Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shantie Srie Widowatie
"Penelitian ini bertolak dari temuan hasil penelitian terhadap pola penerjemahan idiom dari bahasa Mandarin atau 1 chengyu ke bahasa Indonesia pada kasus penerjemahan cerita pendek zhengchuan karya Lu Xun yang diterjemahkan menjadi 'Kisah si A Q' . Temuan tersebut adalah adanya idiom dalam bahasa Mandarin yang konstituennya dapat disisipi atau diganti dengan unsur lain, serta adanya makna idiom dalam Bahasa Mandarin yang dapat diduga atau diketahui dari makna konstituennya. Temuan ini berbeda dengan konsep idiom secara umum yang menyatakan bahwa idiom memiliki bentuk yang cenderung beku sehingga tidak dapat disisipi serta maknanya nonkomposisional. Temuan ini menimbulkan pertanyaan tentang idiom dalam bahasa Mandarin dari perspektif sintaktis dan semantis.
Data dalam penelitian ini berjumlah 164 buah. Data ini dianggap cukup mewakili karena penelitian ini bersifat kualitatif. Hasil analisis data dari perspektif sintaktis memperlihatkan bahwa mayoritas idiom bahasa Mandarin memiliki pola empat karakter. Idiom dalam bahasa Mandarin dikenal sebagai rase tetap, tetapi dalam penelitian ditemukan idiom yang dapat menjadi kalimat Selain itu, ditemukan idiom dalam bahasa Mandarin yang di antara konstituennya dapat disisipi oleh adverbia atau konstituennya dapat diganti dengan unsur lain yang bersinonim, berhomofon, berhomograf atau berkategori sama. Idiom dalam bahasa Mandarin dapat dikategorisasikan menjadi idiom yang bersifat nominatif atau substantif dan yang bersifat predikatif. Idiom bahasa Mandarin selain dapat menjadi kalimat juga dapat berfungsi sebagai subjek, predikat, objek, keterangan atau pelengkap di dalam kalimat.
Dari perspektif semantis, idiom bahasa Mandarin dapat diklasifikasikan menjadi idiom yang bermakna nonidiomatis, semi-idiomatis dan idiomatis, Makna nonidiomatis idiom mencakupi idiom yang setiap konstituennya masih mempertahankan makna leksikalnya sehingga makna idiom dapat diduga dari maims konstituennya tersebut atau makna idiom merupakan makna konstituennya. Makna semi-idiomatis idiom adalah makna idiom yang beberapa konstituennya masih mempertahankan makna leksikalnya. Sedangkan, makna idiomatic pada idiom bahasa Mandarin mencakupi makna figuratif dan makna yang berdasarkan konvensi sehingga makna idiom nonkomposisional."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
T11230
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulie Neila Chandra
"Penelitian mengenai keimperfektifan ini bertolak dari adanya perbedaan pendapat para ahli dalam pengklasifikasian aspek imperfektif Keadaan tersebut juga terjadi dalam linguistik Mandarin. Dalam bahasa Mandarin, keimperfektifan dapat diungkapkan secara gramatikal dan leksikal.
Secara gramatikal, dinyatakan dengan mengimbuhi sufiks -zhe (-4) di belakang verba. Secara Ieksikal, dinyatakan dengan menggunakan adverbia Ma (A), zhang a), dan zhdngzai (EA). Penggunaan pemarkah tersebut tidak terlepas dari peranan makna inheres verba serta interaksi verba dengan fungsi sintaktis lain seperti subjek, objet, keterangan, dan pelengkap. Dengan demikian, meskipun aspek dan aklinnsart (ragam perbuatan) merupakan kategori yang berbeda, keduanya saling berkaitan.
Hasil analisis data berdasarkan pemarkah aspek, menunjukkan aspek imperfektif dalam bahasa Mandarin dibedakan atas aspek progresif, aspek kontinuatif, dan aspek progresif kontinuatif. Hampir semua pemarkah aspek imperfektif dapat muncul bersama verba keadaan, verba pencapaian, verba aktivitas, dan verba kegandaan (sari). Tipe situasi yang dapat muncul dalam kalimat beraspek imperfektif adalah berarah, mandiri, dan kompleks. Selain itu, hal yang berbeda dalam bahasa Mandarin adalah bahwa ternyata dalam kalimat beraspek imperfektif, khususnya aspek kontinuatif dengan pemarkah -zhe (t), dapat memunculkan situasi -ragam perbuatan (-aksional) yang menggambarkan keadaan, habitual, dan karakteristik subjek.

