Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2372 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Panuti Hadimurti Mohammad Sudjiman
Abstrak :
Sources for the study of Malay royal customs There are various works which include reference to Malay royal customs. These include Raffles' MS No. 18 of the so-called Sejarah Melayu.l According to Chapter VI of this text, Sultan Iskandar Syah--founder of Malaka--was the initiator of a system of court ceremonial; he instituted the appointment of four ministers to sit in the audience hall for consultation. He also appointed forty heralds to pass on orders given by the king. The heralds were to stand on either side of the steps leading to the throne. Furthermore, sons of good descent were recruited as pages, to bear the king's belongincf6.2 When Iskandar.Syah died, he was succeeded 'by his son Raja Kecil Besar who was styled Sultan Megat.Radin Tengah, later in the text always called Raja Tengah, succeeded his father Sultan Megat as sultan of Malaka. He became a Muslim and was styled Sultan Muhammad Syah. The Bendahara and all the people of Malaka were also converted. Sultan Muhammad Syah was said to be the first Muslim ruler of Malaka and the first to introduce regulations on taboos and obligations for commoners regarding the Malaka court.3 Abdullah's edition of the Sejarah Melayu has a slightly different version of the course of events : in its Chapter XI not Iskandar Syah the founder of Malaka but his son and
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1979
RB 30 P 34 a
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Krisnamurti
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 1979
S-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Sungguh berlimpah-limpah naskah lama warisan nenek moyang kita, baik yang tersimpan di perpustakaan-perpustakaan di dalam atau di luar negeri maupun yang tersebar dan tersimpan di daerah - daerah di wilayah Indonesia. Harta pusaka yang berwujud karya tulis sebagai hasil pemikiran bangsa kita itu di dalamnya terkandung gambaran, kendatipun mungkin tidak lengkap dan tidak pula menyeluruh, mengenai kebudayaan pada masa mereka hidup. Dalam cakupannya dengan pembangunan, pembangunan nonfisik, nasional kita sudah barang tentu tak mungkin karya-karya tulis tersebut kita kesampingkan begitu Baja. Kita menyadari sepenuhnya bahwa betapa pentingnya warisan budaya bangsa kita yang tersimpan dalam naskah lama sebab "naskah-naskah itu merupakan sumber pengetahuan yang dapat membantu kita dalam usaha mempelajari, mengetahui, mengerti, dan kemudian menyajikan sejarah perkembangan kebudayaan bangsa, kita". Namun, sumber-sumber yang tak ternilai harganya ini memerlukan penggarapan terlebih dahulu yang dilakukan oleh tangan-tangan yang cukup ahli, para ahli filologi, agar dapat dibaca dan dimengerti dengan mudah oleh generasi kita. Penggarapan naskah melalui berbagai proses, Sebagai langkah pertama ialah penulisan kembali atau pemindahan ke dalam huruf Latin, suatu proses yang disebut transkripsi atau transliterasi, sebab naskah-naskah itu, kecuali sebagian dari naskah-naskah lama yang lebih mudah ditulis dengan tulisan daerah, bukan ditulis dengan huruf Latin. Langkah selanjutnya, apabila naskah itu bukan naskah tunggal ialah proses komparasi, membandingkan berbagai salinan dari naskah yang sama. Hasil komparasi ini merupakan landasan pertimbangan bagi penyajian teks yang bersih dari kesalahan, baik kesalahan redaksional maupun kesalahan isinya. Merekonstruksikan atau menghasilkan sebuah teks yang paling mendekasi aslinya, 'constitutio textus', merupakan garapan utama karena pada umumnya naskah aslinya, autograf, sudah tidak ada lagi.

