Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 88 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Azrimaidaliza
"Hasil pemantauan gizi dan kesehatan (Nutrition and Health Surveillance System/NSS) tahun I999-2003 menunjukkan tingginya prevalensi gizi kurang (berat badan menurut umur <-2 SD dari median NCHS), yaitu di atas 30% (klasifikasi WHO) pada balita di daerah kumuh perkotaan maupun pedesaan. Prevalensi gizi kurang tersebut lebih tinggi di daerah kumuh perkotaan dibandingkan daerah kumuh pedesaan. Kota Jakarta merupakan salah satu daerah kumuh perkotaan yang terrnasuk dalam daerah pengumpulan data NSS. Di daerah ini, prevalensi gizi kurang tinggi pada anak usia 12-23 bulan (Juni-September 2003), yaitu 42% dan prevalensi ASI eksklusif paling rendah dibandingkan dengan ketiga daerah kumuh perkotaan lainnya (Surabaya, Semarang dan Makassar), yaitu hanya 1%.
Penelitian ini merupakan penelitian survei menggunakan data sekunder NSS yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi anak umur 6-24 bulan daerah kumuh perkotaan di Jakarta tahun 2003. Jumlah sampel sebanyak 1031 anak dan analisis data meliputi univariat, bivariat dan multivariat. Analisis multivariat menggunakan analisis Regresi Logistik Ganda.
Hasil penelitian menunjukkan anak umur 18-24 bulan berisiko mengalami gizi kurang 3,041 kali dan anak umur 12-17 bulan berisiko mengalami gizi kurang 2,443 kali dibanding anak umur 6-11 bulan. Kemudian anak dengan berat badan lahir < 2,5 kg berisiko mengalami gizi kurang 3,018 kali dibanding anak dengan berat badan lahir > 2,5 kg. Selanjutnya ibu dengan IMT S 18,5 berisiko mempunyai anak gizi kurang sebesar 1,828 kali dibanding ibu dengan IMT > 18,5. Adapun keluarga dengan jumlah balita > 2 orang berisiko mempunyai anak gizi kurang 1,407 kali dibanding keluarga dengan jumlah balita 1 orang. Faktor paling dominan berhubungan dengan status gizi anak adalah umur bayi/anak berikutnya berat badan lahir, IMT ibu dan jumlah balita. Umur bayi/anak terutama umur 18-24 bulan berisiko lebih besar menderita gizi kurang karena pada umur tersebut anak mulai mengalarni gangguan pertumbuhan akibat efek kurnulatif dani faktor ASI dan makanan yang tidal( diberikan secara adekuat pada umur sebelumnya. Di samping itu, anak mempunyai riwayat berat badan lahir rendah sehingga sulit mengejar ketinggalan pertumbuhannya, status gizi ibu yang kurang balk dan banyaknya balita dalam keluarga berdampak pada pertumbuhan anak. Oleh karena itu, perlu pemantauan status gizi anak, status gizi ibu prahamil, selama hamil dan pasta hamil. Selain itu, perlu penyuluhan mengenai pemberian MP-ASI umur 4-6 bulan dan pemberian makanan tambahan pada anak serta suplementasi vitamin pada ibu.

Nutrition and Health Surveillance System (NSS) year 1999-2003 shows prevalence of underweight (weight for age < -2 SD from NCHS median) is very high , that is above 30% (WHO classification) on infant at rural and urban slum areas. An underweight prevalence at urban slum areas is higher than rural slum areas. Jakarta is the one of slum area that include in NSS data collection area. In this area, prevalence of underweight children 12-23 months of age (June-September 2003), is 42% and prevalence of exclusive breastfeeding is the lowest compared with other three urban slum areas (Surabaya, Semarang and Makassar), is only 1%.
This research is a survey research using NSS secondary data that aimed to identify factors that related with nutrient status of children 6-24 months of age in urban slum of Jakarta year 2003. Total sample are 1031 children and data analysis consist of univariate, bivariate and multivariate. Multivariate analysis use double logistic regression analysis.