The research on the imperfectivity began from difference perceptions among the linguists in classifying the imperfective aspects. The Mandarin linguistics has the same experiences. In Mandarin language, the imperfectivity could be grammatically and lexically expressed.
Grammatically, it can be affirmed by giving the suffix -zhe (-) after the verb and it can also be lexically affirmed by using the adverb zai (E), zheng (I), and zh ngzai (CIE). The usage of these markers is close to the role of inherent meaning of the verb and also the interaction between the verb and other function of syntactic such as subject, object, adverbial and complement. Thus, even though the aspect and akrionsart (kind of action) come from different category, but both is related to each other.
The result of data analysis based on marker aspect reveals the imperfective aspects in Mandarin language classified into progressive aspect, continuative aspect and progressive-continuative aspect. Most of the markers of the imperfective aspect appear with state verb, achievement verb, activity verb, and series verb. The type of situation that might appear in sentence which has imperfective aspect, are directed, self-contained, and complex. In addition, another different thing in Mandarin language is that in the sentence that has imperfective aspect, particularly continuative aspect with the marker -the (s ), might reveal the situation -actional that describes states, habits, and characterizations.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11235
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ester Johana Rotua
"Pelecehan seksual merupakan isu persisten yang berkontribusi pada ketidaksetaraan gender. Di Amerika Serikat, meskipun undang-undang pelecehan seksual telah dibentuk sejak tahun 1964, isu pelecehan seksual terus menjadi masalah luas di negara ini. Pelecehan seksual hanya menjadi isu utama dan dianggap serius ketika gerakan #MeToo dimulai dalam gelombang feminisme keempat. Narasi Hollywood pada tahun 2010, seperti Bombshell (2019), menjadi representasi bagi perempuan yang mengalami pelecehan seksual di lingkungan kerja meskipun terdapat ketidakakuratan mengenai peristiwa nyata bagaimana pelecehan seksual dialami oleh Megyn Kelly. Megyn Kelly adalah tokoh terkenal yang pernah bekerja sebagai pembawa berita di Fox News. Ia menjadi terkenal karena kecenderungannya untuk mengatakan pendapatnya sendiri di tengah gerakan #MeToo karena ia berhasil berbicara tentang pelecehan seksual yang dialaminya saat bekerja di Fox News. Ia juga mengungkapkan bagaimana kekuasaan beroperasi di sebuah institusi, khususnya industri media. Artikel ini merefleksikan bagaimana maskulinitas hegemonik berperan dalam mengecualikan perempuan bukan hanya dari akses ke kekuasaan tetapi juga menindas otonomi mereka untuk menyatakan diri. Artikel ini berpendapat bahwa maskulinitas hegemonik digunakan oleh pria berkuasa untuk menindas perempuan melalui strategi kekuasaan. Akibatnya, perempuan merasa perlu membentuk aliansi satu sama lain yang menyerupai essensi persaudaraan di mana perempuan bersatu dalam perasaan saling asing dan diskriminasi dan bekerja bersama untuk membalas dendam terhadap pelaku pelecehan seksual mereka.

Sexual harassment is a persistent issue that contributes to gender inequality. In the United States, despite the establishment of the sexual harassment law in 1964, the issue of sexual harassment continues to be widespread in the country. Sexual harassment only became a prominent issue and was taken seriously when the #MeToo movement began in the fourth wave feminism. Hollywood narrative in the 2010, such as Bombshell (2019), becomes a representation for women who experienced sexual harassment in a work setting despite its inaccuracies of the real events of how sexual harassment occurred to Megyn Kelly. Megyn Kelly is a notable figure who once worked as a news anchor at Fox News. She became prominent due to her penchant for speaking her mind amid the #MeToo movement because she managed to spoke out about the sexual harassment she endured when she worked at Fox News. She also shed light on how power works in an institution, specifically the media industry. This article reflects on how hegemonic masculinity plays a part in excluding women not only from access to power but also repress their autonomy to express themselves. This article contends that, hegemonic masculinity is employed by men in power to subordinate women through power strategies. As a result, women felt the need to form an alliance with each other that resembles the essence of sisterhood where women unite under mutual feeling of alienation and discrimination and work together to retaliate against their sexual harassment perpetrators."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hetreda Terry
"Alexander Jacob Patty (A.J.Patty) lahir lahir tangal 30 September 1890 di pulau Banda dan meninggal tahun 1952 di Bandung. Perjuangannya dalam organisasi Sarekat Ambon (SA) dimulai sejak berdirinya organisasi tersebut pada tanggal 9 Mei 1920 di kota Semarang Jawa Tengah. Ideologi yang dimilikinya bersumber pada ideologi Indicshe Partij dari E.F.E.Douwes Dekker, yaitu perjuangan untuk kemerdekaan penduduk Hindia dari cengkeraman penjajahan. Organisasi SA bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di residensi Ambon. Untuk merealisasi tujuan itu, maka pada rapat pengurus pusat SA bulan Maret 1923 di Batavia (Jakarta), diputuskan A.J.Patty harus berangkat ke Ambon mempropagandakan ide-ide SA kepada masyarakat di sana.
