Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 30 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lismaniah
"Latar belakang: Darah merupakan suspensi elemen seluler yang terlarut di dalam plasma. Darah berfungsi untuk menyalurkan oksigen dan nutrisi ke seluruh sel tubuh serta mengangkut sisa metabolisme dari seluruh tubuh. Sifat aliran darah ketika melalui pembuluh darah merupakan faktor yang berperan penting dalam pengiriman oksigen dan perfusi jaringan. Pada kondisi stres akut terjadi berbagai reaksi yang mempengaruhi kelancaran aliran darah dalam pembuluh darah. Elektroakupunktur merupakan terapi tambahan dengan efek samping minimal yang dapat membantu meningkatkan kualitas aliran darah.
Metode: Penelitian ini menilai pengaruh elektroakupunktur di titik ST36 Zusanli bilateral terhadap kadar fibrinogen plasma dan nilai Laju Endap Darah (LED) tikus Wistar model restraint stress. Delapan belas tikus Wistar jantan dibagi secara acak ke dalam tiga kelompok, kelompok kontrol (n = 6), kelompok restraint stress (n = 6), dan kelompok elektroakupunktur (n = 6). Tindakan elektroakupunktur diberikan setelah dilakukan restraint stress selama 3 jam.
Hasil: Pemeriksaan kadar fibrinogen plasma dan nilai LED memberikan hasil yang signifikan pada perbedaan rerata kadar fibrinogen plasma (p=0,048, IK 95% 0,5-109,5) antara kelompok restraint stress dengan kelompok elektroakupunktur akan tetapi tidak didapatkan perbedaan rerata yang bermakna terhadap nilai LED antara ketiga kelompok.
Kesimpulan: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tindakan elektroakupunktur pada ST36 Zusanli dapat menurunkan kadar fibrinogen plasma dan walaupun tidak bermakna, elektroakupunktur juga menurunkan nilai LED tikus Wistar model restraint stress.

Background: Blood is a suspended cellular elements that dissolved in plasma. The blood served to transport oxygen and nutrients to all body cells and carried out the metabolic waste from the whole body. The nature of blood flow through vessels is a factor that plays an important role in oxygen delivery and tissue perfusion. In acute stress conditions, various reactions can occur and affect the blood flow in the vessels. Electroacupuncture is an additional therapy with minimal side effects that can improve the quality of blood flow.
Method: This study investigates the effect of electroacupuncture at ST36 Zusanli points bilateral on plasma fibrinogen and Erythrocyte Sedimentation Rates (ESR). Eighteen male Wistar rats were divided randomly into three groups, control group (n = 6), restraint stress group (n =6), and electroacupuncture group (n = 6). Electroacupuncture was carried out after three hours of restraint stress.
Result: The plasma fibrinogen level and the LED level showed significant result in the mean difference between the level of plasma fibrinogen level (p=0,048, CI 95% 0,5-109,5) between the restraint stress and control group but there is no significant difference in meant difference on ESR between all group.