Naskah lama yang lebih muda usianya, yang ditulis pada dua kurun waktu, kurun Masehi XVIII-XIX, antara lain naskah-naskah yang berasal dari dan bertalian dengan Priangan (Jawa Barat) nampaknya belum pernah mendapat jamahan tangan-tangan peneliti profesional. Naskah "Sejarah SUkapura", misalnya termasuk salah satu naskah yang lahir pada kurun waktu tersebut, tepatnya lahir pada akhir abad ke XIX (1886) sebagai hasil karya seorang wedana pensiun, Raden Kartinagara alias Haji Abdullah Saleh.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1979
D1600
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Ngurah Bagus
Abstrak :
ABSTRAK
Sejarah dan Tema Penelitian. Untuk memberi gambaran yang lebih lengkap tentang tema tesis ini terlebih dahulu akan kami uraikan secara singkat mengenai sejarah lahirnya penelitian ini. Fase permulaan penelitian ini hanyalah terbatas pada penelitian ilmu bahasa yang hendak mengetahui tentang sistem hentuk hormat dalam bahasa Bali, yang dikerjakan tatkala kami mendapat kesempatan belajar pada Fakultas Sastra, Universitas Leiden dari tahun 1971 - 1973. Ide tersebut timbul, setelah kami mendengar ceramah J.L. Swell_crebel yang mengetengahkan beberapa segi dalam bahasa kali yang patut diteliti menurut sarjana itu ada dua hal yang sepatutnya mendapat.pencatian lebih lanjut, yaitu per_tama dialek-dialek dan kedua sistem hentuk hormat yang strukturnya belum jelas benar diketahui oleh para sarjana (Swellengrebel, 1971: hlm. 7). Adanya kenyataan ini tentu akibat dari kurangnya penelitian orang terhadap bahasa Bali dan situasi yang demikian itu sangat tepat dikatakan oleh E.M. Uhlenbeck (1967: hlm. 872) sebagai berikut:

ABSTRACT
It is particularly surprising that so little attention has been paid to Balinese, the language of an internationally so videly known culture.
1979
D1608
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simatupang, Maurits Dakhtar Soaloon
Abstrak :
Jika hendak memerikan tata bahasa Indonesia, pekerjaan kita tidak akan lengkap jika kita tidak membicarakan proses reduplikasi sebagai pembentuk kata dalam bahasa itu. Bahkan bahasa apa pun yang menjadi obyek penelitian kita, jika bahasa itu termasuk rumpun Austronesia, penelitian kita tidak akan lengkap tanpa membicarakan reduplikasi. Tampaknya hal ini berlaku juga bagi beberapa bahasa lain di luar rumun ini, karena dalam bahasa-bahasa itu pun terdapat bentuk-bentuk yang dapat juga digolongkan dalam reduplikasi. Menurut Gonda (1939) reduplikasi terdapat juga dalam bahasa seperti Jarman, Belanda, Inggris, dan Marathi, terutama dalam bahasa sehari-hari. Dalam bahasa Inggris, Marchand (1969) mencatat contoh-contoh reduplikasi yang disebutnya ""ablaut combinations"", misalnya: bibble-babble, chitchat, dilly-dally, dsb.Walaupun pemakaian reduplikasi dalam bahasa Indonesia (bI) sebagai salah satu anggota rumpun Austronesia sangat luas dan jenisnya beranekaragam, dapat dikatakan bahwa penelitian mengenai 'reduplikasi yang pernah dilakukan belum tuntas. Reduplikasi biasanya dibicarakan sebagai bagian kecil dari pembicaraan tentang morfologi bI, dan setiap buku tata bahasa Indonesia tentunya akan membicarakannya. Sebagai Salah aatu usaha melengkapi deskripsi tata bahasa Indonesia, tulisan ini akan mencoba memberikan deskripsi reduplikasi dalam bahasa itu guna melihat jenis-jenisnya berdasarkan bentuk, fungsi dan arti yang dapat dihubungkan dengan bentuknya. Karena dalam penelitian-penelitian terdahulu apa yang disebut reduplikasi semantis kurang mendapat perhatian, maka jenis reduplikasi ini pun akan dicoba untuk memerikannya lebih lanjut. Selanjutnya, reduplikasi yang "terikat-konteks" akan diperiksa pula, karena jenis reduplikasi ini pun kurang mendapat perhatian. 