Sebagai seorang ahli propaganda yang handal, Ia memiliki pemikiran-pemikiran yang cerdas, dan mampu menarik hati banyak orang yang kemudian menjadi pengikutnya. Kelebihannya, yakni dalam setiap pertemuan dengan masyarakat, Ia menggunakan bahasa yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi masyarakat di alam penjajahan. Kondisi yang tidak bebas dan serba diatur. Oleh karena itu kepada masyarakat selalu ditekankan perlunya persatuan dan kesatuan di antara seluruh masyarakat Ambon. Untuk itu ia mengajak masyarakat di kepulauan Ambon-Lease untuk bergabung dalam organisasi SA, bergandengantangan melangkah memperjuangkan kesejahteraan hidup bersama.
Upaya nyata di kepulauan Ambon-Lease, dilakukan dalam bentuk proles terhadap kenaikan uang sekolah dan penggabungan beberapa sekolah dasar ke dalam HIS, terlibat langsung dalam pendirian sekolah SA di Saparua yang dipimpin oleh J.D.Putiray serta mendirikan toko koperasi: Dengan adanya propaganda dari tokoh-tokoh SA dan semakin bertambahnya anggota, mulai nampak perubahan sikap penduduk dalam melakukan kewajibannya, seperti penundaan pembayaran pajak, bahkan di beberapa negeri ada sikap menentang kepala negeri dan pemerintah kolonial Hindia Belanda dengan tidak melakukan kerja wajib di negeri. Pemerintah kemudian menyimpulkan bahwa kesetiaan masyarakat menurun akibat propaganda yang dilancarkan oleh A.J_ Patty dengan SA-nya.
Dengan melihat kenyataan itu, para kepala negeri melalul organisasi Regentenbond mengajukan pengaduan kepada Residen, bahwa A.J.Patty harus diusir karena melanggar adat setempat dengan sexing melakukan rapat di negeri-negeri. Namun Residen tidak memiliki otoritas, karena tidak ada UU yang melarang hal itu. Setiap tindakan A.J. Patty terus diawasi. Kehadirannya bersama beberapa teman di rumah keluarga H. Rumarusun di Benteng (sebuah desa di pinggiran kota Ambon) yang menurut polisi sebagai tempat penyimpanan, penjualan minuman beralkohol, dijadikan alasan untuk menangkap A.J.Patty yang kemudian disingkirkan dari Ambon. Dengan terusirnya A.J.Patty dari Ambon, maka secara tidak Iangsung telah gagal memperjuangkan tujuan organisasi SA yaitu meningkatkan kesejahteraan penduduka di residensi Ambon. Sekalipun secara fisik perjuangan A.J.Patty tahun 1923-1924 di kepulauan Ambon-Lease gaga!, tetapi telah berhasi[ menanamkan ide-ide SA. Hal itu dapat dibuktikan dengan terus berkembangnya SA sampai tahun 1942.