Research result show child 18-24 months of age have risk in having underweight 3,041 times and child 12-17 months of age have risk in having underweight 2,443 times compared with child 6-11 months of age. Moreover, child with birth weight < 2,5 kilo have risk in having underweight 3,018 times compared with child with birth weight >. 2,5 kilo. While mother with Body Mass Index (BMI)
BMI > 18,5. Meanwhile family with under-five child member > 2 have risk 1,407 times in having underweight child compared to family with one under-five child member. The most dominant factor related to child nutrient status is child age, after that birth weight, mother's BMI and under-five child member. Child 18-24 months of age have bigger risk in having underweight because, at that age, the child begin to have growth problem result from cumulative effect from breastfeeding factor and not enough food given at previous age. Besides that, child with low birth weight record is difficult to catch up their growth, mother nutrient status and the amount of under-five child impact to child growth. Thus, the need of children nutrient status surveillance, mother nutrient status of before pregnancy, during pregnancy and after pregnancy. Besides that, the need of health promotion about complementary feeding 4-6 month age and extra food distribution to child and vitamin supplement to mother."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T20084
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahsan Safi`i
"Kondisi kesehatan masyarakat Indonesia saat ini sedang terpuruk. Hal ini ditandai dengan fenomena temuan kasus gizi buruk di beberapa daerah di Indonesia. Data Departemen Kesehatan Menyebutkan kasus gizi buruk dan gizi kurang pada balita tahun 2005 berturut-turut sejumlah 8,8% dan 19,20%. Di Dinkes Depok sendiri, selama tahun 2007 tercatat 959 penderita gizi buruk. Gizi buruk di Indonesia masih merupakan masalah, meski pemerintah telah mengerahkan berbagai upaya untuk mencegah dan menanggulanginya. Upaya pemerintah antara lain melalui Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dan peningkatan pelayanan gizi melalui pelatihan-pelatihan Tatalaksana Gizi Buruk kepada tenaga kesehatan. Upaya ini berhasil menurunkan angka gizi buruk menjadi 6,3% pada tahun 2001. Pada awal April 2008, Dinkes Depok menyelenggarakan pelatihan Tatalaksana Gizi Buruk sebagai bentuk persiapan panti pemulihan gizi di beberapa puskesmas yang ada di Depok. Untuk mengetahui sejauh mana efektivitas penyelenggaraan pelatihan maka dilakukan penelitian mengenai ?Gambaran Penyelenggaraan Pelatihan Tatalaksana Gizi Buruk Dalam Rangka Persiapan Therapeutic Feeding Center (TFC) di Dinas Kesehatan Kota Depok Jawa Barat Tahun 2008?. Tujuan penelitian ini adalah untuk Mendapatkan gambaran pelatihan Tatalaksana Gizi Buruk dalam rangka persiapan Therapeutic Feeding Center (TFC) atau Panti Pemulihan Gizi di Dinas Kesehatan Depok Jawa Barat tahun 2008. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini berupa deskriftif kualitatif dengan pengambilan data melalui wawancara terstruktur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan yag diberikan sudah sesuai dengan kebutuhan program dan sangat membantu pelaksanaan kegiatan Panti Pemulihan Gizi. Dari segi pelatih sudah cukup memiliki kualifikasi yang memadai. Sedangkan dari segi peserta latih memiiki latar belakang yang sesuai dengan pelaksanaan program sehingga memperlancar proses pelatihan. Dari segi materi juga sangat komprehensif yang bisa menjadi bekal peserta latih ketika terjun langsung di lapangan Hanya saja ditemui beberapa kendala terutama pada komponen fasilitas yang ada. Hal ini berakibat pada terganggunya proses penerimaan informasi yang diberikan oleh pelatih. Sehingga saran yang diberikan adalah penyediaan fasilitas serta sarana yang mendukung kelancaran program pelatihan."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Reno Monalisa
"Data PSG 2004 menunjukkan bahwa jumlah balita gizi kurang (BB/U) sebanyak 23,2%, jumlah balita kurus (BB/TB) sebanyak 14,1% dan jumlah balita pendek sebanyak 24,0% (Dinkes, 2005). Untuk meningkatkan keadaan gizi balita maka Pemda DKI Jakarta telah melaksanakan Program Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) balita. Studi ini menggunakan data sekunder yaitu dengan menganalisis sebagian data dari penelitian "Pelaksanaan Pemberian Makanan Tambahan Bagi Balita dan Permasalahannya Provinsi DKI Jakarta Tahun 2005" yang dilakukan oleh Dinkes Provinsi DKI Jakarta dan Puslitbang Gizi Bogor. Untuk melengkapi data juga dilakukan pengumpulan data primer dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan informasi data primer ini dengan menggunakan metode wawancara mendalam terhadap informan. Ruang lingkup pembahasan untuk variabel dependen status gizi balita dan variabel independen umur anak, jenis kelamin anak, pendidikan ibu, umur ibu, kesukaan anak terhadap PMT-P yang diberikan ,kemampuan anak untuk menghabiskan PMTP, Jenis PMT-P yang diberikan dan kunjungan petugas kerumah balita. Analisis data dengan menggunakan perangkat lunak komputer. Analisis univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi dan analisis Chi square untuk mengetahui hubungan antara variabel independent dan dependen. Dari hasil uji bivariat didapatkan ada hubungan bermakna jenis kelamin balita, pengetahuan ibu dengan status gizi balita ( P< 0.05).