Conclusion: The results of this study showed that the action of electroacupuncture on Zusanli ST36 can lower the levels of plasma fibrinogen and although meaningless, electroacupuncture also lowers the value of Wistar rats LED model restraint stress.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Darwin Harpin, examiner
"Sepsis merupakan suatu keadaan disfungsi organ yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh gangguan respon sistem imun pasien terhadap infeksi. Syok sepsis adalah suatu kondisi yang paling berkontribusi terhadap terjadinya gagal ginjal akut pada pasien kritis. Pada sepsis, terjadi produksi yang berlebihan dari sitokin - sitokin proinflamasi yang disebabkan oleh endotoksin bakteri dan suatu keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan mediator proinflamasi dan antiinflamasi. Elektroakupunktur diketahui dapat meregulasi sistem neuro endokrin imun melalui stimulasi nervus vagus dan saraf kolinergik yang mempunyai efek antiinflamasi, dengan efek samping minimal. Penelitian ini menilai pengaruh elektroakupunktur pada titik ST36 Zusanli bilateral terhadap kadar prokalsitonin dan fungsi ginjal melalui pemeriksaan ureum dan kreatinin. Dua puluh delapan tikus Wistar jantan dibagi secara acak kedalam empat kelompok, kelompok kontrol (n=7), kelompok sepsis (n=7), kelompok elektroakupunktur (n=7) dan kelompok elektroakupunktur sham (n=7). Tindakan elektroakupunktur diberikan 30 menit sebelum induksi bakteri hidup Eschericia coli ATCC 25922. Enam jam kemudian, dilakukan pemeriksaan kadar prokalsitonin, ureum dan kreatinin dengan memberikan hasil yang signifikan pada perbedaan rerata kadar ureum (p<0,001, CI 95% 57,1-76,6) dan kreatinin p=0,005, CI 95% 0,14-0,62) pada kelompok sepsis dengan kelompok elektroakupnktur dan ditemukan rerata kadar prokalsitonin yang lebih rendah pada kelompok elektroakupunktur (0,53 ± 0,11 ng/ml) dibandingkan dengan kelompok sepsis (0,69 ± 0,09 ng/ml). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tindakan elektroakupunktur pada ST36 Zusanli dapat mengurangi inflamasi dan mencegah kerusakan ginjal.

Sepsis is life threatening organ dysfunction caused by dysregulated host response to infection. Septic shock is the most common contributing factor to acute kidney injury in critically patients. It is considered that the pathogenesis is closely related to an excessive production of pro-inflammatory cytokines caused by bacterial endotoxins and an imbalance between pro-inflammatory and anti-inflammatory mediators. Electroacupuncture can regulate nerve endocrine immune system with less side effects. It is known that electroacupuncture stimulates the vagus nerve and regulate inflammatory responses through the cholinergic anti-inflammatory pathways. This study investigates the effect of electroacupuncture at ST36 Zusanli bilateral on plasma procalcitonin and renal function by measuring the plasma ureum and creatinine. Twenty eight male Wistar rats were divided randomly into four groups, control group (n=7), sepsis group (n=7), electroacupuncture group (n=7) and sham acupuncture group (n=7). Electroacupuncture was carried out once for 30 minutes before the administration of live bacteria Eschericia coli ATCC 25922 by intraperitoneal route. Six hours later after the bacteria administration was chosen as the study endpoint. The result shows there is a statiscally significant difference in mean different on ureum (p<0,001, CI 95% 57,1-76,6) and creatinine (p=0,005, CI 95% 0,14-0,62) between the sepsis and control group. The electroacupuncture group also shows decreased on plasma procalcitonin compared to the sepsis group (0,53 ± 0,11 ng/ml; 0,69 ± 0,09 ng/ml). These findings suggest electroacupuncture pretreatment at ST36 Zusanli attenuated the bacteria induced inflammatory response and mitigated acute kidney injury."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sebayang, Robby Gunawan
"ABSTRAK
