Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5540 dokumen yang sesuai dengan query
cover
I Gusti Ayu Astarina
Abstrak :
Tesis ini membahas mengenai pengembangan saluran pemasaran dan upaya untuk meningkatkan exposure brand Kopi XYZ melalui digital marketing dengan intervensi program business coaching. Data diperoleh dengan melakukan serangkaian wawancara dan observasi, kemudian dianalisis menggunakan analisis STP, Marketing Mix, BMC, SWOT, Porters Five Forces, Analisis Gap dan Pareto. Tujuan analisis adalah untuk menemukan permasalahan dengan tingkat urgensi tertinggi, terutama dalam bidang marketing. Dari hasil analisis ditemukan dua permasalan utama dari sisi marketing yang dihadapi oleh UMKM yaitu 1) kurangnya optimalisasi saluran pemasaran digital, dan) rendahnya exposure brand Kopi XYZ. Melalui program business coaching diharapkan dapat membantu Kopi XYZ dalam meningkatkan performanya dengan menggunakan digital marketing. ......This study is about digital marketing channel, and brand exposure, with business coaching intervention. A series of structured interviews were conducted with the owner of Kopi XYZ in Jakarta.The data is collected by using interviews and observation method then analyzed using STP, Marketing Mix, BMC, SWOT, Porters Five Forces, Gap Analysis and Pareto Analysis. The purpose of the analysis is to find out the most urgent problem to be solved, especially in marketing. The finding showed that there were two main problems faced by MSMEs that could be solved in order to improve MSMEs performance, which were: 1) lack of optimization of digital marketing channels, 2) low exposure given by Kopi XYZ to potential consumers. Through the business coaching program, it is hoped that it can help Kopi XYZ to improve its performance by using digital marketing.
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Azizah Fairuz
Abstrak :
Saat ini, salah satu jenis UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) yang sedang berkembang adalah industri jasa penatu. Meningkatnya pertumbuhan pariwisata dan hotel, rumah sakit, perumahan, dan apartemen di Indonesia memiliki kontribusi yang signifikan terhadap layanan penatu dan 'cleaning service'. Peluang ini dimanfaatkan oleh Ibu Jennifer untuk mendirikan KlinBar, yaitu 'retail' jasa penatu modern yang memberikan pelayanan untuk mencuci baju yang bersih dan rapi. KlinBar mempekerjakan enam karyawan tetap. Penelitian ini membahas laporan proses 'business coaching' untuk memecahkan masalah dalam manajemen sumber daya manusia di UMKM, yaitu menyusun sistem penilaian kinerja dan sistem 'rewards' untuk meningkatkan kepuasan kerja karyawan KlinBar. Analisis pendahuluan KlinBar menunjukkan bahwa terdapat rendahnya kepuasan kerja karyawan. Hal ini disebabkan oleh belum adanya sistem penilaian kinerja dan 'rewards'. Selain itu, rendahnya kepuasan kerja karyawan mengakibatkan rendahnya komitmen terhadap organisasi dan 'turnover' yang tinggi. 'Turnover' di KlinBar adalah sebesar 40%. Data primer dikumpulkan melalui wawancara mendalam dan observasi. Data sekunder diperoleh dari profil perusahaan, internet, 'text book', dan artikel jurnal. Data yang terkumpul akan dianalisis menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi dari sistem penilaian kinerja dan sistem 'reward' dapat meningkatkan kepuasan kerja. ...... Nowadays, the one type of MSMEs (Micro, Small, and Medium Enterprises) that currently developing is a laundry service industry. The increasing growth of tourism and hotels, hospitals, residential, and apartments in Indonesia have a significant contribution to the laundry and cleaning services. Mrs. Jennifer seizes this opportunity by establishing KlinBar, a modern retail laundry that provides clean and neat clothes. KlinBar is now employing six permanent employees. This study discusses the report of the business coaching process for solving problems in human resources management in MSMEs on the Craeting of Performance Appraisal and Reward Systems to Enhance the Employee Job Satisfaction of KlinBar. The preliminary analysis of KlinBar has shown that there was a lack of job satisfaction from the employee. The lack of job satisfaction is caused by a lack of performance appraisal and reward systems. Also, the lack of employee job satisfaction resulted in a low commitment to the organization and high turnover. The turnover in KlinBar is 40%. The primary data is collected through in-depth interview and observation. The secondary data is obtained from the company profile, internet, textbook, and articles in the journal. The collected data will be analyzed using qualitative and quantitative methods. This study found that the implementation of performance appraisal and reward systems could enhance job satisfaction.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T53476
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Louis Utama
Abstrak :
ABSTRAK
Semakin berkembangnya laju teknologi menyebabkan tuntutan bagi perusahaan untuk mencapai produktivitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Laju teknologi dilihat dengan makin bergesemya sistem produksi yang berifat manual menuju ke sistem komputerisasi. Perkembangan teknologi juga dapat menimbulkan ancaman dan sekaligus juga kesempatan bagi suatu perusahaan. Perusahaan dituntut untuk mencari dan menerapkan sistem manajemen kerja yang dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas bagi suatu perusahaan. Hal ini didasari bahwa di era informasi global, kecepatan dalam memperoleh, mengelola, dan menerjemahkan informasi bagi kepentingan jalannya perusahaan merupakan salah satu faktor utama untuk mencapai keunggulan dalam bersaing dengan pesaing.