Saran Untuk dinas Kesehatan yaitu : perlunya pendekatan oleh Dinas Kesehatan ke DPRD agar program PMT-P menjadi prioritas sehingga anggaran yang telah direncanakan untuk pengadaan dan pelaksanaan PMT-P dapat di setujui 100% sehingga semua sasaran mendapatkan PMT-P, perlunya kajian lebih lanjut tentang pelaksanaan PMT-P sehingga didapatkan kiat-kiat untuk mengatasi kendala-kendala dalam pelaksanaan PMT-P.Saran untuk Puskesmas yaitu : perlunya biaya trasportasi bagi petugas dan kader , perlunya memberikan penyuluhan dan konsultasi pada ibu balita, perlunya dana untuk keluarga balita sasaran yang tidak mampu mengambi PMT-P karena tidak ada biaya trasportasi."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Suryati
"Ikan sebagai bahan makanan telah diidentifikasi sebagai pangan yang memiliki keunggulan tertentu. Ikan menyediakan protein hewani yang relatif tinggi, juga memberikan asam-asam lemak tak jenuh yang esensial diperlukan bagi tubuh manusia. Ikan juga merupakan sumber vitamin A yang sangat terkenal, di samping sumber vitamin-vitamin lainnya dan berbagai mineral yang diperlukan bagi tubuh manusia.
Penelitian ini bertujuan untuk Memperoleh Gambarat kebiasaan makan ikan serta hubungannya dengan status gizi anak usia 6-59 bulan pada keluarga nelayan harian di Pulau Tidung Kepulauan Seribu. Variabel yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berat badan dan tinggi badan anak, karakteristik anak, karaktristik ibu, Kebiasaan makan ikan, penyakit infeksi, berat badan lahir. Pengambilan data penelitian dilakukan dengan pegambilan data langsung di lapangan (data primer). Penelitian ini bersifat cross sectional, diperoleh dengan metode survey dan hasilnya diuraikan secara deskriptif. Sampel yang diperoleh berjumlah orang 42 orang.
Berdasarkan indikator BB/U ditemukan sebanyak 2,4% anak mempunyai status gizi buruk, dan 31% anak mempunyai status gizi kurang, berdasarkan indikator TB/U 26,2% anak mempunyai tinggi badan pendek, dan berdasarkan indikator BB/TB anak dengan kategori sangat kurus sebanyak 2,4% dan 26,2% anak termasuk dalam kategori sangat kurus. Ada hubungan antara kelompok umur anak balita dengan status gizi dengan indeks TB/U. Ada hubungan antara pemberian obat cacing dengan status gizi dengan indeks TB/U. Ada hubungan antara pemberian ASI dengan status gizi dengan indeks BB/U.
Sebaiknya dilakukan penelitian dengan menggunakan metode yang lebih kuantitiatif dan jumlah sampel yang lebih banyak dan Puskesmas Kelurahan Pulau Tidung perlu adanya peningkatan pemahaman kepada istri nelayan tentang keseimbangan zat gizi dan status gizi dan perlu adanya pelatihan tentang cara pengolahan ikan agar lebih variatif. Untuk Kelurahan Pulau Tidung perlu adanya peningkatan pendidikan nelayan dengan mengadakan program kejar Paket B dan C.