Obesitas merupakan penurun kualitas hidup, menggangu emosi dan keuangan individu, keluarga dan sosial mereka. Subjek juga akan mengalami peninhgkatan resiko yang berkaitan dengan kondisi seperti penyakit jantung koroner, dibetes tipe II, stroke, osteoartritis dan kanker. Waist hip ratio (WHR), gambaran gula dan insulin dan skor kualitas hidup merupakan indeks yang sering digunakan dalam mengontrol obesitas. Modifikasi diet, intervensi gaya hidup, intervensi farmakologi dan pembedahan merupakan pilihan terapi obesitas, namun pilihan terapi yang aman dan efektif sangat diperlukan. Terapi akupunktur  secara signifikan dapat menurunkan indeks massa tubuh dengan mereduksi jaringan lemak viseral abdomen, yang mengarah ke regulasi metabolisme lemak. Laserpunktur  merupakan intervensi yang menstimulasi titik akupunktur tradisional mengguankan terapi laser. Dibandingkan dengan akupunktur manual, laserpunktur memiliki berbagai kelebihan seperti aplikasi yang mudah, dosis yang dapat tepat diukur , tidak  nyeri dan tidak invasif. Penelitian ini menilai efek kombinasi laserpunktur dan intervensi diet terhadap kadar gula darah puasa, insulin, waist hip ratio (WHR) dan skor kualitas hidup pasien obesitas. Tiga puluh delapan pasien dibagi secara acak menjadi dua kelompok, kelompok laserpunktur dan intervensi diet (n=19) dan kelompok laserpunktur sham dan intervensi diet (n=19). Kedua kelompok menerima intervensi diet dan sesi  laserpunktur yang sama, 3 kali/minggu selama 4 minggu. Pengukuran kadar gula darah puasa, insulin, waist hip ratio (WHR) dan skor kualitas hidup dilakukan sebelum dan sesudah sesi terapi. Hasil menunjukkan terdapat perbedaan bermakna pada waist hip ratio (WHR) (p=0,000, CI 95%) dan skor kualitas hidup (p=0,000, CI 95%) antara kelompok laserpunktur dan intervensi diet dengan kelompok laserpunktur sham dan intervensi diet. Kelompok laserpunktur dan intervensi diet juga menunjukkan adanya perbedaan bermakna pada kadar gula darah puasa  (p=0,000, CI 95%) dan insulin (p=0,000, CI 95%) sebelum dan sesudah sesi terapi.  Penemuan ini menunjukkan bahwa kombinasi laserpunktur dan intervensi diet memberikan efek yang baik terhadap kadar gula darah puasa, insulin, waist hip ratio (WHR) dan skor kualitas hidup pada pasien obesitas.
ABSTRAK

ABSTRACT
Obesity is a detriment to quality of life, places emotion and financial burden on the individual, their families, and society. Subjects also have an increased risk of associated conditions, such as coronary heart disease, type II diabetes, stroke, osteoarthritis, and cancers. Waist hip ratio (WHR), Glucose and insulin levels, and quality of life score are the indices commonly used for controlling obesity. Dietary modification, lifestyle interventions, pharmacological interventions, and surgery are treatment choices for obesity, but more safe and effective treatment options are needed. Acupuncture therapy significantly reduces body mass index by reducing the abdominal visceral adipose tissue content, which lead to regulating lipid and glucose metabolism. Laserpuncture is an intervention that stimulates traditional acupoints using laser therapy. Compared to manual acupuncture, laserpuncture has multiple advantages, including ease of application, dose measurement precision, painlessness, and noninvasiveness. This study investigates the effect of combined laserpuncture and diet intervention on fasting blood glucose levels, insulin levels,waist hip ratio (WHR), Quality of life score in obese patient. Thirty eight patients were divided randomly into two groups, laserpuncture with diet intervention group (n=19) and sham laserpuncture with diet intervention group (n=19). Both group received the same diet intervention and sessions of laserpuncture, 3 times/week for 4 weeks. Fasting blood glucose levels, insulin levels,waist hip ratio (WHR), Quality of life score were assessed before and after the treatment course. The result shows there is a statiscally significant difference on waist hip ratio (p=0,000, CI 95%) and quality of life score (p=0,000, CI 95%) between the laserpuncture with diet intervention group and sham laserpuncture with diet intervention group. The laserpuncture with diet intervention group also shows a statiscally significant difference on blood glucose levels (p=0,000, CI 95%) and insulin level (p=0,000, CI 95%) before and after treatment course. These findings suggest that combined laserpuncture and diet intervention has good effect on fasting blood glucose levels, insulin levels,waist hip ratio (WHR), Quality of life score in obese patient."
2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Carolin
"Obesitas merupakan penurun kualitas hidup, menggangu emosi dan keuangan individu, keluarga dan sosial mereka. Subjek juga akan mengalami peninhgkatan resiko yang berkaitan dengan kondisi seperti penyakit jantung koroner, dibetes tipe II, stroke, osteoartritis dan kanker. Indeks massa tubuh, gambaran lemak dan skor nafsu makan merupakan indeks yang sering digunakan dalam mengontrol obesitas. Modifikasi diet, intervensi gaya hidup, intervensi farmakologi dan pembedahan merupakan pilihan terapi obesitas, namun pilihan terapi yang aman dan efektif sangat diperlukan.
