Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 25 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Liszarwan Baheram
"Kemajuan teknologi bidang otomotif telah memberi manfaat yang sangat besar kepada manusia, manfaat ini terutama di bidang perhubungan darat. Manfaat kendaraan bermotor ini sangat besar dan hal ini menyebabkan manusia berusaha memilikinya terutama sekali untuk kepentingan-kepentingan vital seperti ke kantor, kuliah ataupun bisnis lainnya. Untuk dapat mengemudi kendaraan dengan aman dan lancar dibutuhkan keserasian antara jumlah kendaraan, panjang jalan dan jumlah penduduk, disuatu tempat. Akhir-akhir ini terdapat ketidakseimbangan antara pertambahan jumlah kendaraan dengan jumlah panjang jalan, dimana jumlah pertambahan jalan tidak secepat pertambahan kendaraan. Akibatnya jalan terasa sempit, kenyamanan mengemudipun mulai berkurang dan kecelakan lalu lintas pun makin meninakat yang disertai pula dengan bertambahnya jumlah manusia yang mati akibat kecelakaan lalu lintas termasuk diantara pares korban ini adalah pejalan kaki.
Di Indonesia setiap tahun jumah kendaraan bertambah 8,13%,jalan hanya bertambah 2,61%.Pada tahun 1987 di lapork.an 10.809 kor-ban mati, 20.987 luka berat dan 26.522 luka ringan akibat kecelakaan lalu lintas di jalan raya. Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 1987 adalah 171.710.000 org.
Di USA 4 orang pejalan kaki meninggal karena kecelakaan lalu lintas per 100.000 penduduk. Pertambahan penduduk ini disamping akibat kelahiran juga akibat adanya urbanisasi. Pertambahan jumlah kendaraan timbul akibat berbagai macam hal seperti gengsi, ingin cepat sampai ditujuan , ingin terhindar dari kemacetan lalu lintas dan lain-lain. Kematian pejalan kaki akibat kecelakaan lalu lintas di Jakarta dalam periode 1974-1976 adalah sebesar 48.42%.
Meningkatnya jumlah perdestrian yang menjadi korban kecelakan lalu lintas ini adalah akibat beberapa hal :
1. Adanya pedestrian baru akibat pertumbuhan penduduk dan urbanisasi.
2. Meningkatnya mobilitas penduduk.
3. Trotoir tidak tersedia, di beberapa tempat trotoir dijadikan korban perluasan jalan dan ada juga trotoir yang dipakai untuk tempat berjualan.
4. Tempat penyeberangan , zebra cross tidak tersedia.
5. Disiplin yang kurang dari pejalan kaki dan pengendara kendaraan bermotor misalnya menyeberang tidak pada tempatnya, mengendarai kendaraan secara ugalan-ugalan."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1989
T881
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Slamet Poernomo
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian terhadap BO kasus kekerasan tumpul di kepala dengan hasil - hasil sebagai berikut . 92,5 % kasus merupakan korban kecelakaan lalu lintas dengan benturan paling banyak ditemukan di daerah temporal kanan dan kiri masing - masing frekwensinya 27,5 7. dan 12,5 7.
Daerah basis yang sering mengalami fraktur adalah di daerah fossa media sebanyak 84,50 % dan ditemukan hanya 34 kasus (42,5 %) fraktur basis yang merupakan kelanjutan dari fraktur di daerah atas tengkorak.
Pola garis fraktur yang paling sering ditemukan adalah pola garis fraktur sesisi 58,75 % dan melintang 17,5 7. Benturan pada daerah temporal dan parietal relatif banyak menimbul kan pola fraktur melintang khususnya mengenai kedua os petrosus.
Hanya 26 kasus (49,14 %) fraktur basis yang menunjukkan adanya tanda rhinorhea, otorrhea atau hematom kaca mata.
"
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salendu, Andrew Rens
"Sebagai rumah sakit rujukan, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo mengobati banyak pasien trauma dengan hendaya. Selain pengobatan, pasien trauma juga memerlukan perhatian dari aspek sosial ekonomi bila perlu kompensasi finansial dan untuk kepentingan asuransi, dengan penilaian Whole person impairment (WPI) seperti yang dijelaskan di Edisi Keenam AMA Guides to Permanent Impairment.
