensi Jaminan. Dimensi Empati, dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan mutu pelayanan kesehatan gigi di kedua tempat tersebut. Dari diagram kartesius dimensi fisik di kedua tempat ada perbedaan yaitu tenaga kesehatan yang berpakaian rapi, di Puskesmas Ciputat dianggap sudah berlebihan, sementara di Klinik Syahid Ciputat dianggap sebagai prestasi yang perlu dipertahankan. Kemungkinan perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan tingkat pendidikan tinggi (SMA keatas) dan pendapatan tinggi (>Rp.710.000.) jauh lebih banyak pada Klinik Syahid Ciputat dari pada di Puskesmas Ciputat. Demikian pula adanya perbedaan pada Dimensi lainnya.
At present, information quality of dental health services has been seen as inadequate. Research aim: to analyze differences in pattern of patients perceptions on service quality perception in Dental Service, between specifically patients of Puskesmas Ciputat and Clinic of Syahid, both in Ciputat Sub district of Tangerang Regency. Research Method: analytical before - after, with intake of data by Cross Sectional, using statistical Chi-Square test, trend analysis and using of Kartesius Service Quality diagram. Result: Statistically, there was no significant difference by Chi-Square between perception of patient about quality of dental health care service in Puskesmas Ciputat and Clinic Syahid, also on payment, age, education, earnings and service requirement. But there are differences in trend on some variables. Patient who pay out of pocket in Puskesmas Ciputat tend to mine critically assess the quality of service, in where as the Clinic Syahid to be Less Satisfying. As for insured patients in the Clinic of Syahid, they tend to assess it as Certifiable. Those older than 35 years age tend to assess it Lesser Certifiable. There is difference in trend at both places, those who assess Certifiable in Puskesmas were larger the higher earning than that of the low earnings; while in the Clinic of Syahid Ciputat the were larger higher earnings. There is also difference in trend, by which patients of Scaling in Puskesmas were mine expressing to be less Certifiable. From the analysis of Kartesius Diagram on Tangibles Dimension, Reliability, Responsiveness, Assurance, and Empathy Dimension, can be concluded various factor in improving dental health care service quality in both at the Puskesmas Ciputat and Clinic Syahid. Tangibles dimension on Puskesmas Ciputat and Clinic Syahid were differed in patient's perception. Possibly, the difference due to the existing of difference for higher education and 6n higher earnings (> Rp.710.000.-) were much more found at the Clinic of Syahid Ciputat than that from Puskesmas Ciputat. Differences also found for other Dimensions.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2005
T16249
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sonny Hermawati Margo
Abstrak :
Karies gigi merupakan penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan oleh beberapa faktor yang saling berhubungan yaitu saliva, mikroorganisme, substrat dan waktu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan waktu erupsi gigi sulung dengan karies gigi. Untuk ini telah diambil secara cross sectional sejumlah 410 anak balita umur 6 - 48 bulan, peserta Posyandu di Kecamatan Neglasari Kota Tangerang sebagai subyek penelitian. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa 60 % subyek tidak mempunyai karies gigi terutama pada anak dibawah 2 tahun (50 % ) Rata-rata karies (def -t) usia 2 - 3 tahun adalah 3.89 gigi per anak ( SD 3.95 ) dan anak usia 3 - 4 tahun 5.15 gigi per anak (SD 4.03). Pada umumnya gigi tumbuh dalam batas yang normal (40 - 80 %) yaitu berkisar antara Mean ± 1 SD. Gigi yang lambat erupsi Mean + > 1 SD pada rahang bawah sejumlah 0.2 --1,2 % sedangkan pada rahang atas sejumlah 0.2 - 3.2 %. Untuk gigi yang lebih cepat erupsi - > 1 SD . maka pada rahang bawah terdapat 0,2 - 1 % dan rahang atas 0,2 - 1.2 %. Dalam penelitian ini, pada rahang atas maupun rahang bawah. waktu erupsi yang cepat, lambat dan normal berdasarkan uji statistik Anova ternyata tidak menunjukkan hubungan yang bermakna dengan karies gigi ( p > 0,005 ). Hal ini serupa terjadi dengan jenis kelamin dan konsumsi makanan karsinogenik (p > 0,005). Sedangkan uji statistik linier menunjukkan hubungan yang bermakna antara karies dengan umur (p = 0.000. r =0.329 ) dan antara karies gigi dengan plak ( p = 0.002 ).
Dental caries is a multifactor disease, and preventing dental caries in under five children is very important. The aim of study is to investigate the correlation between time of deciduous teeth eruption and dental caries. For this purpose, a number of 410 children age between 6 - 48 months from Posyandu Kecamatan Neglasari, were taken as subjects of the study. Result of study showed that 60 % of the subjects were free from dental caries, 50 % among them were under 2 years old. The average of dental caries (def-t ) of children aged 2 - 3 years old was 3.89 ( 3,95) and children aged 3 - 4 years old was 5.15 ( SD 4,03 ) . Most teeth of children (40 - 80 %) erupted in a normal time that was in between mean time ± 1 SD. Late teeth eruption (+ > 1 SD) in the lower jaw found only in 0,2 % to I % of the children and for the upper jaw found in 0,2 % to 3,2 % of the children This study also showed the early late or normal teeth either in the upper or in the low jaw, did not have any significant relation with dental caries (p > 0.05) Generic and dietary consumption also had no significant relation with dental caries (p > 0.05 ). In contrary with age of the subjects, which showed a significant relation (p = 0,000, r = 0,329) with dental caries, as also seen in the relation between plaque and dental caries (p =0,002). Conclusion : The also number of early or late teeth eruption found in under fives children re very small although the children were identified as undernourished children . This study could not show a significant relationship between early, late or normal teeth eruption with dental caries (p. 0,005) and this small number of children may play a great influenced. A further study is recommended.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2005
T16252
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>