Untuk mencapai keunggulan bersaing salah satu sistem yang dapat diterapkan oleh perusahaan adalah sistem Manufacturing Resources Planning I MRP II. Sistem ini merupakan suatu sistem informasi manufakturing yang mengintegrasikan fungsi-fungsi utama dalam industri manufaktur, seperti keuangan, pemasaran dan produksi. Sistem Manufacturing Resources Planning / MRP II mencakup dan mengintegrasikan semua aspek bisnis perusahaan manufaktur, sejak perencanaan strategik bisnis pada tingkat manajemen puncak sampai perencanaan dan pengendalian terperinci pada tingkat menengah, kcmudian memberikan umpan balik kepada tingkat manajerial diatasnya.

Penerapan sistem Manufacturing Resources Planning / MRP II dapat ditempuh secara company wide atau quick slice. Company wide dilakukan pada seluruh bagian perusahaan dan membutuhkan waktu sekitar 18 bulan, sedangkan untuk quick slice dilakukan pada bagian tertentu perusahaan dan berlangsung sekitar 3-5 bulan. Pada umumnya proses MRP-II melalui tahapan-tahapan : business planning, sales and operation planning, Master Production Scheduling dan Material Requirements Planning.

Perusahaan yang digunakan dalam kasus rencana penerapan sistem Manufacturing Resources Planning / MRP II adalah PT. Toa Galva Industries. Perusahaan ini merupakan perusahaan industri yang menghasilkan sound system. Alasan pemilihan perusahaan ini adalah sesuai dengan visinya yang ingin go internasional. Dengan adanya keinginan go internasional maka perusahaan harus bisa mengintegrasikan unit yang ada di dalam perusahaan untuk dapat bekerja secara produktif dan efisien sehingga dapat menghadapi persaingan di pasar intemasional Oleh karena itu salah satu sistem yang dapat diterapkan ke perusahaan adalah sistem Manufacturing Resources Planning / MRP II.

Tahapan persiapan merupakan masa yang paling kritis dalam menerapkan sistem Manufacturing Resources Planning / MRP II. Hal ini dikarenakan terjadinya perubahan total dalam sistem perencanaan, mental, dan disiplin karyawan. Manajemen Puncak harus mempunyai komitmen dan konsistensi yang kuat dalam memulai tahapan ini.

Rancangan implementasi sistem Manufacturing Resources Planning I MRP II di PT. Toa Galva Industries menggunakan sistem Quick Slice. Fungsi-fungsi yang diintegrasikan adalah perencanaan bisnis, perencanaan pemasaran, perencanaan keuangan, perencanaan produksi dan perencanaan kebutuhan sumber daya / Resource Requirements Planning, penjadwalan produksi induk / Master Production Schedule (MPS) dan Rough Cut Capacity Planning (RCCP), perencanaan kebutuhan material / Material Requirements Planning (MRP) dan perencanaan kebutuhan kapasitas I Capacity Requirements Planning (CRP) dan terakhir pengendalian aktivitas produksi I Production Activity Control (PAC) dan pengendalian kapasitas Input/Output. Alasan yang terpenting pemilihan metode Quick Slice dalam penerapan sistem Manufacturing Resources Planning /MRP II adalah masalah biaya yang terhatas dalam penerapan sistem tersehut sehingga hanya unit hisnis yang lehih penting diprioritaskan terlehih dahulu.

Keuntungan yang diperoleh PT. Toa Galva Industries hila menggunakan sistem Manufacturing Resources Planning / MRP II adalah tercapainya efisiensi, efektifitas dan produktivitas yang lehih haik dalam operasi perusahaan meliputi : kemampuan menangani gejolak permintaan, persediaan dapat ditekan seminimal mungkin, penggunaan sumher daya perusahaan yang lehih efisien, kemudahan dalam penyusunan struktur produk, kemudahan dalam mengalokasikan hiaya, dan mempermudah dalam melaksanakan pengawasan. Untuk efisiensi biaya dapat dilihat dengan disimulasikannya salah satu produk dari perusahaan dan dapat menimbulkan efisiensi lehih dari 50 % dalam biaya persediaan hila menggunakan sistem Manufacturing Resources Planning / MRP II. Dengan adanya keuntungan ini maka perusahaan dapat menambah daya saing dalam memenuhi visinya untuk go internasional.

Namun terdapat faktor-faktor yang mungkin dapat menghamhat penerapan sistem Manufacturing Resources Planning / MRP II di perusahaan. Hal tersebut antara lain kurangnya ahli yang mengerti dan menguasai sistem ini di Indonesia, besarnya investasi yang diperlukan dalam penerapan sistem ini, kebiasaan karyawan yang sulit untuk menerima perubahan dan kebijakan manajemen yang helum merasa perlu menerapkan sistem ini. Langkah utama yang harus dilakukan sehingga sistem Manufacturing Resources Planning / MRP II dapat dilaksanakan dengan baik adalah melakukan pengemhangan sumber daya manusia melalui program pelatihan dan pendidikan yang mampu menghasilkan peruhahan perilaku sehingga lebih siap untuk menerapkan sistem Manufacturing Resources Planning / MRP II.
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Laksmisari
Abstrak :
ABSTRAK
Konsumen banyak melihat iklan-iklan di media massa setiap harinya maka konsumen tersebut melindungi dirinya dari serangan begitu banyak iklan dengan lebih mendengarkan teman-temannya atau sumber-sumber lain yag mereka percayai. Oleh sebab itu, WOM merupakan alat promosi yang efektif karena seseorang hanya bisa mengingat 5 sampai 7 iklan saja perhari. WOM juga memiliki ani yang peming karena banyak konsumen yang tidak suka mengambil resiko membeli dan mengkonsumsi produk yang memiliki resiko besar.