Fish as food substance has been identified as food with certain benefits. Fish provides high animal protein, and also giving essential unsaturated fatty acid which needs by human being body. Fish is one of Vitamin A source which very famous, instead other vitamins and minerals source that needed by human body.
This research was aimed to obtain the description about eating fish habit and its relation with nutrition status of children age 6-59 months at daily fishermen families in Tidung Island, Seribu Archipelago. The selected variable in this research is weight and height of the children, children and mother`s characteristics, eating fish habit, infection disease, and weight born. Research data were primary data. This is cross sectional research with survey method and the result explained descriptively. The samples obtained were 42 people.
Based on BB/U indicator found as 2,4% child having bad nutrition status and 31 children having lack of nutrient status. Based on TB/U indicator 26,2% children have short height, and based on BB/TB indicator children with very thin category as 2,4% and 26,2% include in thin category. There is relation between groups of baby under five year`s old age with nutrition status by TB/U index. There is relation between anthelmintic given with nutrient status by TB/U index. There is relation between mother`s milk with nutrient status by BB/U index.
It`s recommended for other researcher to doing research with more quantitative method and much more samples. The public health center of Tidung Island needs to improve the fishermen`s wife understanding about nutrient balance and status. The training in fish food producing for more varied is need. Tidung district needs fishermen education improvement by running Packet B and C programs.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Laila Suciati
"Masa anak-anak menjadi masa kritis untuk membangun masa tulang. Tulang yang kuat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Kurangnya asupan kalsium pada anak-anak akan meningkatkan risiko terjadinya fraktura tulang pada anak sehingga anak tidak dapat mencapai pertumbuhan tulang secara optimal. Kebutuhan kalsium meningkat pada masa pertumbuhan saat kanak-kanak, penyerapan kalsium dan makanan bisa mencapai 75%. Pertumbuhan fisik yang baik, tidak lepas dari asupan kalsium yang diterima tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu tentang kalsium dan frekuensi konsumsi kalsium anak dengan status gizi pada anak TK Al-Husna Bekasi. Variabel yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berat badan dan tinggi badan anak, karakteristik anak, karaktristik ibu, pengetahuan ibu, sumber informasi ibu tentang kalsium, dan frekuensi konsumsi kalsium anak. Pengambilan data penelitian dilakukan dengan pegambilan data langsung di lapangan (data primer).
Penelitian ini bersifat cross sectional, diperoleh dengan metode survey dan hasilnya diuraikan secara deskriptif. Sampel yang diperoleh berjumlah orang 80 orang. Terdapat 60 anak (75%) yang mempunyai status gizi baik berdasarkan indikator BB/U, terdapat 76 anak (95%) yang mempunyai status gizi normal berdasarkan indikator TB/U, terdapat 61 anak (76.3%) yang mempunyai status gizi normal berdasarkan indikator BB/TB. Hubungan berat badan lahir dengan status gizi berdasarkan indikator BB/U bermakna. Hubungan berat badan lahir dengan status gizi berdasarkan indikator BB/TB bermakna. Hubungan panjang badan lahir dengan status gizi berdasarkan indikator TB/U bermakna. Sebaiknya sekolah perlu melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan anak pada setiap akhir tahun ajaran. Pendidikan gizi anak sejak dini harus diterapkan pada anak-anak prasekolah, yang dapat dilakukan melalui proses edukasi dan komunikasi selama kegiatan belajar mengajar atau bermain.Sebaiknya sekolah perlu bekerjasama dengan tenaga UKS mengadakan penyuluhan gizi kepada orang tua murid."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Chitra Septiarini
"Perubahan konsumsi makanan pada anak usia Sekolah Dasar (SD) yang bergeser dari pola makan tradisional ke pola makan barat mengakibatkan terjadinya peningkatan prevalensi obesitas atau gizi lebih, terutama dari golongan sosial ekonomi menengah ke atas. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan perubahan pola hidup dan pola makan yang sehat dan bergizi seimbang pada anak SD.
Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan metode baru berupa diari makanan untuk memantau dan menilai konsumsi makanan dan sebagai media pendidikan gizi untuk anak usia SD pada siswa kelas V SD Bani Saleh V, Bekasi Timur Tahun 2008. Desain penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Informannya adalah 52 siswasiswi kelas V dan 5 orang guru SD. Selain itu juga dilakukan uji validitas. Data yang diperoleh diolah dengan mencatat hasil, membuat transkrip dan melakukan kajian isi (content analysis).
Hasil penelitian memperlihatkan rancangan metode dan media baru yang dikembangkan berupa diari makanan berbentuk buku yang terdiri dari beberapa bagian, antara lain : sampul depan, halaman identitas pemilik, halaman identitas keluarga dan sahabat, halaman makanan kesukaan, cerita tentang makanan, cerita tentang diari makanan, petunjuk pengisian, lembar isian diari makanan, pesan-pesan gizi dan kesehatan, dan permainan-permainan.
Sebagian besar informan menginginkan perubahan tampilan rancangan diari makanan untuk desain latar belakang, gambar dan teks pada bagian sampul depan, halaman identitas pemilik, halaman identitas keluarga dan sahabat, halaman makanan kesukaan, cerita tentang makanan, cerita tentang diari makanan, petunjuk pengisian dan lembar isian. Secara statistik dengan uji korelasi Pearson dan T-test diperoleh hasil bahwa metode diari makanan mempunyai validitas tinggi untuk menilai intake beberapa zat gizi tertentu dari makanan yang dikonsumsi anak-anak.

The changing of food consumption in elementary school children which moves from traditional food to western food can be result in improvement of obesity prevalent, especially for high and middle class society. To solve the problem, it needs the changing our life style, healthy food and proportional nutrition food in elementary school children.
The purpose this study is to develop new method like food diary to observe and assesment diet and as a nutrition education media for fifth grades elementary school in Bani Saleh V, East Bekasi, 2008. This study uses qualitative method. The informant are 52 fifth grades and 5 teachers elementary school in Bani Saleh V, East Bekasi. Beside that, there is validity study. The data can be got by the result, make a transcript and analysis with content analysis.
The result of this study shows the method and new media as food diary book which contain some parts : cover, owner identity page, families and friends identity page, favourite food page, story about food, story about food diary, filling instructions, the form of food diary, the message of health and nutrition, and games. The most important want changing of performance food diary for background design, picture, and text in cover, owner identity page, families and friends identity page, favourite food page, story about food, story about food diary, filling instructions, and the form of food diary. According to statistic with Pearson Correlation dan T-Test can get the result that the method of food diary has high validity to intake some nutrient from food which children consumption."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Wahyuni
"Penurunan massa tulang akan terus terjadi seiring dengan bertambahnya usia. Osteopenia atau berkurangnya densitas (kepadatan) tulang merupakan prediktor awal akan terjadinya osteoporosis (keropos tulang) di waktu yang akan datang. Penyebab osteopenia salah satunya adalah karena kebiasaan dalam mengkonsumsi makanan. Kebiasaan makan pada diet vegetarian (tidak mengkonsumsi daging hewani) berbeda dengan kebiasaan makan masyarakat pada umumnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran osteopenia dan faktor? faktor yang berhubungan dengan osteopenia pada kelompok vegetarian umur 20-35 tahun di Pusdiklat Maitreyawira, Jakarta Barat. Faktor?faktor yang diteliti pada penelitian ini adalah osteopenia (variabel dependen), umur, jenis kelamin, IMT (Indeks Massa Tubuh), pengetahuan tentang osteoporosis, jenis vegetarian, lama vegetarian, kebiasaan olah raga, kebiasaan merokok, konsumsi makanan sumber kalsium, konsumsi susu dan hasil olahannya, konsumsi kacang-kacangan dan hasil olahannya, konsumsi sayuran dan buah-buahan konsumsi kafein, konsumsi alcohol dan konsumsi suplemen.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner, FFQ, pengukuran tinggi badan dan berat badan serta pemeriksaan tulang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi osteopenia pada kelompok vegetarian umur 20-35 tahun di Pusdiklat Maitreyawira Jakarta Barat sebesar 34,5 %. Faktor-faktor yang berhubungan dengan osteopenia adalah jenis kelamin dan pengetahuan. Faktor-faktor yang tidak berhubungan secara signifikan adalah umur, IMT (Indeks Massa Tubuh), jenis vegetarian, lama vegetarian, kebiasaan olah raga, kebiasaan merokok, konsumsi makanan sumber kalsium, konsumsi susu dan hasil olahannya, konsumsi kacang-kacangan dan hasil olahannya, kebiasaan mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan, konsumsi kafein, konsumsi alkohol dan konsumsi suplemen. Namun pada penelitian ini, terdapat kecendrungan proporsi osteopenia lebih besar pada IMT < 18 kg/m2, lama vegetarian > 5 tahun, pernah merokok, tidak olah raga, konsumsi sumber kalsium/hari ≤ median (≤ 4,47), tidak mengkonsumsi susu, konsumsi kafein/hari > median (> 0,34), konsumsi alkohol dan tidak mengkonsumsi suplemen.