Terapi akupunktur secara signifikan dapat menurunkan indeks massa tubuh dengan mereduksi jaringan lemak viseral abdomen, yang mengarah ke regulasi metabolisme lemak. Laserpunktur merupakan intervensi yang menstimulasi titik akupunktur tradisional mengguankan terapi laser. Dibandingkan dengan akupunktur manual, laserpunktur memiliki berbagai kelebihan seperti aplikasi yang mudah, dosis yang dapat tepat diukur , tidak nyeri dan tidak invasif.
Penelitian ini menilai efek kombinasi laserpunktur dan intervensi diet terhadap kadar high density lipoprotein, trigliserida, indeks massa tubuh dan skor nafsu makan pasien obesitas. Tiga puluh delapan pasien dibagi secara acak menjadi dua kelompok, kelompok laserpunktur dan intervensi diet (n = 19) dan kelompok laserpunktur sham dan intervensi diet (n = 19). Kedua kelompok menerima intervensi diet dan sesi laserpunktur yang sama, 3 kali/minggu selama 4 minggu. Pengukuran kadar high density lipoprotein, trigliserida, indeks massa tubuh dan skor nafsu makan dilakukan sebelum dan sesudah sesi terapi.
Hasil menunjukkan terdapat perbedaan bermakna pada indeks massa tubuh (p=0,000, CI 95%) dan skor nafsu makan (p=0,000, CI 95%) antara kelompok laserpunktur dan intervensi diet dengan kelompok laserpunktur sham dan intervensi diet. Kelompok laserpunktur dan intervensi diet juga menunjukkan adanya perbedaan bermakna pada kadar high density lipoprotein (p=0,000, CI 95%) dan trigliserida (p=0,000, CI 95%) sebelum dan sesudah sesi terapi. Penemuan ini menunjukkan bahwa kombinasi laserpunktur dan intervensi diet memberikan efek yang baik terhadap kadar high density lipoprotein, trigliserida, indeks massa tubuh dan skor nafsu makan pada pasien obesitas.

Obesity is a detriment to quality of life, places emotion and financial burden on the individual, their families, and society. Subjects also have an increased risk of associated conditions, such as coronary heart disease, type II diabetes, stroke, osteoarthritis, and cancers. Body mass index, lipid profile, and appetite score are the indices commonly used for controlling obesity. Dietary modification, lifestyle interventions, pharmacological interventions, and surgery are treatment choices for obesity, but more safe and effective treatment options are needed.
Acupuncture therapy significantly reduces body mass index by reducing the abdominal visceral adipose tissue content, which lead to regulating lipid metabolism. Laserpuncture is an intervention that stimulates traditional acupoints using laser therapy. Compared to manual acupuncture, laserpuncture has multiple advantages, including ease of application, dose measurement precision, painlessness, and noninvasiveness.
This study investigates the effect of combined laserpuncture and diet intervention on high density lipoprotein level, trigliceride, body mass index, and appetite score in obese patient. Thirty eight patients were divided randomly into two groups, laserpuncture with diet intervention group (n = 19) and sham laserpuncture with diet intervention group (n =19). Both group received the same diet intervention and sessions of laserpuncture, 3 times/week for 4 weeks. Body mass index measurement, high density lipoprotein levels, trigliceride levels, and appetite score were assessed before and after the treatment course.