Produk yang memiliki resiko besar karena langsung berhubungan dengan tubuh adalah produk pelangsing tubuh. Produk ini sangat mudah didapatkan di banyak retailer dengan harga yang relatif rnurah yaitu rata-rata Rp. 3000.- per kemasan sena banyaknya iklan di media massa. Para pengusaha industri kosmetika nasional pun banyak yang memproduksi produkproduk pelangsing untuk mendukung keinginan para wanita yang ingin tubuhnya langsing. Fenomena ini terjadi karena kini pandangan tcntang citra seorang wanita yang cantik diterjemahkan sebagai wanita yang memiliki bentuk tubuh langsing, rambut lurus panjang, dan kulit wajah putih mulus.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai produk pelangsing tubuh menarik karena produk ini memiliki resiko yang cukup besar karena penggunaannya langsung mempengaruhi sistem tubuh sedangkan iklan produk-produk ini banyak dilihat di berbagai media dengan frekuensi yang cukup sering. Permasalahan yang akan diteliti oleh penulis antara lain, pertama apa sajakah faktor-faktor stimuli yang menyebabkan WOM terjadi dan bagaimna proses WOM itu sendiri. Permasalahan kedua adalah mengetahui keterkaitan antara WOM Communication dan iklan dengan keputusan konsumen untuk membeli produk pelangsing tubuh yaitu apakah konsumen dalam mengambil keputusan tersebut lebih dipengaruhi oleh iklan, WOM atau kedua-duanya serta bagaimana proses terjadinya (alur-alur yang dilewati setiap responden). Perrnasalahan selanjutnya adalah mengidentifikasi jenis-jenis inforrnasi apa sajakah (merek, harga, kemasan, efek samping, dan lain-lain) yang membedakan perilaku konsumen terhadap pemilihan kedua sumber inforrnasi (WOM atau lklan). Selain itu, ingin juga diketahui apakah terdapat perbedaan antara variabeldemografi (jenis pekerjaan, pendidikan dan pengeluaran) terhadap jenis inforrnasi atas merek, harga, kemasan, bahan baku, kemampuan produk maupun efek samping pada dua sumber informasi yaitu iklan dan word-of-mouth.

Subjek penelitian ini adalah 150 wanita yang yang pernah mengkonsumsi suatu produk pelangsing tubuh, berusia 18 tahun atau lebih. Produk pelangsing tubuh yang dimaksud disini adalah semua merek produk pelangsing tubuh yang pemah beriklan di media seperti Slimming Tea, Diyet, Merit, Teh Hijau Cap Kepala Hijau dan lain sebagainya.

Pengolahan data yang didapat melalui survey kepada 150 wanita ini menggunakan software SPSS (Statistical Product and Service Solution) ver.1 0.0 sebagai alat bantunya. Landasan Statistical tools yang dipakai adalah : Deskriptive Statistics, Analysis of Variance (ANOVA), Discriminant Analysis dan Crosstab.

Hasil analisis telah memberikan jawaban yang memuaskan terhadap perrnasalahan penelitian yang diangkat oleh penulis. Hasil tersebut diantaranya adalah faktor-faktor stimuli terjadinya WOM untuk produk pelangsing tubuh. Faktor-faktor tersebut adalah adanya pertanyaan orang lain terhadap dirinya, adanya komentar orang lain tentang suatu merek produk pelangsing tubuh, karena setelah melihat iklan sebuah merek produk pelangsing tubuh tertentu. Sedangkan proses terjadinya WOM dimulai saat responden bertanya kepada sumber rekomendasi. Sebagian besar dari responden yang pemah mengkonsumsi produk pelangsing tubuh ini lebih dipengaruhi oleh iklan dalam mengambil keputusan untuk membeli suatu merek, akan tetapi kemudian mereka akan mencari informasi lebih lanjut dari seseorang. Akan tetapi, terdapat penemuan yang menarik dimana jumlah responden yang setelah melihat iklan langsung melakukan keputusan membeli tanpa bertanya pad a orang lain terlebih dahulu tidak terlalu berbeda jauh dengan jumlah responden yang setelah melihat iklan kemudian melakukan WOM. Tidak terdapat perbedaan preferensi konsumen terhadap jenis informasi (merek, harga, kemasan, kemampuan, bahan baku serta efek samping) baik yang didapatkan dari WOM communication maupun iklan. Meski tidak ada perbedaan akan tetapi informasi atas kemasan merupakan jenis informasi yang paling membedakan atas pemilihan sumber informasi yang dipilih. Selain itu, tidak terdapat perbedaan antara variaber demografi jenis pekerjaan, pendidikan dan pengeluaran) terhadap jenis informasi yang ada pada dua sumber informasi yaitu iklan dan word-of-mouth.