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat disampaikan seperti peningkatan pengetahuan secara optimal bagi kelompok vegetarian laki-laki dan perempuan dalam mencegah terjadinya osteopenia dan osteoporosis dikemudian hari, dengan mengkonsumsi makanan sumber kalsium seperti susu dan hasil olahannya, kacang-kacangan dan hasil olahannya seperti susu kedele, sayuran dan buah-buahan. Olah raga yang dianjurkan untuk pencegahan osteopenia dan osteoporosis adalah olah raga dengan pembebanan (weight-bearing exercises) 3-5 kali seminggu selama 30-45 menit, dilakukan pagi hari di luar ruangan (outdoor) yang cukup Vitamin D dari sinar matahari serta batasi konsumsi makanan atau minuman penghambat penyerapan kalsium seperti kafein (teh, kopi, soda), alkohol dan kebiasaan merokok."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Novita
"Perilaku pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih jauh dari target Renstra Depkes 2005-2009 sebesar 80%. Menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003 prosentase anak dibawah usia 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif adalah 39,8%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu, faktor pelayanan kesehatan, immediate breastfeeding dan pemberian kolostrum dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Pancoran Mas Depok Tahun 2008.
Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder Praktikum Kesmas Departemen Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia tahun 2008 dengan disain cross sectional. Sampel berjumlah 406 terdiri dari ibu yang mempunyai baduta terakhir usia 6-23 bulan dan merupakan anak kandung. Cara pengambilan sampel dengan multi stages stratified random sampling. Analisis data dilakukan dengan metode chi square bivariat.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan di wilayah Puskesmas Pancoran Mas adalah sebesar 20,4%, masih jauh dari target Renstra Depkes 2005-2009 yaitu sebesar 80%. Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara immediate breastfeeding dan pemberian kolostrum dengan pemberian ASI eksklusif, serta tidak ada hubungan yang bermakna antara karakteristik ibu, pengetahuan ibu, riwayat ANC, tempat bersalin dan penolong persalinan dengan pemberian ASI eksklusif.
Perlu dilakukan pelatihan konseling menyusui bagi petugas kesehatan khususnya bidan yang ada di wilayah Puskesmas Pancoran Mas, meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang ASI eksklusif, meningkatkan tatalaksana rumah sakit yang mendukung keberhasilan menyusui, memonitor praktek immediate breastfeeding, pemberian ASI eksklusif dan praktek tetap melanjutkan ASI sampai usia dua tahun."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Lusiani Anastasia
"Pada masa pertumbuhan, dibutuhkan asupan kalsium yang adekuat untuk mencapai puncak agar tulang tidak kehilangan kepadatannya di masa tua. Masa remaja merupakan masa yang baik untuk memaksimalkan kepadatan tulang karena pada masa ini lebih banyak terjadi pembentukkan massa tulang, penyimpanan dan penyerapan kalsium dari diet daripada masa anak-anak dan dewasa. Namun para remaja di dunia pada umumnya kurang asupan kalsium, termasuk di Indonesia. Masih rendahnya asupan kalsium pada remaja, membuat peneliti ingin mengetahui bagaimana sebenarnya gambaran dan faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan frekuensi konsumsi bahan makanan sumber kalsium pada remaja.