Penelitian dilakukan pada 20 rekam medis pasien-pasien yang memiliki diagnosis awal dengan kerusakan tetap pada anggota gerak atas dan bawah dan tulang belakang untuk mengetahui perbedaan antara informasi yang dibutuhkan oleh dokter yang mengobati dan yang diperlukan oleh dokter untuk menilai impairment serta karakteristik pasien.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan informasi-informasi adalam tahap anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang antara treating doctors dalam mengobati pasien dan assessing doctor dalam upaya menentukan Whole person impairment rating.

As a referral hospital, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo treated many trauma patients with impairments. Other than medical treatments, the traumatic patients also need attention on the socioeconomic aspect should there be financial compensation and insurance matters, by assessing the Whole person impairment (WPI) rating as described in the Sixth Edition of the AMA Guides to Permanent Impairment.
Research was done on 20 medical records for patients with initial diagnosis with permanent impairment on the upper and lower extremities and spine to gauge the discrepancy between the information needed by the treating doctorss and those needed by the assessing doctors to calculate impairment.
The results show that the majority of information needed to assess WPI was different than the information for therapeutic needs."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T31906
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Purwadianto
"Otopsi terhadap korban mati sebagai bagian utama dari
pemeriksaan forensik di Jakarta masih sering ditolak oleh
keluarga korban, walaupun pihak penyidik telah memintanya.
Keluarga korban yang merupakan pemberi keputusan penolakan
ini berciri-ciri sebagian besar pria, berusia antara 30 - 49
tahun, adalah saudara bukan sekandung dari korban,
berpendidikan tamat SMTP atau SMTA , bersuku Jawa, Sunda atau
keturunan Cina dan bekerja sebagai karyawan swasta. Ciri-ciri
korban mati yang ditolak otopsinya pada umumnya adalah
pelajar atau mahasiswa, berusia 10 - 29 tahun, merupakan
golongan menengah ke bawah dengan kasus mati akibat
kecelakaan lalu lintas.
Alasan penolakan otopsi forensik ini sebagian besar
adalah faktor emosi berupa rasa sedih/kasihan (97,22%) dan
pasrah terhadap keadaan (80,56%) serta faktor belum
berpengalaman (merasa asing) karena baru pertama kali
mengurus pencabutan Visum et Repertum (88,89%), pertama kali
salah satu anggota keluarganya mati dengan permintaan harus
diotopsi (83,33%) dan belum pernah melihat jenazah pasca
otopsi (84,72%). Sedangkan faktor agama/kepercayaan dan adat
serta faktor ketidaktahuan kegunaan otopsi forensik dan aspek
medikolegal kasus keluarganya bukan merupakan alasan yang
menonjol dari penolakan otopsi."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1983
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Tegar Indrayana
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas metode penentuan umur bercak darah manusia dengan menganalisis peak X dan Y yang muncul pada High Performance Liquid Chromatography (HPLC) karena penelitian mengenai umur bercak darah yang bersifat kuantitatif di Indonesia masih sangat jarang. Penelitan ini merupakan penelitian eksperimental dengan time series selama 11 hari pengamatan dengan memaparkan bercak darah pada 33 buah kain katun yang berukuran 1 cm x 1 cm yang berasal dari 3 responden dengan kondisi lingkungan Departemen Forensik dan Medikolegal FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo yang merepresentasikan wilayah Jakarta Pusat. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa peak X dan Y tidak menunjukkan adanya linearitas (kesegarisan) sehingga syarat untuk diperolehnya persamaan regresi linear tidak terpenuhi. Kesimpulan dari penelitan ini adalah penentuan umur bercak pada kain katun dengan menganalisis peak X melalui HPLC belum dapat dipakai secara pragmatis di lapangan sesuai kondisi Tempat Kejadian Perkara (TKP).