The result shows there is a statiscally significant difference on body mass index (p=0,000, CI 95%) and  appetite score (p=0,000, CI 95%) between the laserpuncture with diet intervention group and sham laserpuncture with diet intervention group. The laserpuncture with diet intervention group also shows a statiscally significant difference on high density lipoprotein level (p=0,000, CI 95%) and trigliceride level (p=0,000, CI 95%) before and after treatment course. These findings suggest that combined laserpuncture and diet intervention has good effect on high density lipoprotein level, trigliceride, body mass index, and appetite score in obese patient.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fifi Nusfita
"Adenocarsinoma Mammae adalah jenis kanker terbanyak pada wanita. Berbagai upaya telah dilakukan  untuk mengatasi, namun hasilnya belum maksimal. Harapan kedepan dalam mengatasi kanker terletak pada pemahaman patogenesis, dasar molekuler dan imunologis dari kanker. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan desain RCT pada mencit C3H model Adenocarsinoma Mammae. Dilakukan dengan menghitung luas permukaan nekrosis jaringan tumor tingkat seluler paska tindakan Elektroakupunktur (EA) menggunakan program Image-J. Diharapkan hasil dari penelitian dapat menjadi dasar pengetahuan biomolekuler peran akupunktur dalam terapi  kanker. Terdapat peningkatan nyata luas permukaan nekrosis jaringan tumor pasca tindakan antara kelompok kontrol dengan EA-1 x (1,08%); antara kontrol dengan EA-2x (41,06%0) dan antara kelompok kontrol dengan EA-3x (58,92%). Namun perhitungan statistik tidak memperlihatkan hasil yang signifikan (p=0.258). Kesimpulan: Elektroakupunktur pada titik-titik ST36, BL18 dan BL20 menyebabkan peningkatan luas permukaan nekrosis, namun perhitungan statistik belum bermakna. Kemungkinan dibutuhkan jumlah tindakan EA lebih banyak dan waktu lebih lama untuk bermakna secara statistik, mengingat tindakan EA pada penelitian ini hanya dilakukan tiga kali dalam waktu 21 hari.

Adenocarsinoma Mammae is a cancer type that occurs most on women. Numerous attempts have been done to overcome the cancer, but the results have not yet been at saticfactory level. Expectations ahead in overcoming the cancer lies in understanding the pathogenesis, molecular and immunological basis of cancer. This study is an experimental research with RCT design on mice C3H models with adenocarsinoma mammae. Done by calculating the necrosis surface area of tumor tissues on cell level of post-action electroacupuncture (EA) using Image-J program. Expected results of the research could be basic knowledge of biomolecular on the role of acupuncture in cancer treatment. There are noticeable increases in the necrosis surface area of tumor tissue post-action between the control group and EA-1 x (1.08%); and EA-2x (41.06% 0); and EA3x (58.92%). However, the calculations showed no statistically significant results (p= 0258). Conclusion: electroacupuncture at points ST36, BL18 and BL20 causes an increase in the surface area of necrosis, but the statistical calculation is not meaningful. EA may be required more actions and takes longer to reach statistical significance, considering the EA action in this research is only done three times within 21 days."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hety
"Glaukoma umumnya memiliki karakteristik neuropati optik yang terkait dengan hilangnya fungsi penglihatan. Glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua dengan prevalensi sebesar 0,46 %. Terapi glaukoma saat ini ditujukan untuk menurunkan tekanan intraokular (TIO). Namun efek samping obat dan hasil terapi yang suboptimal merupakan permasalahan yang menantang. Akupunktur diharapkan dapat menjadi salah satu pilihan terapi ataupun terapi penunjang untuk glaukoma.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek elektroakupunktur (EA) dalam menurunkan TIO dan intensitas nyeri pasien glaukoma absolut atau glaukoma kronik lanjut yang belum atau telah mendapat terapi standar namun TIO masih tinggi.
Desain penelitian yang digunakan adalah uji klinis sebelum dan sesudah intervensi. Penelitian ini melibatkan 14 pasien glaukoma absolut atau glaukoma kronik lanjut. TIO dan skor Visual Analog Scale (VAS) nyeri dinilai sebelum dan sesudah 1 kali terapi EA.
Hasil penelitian menunjukkan TIO satu jam setelah EA menurun sebesar 6,14 ± 1,90 mmHg dibanding sebelum EA (p <0,05). TIO tiga jam setelah EA menurun sebesar 7,43 ± 1,98 mmHg dibanding sebelum EA (p <0,05). Skor VAS sebelum EA 5.56 ± 1.01 turun menjadi 1.33 ± 1.50 setelah EA (p <0,05).
Kesimpulan penelitian ini bahwa EA mempunyai efek menurunkan TIO dan skor VAS secara signifikan.