Sebenarnya tidak ada kesalahan yang sangat serius yang dilakukan A.J. Patty sehingga harus diusir, tetapi pada waktu itu gubernur jenderal mempunyai hak exrobitan, yaitu hak untuk menangkap atau mengasingkaan seseorang yang dianggap membahayakan keamanan dan ketertiban umum. Pada tanggal 9 Januari 1925 keluar SK untuk mengasingkan A.J.Patty ke Bengkulu (Sumatera Selatan). Dari Bengkulu la dipindahkan berturut-turut ke Palembang, Flores, Bauven Digul dan terakhir Australia. Kembali ke Indonesia tahun 1946 dan tinggal di Yogyakarta. Di Yogyakarta mendirikan Partai Politik Maluku (PARPIM) sebagai wadah untuk turut dalam perjuangan. Selain itu bersama tokoh-tokoh lainnya yang berasal dad Maluku seperti Mohammad Padang, dr. Siwabessy, dr. Small() dan J.D. Syaranamual terus memperjuangkan kepentingan Maluku dalam Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Sampai akhir hayatnya A.J.Patty tetap aktif dalam kegiatan politik."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2001
T9485
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felicia Nuradi
"Dalam perkembangan Bahasa Indonesia, kita menjumpai adanya beberapa kamus Bahasa Indonesia, seperti Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pusat Bahasa, 1995), Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poewadatminta, 1985). Kamus Kontemporer Bahasa Indonesia (Peter Salim, 1991), Kamus Umum Bahasa Indonesia (Mob. Zain dan J.S. Badudu, 1994); berbagai kamus ungkapan; dan berbagai kamus istilah. Akan tetapi, hanya ada satu kamus sinonim, yaitu Kamus Sinonim Bahasa Indonesia (Harimurti Kridalaksana, 1989). Kamus itupun sangat sederhana dan merupakan suatu kerja awal yang menantikan pengembangan lebih lanjut. Akibatnya, kebutuhan akan sebuah kamus atau tesaurus Bahasa Indonesia yang lebih lengkap terasa sangat mendesak. Oleh karena itu, kami memfokuskan penelitian ini pada taksonomi makna verba dan adjektiva kegiatan tubuh manusia.
Penelitian ini bersifat kualitatif, Metode penelitian yang kami pilih adalah analisis pustaka, dalam hal ini kamus. Data diambil dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991) dan Kamus Sinonim Bahasa Indonesia (1989). Kami mencari struktur semantis (Nida, 1979) dari setiap verba dan adjektiva yang berkaitan dengan bagian tubuh. Atas data yang kami peroleh tersebut dilakukan analisis komponen makna (componential analysis of meaning). Metode ini kami pilih karena kami merasa bahwa untuk memperoleh makna leksikal secara tepat metode ini mash merupakan langkah awal yang terbaik.
Penelitian kami menemukan bahwa ada 40 bagian tubuh yang kasat mata yang merupakan entre dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991). Akan tetapi, tidak semua bagian tubuh tersebut melakukan kegiatan secara aktif dan jumlah verba dan adjektiva yang berkolokasi bagian tubuh tertentu juga berbeda. Ada bagian tubuh yang jumlah verba dan adjektivanya banyak dan ada bagian tubuh yang jumlah verba dan adjektivanya kurang dari sepuluh."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1999
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Luki Wijayanti
"Perpustakaan perguruan tinggi sebagai salah satu unit pelaksana teknis suatu perguruan tinggi, mempunyai tugas dan kewajiban untuk menyediakan kebutuhan-kebutuhan informasi bagi sivitas akademika di lingkungannya. Tugas ini berkaitan erat dengan misi perguruan tinggi yakni Tridharma Perguruan Tinggi yang meliputi pendidikan/pengajaran, penelitian, serta pengabdian pada masyarakat. Sejauh ini belum diketahui dengan jelas cara pencarian informasi yang dilakukan oleh staf pengajar di lingkungan Fakultas Sastra UI untuk memenuhi kebutuhan informasi guna mendukung pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi. Pada penelitian ini penulis melakukan penelitian mengenai perilaku pencarian informasi staf pengajar Fakultas Sastra UI. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
a. Mengetahui perilaku pencarian informasi staf pengajar Fakultas Sastra UI dalam menunjang pelaksanaan kegiatan pendidikan/pengajaran, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat.
b. Alasan pemilihan sumber-sumber informasi
c. Cara pemenuhan kebutuhan informasi dengan mengetahui urutan tempat/cara pemenuhan kebutuhan informasi, waktu yang dihabiskan untuk mencari informasi, serta seberapa jauh peran pustakawan di lingkungan Perpustakaan Fakultas Sastra UI dalam membantu staf pengajar FakuItas Sastra UI dalam mencari informasi yang diperlukan. Penelitian ini bersifat deskriptif dan metode penelitian yang digunakan adalah metode survai. Yang menjadi populasi penelitian ini adalah 251 staf pengajar tetap di Fakultas Sastra UI, dengan sampel berjumlah 117 responden, dengan metode pengambilan sampel simple random sampling. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan penyebaran kuesioner. Hasil penelitian ini adalah bahwa:
- Sumber informasi yang dianggap penting dan sangat diminati responden semua strata pendidikan dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan/pengajaran adalah buku teks terbitan dalam negri, buku teks terbitan luar negri, majalah ilmiah terbitan luar negri, majalah ilmiah terbitan dalam negri, tesis/disertasi serta buku pegangan.