b>ABSTRACT
This research is to study the method in determining the age of human bloodstain due the rarity of human bloodstain researches in Indonesia, by analyzing the X and Y peaks that appeared in High Performance Liquid Chromatography (HPLC). This research is experimental with time series for 11 days observation by exposing the bloodstain onto 33 pieces of cotton fabric, each measuring 1 cm x 1 cm that originated from 3 respondents with environmental conditions of the FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Forensic and Medico-legal Department which represents the area of Central Jakarta. The results of this research is the X and Y peaks do not point to a linearity so that the criteria for linear regression equation is not met. The conclusion of this research is age of human bloodstain on cotton fabric by analyzing X peak with HPLC cannot yet be used pragmatically in the field in accord to the conditions at the crime scene."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Ardhian Syaifuddin
"Tesis ini membahas tentang apakah korban-korban kejahatan seksual yang diperiksa di pusat krisis terpadu rumah sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta dan dokter-dokter yang sehari-harinya memeriksa korban-korban kejahatan seksual menerima langkah-langkah protokol pada pusat pelayanan tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif fenomenologi dan data dikumpulkan dengan menggunakan in-depth interview terhadap 10 responden korban kejahatan seksual yang diperiksa di pusat krisis terpadu rumah sakit Cipto Mangunkusumo dan focus group discussion terhadap 4 responden dokter. Hasil menunjukkan bahwa seluruh responden korban bersedia diperiksa dengan langkah-langkah tersebut dan responden dokter menerima langkah-langkah tersebut dalam praktek sehari-hari.

This thesis discusses whether victims of sexual violance who's examined in the integrated crisis center of Cipto Mangunkusumo hospital and doctors who regularly examine the victims are accepting the step-by-step protocol at the service center. This is a qualitative phenomenology research and the data were collected using in-depth interviews with 10 respondents of sexual violent victims whose examined in an integrated crisis center Cipto Mangunkusumo hospital and a focus group discussion with 4 physician respondents. The result showed that all the victim respondents are willing to be examined with these methods and the physician respondents accepting the methods in daily practice.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Melati Suci Kusuma
"Tesis ini membahas tentang usia bercak cairan mani dengan melihat perubahan kadar fruktosa dan fosfatase asam yang terkandung dalam cairan mani. Penelitian dalam tesis ini merupakan penelitian analisis korelatif dengan time series selama 6 hari pengamatan yang tidak kontinu. Dalam penelitian ini diperiksa sebanyak 36 sampel kain katun yang telah dibercakkan cairan mani diatasnya lalu dikeringkan di lingkungan terbuka kemudian pada hari ke 0 ke 1 ke 3 dan ke 6 setelah pembercakkan sampel tersebut diperiksa kadar fruktosa dan fosfatase asam yang terkandung didalamnya dengan menggunakan spektroskopi uv visibel.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya perubahan kadar fruktosa dan fosfatase asam yang terkandung dalam cairan mani tetapi didapatkan pula fakta bahwa kandungan fruktosa yang ada didalam cairan mani akan mempengaruhi kadar fosfatase asam yang juga terkandung dalam cairan mani. Selain itu dalam penelitian ini didapatkan pula adanya pengaruh dari jenis bahan kain yang digunakan sebagai media pembercakkan. Dimana kain katun ternyata juga akan memberikan hasil yang positif pada pemeriksaan kadar fruktosa. Penentuan usia bercak cairan mani berdasarkan perubahan kadar fruktosa dan fosfatase asam masih dapat digunakan tetapi dengan disertai pemeriksaan terhadap variabel variabel lainnya.

This study discusses the seminal age spots by looking at changes in levels of fructose and acid phosphatase contained in seminal fluid. The research in this thesis is a study of correlative analysis with time series for 6 days of observation which is not continuous In this study a total of 36 cotton fabric samples were examined each had been spotted with seminal fluid on it and then been dried in an open environment. On day 0, 1st, 3rd and 6th after spotted each sample was examined its level of fructose and acid phosphatase contained therein by using UV visible spectroscopy.
Results of this study showed changes in levels of fructose and acid phosphatase contained in the seminal fluid but found also the fact that the fructose content in the seminal fluid will affect acid phosphatase levels contained in the seminal fluid In addition to that in this study had been found also the influence of the type of fabric used as a spotted medium which was cotton fabric also giving a positive result on examination fructose levels. Determination of the age seminal fluid spot based on changes in levels of fructose and acid phosphatase could still be used but must be accompanied by examination of other variables.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Leonardo
"Latar belakang : Dalam pembuktian kasus persetubuhan, anamnesis dan pemeriksaan fisik memiliki nilai bukti yang rendah. Dokter Forensik hanya dapat membuktikan persetubuhan dengan ditemukannya cairan mani atau sel sperma pada pemeriksaan penunjang. Baru-baru ini dikembangkan rapid test SD Bioline Semen Inspection yang sensitif dan spesifik untuk menemukan prostate-spesific antigen (PSA) yang merupakan salah satu dari kandungan cairan mani. Diharapkan metode ini dapat menjadi alternatif dalam pembuktian kasus persetubuhan.