Glaucoma generally has characteristic of optic neuropathy associated with loss of visual function. Glaucoma is the second leading cause of blindness with a prevalence of 0.46%. Current glaucoma therapies aimed at lowering the intraocular pressure (IOP). However, the side effects relating to drugs and suboptimal therapeutic outcome remain as challenging problems. Acupuncture is expected to become one of alternative or adjunctive therapies in glaucoma.
This study aimed to determine the effect of electroacupuncture (EA) in lowering IOP and pain intensity among patients with absolute glaucoma or advanced chronic glaucoma who have not or have received standard therapy but still have elevated IOP.
This study used before and after intervention trial design. This study involved fourteen patients with absolute or advanced chronic glaucoma. IOP and the Visual Analog Scale (VAS) score were evaluated before and after the single EA therapy.
The results of this study showed that IOP at one hour after EA decreased by 6.14 ± 1.90 mmHg compared to before EA (p <0.05). IOP at three hours after EA decreased by 7.43 ± 1.98 mmHg compared to before EA (p <0.05). VAS score before EA was 5.56 ± 1.01 and decreased to 1.33 ± 1.50 after EA (p <0.05).
It can be concluded that electroacupuncture had effect in lowering IOP and VAS score significantly.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nyimas Rodiah
"Umumnya penelitian akupunktur pada hipertensi menggunakan kombinasi akupunktur tubuh dan telinga yang dibandingkan dengan obat atau plasebopunktur dan belum ada yang membandingkan efektivitas antara akupunktur tubuh dengan akupunktur telinga. Selain itu di Indonesia belum ada yang meneliti efek akupunktur terhadap kadar nitrit oksida (NO) serum pada penderita hipertensi esensial.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan efek antara akupunktur telinga dengan akupunktur tubuh terhadap tekanan darah (TD) serta apakah penusukan titik akupunktur tubuh dan akupunktur telinga memiliki efek meningkatkan kadar NO serum pada penderita hipertensi esensial.
Metode penelitian yang digunakan adalah uji klinis acak terkontrol. Penelitian dilakukan pada 32 pasien hipertensi esensial yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok A (akupunktur telinga) dan kelompok B (akupunktur tubuh).
Hasil menunjukkan rerata penurunan TD sistolik dan diastolik serta kadar NO serum antara kedua kelompok tidak berbeda bermakna (p=0.916; p=0.592; p=0.576). Dengan demikian akupunktur telinga dan akupunktur tubuh memiliki efek yang sebanding dalam menurunkan TD pada pasien hipertensi esensial meskipun hal tersebut tidak diikuti dengan peningkatan kadar NO serum.

Generally the study of acupuncture on hypertension using a combination of the body and ear acupuncture compared with medication or placebopuncture. The study comparing of efficacy body acupuncture with ear acupuncture not performed yet. In Indonesia no one has studied the effects of acupuncture on levels of nitric oxide (NO) serum in patients with essential hypertension.
This study aims to determine the comparative effects of ear acupuncture with body acupuncture on blood pressure (BP) thus whether the insertion of the acupuncture points of the body acupuncture and ear acupuncture has the effect of increasing levels of serum NO in patients with essential hypertension.
On this study used randomized clinical trial method. The research was conducted on 32 patients with essential hypertension and divided into two groups which are group A (ear acupuncture) and group B (body acupuncture).
From the results show that there were no significant differences between the ear acupuncture with body acupuncture on reducing systolic and diastolic BP and serum NO levels (p=0.916; p=0.592; p=0.576). Thus ear acupuncture and body acupuncture have the same effect in lowering blood pressure in patients with essential hypertension although this effect was not accompanied by increased levels of serum NO.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T58488
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edi Suhaimi
"Latar Belakang dan Tujuan: Rigid Cystoscopy merupakan pemeriksaan menggunakan cystoscope yang rigid untuk mengetahui kelainan pada kandung kemih. Kelainan yang dapat dinilai dari pemeriksaan ini adalah tumor, batu, hematuria dan inflamasi kandung kemih. Dapat juga digunakan untuk pemasangan kateter ureter dan pengangkatan double J. Dengan hanya menggunakan anestetik lokal xylocaine jelly 2% saja pada prosedur ini sebagian penderita masih belum dapat mentoleransi nyeri. Sementara elektroakupunktur (EA) telah terbukti dapat mengurangi nyeri pada beberapa tindakan/operasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek EA dikombinasi dengan xylocaine jelly 2% terhadap nyeri pada prosedur rigid cystoscopy pasien laki-laki.