Saran yang bisa direkomendasikan oleh penulis adalah bahwa produsen sebaiknya menstimulasi WOM dengan menyebarkan informasi mengenai kemampuan produk dalam melangsingkan tubuh serta efek sampingnya, mempcrhatikan pesan (message) yang dikomunikasikan didalam iklan-iklannya, menambah frekuensi kemunculan iklan agar dapat menstimuli terjadinya WOM dan mempercepat keputusan membeli konsumen, selalu mengawasi kualitas produknya agar tetap dapat memuaskan konsumennya agar konsumen merasa puas dan kemudian melakukan WOM communication, menggunakan iklan dan WOM secara terpadu dan menunjang satu sama lain sesuai dengan konsep Integrated Marketing Communication, produsen tidak perlu membeda-bedakan jenis informasi yang ingin disampaikan dikedua sumber informasi (iklan atau WOM) sesuai dengan variabel demografi konsumen dalam mengkomunikasikan produk pelangsing tubuhnya.
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suhendra
Abstrak :
Kepailitan merupakan suatu peristiwa yang wajar dalam suatu perekonomian baik di Indonesia maupun di luar negeri, namun seharusnya tidak terjadi. Sumber kepailitan dapat berasal dari dalam perusahaan itu sendiri maupun dari luar. Sumber kepailitan merupakan masalah yang harus ditanggulangi. Namun permasalahan kompleks muncul di saat Pendekatan Keuangan dan Pendekatan Hukum, khususnya hukum di Indonesia, memiliki sudut pandang yang berbeda mengenai Kepailitan sehingga tidak menimbulkan konflik. Tidak sedikit orang yang berpendapat bahwa Pendekatan Hukum, khususnya hukum di lt1donesia, sudah berjalan paralel dengan Pendekatan Keuangan. Karya akhir ini akan menganalisis lebih lanjut mengenai apakah Pendekatan Keuangan dan Pendekatan Hukum sudah berjalan paralel dalam menyimpulkan suatu kepailitan atau berjalan berlawanan. Permasalahan ini semakin menarik di saat PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga. PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia dinyatakan pailit karena PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia tidak membayar dividen sebesar Rp. 32.789.856.000,- kepada PT Dharmala Sakti Sejahtera Tbk. (dalam pailit). Banyak pihak dari dalam dan luar negeri saling berargumentasi pro dan kontra terhadap putusan pailit PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia tersebut. Tingkat perkembangan Pendekatan Hukum dan Pendekatan Keuangan di dunia bisnis kadang berjalan tidak selaras. Ada yang berpendapat bahwa perkembangan Pendekatan Hukum harus menyesuaikan diri dengan Pendekatan Keuangan. Namun ada yang berpendapat bahwa Pendekatan Keuangan-lah yang harus menyesuaikan diri dengan Pendekatan Hukum. Proses penyelarasan Pendekatan Hukum dan Pendekatan Keuangan memang membutuhkan waktu. Dalam kesempatan ini PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia akan dikaji berdasarkan Pendekatan Keuangan dan Pendekatan Hukum. Dengan Pendekatan Keuangan, laporan keuangan PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia per 31 Desember 1999 dan 1998 (karena laporan keuangan ini yang dijadikan dasar kepailitan PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia) akan dianalisis berdasarkan Stock-based Insolvency, Flow-based Insolvency, Solvency Margin, dan Model Z guna mencari tahu apakah PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia memang dikategorikan perusahaan yang solvent atau insolvent saat dipailitkan. Karya akhir ini menganalisis kinerja PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia secara tersendiri dan membandingkan kinerja keuangan PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia dengan perusahaan-perusahan asuransi jiwa lainnya, yakni PT Asuransi Jiwa Bumi Putera 1912, PT Asuransi Jiwa Principal Indonesia, PT Asuransi Niaga Cigna Life, dan PT Metlife Sejahtera. Perbandingan ini dilaksanakan guna mengetahui kondisi keuangan PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia seobyektif mungkin. Kecuali PT Asuransi Jiwa Bumi Putera 1912, perusahaan-perusahaan asuransi jiwa lainnya tersebut adalah perusahaan yang memiliki induk perusahaan di luar negeri; sama halnya dengan PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia. Dengan adanya perbandingan perusahaan-perusahaan yang sejenis, baik dari bidang usaha dan kepemilikan, maka kinerja PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia dapat dilihat secara lebih obyektif. Karya akhir ini mengacu putusan pailit PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia yang diputus oleh Pengadilan Niaga sebagai kajian Pendekatan Hukum. Berdasarkan Pendekatan Hukum, PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia telah dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri kemudian putusan pailit Pengadilan Niaga tersebut dikoreksi kembali oleh putusan kasasi Mahkamah Agung dengan alasan yang bersifat administratif, yakni kurator PT Dharmala Sakti Sejahtera Tbk. (dalam pailit) belum memperoleh ijin dari Hakim Pengawas dan Panitia Kreditor. Apabila kuratof PT Dharmala Sakti Sejahtera Tbk. (dalam pailit) telah memperoleh ijin dari Hakim Pengawas dan Panitia Kreditor maka Mahkamah Agung dapat memperkuat putusan Pengadilan Niaga. Pendekatan Hukum yang dilakukan Pengadilan Niaga dan Mahkamah Agung tersebut tidak mempertimbangkan Pendekatan Keuangan atau tidak ada pendekatan kwantitatif-nya. Pendekatan Hukum tidak memiliki filter untuk memilah-milah apakah pengajuan pailit suatu perusahaan memang layak diproses oleh Pengadilan Niaga berdasarkait Hukum Pailit atau diproses oleh Pengadilan Negeri berdasarkan hukum perdata pada umumnya. Karya akhir ini bertujuan memberikan sumbangan praktis dan teoritis bagi perkembangan bidang keuangan dan bidang hukum.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulie Kus Ardhani
Abstrak :
ABSTRAK
Bentuk pelayanan Priority Banking tidak hanya dipandang sebagai peluang tetapi sekaligus juga merupakan tuntutan kebutuhan kelompok nasabah dana retail prima. Sebagai peluang, pelayanan ini mempunyai beberapa keunggulan sehingga dapat dimanfaatkan oleh Bank Mandiri untuk membantu mencapai tujuannya melalui sektor pendanaan. Dari segi nasabah, pelayanan Priority Banking dibutuhkan karena pelayanan standar sudah tidak mampu memberikan kepuasan optimal kepada kelompok nasabah prima. Sebagai realisasi dari usaha untuk memberikan layanan berkualitas kepada nasabah prima, maka didirikanlah Bank Mandiri Prioritas pada bulan Agustus 2002. Konsep dasar dari Bank Mandiri Prioritas ini adalah memberikan layanan yang prima kepada segmen nasabah tertentu (total dana> Rp.500 juta).