Penelitian ini berlangsung pada bulan April-Juni tahun 2008 dengan responden penelitian adalah remaja usia 12-16 tahun di tiga SMP di wilayah Depok pada tahun 2008. Ketiga SMP dipilih berdasarkan status sosial ekonomi tinggi, menengah, dan rendah. Remaja SMP dipilih dengan alasan remaja SMP karena kebutuhan kalsium paling penting pada remaja untuk mencegah terjadinya osteoporosis di usia lanjut. Penelitian menggunakan desain studi cross-sectional.
Variabel independen meliputi jenis kelamin, pengetahuan kalsium pada remaja dan ibu, ketersediaan bahan makanan sumber kalsium di rumah, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, pendapatan orang tua, jumlah anggota keluarga, kebiasaan jajan, dan peer group, sedangkan variabel dependennya adalah frekuensi konsumsi bahan makanan sumber kalsium pada remaja.
Pengumpulan data dilakukan dilakukan dengan menyebarkan angket kepada responden remaja di sekolah dan ibu di rumah. Manajemen data yang dilakukan adalah pengkodean data, penyuntingan data, pemasukan data, dan pembersihan data. Analisis data yang dilakukan adalah analisis univariat untuk melihat gambaran dan analisis bivariat untuk melihat hubungan antara variabel. Jumlah responden pada penelitian ini berjumlah 204 pasang remaja-ibu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 60.8% remaja di tiga SMP di Depok berjenis kelamin perempuan, 52.5% remaja memiliki pengetahuan yang cukup baik, 37.7% remaja memiliki ayah bekerja sebagai pegawai swasta, 64.7% remaja memiliki ibu tidak bekerja, 43.1% remaja memiliki ayah dengan pendidikan lulusan SMA, 46.6% remaja memiliki ibu dengan pendidikan lulusan SMA, 33.8% remaja memiliki pendapatan keluarga lebih dari Rp 4.000.000, dan 64.2% remaja merupakan keluarga kecil. Sebanyak 52% ibu remaja memiliki pengetahuan kalsium yang cukup baik, 60.8% remaja sering jajan di sekolah, dan 75.4% remaja memiliki frekuensi konsumsi bahan makanan sumber kalsium yang tergolong sering.
Terdapat hubungan yang bermakna antara ketersediaan bahan makanan sumber kalsium di rumah dengan frekuensi konsumsi kalsium pada remaja. Terdapat kecenderungan bahwa remaja dengan pengetahuan yang cukup, terjadi pada ibu yang juga memiliki pengetahuan yang cukup dan pada pengetahuan ibu yang cukup cenderung memiliki remaja dengan frekuensi konsumsi sumber kalsium sering. Terdapat kecenderungan bahwa frekuensi ketersediaan sumber kalsium sering, lebih banyak terjadi pada keluarga kecil. Frekuensi jajan tidak berhubungan dengan frekuensi konsumsi bahan makanan sumber kalsium tetapi juga tidak berhubungan dengan frekuensi jajan. Baik remaja, orang tua, maupun pihak sekolah hendaknya bekerja sama meningkatkan frekuensi konsumsi kalsium pada remaja misalnya dengan mengadakan penyuluhan kepada remaja dan orang tua yang diselenggarakan oleh pihak sekolah dan menetapkan kebijakan kantin sehat di sekolah."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dilla Christina
"Obesitas telah menjadi suatu epidemi kesehatan masyarakat global selama hampir satu dekade yang mulai menjadi perhatian publik karena hubungannya dengan berbagai kondisi kesehatan kronis. Epidemi tersebut terjadi akibat dari perubahan yang sangat cepat akan gaya hidup dan perilaku di negara berkembang, antara lain adanya perubahan aktifitas fisik dan diet serta meningkatnya status social ekonomi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kejadian obesitas yang dilihat dari pengukuran indeks massa tubuh (IMT) yang dihubungkan dengan karakteristik individu (umur, pendidikan, status pegawai, dan pengetahuan gizi dan kesehatan) dan perilaku individu (kebiasaan olahraga, merokok, dan pola konsumsi) dengan penggunaan data sekunder pada pekerja onshore pria perusahaan migas X di Kalimantan Timur tahun 2008.
Analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi square dilakukan pada 378 responden pekerja pria di perusahaan migas kemudian dilakukan pendataan mengenai karakteristik dan perilaku responden. Dimana recall 24 jam dilakukan untuk melihat konsumsi makanan responden.
Sebanyak 49,5% responden mengalami obesitas (IMT _25 kg/m2) dengan kisaran umur 26-56 tahun. Sebagian besar responden (91,0%) berpendidikan tinggi (_SMA), proporsi pegawai staf (63,2%) lebih tinggi dibandingkan non staf dan sebagian besar responden memiliki pengetahuan tentang gizi dan kesehatan yang cukup baik (61,4%). Sebanyak 74,6% responden tidak rutin berolahraga dan 61,1% tidak merokok. Asupan lemak total dan lemak jenuh dalam penelitian ini tergolong tinggi dengan proporsi masing-masing 81,5% dan 87,0%. Sedangkan asupan serat dan vitamin E responden tergolong ?kurang? dengan proporsi 87,6% dan 96,8%. Bila dibandingkan dengan angka kecukupan gizi maka asupan energi total, karbohidrat dan protein, asupan lemak tidak jenuh tunggal, lemak tidak jenuh ganda, kolesterol dan vitamin C responden dikategorikan memiliki asupan yang cukup.
Karakteristik umur, tingkat pendidikan, status pegawai, asupan energi total, karbohidrat dan serat memiliki hubungan dengan kejadian obesitas. Kebiasaan olahraga, merokok, asupan protein, lemak total, asupan lemak jenuh, lemak tidak jenuh tunggal, lemak tidak jenuh ganda, kolesterol serta asupan vitamin C dan E tidak berhubungan dengan kejadian obesitas.
Perlunya pembatasan asupan lemak total dan asupan lemak jenuh untuk menghindari risiko kesehatan kronis, peningkatkan asupan serat minimal 20 gram perhari dari konsumsi sayur dan buah serta peningkatkan aktifitas fisik dengan berolahraga. Konsumsi energi dan makanan yang mengandung karbohidrat dalam keseharian sebaiknya mengikuti anjuran kecukupan gizi karena hubungannya dengan obesitas.

Obesity has become a global public health epidemic over the last decade. It become public attention because its association with various condition of chronic diseases. This epidemic happened because of the rapid changing in public life style and behaviour at developing countries, such as the change of physical activity pattern, diet and the increasing of social economic status.
The aim of this study is to know the relationship between obesity with the Body Mass Index (BMI) measurement attributed to individual characteristic (age, level of education, employee status, and knowledge about nutrition and health) and individual behaviour (exercise habit, smoking habit and diet pattern) with usage of secondary data at worker onshore oil company at East Kalimantan in 2008.
The total target sample size was 378 participants from men worker onshore oil company. Univariate and bivariate analysis by using chi square test done by 378 men worker in oil company to collect data about their characteristic and behaviour, where food recall 24 hours method done to see about food intake of the participant.
Among those 26-56 years old men, about 49,5% participant were obesity (BMI_25 kg/m2) and 91,0% participant in high level of education. The proportion of staff worker (63,2%) is higher than non staff worker and most of them (61,4%) has good enough knowledge about nutrition and health. About 74,6% participant didn?t exercise regularly and 61,1% didn't smoke. Total fat and saturated fat intake in this study quiet high with each proportion are 81,5% and 87,0% with less dietary fibre (87,6%) and vitamin E intake (96,8%). Compared with Recommended Dietary Allowance (RDA), total energy intake, carbohydrate, protein, monounsaturated fats, polyunsaturated fats, cholesterol and vitamin C intake in enough intake.
In this study, obesity was associated with age, level of education, employee status, total energy intake, carbohydrate and dietary fibre. There is no significant relationship between obesity compared with exercise habit, smoking, protein intake, total fat, saturated fats, monounsaturated fats, polyunsaturated fats, cholesterol and intake of vitamin C and E.
The limitation of total fat intake and saturated fats in diet need to prevent the risk factor of chronic diseases. Increasing dietary fibre minimum 20 grams each day from consumption of vegetables and fruits, increasing physical activities with regular exercise maximizes the chances of having a normal weight. Total energy intake especially from food that containing carbohydrate in daily diet need to follow the recommendation because of the relationship with obesity."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9   >>