1.1 Penelitian-Penelitian Terdahulu Sejak Kern (1886) dan Brandstetter (1916) mengadakan penelitian tentang akar kata dalam bahasa-bahasa Nusantara, sebenarnya penelitian reduplikasi da1am`b1, atau setidak-tidaknya dalam bahasa Melayu (bM), secara implisit telah dimulai. (Menganai ini akan dilanjutkan di bawah ini). Dalam Salah satu penelitiannya tentang struktur kata dalam bahasa-bahasa Indonesia, Gonda (1959) juga telah menyinggung reduplikasi. Antara lain dia menduga bahwa kata-kata seperti tetan, tetas, dan sesak merupakan hasil reduplikasi. Hasil penelitian Gonda ini bersama-sama dengan hasil penelitian Kern dan Brandstetter sangat berguna dalam penelitian reduplikasi secara diakronis dalam bI. Penelitian Bijleveld (1945) tentang pengulangan dalam bM, bahasa Jawa (bJ) dan bahasa Sunda (bS) menunjukkan bahwa reduplikasi tidak hanya terbatas pada kata tetapi juga mencakup kalimat dan bagian kalimat (reduplikasi sintaksis). Dalam penelitian ini Bijleveld mencoba menerangkan motif timbulnya pengulangan dalam ketiga bahasa itu dengan menghubungkannya dengan cara berpikir dan cita-rasa pemakai bahasa-bahasa tersebut. Hasil penelitian Bijleveld ini berguna bagi usaha untuk menghubungkan arti dengan bentuk-bentuk reduplikasi. Namun, reduplikasi sebagai proses morfemis kurang mendapat nerhatian seperti ternyata dari tidak adanya penjenis-an yang terperinei dari bentuk, fungsi, dan arti reduplikasi Beberapa pikiran yang cukup menarik yang dikemukakan oleh Bijleveld untuk menerangkah munculnya pengulangan dalam ketiga bahasa itu a.1. ialan adanya keinginan untuk menyatakan perasaan yang bergelora secara lebih kongkret; Kecenderungan untuk menyatakan pikiran secara lebih hemat; eerita tidax dapat diselesaikan secara linea feota, karena tidak adanya kemungxinan lain, karena tidak adanya konstruksi-konstruksi yang kompleks dan kompak; keinginan untuk menimbulkan efek-efek estetis melalui permainan bunyi; tidak terdapatnya kata-Kata untuk menyatakan pengertian kolektif dan umum. Semuanya ini dapat dipulangkan pada cara berpikir "primitif" yang a.l. mencakup "... een gevoel voor nerhaling, een heehten aan het gelijke, het ongedifferentieerde, net schematische, zooals dit zich in de natuur onenbaart" (hal. 10).
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1979
D1130
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulastin Sutrisno
Abstrak :
MAKSUD DAN TUJUAN KAJIAN STRUKTUR DAN FUNGSI HIKAYAT HANG TUAH Hikayat Hang Tuah adalah karya sastra Melayu klasik yang paling panjang (500 halaman) dan sangat terkenal. Dalam bunga rampai sastra Melayu lama selalu terdapat nukilan hikayat 111i sebagai contoh cerita lama. Dari kenyataan tersebut dan dari banyaknya salinan naskah (tidak kurang dart dua puluh buah) yang tersimpan di berbagai perpustakaan di dunia tampak, bahwa cerita ini sangat digemari oleh rakyat. Hingga sekurang pun cerita klasik ini masih dihargai sebagai seni rakyat yang patut dibanggakan, terbukti antara lain dart diangkatnya suatu babak kepahlawanan dalam hikayat ini ("Hang Jebat Mendurhaka") sabagai sandiwara radio dan pendratari di televisi; dari pertunjukan film berwarna "Hang Tuah"; dari nama "Hang Tuah" yang pernah diberikan kepada kapal perang pertama Republik Indonesia sebagai lambang kejayaan agar kapal tersebut selalu mencapai kemenangan di laut seperti Hang Tuan selama is menjadi Laksamana; dari nama Hang Tuah dan kawan-kawannya yang dipakai sebagai nama jalan seperti halnya nama pahlawan-pahlawan yang lain; dari nama keris di istana Perak yang disebut...
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1979
D1615
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emuch Hermansoemantri
Abstrak :
Sungguh berlimpah-limpah naskah lama warisan nenek moyang kita, baik yang tersimpan di perpustakaan-perpustakaan di dalam atau di luar negeri maupun yang tersebar dan tersimpan di daerah - daerah di wilayah Indonesia. Harta pusaka yang berwujud karya tulis sebagai hasil pemikiran bangsa kita itu di dalamnya terkandung gambaran, kendatipun mungkin tidak lengkap dan tidak pula menyeluruh, mengenai kebudayaan pada masa mereka hidup. Dalam cakupannya dengan pembangunan, pembangunan nonfisik, nasional kita sudah barang tentu tak mungkin karya-karya tulis tersebut kita kesampingkan begitu Baja. Kita menyadari sepenuhnya bahwa betapa pentingnya warisan budaya bangsa kita yang tersimpan dalam naskah lama sebab "naskah-naskah itu merupakan sumber pengetahuan yang dapat membantu kita dalam usaha mempelajari, mengetahui, mengerti, dan kemudian menyajikan sejarah perkembangan kebudayaan bangsa, kita". Namun, sumber-sumber yang tak ternilai harganya ini memerlukan penggarapan terlebih dahulu yang dilakukan oleh