Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Togardo Siburian
Jakarta : Pusat Pengkajian Reformed bagi Agama dan Masyarakat , 2019
200 SODE 6:2 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Johanis Putratama Kamuri
Jakarta : Pusat Pengkajian Reformed bagi Agama dan Masyarakat , 2019
200 SODE 6:2 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hutabarat, Binsar Antoni
Jakarta : Pusat Pengkajian Reformed bagi Agama dan Masyarakat, 2019
200 SODE 6:2 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Edy Syahputra
"ABSTRAK
Salah satu ancaman serius dalam peradaban millennium
ketiga ini adalah kecenderungan agama-agama yang hanya berorientasi
pada paradigma rumusan-rumusan doktrinal konseptual yang sempit.
Ironisnya, agama-agama yang harusnya menyebarkan perdamaian justru
menjadi potensi sumber konflik. Situasi tersebut memunculkan keterpisahan
antara manusia dengan manusia lainnya bahkan dengan yang ilahi. Akan
tetapi evolusi peradaban masih menyadari ada banyak hal yang penting
dalam tradisi spiritual agama-agama untuk membangun peradaban. Di sini
agama-agama perlu meredefinisikan kembali eksistensinya dalam peradaban,
memperluas horizon paradigma model religius-spiritualitas dalam
konteks yang beragam dan berorientasi pada pertumbuhan kesadaran akan kesatuan realitas yang universal saling terkait satu sama lain.
ABSTRACT
One of the serious threats to this third millennium civilization
is the tendency of religions that is oriented only to a paradigm of narrow conceptual
doctrinal formulas. Ironically, religions that supposedly promotes
peace is now going to be the very potential source of conflict. That situation
created a barrier between humans and humans even with the divine. But the
evolution of civilization still realizes there are many things that are important
in the spiritual traditions of the religions that build civilization. Here
religions need to redefine its existence in civilization. Expanding religious
spiritualism horizons in a broad context and oriented to the growth of consciousness of the unity of universal realities intertwined with one another. "
Jakarta : Pusat Pengkajian Reformed bagi Agama dan Masyarakat , 2019
200 SODE 6:2 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Pusat Pengkajian Reformed bagi Agama dan Masyarakat , 2019
200 SODE 6:2 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Membahas mengenai agama dan masyarakat untuk memberikan kontribusi bagi terciptanya keidupan masyarakat yang bermartabat, toleran, dan menghargai keragaman yang adalah realitas masyarakat Indonesia"
Jakarta: Reformed Center for Religion and Society (RCRS), Pusat Pengkajian Reformed bagi Agama dan Masyarakat, {s.a.}
200 SODE
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Hutabarat, Binsar Antoni
"ABSTRAK
Artikel yang berjudul 'Ambiguitas Diferensiasi Agama dan Negara di Indonesia' ini fokus membahas mengenai bagaimana hubungan agama dan negara yang tidak saling menaklukkan. Pertama-tama dipaparkan mengenai riset-riset mutakhir mengenai hubungan agama dan negara, dan dasar teori yang mendasarinya, kemudian dipaparkan teori diferensiasi agama dan negara sebagai jalan tengah terbaik dari hubungan agama dan negara yang tidak saling menaklukkan. Setelah itu dipaparkan konsep diferensiasi agama dan negara menurut Pancasila, dan ambiguitas yang terjadi terhadap kebijakan diferensiasi agama dan negara di Indonesia. Tulisan ini menemukan bahwa pembedaan agama dan negara menurut Pancasila memiliki dasar teori yang kuat, dan relevan untuk Indonesia. Hanya saja ambiguitas diferensiasi agama dan negara itu masih terjadi diskriminasi terhadap agama tertentu, dan masih berlangsung."
Jakarta: Reformed Center for Religion and Society (RCRS), Pusat Pengkajian Reformed bagi Agama dan Masyarakat, 2018
200 SODE 5:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, H. Hans
"ABSTRAK
Artikel 'Toleransi Pascakonflik Antaragama di Tobelo' ini akan mengukur tingkat toleransi beragama di Kabupaten Tobelo untuk melihat kondisi terkini terkait tingkat toleransi beragama di Tobelo. Penelitian ini dilakukan dalam bentuk survei terhadap siswa sekolah menengah atas di Kabupaten Tobelo. Pendapat siswa Tobelo dapat menjadi alat ukur untuk melihat tingkat toleransi beragama di Tobelo. Temuan penelitian ini adalah: tingkat toleransi antaragama di Tobelo tinggi, namun berdasarkan data survei integrasi antar-kelompok masyarakat yang pernah terlibat konflik itu masih harus ditingkatkan untuk menumbuhkan rasa saling percaya antar-kelompok masyarakat yang berbeda agama. Karena itu saran penelitian ini adalah pemerintah daerah sepatutnya terus menumbuhkan jiwa dan semangat toleransi di antara pemeluk agama dengan misalnya, membangun komunitas-komunitas beragam agama, khususnya dalam lingkup pendidikan."