- Sumber informasi penting untuk mendukung kegiatan penelitian, menurut responden adalah majalah ilmiah terbitan dalam negri, majalah ilmiah terbitan luar negri, serta buku teks terbitan luar negri.
- Hubungan dengan sesama staf pengajar FSUI merupakan sumber informasi yang dianggap penting dalam mendukung kegiatan pengabdian pada masyarakat.
- Alasan utama akan pemilihan sumber informasi adalah kemudahan akses dan mudah digunakan, sedangkan alasan ketepatan merupakan alasan yang paling sedikit dipilih.
- Sebagian besar responden meluangkan waku anara 5 - 10 jam setiap minggu untuk mencari informasi.
- Prioritas cara pemenuhan kebutuhan informasi adalah koleksi pribadi, menyusul kemudian koleksi Perpustakaan jurusan. Bagi responden sarjana konsultasi dengan senior merupakan pilihan ke tiga, sedangkan responden magister dan doktor akan pergi ke toko buku sebagai pilihan ke tiga.
- Perpustakaan FSUI belum menjadi pilihan penting bagi responden untuk memenuhi kebutuhan informasinya.
- Pustakawan Perpustakaan jurusan dinilai sangat membantu responden semua strata pendidikan dalam mencari informasi yang dibutuhkannya, sedangkan pustakawan Perpustakaan fakultas dianggap cult-up nembantu responden sarjana maupun doktor, sedangkan responden magister menyatakan tidak pernah minta bantuan pustakawan Perpustakaan fakultas. Responden dari semua strata pendidikan menyatakan bahwa pustakawan UPT Perpusakaan Pusat UI cukup membantu mereka dalam menemukan informasi.
- Perilaku pencarian informasi staf pengajar Fakultas Sastra Universitas Indonesia dipengaruhi oleh strata pendidikan serta akifitas yang dilakukan (pendidikan/pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat).
- Perpustakaan FSUI belum menjadi pilihan penting bagi responden untuk memenuhi kebutuhan informasinya.
- Pustakawan Perpustakaan jurusan dinilai sangat membantu responden semua strata pendidikan dalam mencari informasi yang dibutuhkannya, sedangkan pustakawan Perpustakaan fakultas dianggap cult-up nembantu responden sarjana maupun doktor, sedangkan responden magister menyatakan tidak pernah minta bantuan pustakawan Perpustakaan fakultas. Responden dari semua strata pendidikan menyatakan bahwa pustakawan UPT Perpusakaan Pusat Ul cukup membantu mereka dalam menemukan informasi.
- Perilaku pencarian informasi staf pengajar Fakultas Sasra Universitas Indonesia dipengaruhi oleh strata pendidikan serta akifitas yang dilakukan (pendidikan/pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2000
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Afdhol Tharik
"Konsep kehomoniman sebagai pertalian makna antara dua atau lebih leksem yang sama bentuk merupakan gejala semesta bahasa (language universal). Konsekuensi logis munculnya gejala kehomoniman adalah ketaksaan ujaran atau kalimat yang disampaikan oleh pembicara kepada pendengar/lawan bicara. Akibat lebih jauh yang disebabkan oleh munculnya gejala kehomoniman adalah, di samping ketaksaan ujaran atau kalimat, terjadinya distorsi pesan yang ingin disampaikan. Pemahaman yang baik terhadap kehomoniman suatu bahasa, khususnya bahasa Arab, dapat menghindari ketaksaan dan distorsi pesan yang terkandung dalam ujaran atau kalimat. Kajian kehomoniman dalam bahasa Arab masuk pada pokok bahasan Al-mustarak Al-lafzi (relasi makna), di samping kajian kepoliseman.
Dengan memakai pendekatan teori Lyons (1996) penelitian ini memperoleh formulasi klasifikasi homonimi bahasa Arab yang terdiri atas: (i) homonimi mutlak (absolute homonymy), dan (ii) homonimi sebagian (partial homonymy). Dalam menganalisis data, penelitian ini memanfaatkan juga pendekatan analisis komponen atau medan semantik. Homonimi mutlak ditemukan pada semua kelas kata, baik nomina (al-ism), verba (fi'il), maupun partikel (al-harf). Homonimi sebagian diperoleh berdasarkan perbedaan lingkungan gramatikal dari leksem-leksem yang homonimis dan subklasifikasi homonimi sebagian ini terdiri atas (I) perbedaan infleksi aspektual (perfektif - imperfektif), (ii) perbedaan derivasi, (iii) perbedaan kategori gender (maskulin - feminin), dan (iv) perbedaan kategori jumlah (tunggal - jamak)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2000
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Kusparyati Boedhijono
"ABSTRAK
Lingga statues are found every where in Balinese villages. Its shape looks like a small pillar with special characters on its body, and known as a symbol of the god Siwa in Hindu religion. Lingga is still worshipped by the Hindus in Bali, although now the ceremonies are not real done by the people in some pura where the linggas are kept.