Tujuan : Untuk mengetahui nilai diagnostik alat SD Bioline Semen Inspection dalam mendeteksi adanya PSA pada usapan vagina, dan gambaran perbandingan nilai diagnostiknya pada subyek yang bersetubuh antara 1-3 hari dan 4-7 hari sebelum dilakukan pemeriksaan.
Metode : Uji diagnostik dengam metode potong lintang, membandingkan antara rapid test SD Bioline Semen Inspection dengan Automatic Immuno Assay (AIA).
Hasil : Nilai diagnostik alat SD Bioline Semen Inspection pada penelitian ini menunjukkan sensitivitas 44,44%, spesifisitas 100%, nilai duga positif 100%, nilai duga negatif 86,11%, prevalensi 22,5% dan akurasi 87,5%. Pada subyek yang bersetubuh antara 1-3 hari sebelum pemeriksaan menunjukkan nilai diagnostik sensitivitas 50%, spesifisitas 100%, nilai duga positif 100%, nilai duga negatif 89,29%, prevalensi 9,35% dan akurasi 90,32%. Pada subyek yang bersetubuh antara 4-7 hari sebelum pemeriksaan menunjukkan nilai diagnostik sensitivitas 33,33%, spesifisitas 100%, nilai duga positif 100%, nilai duga negatif 75%, prevalensi 33,33% dan akurasi 77,78%.
Kesimpulan : SD Bioline Semen Inspection dapat digunakan dalam pelayanan kedokteran Forensik untuk membuktikan adanya PSA, namun perlu dilakukan uji konfirmasi dengan modalitas lain jika didapatkan hasil negatif.

Background : History and physical examination alone could not prove a sexual intercourse. Thus, forensic doctors also need to find evidence of seminal fluid or sperm in determining sexual intercourse. Recently, there is an advancement in diagnostic tool in examining prostate specific antigen (PSA) in seminal fluid, which is a SD Bioline Semen Inspection. As a rapid test, this diagnostic tool is expected to be used in daily practice as an alternative method in determining sexual intercourse.
Objective : To determine diagnostic value of SD Bioline Semen Inspection in detecting Prostate Specific Antigen ( PSA) from vaginal swabs; To have an overview of diagnostic value of SD Bioline Semen Inspection in detecting Prostate Specific Antigen ( PSA) between 1-3 days and 4-7 days of intercourse prior to the examination.
Methods: This study is a cross-sectional research to compare SD Bioline Semen Inspection tool to Automatic Immuno Assay (AIA).
Results: This study showed SD Bioline Semen Inspection tool has 44.44% sensitivity, 100% specificity, 100% positive predictive value, 86,11% negative predictive value, prevalence is 22.5% and 87.5% accuracy. On the subject who have history of intercourse between 1-3 days prior to the examination, it showed 50% sensitivity, 100% specificity, 100 % positive predictive value, 89,29% negative predictive value, prevalence is 9.35% and 90.32% accuracy. On the subject who have history of intercourse between 4-7 days prior to the examination, it showed 33.33% sensitivity, 100% specificity, 100% positive predictive value, 75% negative predictive value , prevalence is 33.33%, and 77.78% accuracy.
Conclusion: The SD Bioline semen Inspection can be used in forensic medical services to prove the existence of PSA, but if the results are negative it still needs confirmation from other diagnostic modalities.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Klarisa
"Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) masih menjadi perhatian bagi masyarakat luas karena tidak dapat disembuhkan secara sempurna. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa virus HIV masih dapat ditemukan di jenazah sampai beberapa waktu setelah kematian, tanpa diketahui apakah masih mampu bereplikasi dan menginfeksi orang. Karena itu, penelitian ini ingin mengetahui kemampuan replikasi virus HIV di dalam sel darah putih secara in vitro dengan meniru kondisi seperti yang terjadi pada proses setelah kematian yaitu tidak terpapar oksigen.
