Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5049 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Oxford: Clarendon Press, 1990
001.3 HUM
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Bickerton, Derek
Chicago : University of Chicago Press, 1990
401 BIC l (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990
607.11 IND k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ine Minara S. Ruky
Abstrak :
Latar Belakang Permasalahan Beberapa waktu terakhir ini industrialisasi di Indonesia, telah berkembang menjadi suatu permasalahan yang ramai dibicarakan. Gejala permasalahannya mulai timbul kira-kira pada tahun 1979 ketika perkembangan ekonomi internasional menunjukan indikasi yang kurang menggembirakan, serta usaha negara-negara maju untuk menekan laju pertumbuhan konsumsi energi dan meningkatkan effisiensi pemakaian energi, memberikan hasil yang nyata, sehingga mengakibatkan prospek pasar migas kita tidak secerah dimasa lalu. Situasi di atas mempunyai dampak yang luas terhadap perekonomian Indonesia. Hampir 5 tahun sejak tahun 1982, tahun mana merupakan awal dari kesulitan ekonomi Indonesia, masih memperlihatkan gambaran yang kurang menggembirakan. Sampai dengan tahun 1985, perekonomian Indonesia masih memperlihatkan ketidakseimbangan. Ketergantungan kepada sektor primer ditunjukan dengan kenyataan bahwa 40 persen dari GDP masih berasal dari sektor ini, dan proses industrialisasi, baru mengantarkan sektor industri pada urutan ketiga dengan kontribusi sebesar 15,8 persen. Dengan demikian strategi perencanaan dengan maksud merubah struktur perekonomian, belum merubah peranan sektor sekunder sebagaimana yang diharapkan. Ketimpangan yang lain, dapat kita amati dalam komposisi ekspor. Dari kontribusi sebesar 22.6 persen dalam GDP, sumbangan sektor pertanian terhadap total ekspor hanya sebesar 7,9 persen saja, sedangkan sektor pertambangan dan penggalian yang dalam GDP memberikan kontribusi sebesar. 18,2 persen menyumbang 69,47 persen. Kecilnya peranan sektor pertanian dalam ekspor, dapat dimengerti mengingat tidak elastisnya penawaran dan permintaan akan produk sektor tersebut. Lonjakan ekspor kalaupun ada, seringkali bukan disebabkan oleh kenaikan permintaan karena perubahan tingkat pendapatan, tetapi lebih banyak disebabkan oleh karena faktor-faktor lain yang kebanyakan kurang dapat diduga sebelumnya.
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Boy Subirosa Sabarguna
Abstrak :
Dalam residensi tentang investasi alat canggih Cor. Angiography dan C.T. Scanning ditemukan berbagai masalah, dan yang panting adalah masalah pemanfaatan yang rendah. Hal ini tergambar dari analisa prestasi tahun 1989, Cor. Angiography hanya dimanfaatkan 5,9 % dari kapasitas maksimum alat. Kemudian C.T. Scanning dimanfaatkan 39,1 dari kapasitas maksimum alat. Dengan teori investasi alat canggih, ditemukanlah berbagai masalah dan yang penting adalah pemanfaatan yang rendah. Dengan menggunakan teori forecasting dapatlah ditentukan TITIK PEMANFAATAN OPTIMAL yang merupakan patokan penilaian prestasi. Dengan teori pemasaran rumah sakit dilakukan berbagai usaha yang mungkin dapat dilakukan untuk meningkatkan pemanfaatan. Dapat diperhitungkan 7 faktor yang mempengaruhi pemanfaatan, ketujuh faktor itu adalah berikut ini: Kapasitas maksimum alat, BEP, Prestasi tahun 1989. Kemampuan/kenyamanan petugas, trend pemeriksaan tahun 1991, kasus teoritis dan distribusi kasus teoritis. Dengan demikian untuk Cor. Angiography Titik Pemanfaatan Optimal sebesar 1195 ( 49,6 %dari kapasitas maksimum alat ) dan C.T. Scanning 3780 ( 63,0 % dari kapasitas maksimum alat ), untuk tahun 1991. Walaupun disadari belum semua faktor bisa diperhitungkan, karena belum dikuantifikasi. Dengan titik pemanfaatan optimal akan diperoleh keuntungan, antara lain sekaligus harus menghitung BEP lebih dulu dan lebih realistik karena mempertimbangkan banyak faktor. Juga dengan rumus ini akan dapat dilakukan stimulasi bagi angka-angk anya dan bisa juga untuk dipergunakan bagi alat canggih yang lain, kekurangan ditemui berupa perlunya banyak data dan nilainya hanya berlaku untuk RS tertentu saja. Pemasaran rumah sakit diambil sebagai upaya dalam rangka meningkatkan pemanfaatan, karena terkait langsung dengan jumlah pemeriksaan. Pemasaran rumah sakit akan berusaha untuk meningkatkan jumlah pemeriksaan, berupa penerapan dari bauran pemasaran yang khusus untuk Cor. Angiography dan C.T. Scanning. Pemasaran rumah sakit di RS Husada mempunyai kekuatan antara lain karena RS Husada merupakan RS yang sudah lama berdiri dan sudah terkenal. Kemudian mempunyai kelemahan berupa rnenajemen dan data pemasaran yang belum lengkap. Peluang dari segi bauran pemasaran, sasaran pemasaran dan saluran pemasaran dalarn kondisi yang baik. Tetapi ditemui adanya hambatan berupa belum bisa melakukan pemasaran yang aktif dan belum punya pengalaman yang memadai untuk menjadi acuan, yang ini perlu ditanggulangi. Disarankan untuk secara berkelanjutan menggunakan Titik Pemanfaatan Optimal sebagai patokan dalam menilai pemanfaatan yang optimal, dan segera melakukan pemasaran rumah sakit yang aktif. Kemudian disarankan pula melaksanakan upaya adaptasi bagi penerapan titik pemanfaatan optimal pada alat canggih yang lain. Penentuan Titik Pemanfaatan Optimal akan merupakan patokan penilaian pemanfaatan optimal, dan pemasaran rumah sakit merupakan usaha untuk mencapai pemanfaatan optimal dari alat canggih Cor. Angiagraphy dan C.T. Scanning.
Depok: Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amatus Bille
Abstrak :
ABSTRACT
The relationship between serum vitamin A level and protein-energy status of 61 children in Jakarta was studied. The children 1 - 6 years old either received vitamin A supplements at various times, or never received any vitamin A supplements at all.