Karya akhir ini mempunyai tiga tujuan utama, yaitu memperkenalkan pada masyarakat luas mengenai fasilitas dan produk jasa perbankan yang ditawarkan oleh unit priority banking, dengan dilakukan komparasi dan bench marking antar bank atas produk Priority Banking akan menunjukkan seberapa besar tingkat persaingan di pasar seta usaha yang perlu dilakukan untuk mencapai target bisnis investasi, serta membuat sebuah kerangka berfikir dan pola pengambilan keputusan bagi bankir yang mengelola priority banking untuk dapat memenangkan persaingan di pasar. Karya akhir akan mengupas bagaimana kemampuan bersaing bank baik dari sisi peluang bisnis (ekonomi makro dan strategi bisnis), finansial serta manajemen operasional. Komparasi dengan produk sejenis di bank lain adalah upaya yang ingin diajukan dalam proyek karya akhir agar dapat diperoleh gambaran riil dan actual.

Karya akhir ini disusun berdasarkan data yang diperoleh dari akuisisi data finansial bank yang bersangkutan, bahan pustaka serta survei lapangan. Wawancara dari beberapa manajer operasional bank juga dilakukan untuk melihat bagaimana pola berfikir mereka dalam melakukan tugas memimpin unit kerja priority banking. Data yang diperoleh dan ditampilkan dalam karya akhir bersifat komparatif, tidak untuk menunjukkan gambaran kondisi finansial sebuah bank tertentu. Beberapa data akan dibuat tersamar namun tetap dapat mendukung analisis yang dibuat. Ini semua tak lain demi terjunjung tingginya kerahasiaan bank

Dalam analisa Pasar dan Pesaing, secara makro posisi Bank Mandiri pada bulan Maret 2003 apabila dibandingkan dengan 9 bank papan atas, mempunyai keunggulan dalam total aset yang dimiliki, total kredit yang disalurkan, pangsa pasar dana masyarakat setia total dana masyarakat yang berhasil dihimpun. Namun Bank Mandiri perlu terus melakukan ketja keras dari segi struktur asset, pertumbuhan dana masyarakat dan komposisinya, pencapaian fee based income, dan pengendalian biaya. Secara umum Bank Mandiri Prioritas mempunyai kemampuan yang cukup baik dalam menyediakan pelayanan transaksi perbankan dan non perbankan, sedangkan kelemahan produk jika dibandingkan bank lain adalah kelengkapan pilihan produk investasi, jaringan internasional, setia fasilitas pendukung pelayanan .

Beberapa aspek penting basil analisa Sumber Daya Manusia BMP adalah : pola Recruitment dan pelatihan karyawan untuk meningkatkan kualitas SDM, hubungan baik dengan nasabah harus terus dijaga, mekanisme kontrol dan komunikasi internal perlu terus dibina, keleluasaan dalam memberikan "pricing policy" kepada nasabahnya, sistem reward dan punishment setia dukungan dalam pengambilan keputusan. Adapun basil Analisa Pengelolaan Nasabah diketahui bahwa secara teknis ada empat tahap kegiatan seorang PBO dalam melakukan pendekatan atau mengelola nasabah yang dipercayakan kepadanya yaitu Customer Contact, Consulatative Selling, Data Collection & Processing dan Customer Need Analysis. Terdapat pula prinsip kerja Priority Banking yaitu "Total Business Approach". Dengan pendekatan ini bank membina hubungan dengan nasabah atas dasar penilaian terhadap keseluruhan bisnis nasabah, bukan produk per produk. Dua alat bantu penting dari pendekatan ini adalah "package pricing" dan "Customer Profitability Analysis".

Mempergunakan Citibank sebagai benchmark, terdapat beberapa kondisi sebagai berikut : Citibank cukup inovatif dengan paket produk barunya, penggunaan metode two tier Priority Banking, penggunaan teknologi, kemampuan Sumber Daya Manusia yang kompeten dibidangnya, pendekatan distribusi serta melakukan aliansi dengan pihak ketiga dalam mernenuhi komposisi produk pendanaanya.

Pengernbangan pelayanan Bank Mandiri Prioritas sebaiknya diarahkan pada two tier priority banking yang mampu menangani nasabah prima kelas atas (super rich) dan nasabah prima kelas menengah dan bawah. Untuk level atas dibangun Private Bunking dengan konsentrasi kegiatan pada financial advisory dan fund management, sedangkan untuk level bawah dikembangkan personal banking dengan fokus pada sales dan special services. Selain itu, Bank Mandiri Prioritas dapat melengkapi produk pelayanan manajemen investasi dengan dukungan SDM yang mempunyai kemampuan dan kornpetensi, perluasan kerjasarna dcngan pihak ketiga yang mernpunyai produk investasi baik di dalam negeri maupun di luar negeri serta dukungan tekhnologi dalarn pengambilan keputusan portfolio investasi.
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Purwati, Author
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam literatur keuangan: disebutkan bahwa tingginya tingkat permintaan akan saham suatu emiten terkait dengan ekspektasi investor akan potensial keuntungan yang dapat diberikan oleh saham tersebut. Salah satu potensi keuntungan dalam bermain saham adalah kesempatan untuk memperoleh dividen. Dividen merupakan keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada semua pemegang saham. Biasanya, dilakukan satu tahun sekali. Bentuk dari dividen itu sendiri, bisa berupa uang tunai ataupun bentuk penambahan saham.