As the result of the activity in data collecting on this prelimenary research there are found some variety on the 293 ancient linggas in Bali. This fact makes some problem to identify what kind of functions and religious ceremonies are related from the shape of the lingga. It is considered that there are some religious sect worshipped the lingga in its form in Bali, especially in ancient time and may be there are also some meaning according to its shapes and variaties. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1997
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Afdol Tharik Wastono
"Konsep kehomoniman sebagai pertalian makna antara dua atau lebih leksem yang sama bentuk merupakan gejala semesta bahasa (language universal). Konsekuensi logis munculnya gejala kehomoniman adalah ketaksaan ujaran atau kalimat yang disampaikan oleh pembicara kepada pendengar/lawan bicara. Akibat lebih jauh yang disebabkan oleh munculnya gejala kehomoniman adalah, di samping ketaksaan ujaran atau kalimat, terjadinya distorsi pesan yang ingin disampaikan. Pemahaman yang baik terhadap kehomoniman suatu bahasa, khususnya bahasa Arab, dapat menghindari ketaksaan dan distorsi pesan yang terkandung dalam ujaran atau kalimat. Kajian kehomoniman dalam bahasa Arab masuk pada pokok bahasan Al-mustarak Al-lafzi (relasi makna), di samping kajian kepoliseman. Dengan memakai pendekatan teori Lyons (1996) penelitian ini memperoleh formulasi klasifikasi homonimi bahasa Arab yang terdiri atas: (i) homonimi mutlak (absolute homonymy), dan homonimi sebagian (partial homonymy). Dalam menganalisis data, penelitian ini memanfaatkan juga pendekatan analisis komponen atau medan semantik. Homonimi mutlak ditemukan pada semua kelas kata, baik nomina (al-ism), verba (fi `il) , maupun partikel (al-harf). Homonimi sebagian diperoleh berdasarkan perbedaan lingkungan gramatikal dari leksem-leksem yang homonimis, dan subklasifikasi homonimi sebagian ini terdiri atas (i) perbedaan infleksi aspektual (perfektif - imperfektif), (ii) perbedaan derivasi, (iii) perbedaan kategori gender (maskulin - feminin), dan (iv) perbedaan kategori jumlah (tunggal - jamak)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 2000
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Anon Mirmani
"Latar belakang
Perkembangan dan pembangunan pendidikan masyarakat Indonesia harus diikuti dengan perkembangan perpustakaan sebagai bagian integral dari proses perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk mengembangkan perpustakaan ini diperlukan tenaga-tenaga berkualifikasi sebagai pustakawan.
Salah satu sekolah perpustakaan yang menawarkan pendidikan formal untuk mendidik tenaga berkualifikasi tinggi atau tenaga profesional akademis adalah Jurusan Ilmu Perpustakaan - Fakultas Sastra, Universitas Indonesia. Sejak berdirinya lembaga ini telah menghasilkan tenaga profesional di bidang informasi yang mencakup perpustakaan, records management, arsiparis dan spesalis informasi lainnya, sekitar 600 orang pada tingkat sarjana.
Paradigma baru dalam bidang perpustakaan adalah paradigma kognitif. (Pendit, 1996: 8, mengutip Savolainen). Artinya bahwa yang dulu peran perpustakaan hanya sebagai penengah, kemudian ke cara pandang bahwa peran perpusatakaan adalah untuk kepentingan user (pemakai). Atau dengan kata lain cara pandang lama pemakai tidak bebas menentukan setting sendiri dalam mencari apa yang diperlukannya.
Perbedaan paradigma inilah yang mengubah semua isi atau muatan kurikulum dalam bidang yang bersangkutan. Untuk mengetahui apakah kurikulum yang ditawarkan oleh Jurusan Ilmu Perpustakaan sesuai dengan kebutuhan baik ketrampilan maupun pengetahuan lulusannya dalam lingkungan kerja."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2000
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>