Jakarta: Reformed Center for Religion and Society (RCRS), Pusat Pengkajian Reformed bagi Agama dan Masyarakat, 2018
200 SODE 5:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Pandie, Daud Alfons
"ABSTRAK
Dalam konteks pluralitas agama di Indonesia, upaya mengembangkan studi tentang 'kerukunan beragama' menjadi sangat penting. Sayangnya, studi tentang hal ini masih sangat langka. Sejak era reformasi informasi hasil penelitian yang berfokus pada aspek kerukunan antarumat beragama dengan pendekatan survei masih terasa kurang, dan popularitasnya lebih rendah dibanding dengan informasi penelitian yang terkait dengan konflik keagamaan. Tulisan ini adalah salah satu hasil upaya studi tentang kerukunan antarumat beragama dalam konteks masyarakat Fakfak di Provinsi Papua Barat. Kondisi objektif masyarakat Fakfak itu mencerminkan kesatuan realitas antara kemajemukan agama dengan tekad untuk bersatu antarorang per orang dan antarorang dan bumi tempat berpijak. Dari segi etnis dan budaya tidak banyak perbedaan, namun dari agama dan bahasa daerah dengan dialek ke dalam bentuk yang khas dari sejarah kepulauan itu, terlihat jelas realitas kemajemukan itu. Untuk menyatukan masyarakat Fakfak Papua dengan kondisi sosial dan keagamaan seperti itu, mereka membuat konsensus bersama untuk menciptakan suatu sistem budaya, yang disebut dengan istilah 'satu tungku tiga batu'. Satu tungku tiga batu dipandang sebagai sistem budaya yang diabstrakkan dari peristiwa konkret, yang digunakan untuk memahami hal-hal hidup kebersamaan secara individu dan masyarakat. Kesatuan dalam sistem budaya masyarakat Fakfak ini berdaya rekat yang kuat. Apalagi kondisi masyarakat diwarnai sejarah masuknya tiga agama pada masa yang sama. Konsep tersebut mendasari pola pikir dan menetapkan integrasi sebagai kekuatan persaudaraan etnis Papua, walaupun agama berbeda. Sistem budaya ini dianggap yang memberi arah dan orientasi kepada para warga masyarakat untuk menjalin solidaritas suku budaya yang sama, kerukunan, toleransi antar kelompok etnis, agama, dan sosial. Sistem budaya yang disebut satu tungku tiga batu dalam kehidupan masyarakat Fakfak tersebut sebagai wujud idiologi kebudayaan, dipandang penting dan bernilai sehingga dijadikan pedoman tingkah laku dalam kehidupan antarumat beragama."
Jakarta: Reformed Center for Religion and Society (RCRS), Pusat Pengkajian Reformed bagi Agama dan Masyarakat, 2018
200 SODE 5:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas Maurenis Putra
"ABSTRAK
Mengonsumsi barang demi kebutuhan hidup merupakan hal yang wajar. Namun mengonsumsi yang melewati batas sampai pada tahap pemborosan mesti dihindari. Dilema akan kebutuhan manusia dewasa ini menghadirkan fenomena baru dalam hal pemenuhan kebutuhan hidup. Fenomena ini tidak lain adalah -dikenal luas oleh masyarakat- konsumerisme. Prosesnya ialah menggunakan barang-barang hasil produksi secara berlebihan atau tidak sepantasnya secara sadar dan berkelanjutan. Lantas, fenomena ini (konsumerisme) terus menerus menjadi salah satu tema sentral dalam era globalisasi ini. Sayangnya, kedashyatan pengaruh ideologi ini melengserkan nilai-nilai fundamental yang ada di dalam setiap individu. Konsumerisme mengilangkan kebermaknaan esensi dasariah yang ada dalam diri manusia. Manusia yang seharusnya ingat akan hakikat dirinya sebagai mahkluk sosial yang selalu terkoneksi satu dengan yang lain dalam kosmos, kini perlahan-lahan kehilangan makna itu. Dengan adanya pola pikir dan pola hidup konsumtif manusia seakan dipenjara dan teralienasi. Kualitas hidup bukan lagi diukur berdasar nilai kebermaknaannya untuk sesama dan alam sekitar namun diukur berdasar materi. Konsekuensi ini menjadi krisis fundamental yakni degradasi manusia yang hakiki."
Jakarta: Reformed Center for Religion and Society (RCRS), Pusat Pengkajian Reformed bagi Agama dan Masyarakat, 2018
200 SODE 5:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>