Metode: Uji klinis dilakukan sebelum dan setelah intervensi. Tujuh belas pasien laki-laki yang akan menjalani prosedur rigid cystoscopy dan memenuhi kriteria insklusi dilibatkan dalam studi ini. Perlakuan menggunakan EA tubuh dan telinga selama 20 menit, kemudian ditambahkan xylocaine jelly 2% 10 ml selama 10 menit sebelum prosedur dimulai. Penilaian dilakukan dengan NAS terutama pada sebelum, selama dan setelah prosedur selesai.
Hasil: Rerata NAS sebelum prosedur 1,06±1,09; selama prosedur 2,0±1,17; dan setelah prosedur 0,76±1,20. Terdapat perbedaan bermakna antara NAS sebelum vs selama prosedur dan NAS selama vs setelah prosedur, p<0,01; tidak ada perbedaan bermakna antara NAS sebelum vs setelah prosedur, p>0,05. Tidak didapatkan kriteria buruk (gagal) atau nilai NAS >4, serta efek samping pada sebelum, selama dan setelah prosedur.
Kesimpulan: EA tubuh dan telinga kombinasi dengan xylocaine jelly 2% mempunyai efek mengurangi nyeri yang dapat ditoleransi penderita pada prosedur rigid cystoscopy laki-laki.

Background and Objective: Rigid cystoscopy is an examination using a rigid cystoscope to determine bladder abnormalities. Abnormalities which can be it from this examination were tumor, stones, hematuria and bladder inflamation. It can also be used for the installation and removal of the ureteral double J catheter. Some patients still can not tolerate the pain if this procedure only used local anesthetic xylocaine jelly 2%. While electroacupuncture (EA) has been proven to reduce pain in some action/operations. This study aim to determine effect of EA combination with xylocaine jelly 2% on pain in rigid cystoscopy procedure in men patients.
Methods: Clinical trial performed before and after intervention. Seventeen male patients that will undergo rigid cystoscopy procedure and fulfill inclusion criteria were included in this study. The treatment using body and ears EA for 20 minutes, then added xylocaine jelly 2% 10 ml for 10 minutes before procedure begin. Assesment carried with NAS espesially before, during and after procedure.
Results: The means NAS before procedure was 1,06±1,09; during procedure 2,0±1,17; and after procedure 0,76±1,20. There are significant differences between NAS before vs during procedure and during vs after procedure, p<0,01; there is no significant difference between NAS before vs after procedure, p>0,05. Not bad criterion (fail) or the value of NAS >4 and side effect before, during and after the procedure.
Conclusions: Body and ears EA combination with xylocaine jelly 2% have effect reducing pain that can be tolerated by the patients on the rigid cystoscopy procedur in men.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sherlly Surijadi
"Ansietas adalah sensasi ketakutan disertai gejala otonom. Prevalensi di Indonesia 6-7%, menyebabkan hendaya sosial-pekerjaan. Psikoterapi dan medikamentosa bertujuan mengembalikan keseimbangan neurotransmiter, namun memiliki kendala akses dan efek samping, sehingga pasien sering mencari terapi lain. Akupunktur diharapkan menjadi salah satu terapi. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh elektroakupunktur terhadap kadar serotonin darah dan tingkat ansietas pasien dengan gejala ansietas, sebelum dan sesudah terapi. Desain uji klinis terandomisasi, jumlah sampel 38 responden dengan skor HARS 14-27, dibagi menjadi kelompok terapi=19, kontrol=19.