Dividend Discount Model (DDM) mengasumsikan bahwa nilai saham merupakan present value dari semua dividen yang akan diterima di masa depan. Dengan menggunakan asumsi bahwa dividen yang akan diterima di masa depan akan tumbuh pada tingkat yang konstan selama peri ode tak terbatas, maka persamaannya dapat disederhanakan menjadi: Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan hubungan antara besamya dividen, required rate of return, dan growth dengan harga saham. Selain itu, untuk membuktikan sejauh mana pengaruh besamya dividen, required rate of return, dan growth secara bersama-sama terhadap harga saham.

Ruang lingkup penelitian adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan membagikan dividen tunai untuk tahun buku 2003. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan penelitian studi kepustakaan. Data yang digunakan adalah data sekunder yang tersedia bagi publik, seperti data publikasi pada Indonesian Capital Market Directo1y maupun internet, berupa laporan keuangan perusahaan yang terdaftar pada bursa efek jakarta periode tahun 2001-2003, tingkat bunga SBI bulanan tahun 2003, IHSG tahun 2003, serta data tentang harga saham itu sendiri di tahun 2003.

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0.873, dan persamaan regresi V = 705.746 + 14.766 D- 1160.174 k + 2672.957 g. Dengan menggunakan uji signifikansi t, diketahui bahwa hanya variabel dividen saja yang berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Variabel dependen lainnya, yaitu: required rate of return, dan growth tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham Adapun nilai koefisien deterrninan (R2) sebesar 73.40%, menunjukkan bahwa harga saham dipengaruhi oleh besamya dividen, required rate of return, dan growth sebesar 73.40%, sedangkan pengaruh faktor-faktor lainnya yang tidak diteliti adalah 26.60%. Dengan menggunakan uji F pada tingkat signifikansi 0.05, dapat dibuktikan bahwa nilai Sig > 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa besamya dividen, required rate of return, dan growth secara bersama-sama mempunyai hubungan dan pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.

Dalam rangka memperoleh cross section regression yang bisa dipertanggungjawabkan, maka telah dilakukan uji multicollinearity yang menghasilkan VIF hitung sekitar 1. Hal 1m berarti tidak terdapat hubungan antar variabel independen (tidak teijadi multicollinearity).

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa setiap peningkatan dividen dan growth akan meningkatkan harga saham, oleh karena itu para investor sebaiknya membeli saham perusahaan yang membagikan dividen dan merniliki growth yang tinggi dengan harapan dapat meningkatkan nilai investasi saham mereka. Selain itu, mengingat bahwa karya akhir ini merniliki kelemahan, terutama pada keterbatasan data dan periode penelitian, maka disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan penyempurnaan yang diperlukan. Bagi para peneliti selanjutnya yang ingin mengangkat topik yang sama agar meneliti kemungkinan adanya perbedaan hasil penelitian apabila: mengganti indikator variabel dividen, mengklasifikasikan variabel-variabel penelitian untuk setiap sektor industri secara spesifik, melakukan penelitian pada kondisi pasar yang sedang lesu, ataupun menambah variabel independen lainnya, misalnya valuta asing.
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudista Atmaji, Author
Abstrak :
ABSTRAK
Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi data terus berkembang dengan pesat, saat ini teknologi informasi memungkinkan perusahaan untuk berkomunikasi dan sharing informasi tentang pelanggan, produk dan proses segera ketika dibutuhkan. Beberapa contoh aplikasi yang mengintegrasikan antara teknologi informasi dan telekomunikasi seperti :internet, automatic teller machine (ATM), reservasi tiket pesawat.

Disamping itu, sector lain yang tidak kalah menarik adalah industri televisi dan hiburan (multimedia) dengan permintaan sebelumnya hanya peningkatan jumlah kanal dan kualitas gambar yang saat dapat dilayani melalui kabel (TV cable) berkembang menjadi TV digital dan TV interaktif seperti video on demand dan pay per view TV.

Dengan memanfaatkan media transmisi saluran digital berkapasitas besar (broadband access) yang sudah ada, timbul konvergensi an tara telekomunikasi (suara), computer (computing) dan industri televise hiburan (entertainment) yang akan terus berkembang mengikuti kebutuhan pelanggan yang tidak terbatas.

Industri telekomunikasi di Indonesia berkembang sangat dipengaruhi oleh perkembangan dunia yang semakin terbuka dan be bas, sehingga Pemerintah pada tahun 1999 mengeluarkan Undang-Undang Telekomunikasi No.36 tahun 1999 yang berlaku efektif tanggal 8 September 2000, untuk menggantikan Undang-Undang Telekomunikasi No.3 tahun 1989, Undang-Undang baru tersebut bertujuan untuk mendorong efisiensi pada sector telekomunikasi dan kualitas layanan yang lebih baik dan menjabarkan hal-hal prinsip dari reformasi di bidang telekomunikasi, termasuk liberalisasi industri, provisi bagi investor baru serta peningkatan yang luas dari struktur persaingan industri telekomunikasi.

Potensi yang tersimpan dalam industri telekomunikasi dan komunikasi data adalah sangat besar. Pengembangan produk dan jaringan tetap dilaksanakan oleh perusahaa-perusaahaan agar ketika krisis tersebut berakhir dan daya beli perusahaan yang semakin baik permintaan untuk produk dan jasa telekomunikasi akan meledak dan hampir semua perusahaan membutuhkan sarana telekomunikasi, dan informasi data.