Penelitian menggunakan disain eksperimental dengan menggunakan darah 'Orang dengan HIV-AIDS' (ODHA) yang masih hidup untuk menggantikan darah jenazah ODHA terinfeksi HIV. Hal ini dikarenakan sulitnya mendapatkan sampel darah yang dapat diteliti hingga rentang waktu 48 jam dengan suhu 26-32°C seperti suhu yang lazim terjadi pada umumnya jenazah di Indonesia. Darah terinfeksi HIV tersebut diperiksa 'viral load' dan diambil sel darah putihnya. Sel darah putih tersebut dicampur kembali dengan plasma darahnya, dan ditutup minyak goreng yang sudah dipanaskan agar tidak terjadi paparan oksigen untuk mendekati kondisi postmortem. Suspensi dikultur dan supernatannya diperiksa dengan 'Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction' (RT PCR) untuk melihat hasil replikasi virus HIV.
Hasil penelitian ini menunjukkan, virus HIV masih bereplikasi sampai waktu 48 jam setelah paparan oksigen dihentikan. Selain itu terdapat perubahan morfologi sel darah putih yaitu efek 'cytopathic effect' (CPE) pada sel di dalam kultur yang menunjukkan adanya infeksi antar sel.

HIV infection is still a community problem that cannot be solved perfectly. Recent studies show HIV virus can still be found in dead bodies, altough there were no evidence that indicate HIV infection from dead bodies. This research aims to elaborate HIV virus replication in leucocyte in vitro imitating dead bodies physiologic condition of oxygen deprivation.
Research is conducted using experimental design using blood samples taken from living HIV-infected persons to substitute for HIV-infected dead bodies. This subtitution held because of the difficulty to obtain blood sample from dead bodies, and studied until 48 hours postmortem on 26-32°C. HIV-infected blood was examined for viral load. The leucocyte were separated from the blood and mixed with blood plasma. This suspension stored in the tube and the upper surface added with heated cooking oil to prevent oxygen exposure. The suspension was centrifuged, the leucocyte were cultured. After cultured, the supernatan was scanned with Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction (RT PCR) to detect replication of HIV.
The replication of HIV virus were detected up to 48 hours. The study also found morphologic changes of leucocyte due to cytopathic effect which showed cell-to-cell infections.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Agusalam Budiarso
"Fotografi merupakan bagian terintegrasi standard prosedur pemeriksaan forensik dan dapat berperan sebagai petunjuk, keterangan pengganti barang bukti maupun sebagai barang bukti itu sendiri. Dokumentasi fotografi forensik memiliki tujuan menghasilkan gambar yang berkualitas dan akurat. Akurasi gambar dapat dinilai dari kesesuaian antara keadaan sebenarnya (atau setidaknya mendekati) saat pengambilan gambar dan pemeriksaan dilakukan oleh dokter pemeriksa dengan interpretasi orang lain yang melihatnya di waktu yang berbeda. Hasil studi observasional potong lintang menggunakan 55 sampel penelitian gambar digital kamera DSLR didapatkan panjang fokal lensa 50mm memiliki hubungan bermakna (p < 0,05). Sedangkan rentang nilai bukaan lensa (f7,1-f8,0), kecepatan rana (1/100 detik-1/125 detik) dan sensitivitas sensor (ISO = 800-1600) dengan penggunaan cahaya tambahan flashlite dapat dijadikan acuan dasar settingan kamera digital pada pemeriksaan genitalia kasus kekerasan seksual pada anak saat ini. Selain itu, didapatkan kesesuaian keseluruhan interpretasi sedang antara dua ahli forensik (k = 0,457), kesesuaian interpretasi pada area labia minor masih dapat diterima (k = 0,238) dan fourchette posterior (k = 0,230), serta kesesuaian interpretasi kuat pada area hymen (k = 0,643).

Photography is an integrated part of standard forensic examination procedures and can act as a guide, substitute information for evidence as well as evidence itself. Forensic photography documentation aims to produce quality and accurate images. Image accuracy can be assessed from the conformity of the actual situation (or at least approaching) when shooting an image and doctors examinations with the interpretation of other people who see it at different times. The results of a cross-sectional observational study using 55 DSLR camera digital image research samples obtained that 50mm lens focal length had a significant relationship (p <0.05). While the range of lens aperture (f7,1-f8,0), shutter speed (1/100 seconds-1/125 seconds) and sensor sensitivity (ISO = 800-1600) with additional use of flashlite can be used as a basic reference for digital camera settings on child sexual violence cases examination. In addition, it was found that the overall interpretation conformity was moderate between two forensic experts (k = 0.457), interpretation conformity could still be fair in the minor labia (k = 0.238) and posterior fourchette (k = 0.230), also substantial in the hymen (k = 0.643)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T55531
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>