Hasil: skor HARS kelompok terapi menurun 14±3,62 (p<0,001) dengan keberhasilan 100%, lebih besar bermakna dibanding kontrol yang menurun 1,31±1,49 (p=0,001) dengan keberhasilan 63%; kadar serotonin darah sebelum dan sesudah terapi berbeda bermakna, pada kelompok terapi 47(-68)-(124) (p=0,005) dengan keberhasilan 100%, sedangkan kontrol 49(-92)-(252) (p=0,025) dengan keberhasilan 93%, tapi tidak berbeda bermakna antar kelompok (p=0,804).

Anxiety is a fear sensation, accompanied by autonomic symptoms. Indonesia prevalence 6-7%, causing social-occupational impairment. Psychotherapy and pharmacological restore neurotransmitters balances, but have access dan side effect constraints, resulting patients looking for other therapies. Acupuncture expected to be one of the therapy. The study determine electroacupuncture effect on blood serotonin levels and levels of anxiety in patients with anxiety symptoms before-after therapy. Randomized clinical trials design, sample size 38 respondens with HARS scores 14-27, divided into treatment=19, control=19.
Results: HARS scores decrease in the treatment group 14±3.62 (p<0.001) with success rate 100%, are significantly greater than control 1.31±1.49 (p=0.001) with success rate 63%; blood serotonin levels significantly different between before and after therapy, treatment group 47(-68)-(124) (p=0.005) with success rate 100%, control 49(-92)-(252)(p=0.025) with success rate 93%, not significantly different compared between group (p=0.804).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Sari Mujahid
"Kejadian mual dan muntah pada prosedur anestesia spinal untuk sectio caesaria berkisar dari 28%-63% dan tetap tinggi meskipun telah diperkenalkan obat antiemetik baru. Penatalaksanaan untuk mual muntah saat ini meliputi terapi farmakologis dan nonfarmakologis. Terapi nonfarmakologis yang dimaksud salah satunya adalah akupunktur. Akupunktur diharapkan dapat menjadi salah satu pilihan terapi ataupun terapi penunjang untuk tatalaksana mual muntah intra dan pascaoperasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek elektroakupunktur (EA), akupresur dan ondansetron dalam menurunkan insiden mual muntah intra dan pascaoperasi. Desain penelitian yang digunakan adalah uji klinis acak terkontrol. Penelitian ini melibatkan 36 pasien yang dilakukan sectio caesaria dengan anestesi spinal.
Hasil penelitian menunjukkan terjadinya penurunan insiden mual yang bermakna pada kelompok perlakuan bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (p=0,02). Insiden muntah pada kelompok perlakuan juga mengalami penurunan bila dibandingkan dengan kelompok kontrol, namun penurunan ini tidak bermakna (p=0,089). Kesimpulan penelitian ini bahwa EA, akupresur dan ondansetron mempunyai efek menurunkan insiden mual secara signifikan bila dibandingkan dengan pemberian ondansetron saja, namun tidak terdapat perbedaan bermakna pada insiden muntah.

Incidence of nausea and vomit in spinal anesthesia procedures for sectio caesaria ranging from 28% -63% and remain high even though it has introduced a new antiemetic drug. Treatment for nausea and vomit currently include pharmacological and non-pharmacological therapies. One of nonpharmacologic therapy is acupuncture. Acupuncture is expected to be one of therapeutic option or adjunctive therapy for the treatment intra and postoperative nausea and vomit.
This study aimed to determine the effect of electroacupuncture (EA), acupressure and ondansetron in reducing the incidence of intra and postoperative nausea and vomit. Design of this study is a randomized controlled clinical trial. This study included 36 patients who performed under spinal anesthesia sectio Caesarea.
The results showed a significant decrease in the incidence of nausea in the treatment group when compared with the control group (p = 0.02). The incidence of vomiting in the treatment group also decreased when compared with the control group, but this decrease was not significant (p = 0.089). The conclusion of this study that EA, acupressure and ondansetron were significantly reduced the incidence of nausea when compared with administration of ondansetron alone, but there was no significant difference in the incidence of vomiting.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>