tangan-tangan yang cukup ahli, para ahli filologi, agar dapat dibaca dan dimengerti dengan mudah oleh generasi kita. Penggarapan naskah melalui berbagai proses, Sebagai langkah pertama ialah penulisan kembali atau pemindahan ke dalam huruf Latin, suatu proses yang disebut transkripsi atau transliterasi, sebab naskah-naskah itu, kecuali sebagian dari naskah-naskah lama yang lebih mudah ditulis dengan tulisan daerah, bukan ditulis dengan huruf Latin. Langkah selanjutnya, apabila naskah itu bukan naskah tunggal ialah proses komparasi, membandingkan berbagai salinan dari naskah yang sama. Hasil komparasi ini merupakan landasan pertimbangan bagi penyajian teks yang bersih dari kesalahan, baik kesalahan redaksional maupun kesalahan isinya. Merekonstruksikan atau menghasilkan sebuah teks yang paling mendekasi aslinya, 'constitutio textus', merupakan garapan utama karena pada umumnya naskah aslinya, autograf, sudah tidak ada lagi. Naskah lama yang lebih muda usianya, yang ditulis pada dua kurun waktu, kurun Masehi XVIII-XIX, antara lain naskah-naskah yang berasal dari dan bertalian dengan Priangan (Jawa Barat) nampaknya belum pernah mendapat jamahan tangan-tangan peneliti profesional. Naskah "Sejarah SUkapura", misalnya termasuk salah satu naskah yang lahir pada kurun waktu tersebut, tepatnya lahir pada akhir abad ke XIX (1886) sebagai hasil karya seorang wedana pensiun, Raden Kartinagara alias Haji Abdullah Saleh.
Depok: Universitas Indonesia, 1979
D1050
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Zainal Abidin Farid
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1979
D1067
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emuch Hermansoemantri
Abstrak :
ABSTRAK
Sungguh berlimpah-limpah naskah lama warisan nenek moyang kita, baik yang tersimpan di perpustakaan-perpustakaan di dalam atau di luar negeri maupun yang tersebar dan tersimpan di daerah - daerah di wilayah Indonesia. Harta pusaka yang berwujud karya tulis sebagai hasil pemikiran bangsa kita itu di dalamnya terkandung gambaran, kendatipun mungkin tidak lengkap dan tidak pula menyeluruh, mengenai kebudayaan pada masa mereka hidup. Dalam cakupannya dengan pembangunan, pembangunan nonfisik, nasional kita sudah barang tentu tak mungkin karya-karya tulis tersebut kita kesampingkan begitu Baja. Kita menyadari sepenuhnya bahwa betapa pentingnya warisan budaya bangsa kita yang tersimpan dalam naskah lama sebab "naskah-naskah itu merupakan sumber pengetahuan yang dapat membantu kita dalam usaha mempelajari, mengetahui, mengerti, dan kemudian menyajikan sejarah perkembangan kebudayaan bangsa, kita". Namun, sumber-sumber yang tak ternilai harganya ini memerlukan penggarapan terlebih dahulu yang dilakukan oleh tangan-tangan yang cukup ahli, para ahli filologi, agar dapat dibaca dan dimengerti dengan mudah oleh generasi kita. Penggarapan naskah melalui berbagai proses, Sebagai langkah pertama ialah penulisan kembali atau pemindahan ke dalam huruf Latin, suatu proses yang disebut transkripsi atau transliterasi, sebab naskah-naskah itu, kecuali sebagian dari naskah-naskah lama yang lebih mudah ditulis dengan tulisan daerah, bukan ditulis dengan huruf Latin. Langkah selanjutnya, apabila naskah itu bukan naskah tunggal ialah proses komparasi, membandingkan berbagai salinan dari naskah yang sama. Hasil komparasi ini merupakan landasan pertimbangan bagi penyajian teks yang bersih dari kesalahan, baik kesalahan redaksional maupun kesalahan isinya. Merekonstruksikan atau menghasilkan sebuah teks yang paling mendekasi aslinya, 'constitutio textus', merupakan garapan utama karena pada umumnya naskah aslinya, autograf, sudah tidak ada lagi.

Naskah lama yang lebih muda usianya, yang ditulis pada dua kurun waktu, kurun Masehi XVIII-XIX, antara lain naskah-naskah yang berasal dari dan bertalian dengan Priangan (Jawa Barat) nampaknya belum pernah mendapat jamahan tangan-tangan peneliti profesional. Naskah "Sejarah SUkapura", misalnya termasuk salah satu naskah yang lahir pada kurun waktu tersebut, tepatnya lahir pada akhir abad ke XIX (1886) sebagai hasil karya seorang wedana pensiun, Raden Kartinagara alias Haji Abdullah Saleh.
1979
D71
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>