Untuk menunJang bisnisnya sebagai perusahaan listrik, PLN telah membangun, mengopersikan dan memelihara infrastruktur telekomunikasi sendiri, yang terdiri dari kabel bertegangan, jaringan radio microwave, dan sejak 1994 mengembangkan jaringan broadband fiber optik digital. Sistem telekomunikasi ini digunakan untuk komunikasi internal dan transmisi data bagi keperluan operasi tenaga listrik PLN di pulau Jawa.

Sampai akhirnya pada tanggal 3 Oktober 2000 berdirilah PT Indonesia Comnet Plus sebagai anak perusahaan dari PT PLN (Persero). ICON+ didirikan untuk mendukung perkembangan teknologi telekomunikasi dan informasi di Indonesia.

Pada karya tulis ini, dicoba untuk mengembangkan strategi pemasaran saat ini bagi PT Indonesia Comnet Plus (ICON+) yang bergerak di dalam industri jasa komunikasi data dan. informasi teknologi. Analisa strategi itu dimulai dari analisa eksternal untuk mengetahui peluang dan ancaman yang ada di industri ini. Kemudian, analisa internal perusahaan digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan.

Kemudian hasil dari analisa internal dan ekstemal tersebut diselaraskan melalui analisa TOWs yang hasilnya akan diseleseksi menggunakan matriks QSPM.

Pada karya tulis ini, strategi yang paling atraktif adalah strategi penetrasi pasar untuk mendapatkan pangsa pasar yang lebih luas dan peningkatan penjualan.
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Supardi Sudiro, Author
Abstrak :
ABSTRAK
Program pensiun manfaat pasti merupakan salah satu program yang digunakan Dana Pensiun dalam pengelolaan program pensiun. Program tersebut memberikan manfaat pensiun yang besar manfaatnya dapat diketahui sesuai rumusan tertentu. Dengan telah ditentukannya rumusan manfaat pensiun maka setiap pensiunan dapat mengetahui besar manfaat pensiun yang akan diterima pada saat pensiun serta manfaat yang akan diberikan kepada Pihak Yang Berhak.

Dalam penetapan rumusan manfaat pensiun, baik pemberi kerja, pengelola Dana Pensiun maupun para pensiunan pada dasarnya mengharapkan manfaat pensiun yang diberikan dapat menjadi penghasilan yang layak untuk biaya hidup para pensiunan selama menjalani masa pensiun serta berlaku sama untuk seluruh pesetia atau tidak diskriminatif. Hal ini penting karena pemberian manfaat pensiun merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan motivasi bagi karyawan dalam bekerja.

Dalam perkembangannya, dengan adanya kenaikan'-biaya hidup serta perangkat peraturan dari Pemerintah mengenai minimum besar manfaat pensiun, maka manfaat pensiun yang telah dirumuskan sebenarnya masih dapat ditinjau untuk dinaikkan atau disesuaikan dengan menggtmakan pola kenaikan tertentu sehingga dapat membantu peningkatan kesejahteraan pensiunan serta tetap sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Terdapat banyak cara untuk menetapkan pola kenaikan manfaat pensiun dan penetapan suatu pola kenaikan sebaiknya dilatarbelakangi kesesuaian rumusan manfaat pensiun yang ditetapkan dengan situasi dan kenyataan yang ada. Pada penulisan karya akhir ini, penulis ingin melakukan pengkajian pada tiga alternatif pola kenaikan manfaat pensiun yaitu peningkatan asumsi kenaikan PhDP per tahun, peningkatan asumsi kenaikan manfaat pensiun per tahun, serta kenaikan manfaat pensiun kepada Pihak Yang Berhak.

Ketiga altematif pola kenaikan memberikan dampak yang berbeda terhadap posisi pendanaan dari Dana Pensiun. Hal ini karena setiap pola kenaikan memberikan dampak kenaikan pada kewajiban aktuaria dan kewajiban solvabilitas serta iuran normal yang berbeda pula. Yang menjadi permasalahan pada karya akhir ini adalah menentukan pola kenaikan manfaat pensiun yang sesuai dengan kemampuan keuangan pemberi kerja dengan memperhatikan posisi pendanaan Dana Pensiun.

Sebagai contoh penerapan dan analisis dari pola kenaikan yang dibahas pada karya akhir ini, penulis menggunakan data dari Dana Pensiun ABC. Metode analisis yang digunakan adalah membandingkan setiap kenaikan kewajiban aktuaria, dan kewajiban solvabilitas sebagai akibat adanya kenaikan manfaat pensiun dari ketiga pola kenaikan. Selanjutnya membandingkan dampak dari setiap pola kenaikan terhadap posisi pendanaan Dana Pensiun ABC serta kenaikan kewajiban dari Pemberi Keija ABC dari sisi pendanaan. Hasil analisis juga akan digunakan untuk menentukan pola kenaikan yang sesuai kemampuan keuangan pemberi keija berdasarkan pada anggaran yang disediakan PT. ABC untuk pendanaan Dana Pensiun ABC. Berdasarkan analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa memberikan kenaikan manfaat pensiun kepada Pihak Yang Berhak memberikan dampak kenaikan kewajiban aktuaria dan iuran normal yang relatif paling kecil.