There was a high prevalence of PEM among the sample and their energy and vitamin A consumption were low, though protein intake was adequate.

The serum vitamin A levels of PEM children who received vitamin A supplements tended to decline more rapidly with time after supplementation compared to their non-PEM counterparts.

A positive correlation, though weak, was also observed between serum vitamin A level and Wt/Age of the children.

It was thus concluded that the fast decline in serum vitamin A level of PEM children could predispose them to vitamin A deficiency despite vitamin A supplementation. It was also suggested that further investigation is needed on the relationship between Wt/age and serum vitamin A level, because if such a relationship is established, Wt/age could be a very useful index for identifying children who are "at risk" of developing vitamin A deficiency.
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarashvati Adi Sasongko
Abstrak :
ABSTRACT
There is a growing interest in physical fitness lately, for physical fitness is believed to be important throughout life, to develop and maintain functional capability, to meet the demands of living and to promote optimal health (ACSM, 1968.). Physical fitness implies health plus, that is the extent to which a child or an adult is free from illness and free to work or play with maximum vigor and endurance (HALSEY & FOSTER, 1973). The interest in the physical fitness of children has also been increasing since the past decade (BARR-OR, 1989).

As a matter of fact, being physically fit is relative to the tasks in which the individual must engage. For physical fitness is mostly related to muscular work, it should be noted that some degree of muscular activity is indeed required in all kinds of work, even the most intellectual occupations. Therefore, its importance is undoubtedly true in all walks of life (ASTRAND & RODAHL, 1987).

In order to attain the desired physical performance, i.e. being fit, the human body, a biological machine, needs food for fuel. It is thus logical to expect that nutrition may well play a role in physical performance (THITGEY, CATALDO, ROLFES, 1987). Some studies have indeed supported the assumption. SATYANARAYANA et al (1977) demonstrated the relationship between body size and work output in male industrial workers. Several other studies on young boys and adolescents showed similar relationship. The subjects, recorded as having been malnourished in their early childhood, failed to perform as expected (SATYANARAYANA et al, 1979; SPURR, et al, 1983). It is then generally considered that individuals with low body weight and height may not have reached their full genetic potential as a consequence of inadequate food intake in early childhood, leading to lower capacity to perform their daily tasks.

While some findings have shown the adverse effect of under nutrition on the physical performance of the individuals later in life, little is known as to how far nutrition influences physical fitness during childhood. The idea is, the earlier the adverse effect is detected, and the sooner actions can be made. Unfortunately, data about this subject are scanty. Some experts, however, have put forward the emphasis on the well-being of a specific group - the school children, in particular those at elementary schools (ADAMS et al, 1961; AGARWAL et al, 1987).

