Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lisa Ambarsari
Abstrak :
Tesis ini didasari oleh pemikiran bahwa penyusunan tarif listrik saat ini belum sepenuhnya berdasarkan pada prinsip-prinsip tarif yang ekonomis, sehingga tarif tidak cost reflective. Dalam hat ini, Pemerintah perlu menentukan harga listrik yang memenuhi aspekaspek keekonomian agar Pelaku Usaha Listrik (PUL) dan konsumen dapat memperoleh keuntungan dan harga yang wajar. Selain itu juga menjamin kesinambungan penyediaan tenaga listrik, investasi pada sektor listrik, dan pertumbuhan perekonomian seeara luas. Tujuan tesis ini adalah menganalisis penentuan tarif pada tingkat keekonomiannya berdasarkan metode Revenue Requirement (RR) dan metode Long Run Marginal Cost (LRMC). Studi ini membahas: (1) perhitungan tarif listrik yang ekonomis pada sistem Jawa-Bali tahun 2002 dengan metode RR dan metode LRMC; (2) analisis sensitivitas tarif terhadap ROR pada metode RR dan terhadap unsur-unsur biaya pada metode LRMC; dan (3) disain tarif berdasarkan metode LRMC. Pembahasan tersebut Akan memberikan gambaran mengenai metode mana yang tepat untuk menentukan tarif yang ekonomis, terjangkau oleh masyarakat dan tetap menjamin kondisi sektor ketenagalistrikan yang sehat sehingga dapat dirumuskan kriteria tarif yang sesuai dengan prinsip dasar tarif yang ekonomis dan kebijakan harga energi yang tepat. Dengan menggunakan cara perhitungan tarif berdasarkan sistem akuntansi biaya pada metode RR dan sistem biaya marjinal pada metode LRMC dapat dianalisis accounting profit dan economic profit PUL. Berdasarkan hasil simulasi dan analisis, dapat dikemukakan bahwa metode LRMC dan metode RR dapat digunakan untuk menentukan tarif yang cost reflective namun penggunaan kedua metode ini harus disesuaikan dengan price regulation. Selain itu, ada beberapa kebijakan yang perlu diterapkan, yaitu: (1) PUL (regulated utility) menjamin bahwa fasilitas dan peralatan yang diperolehnya mendapatkan tingkat penggunaan yang tinggi agar menguntungkan investor dan konsumen; (2) PUL perlu menentukan RR minimum sebagai indikator tingkat pendapatan; (3) Perusahaan harus berkembang sejalan dengan perkembangan komunitas yang dilayaninya; (4) PUL harus mengikuti perkembangan teknologi agar dapat menurunkan biaya pelayanan serta memperbaiki kualitasnya sebagai public goodwill dan melindungi posisi monopolinya; (5) Investasi harus diberikan perhatian yang sangat cermat untuk menjamin arus modal yang tepat bagi keperluan ekspansi; (6) Pemerintah perlu menyadari bahwa PUL hams diperbolehkan untuk menghasilkan pengembalian yang dapat menjamin arus modal yang cukup; (7) Perlu dibentuk suatu komisi utilitas publik yang keanggotaannya terdiri dari masyarakat, PUL, dan pemerintah. Komisi ini bertugas melaksanakan fungsi pengelolaan dan pengendalian. Sedangkan, beberapa saran untuk pengembangan metode penerapan tarif listrik di masa mendatang, yaitu: (1) Pemerintah perlu mereview penerapan price regulation berdasarkan peak load pricing dan load management techniques agar dapat memberikan sinyal yang tepat kepada konsumen dan perusahaan dan (2) Sejalan dengan perkembangan saat ini perlu adanya perubahan paradigma dalam pasar ketenagalistrikan Indonesia yaitu, dapat mengaplikasikan sistem regional electricity market dengan penerapan unun farm tariff di beberapa wilayah Indonesia.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T20297
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wattimena, Bobby Agustiara Tamaela
Abstrak :
Perencanaan pengembangan kapasitas pernbangkitan tenaga listrik dalam suatu sistem ketenagalistrikan umumnya menggunakan pendekatan optimisasi dengan fungsi tujuan tunggal berupa minimisasi biaya total pembangkitan yang meliputi biaya investasi pembangkit baru, biaya operasi dan perawatan serta biaya bahan bakar. Pendekatan yang digunakan tersebut memiliki beberapa kelemahan antara lain bahwa perencanaan ketenagalistrikan pada umumnya menghadapi berbagai kriteria, dimana kriteria-kriteria tersebut saling bertolak belakang. Untuk mengetahui bagaimana interaksi kriteria-kriteria tersebut terhadap optimisasi yang dilakukan maka pendekatan yang dapat digunakan adalah optimisasi dengan menggunakan kriteria ganda. Melalui pendekatan ini berbagai kriteria akan diperhitungkan berdasarkan bobot prioritas yang diberikan oleh pengambil keputusan. Hasil optimisasi yang didapat merupakan solusi Pareto optimal, yaitu nilai optimal berdasarkan suatu kriteria belum tentu merupakan nilai optimal kriteria lainnya. Dengan kata lain terjadi suatu trade-off antara berbagai kriteria yang digunakan. Penelitian ini menggunakan metoda optimisasi dengan kriteria ganda untuk melihat trade-off antara kriteria minimisasi total biaya produksi dengan kriteria minimisasi biaya emisi gas CO2 dalam pengembangan kapasitas pembangkitan di sistem ketenagalistrikan Jawa-Madura-Bali (JAMALI). Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa total biaya pengembangan kapasitas ketenagalistrikan akan berubah sesuai dengan pemberian bobot kepada masing-masing kriteria yang digunakan. Pembobotan yang paling tinggi kepada kriteria minimisasi biaya emisi gas CO2 akan menyebabkan total biaya pembangkitan sistem mencapai US$ 242,6 juta, sedangkan pemberian bobot tertinggi kepada kriteria minimisasi biaya produksi akan menyebabkan total biaya sistem menjadi US$ 199 juta. Perbedaan yang cukup besar ini karena pembobotan pada kasus pertama akan menyebabkan terpilihnya teknologi pembangkitan yang ramah lingkungan namun memiliki biaya investasi yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan teknologi konvensional.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T20410
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Sopiana
Abstrak :
Energi yang digunakan oleh sektor transportasi di Indonesia hampir 90% merupakan energi yang bersumber dari fosil sehingga disebut fosil-oil yang merupakan sumber energi yang tidak dapat diperbaharui (un-renuable resources). Sampai pada batas waktu tertentu sumber energi (cadangan) bahan bakar transportasi jenis minyak ini akan habis, sehingga perlu adanya beberapa program atau langkah nyata yang harus diambil untuk menghemat penggunaan sumber energi minyak tersebut. Beberapa kebijakan pemerintah disektor transportasi yang telah dilaksanakan pasta kenaikan BBM tahun 2003 antara lain diversifikasi energi, konservasi energi, kebijakan insentif dan disinsentif, kebijakan standarisasi, dan kebyakan tarif. Straiegi dan langkah aksi yang harus segera dilakukan dari kebijakan tersebut adalah mengurangi jumlah permintaan BBM jenis premium dan solar dalam rangka penghemalan energi khusus untuk sektor transportasi karena salah salu dominasi jenis angkutan jalan dalam pemakaiaan energi cukup tlinggi. Konsumsi energi disektor transportasi sangat dipengaruhi oleh tingkat pergerakan dan aktivitas manusia dalam menunjang kegiatan ekonomi. Bentuk pergerakan tersebut pada akhirnya akan memberikan dampak terhadap jenis angkutan, konsumsi energi dan prasarana system transportasi.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T20387
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Walewangko, Een Novritha
Abstrak :
Tesis ini dimotivasi dengan adanya krisis energi , dimana penggunaan energi primer menjadi sangat panting untuk di atur pengolahan dan penggunaannya. Perencanaan dan pembangunan ketenagalistrikan menjadi bagian dari pengembangan kebijakan energi secara terpadu. Tenaga listrik sebagai salah satu energi sekunder yang sangat dibutuhkan masyarakat juga membutuhkan perencanaan guna mengambil kebijakan yang tepat dibidang ketenagalistrikan. Pertumbuhan kebuluhan akan listrik menjadi isu yang penting terutama mengenai penyediaan tenaga listrik yang cukup, berkualitas dan dapat dijangkau oleh masyarakat. Untuk itulah penelitian ini mengangkat permasalahan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan listrik serta bagaimana pengaruhnya sebelum dan setelah adanya krisis ekonomi akhir tahun 1997. Metodologi penelitian yang digunakan adalah uji regresi panel data pada 26 propinsi di Indonesia dalam kurun waktu tahun 1990 sampai 2001. Variabel terikat adalah permintaan listrik, sedangkan variabel bebasnya adalah pendapatan per kapita, harga jual listrik rata-rata, harga minyak tanah dan harga solar. Regresi panel data menggunakan model fixed effect yang dimodifikasi dengan melihat interaksi antara variabel bebasnya sebelum dan selama masa krisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan per kapita, harga listrik, harga solar dan harga minyak tanah mempunyai pengaruh yang signifiikan terhadap perrnintaan listrik pada tingkat kepercayaan 99 %, sedangkan interaksi antar variabel bebasnya signifikan pada tingkat kepercayaan 90 %. Baik sebelum dan selama masa krisis , harga minyak tanah dan harga solar mempunyai pengaruh positif ditandai dengan nilai cross elasticity of demand adalah 8,215 unluk minyak tanah dan 0,378 unluk solar. Harga listrik berpengaruh negatif terhadap permintaan listrik dengan nilai price elasticity of demand < O. Sedangkan pendapatan per kapita mempunyai pengaruh negatif pada 2 propinsi sebelum krisis dan menjadi 12 propinsi selama masa krisis. Saat ini kebijakan yang tepat di bidang ketenagalistrikan adalah kebijakan penghematan listrik, karena pertumbuhan permintaan listrik aktual yang terjadi sangat tajam dan telah berada dialas pola permintaan listrik yang dianjurkan dalam penelitian ini kecuali di propinsi Maluku, Papua dan Bengkulu.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T20394
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library