Saran-saran bagi Dana Pensiun ABC untuk melakukan kenaikan manfaat pensiun, dengan memilih pola kenaikan yang sesuai dengan kemarnpuan keuangan Pemberi Kerja ABC disajikan dalarn karya akhir ini.
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Lenggogeni
Abstrak :
Suatu segmen baru yang dikenal dengan istilah metroseksual muncul dikota-kota yang ada di seluruh dunia saat ini, termasuk di Jakarta. Mereka adalah kelompok pria yang memiliki sifat narsistis dan gaya hidup hedonis dan kerap melakukan perawatan penampilannya ke salon, menjaga bentuk badan melaluifitness centre, fashion-oriented dan suka bersosialisasi melalui cafe, club. Salon sebagai bentuk jasa pelayanan yang mendukung gaya hidup metroseksual merupakan salah satu kebutuhan utama bagi pria metroseksual ini untuk mendukung penampilan mereka. Selain memperbaiki penampilannya ke salon pria metroseksual juga menginginkan adanya kepuasan emosional pada saat melakukan perawatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perilaku pria metroseksual ini secara umum dalam memilih salon dan melakukan perawatan di salon mengetahui atribut atribut apa saja yang dipentingkan oleh mereka sehingga bisnis salon yang akan membidik target pasar metroseksual ini dapat memetakan implikasi pemasaran yang tepat. Studi akhir ini menggunakan dua pendekatan yaitu penelitian ekploratori dan penelitian deskriptif. Populasi target adalah pria metroseksual yang berada di Jakarta dan metode convinience judgmental sampling. Indepth interview yang dilakukan menghasilkan 11 atribut yang mempengaruhi pria metroseksual dalam memilih salon, dan 15 fasilitas salon yang sering digunakan. Secara demografis, mayoritas pria metroseksual berusia 20-29 tahun, belum menikah, berpendidikan Sl, mahasiswalpelajar dan karyawan swasta. Sedangkan secara psikografis, pria metroseksual terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu happy active man, conventional dan trend follower, dimana yang terbanyak adalah happy active man. Dalam mengenali kebutuhannya, alasan utama pria metroseksual adalah ingin memperoleh penampilan yang lebih baik, terutama dengan memotong rambut dan creamhath. Selain karena keinginannya sendiri, pria metroseksual pergi kesalon juga karena pengaruh dari orang lain, misalnya ternan dan pacar, serta karena adanya trend yang berkembang di lingkungan sekitarnya, juga informasi di majalah. Informasi mengenai salon biasanya diperoleh pria metroseksual melalui ternan (word of mouth), selanjutnya sebelum memutuskan untuk memilih salon, pria metroseksual juga mengevaluasi pelayanan yang disediakan di salon tersebut. Bagi pria metroseksual, keputusan untuk memilih salon kebanyakan berasal dari diri sendiri, dan anggaran yang dikeluarkan untuk sekali ke salon rata-rata Rp 50.000-Rp 250.000. Aktivitas yang paling banyak dilakukan adalah potong rambut, creamhath dan cuci blow. Selain melakukan berbagai aktivitas terse but, pria metroseksual juga menyukai salon yang memutar musik terutama jazz, pop dan instrument Top 40. Sebagian besar dari pria metroseksual juga menyukai desain ruangan salon yang modern minimalis. Dari keseluruhan dimensi (citra salon, pegawai, fasilitas, lokasi dan ruangan, kenyamanan, harga) atribut yang paling dipentingkan metroseksual secara garis besar terletak pada beberapa faktor yaitu skill dari hairdresser dan capster, kenyamanan saat melakukan perawatan, pelayanan yang baik dari para pegawai salon dimana mereka ingin diperlakukan secara personal dan one to one. Dari hasil analisa crosstah kelas sosial, umur dan kebutuhannya terhadap salon, kelompok metroseksual yang paling banyak membutuhkan jenis perawatan di salon yaitu pria metroseksual dari kelompok usia 30 - 39 tahun yang berasal dari kelas sosial AI. Jenis perawatan rambut yang paling dibutuhkan paling banyak adalah potong rambut. Maka berdasarkan hasil penelitian ini saran yang diberikan untuk pengusaha salon yang akan membidik segmen metroseksual sebaiknya adalah pria metroseksual dengan usia 30- 39 tahun dari kelas sosial AI dengan produk utama adalah potong rambut, creambath, refleksi, facial dan cuci blow, dengan tarif harga berkisar dari Rp I 00.000- Rp. 500.000 dan program diskon berdasarkan waktu dan paket perawatan, desain interior ruangan modern minima/is, jenis musik jazz dan instrumen, pendekatan promosi mc!alui word of mouth melalui peningkatan pelayanan dan mutu yang yang diperoleh dari pengembangan pelatihan pada hairdresser dan capster serta peningkatan product knowledge melalui keiikutsertaan hairdresser pada acara, seminar dan roadshow serta kompetisi dibidang tata rambut yang sering diadakan oleh produsen produk rambut. Untuk kelancaran produktivitas di salon dapat dilakukan sistem booking agar menghindari antrian pelanggan pada hari libur atau weekend. Record sytem juga dapat dilakukan untuk mengingatkan kembali pelanggan datang terutama pada pelanggan yang melakukan perawatan khusus. Keterbatasan penelitian ini adalah periode pelaksanaan penelitian ini hanya dilakukan Juni sampai September sehingga hanya memperoleh perilaku konsumen selama kurun waktu tersebut sedangkan perilaku konsumen dapat mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Dan pertanyaan pada screening harusnya dibuat lebih sempeit terutama yang menyangkut frekuensi aktivitas responden agar dapat mengurangi bias untuk mengkategorikan responden sebagai pria metroseksual. Saran untuk penelitian lebih lanjut adalah menggali pertanyaan lebih dalam pada setiap aspek sehingga dapat mengetahui perilaku pria metroseksual dalam memilih salon lebih spesifik, melakukan penelitian yang membahas lebih dalam bagaimana pendekatan peinasaran secara psikografis pada pria metroseksual.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T15952
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>