It has been long recognized that the elementary school period is the most decisive stage in a person's life as it is at this particular time that many important norms are implanted on the learners. Moreover, the elementary school years are nutritionally significant because this period is a preparation for the rapid growth of adolescence (Mc WILLIAMS, 1974; WENCK, BAREN, DEWAN, 1984).

In the case of nutrition and physical fitness of elementary school children, the whole school community - parents, teachers, and school children -- is concerned. This is in line with the Alma Ata Declaration which states that people have the right and duty to participate individually and collectively in the planning and implementation of their healthy care (WHO, 1978). This concept has been adopted by the Indonesian government and it is reflected in the Indonesian National Health System (MINISTRY ON HEALTH R.I., 1982). The WHO-based declaration reflects the growing conviction that an individual choice of healthy lifestyle is the key factor and that emphasis should be placed on the positive actions that individuals and communities could take to maintain and promote health (STROOT, 1989). As a rule, healthy lifestyle is best to be taught during the elementary school period; but actions, nevertheless, can be expected when base-line information has been available. Only then it is hoped that parents will be convinced that "academic" performance, which has sometimes been overemphasized, would?
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Udjian Wahjusuprapto
Abstrak :
Pengaktifan kembali pasar modal di Indonesia dilakukan dengan deregulasi. Di tengah masyarakat yang umumnya masih awam terhadap saham, masalah yang segera muncul adalah seberapa jauh pasar modal Indonesia mampu melakukan koreksi terhadap harga perdana saham yang ditetapkan terlalu tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Koreksi pasar adalah perubahan harga perdana sampai mencapai harga ekuilibrium, yang hanya dapat memberikan imbalan normal. Maka konsep-konsep yang relevan adalah efisiensi pasar dan nilai intrinsik saham. Berdasarkan hasil penelitian terhadap emisi-emisi pertama di pasar modal Amerika Serikat oleh Ibbotson [1975] dan Ritter [1984], koreksi pasar berlangsung dalam waktu kurang dari satu bulan dan berakhir setelah pemodal tidak lagi memperoleh imbalan abnormal. Latar belakangnya adalah kesengajaan emiten dan penjamin emisi melakukan under pricing.

Di pasar modal Indonesia gejala koreksi harga perdana tidak dapat dilihat pada perkembangan imbalan abnormal, karena tidak adanya indeks pasar untuk mengukur imbalan normal. Dalam penelitian ini gejala koreksi pasar terhadap harga perdana akan dilihat pada perkembangan imbalan saham perdana, yaitu imbalan bagi pemodal yang membeli saham di pasar perdana dan menjualnya lagi di pasar sekunder dengan premi saham perdana terhadap peluang-peluang investasi yang tersedia bagi pemodal yaitu saham-saham pendahuluan valuta asing, logam mulia dan deposito berjangka.

Hasil analisis data terhadap 50 saham perdana di Bursa Efek Jakarta mulai Juni 1989 sampai Agustus 1990 menunjukkan bahwa semakin lama saham baru dimiliki pemodal semakin berkurang rata-rata imbalan dan premi saham perdana yang dapat diharapkan pemodal. Namun penurunan rata-rata imbalan dan premi saham perdana itu tidak dapat ditafsirkan sebagai gejala koreksi pasar, karena di samping tidak menimbulkan perbedaan rata-rata yang signifikan, besarnya imbalan saham perdana ternyata tidak berkaitan dengan informasi yang relevan seperti bidang usaha emiten, agio saham dan peningkatan modal saham sebelum emisi, tetapi hanya berkaitan dengan tingkat kegiatan pasar yang diukur dengan perubahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama jangka waktu pemilikan (holding period) saham perdana.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat pemodal masih sangat awam terhadap saham. Diharapkan peran para pengamat, penulis, komentator, dan para pembentuk opini publik lainnya untuk ikut membina pemahaman masyarakat. Dengan deregulasi pasar modal, bentuk perlindungan terhadap pemodal yang didambakan adalah efisiensi pasar. Dan untuk mencapai efisiensi pasar modal salah satu syarat utamanya adalah kemampuan masyarakat pemodal mencernakan informasi relevan yang tersedia bagi mereka.
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dasaad Mustafa
Abstrak :
ABSTRAK
A single board computer based on Z-8Q CPU was used to control an ultrasonic c-scan system, in the movement of test piece and in the data acquisition.
The data collected by single board computer are sent to an IBM-PC compatible computer using a serial interface.
The data, which were sent in hexadecimal form, will store in a diskette. Where the data are further processed using a high level language (Turbo C). An approximate image of the test piece was obtained.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>