Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dumbela, Putri Agriani
"Malaria adalah penyakit yang ditularkan dari individu ke individu lainnya melalui perantara nyamuk Anopheles betina. Hingga saat ini, beberapa upaya pengendalian yang dilakukan oleh WHO untuk menekan angka kejadian dan kematian akibat malaria antara lain insecticide-treated mosquito nets (ITN), indoor spraying with residual insecticides (IRS), obat anti malaria, serta vaksinasi. Namun dalam proses penanganan di berbagai negara endemik, beberapa hal seringkali terabaikan sehingga dapat menyebabkan malaria akan terus mewabah. Kurangnya informasi dan pengetahuan tentang malaria, tingkat kesadaran yang buruk, sumber daya yang tidak memadai serta kurangnya keterampilan dalam mengendalikan penyakit malaria menyebabkan terjadinya kekambuhan (recurrence). Kekambuhan (recurrence) pada malaria terbagi dalam tiga jenis yaitu, relapse yang disebabkan oleh melemahnya imun seseorang sehingga terjadi reaktivasi parasit dalam sel hati, reinfection yang disebabkan oleh individu yang telah terinfeksi dan dalam status dormant menerima kembali gigitan nyamuk Anopheles betina terinfeksi, dan recrudescence yang disebabkan oleh gagalnya pengobatan. Sebuah model matematika penyebaran penyakit malaria dengan mempertimbangkan proses kekambuhan (relapse, reinfection, dan recrudescence) dibahas dalam penelitian ini. Kebaruan terletak pada konstruksi model yang melibatkan setiap tahapan infeksi yang terjadi dalam tubuh, sehingga perubahan bentuk parasit akan menentukan status individu tersebut. Model matematika yang terbentuk didasarkan pada model SIR-UV dengan penambahan empat kompartemen terinfeksi lainnya yaitu, Exposed (E), Dormant (D), Latent (L), Under-treatment (T). Analisa kestabilan lokal dari titik keseimbangan dan basic reproduction number (R0) akan ditampilkan secara analitik. Hasil numerik dari beberapa skenario berbeda akan dilakukan untuk menunjukkan situasi yang mungkin ditemukan di lapangan.

Malaria is a disease that is transmitted from individuals to other individuals through intermediaries female Anopheles mosquito. Until now, the government has made several control efforts to suppress the incidence and mortality rates due to malaria such as insecticide-treated mosquito nets (ITN), indoor spraying with residuals insecticides (IRS), anti-malaria drugs, and vaccinations. But in the process of handling, some things are often overlooked so that it can cause malaria continue to plague. Lack of information and knowledge about the disease, poor level of awareness, inadequate resources and lack of control skills malaria causes recurrence. Recurrence in malaria is divided into three types namely, relapse caused by weakening one’s immune resulting in reactivation of parasites in liver cells, reinfection caused by individuals who have been infected and are in dormant status receive back the bite of an infected female Anopheles mosquito, and the recrudescence caused by treatment failure. A mathematical model of the spread of malaria by considering the recurrence process (relapse, reinfection, and recrudescence) are discussed in this thesis. The novelty lies in the construction of models that involve each stage of infection that occurs in the body, so the change in the shape of the parasite will determine the status of the individual. The mathematical model formed is based on the SIR-UV model with additions four other infected compartments namely, Exposed (E), Dormant (D), Latent (L), Under-treatment (T). Analysis of local stability from the equilibrium point and basic reproduction number (R0) will be displayed analytically. Numerical results from several different scenarios will be done to show situations that might be found in the field."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pemgetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firyal Dhiyaul Haqqi S.
"Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi volume target dan akurasi dosis pada kasus intrafraksi menggunakan modalitas pencitraan 4 dimensi dan fantom toraks dinamis in-house. Gerakan intrafraksi dapat membuat kesalahan dalam definisi volume target, yang secara signifikan dapat mempengaruhi akurasi pemberian radiasi. Manajemen gerak menggunakan modalitas 4 dimensi diperlukan untuk mengurangi risiko tersebut. Ukuran target dengan diameter 2 cm dan 3 cm serta amplitudo pernapasan puncak-ke-puncak sebesar 5 mm dan 10 mm sesuai dengan pola sinusoidal diterapkan dalam penelitian ini. Dari variasi ini, ITV dari 10 fase citra 4D-CT (ITV10), proyeksi intensitas rata-rata (AIP), dan mid-ventilation (Mid-V) direkonstruksi dari semua set data 4D-CT sebagai citra referensi. Selain itu, pernapasan bebas (FB), augmentasi napas bebas (Aug-FB), dan citra statis diakuisisi menggunakan protokol 3D-CT untuk perbandingan. Dalam evaluasi dosis, modalitas 4D-CBCT diterapkan sebelum iradiasi untuk mendapatkan koreksi posisi. Kemudian, dosis dievaluasi dengan film Gafchromic EBT3. Hasil menunjukkan bahwa ITV10, AIP, dan Mid-V memberikan GTV yang cocok dengan GTV statis. Citra referensi AIP dan Mid-V memungkinkan pengurangan ITV dan PTV tanpa mengurangi jangkauan area pergerakan target dibandingkan dengan citra FB dan Aug-FB dengan persentase yang bervariasi dalam kisaran 29,17% hingga 52,60%. Dalam evaluasi dosis, nilai diskrepansi antara dosis pengukuran dan perencanaan pada pengiriman dosis dengan citra referensi 3D berada pada kisaran 2,77% hingga 10,29%, dengan nilai terbesar ditemukan pada citra referensi FB. Sedangkan nilai diskrepansi teramati lebih rendah pada citra referensi 4D, yakni berkisar antara 0,94% hingga 6,94%, dengan nilai terbesar ditemukan pada citra ITV10. Modalitas 4D-CT dapat memungkinkan definisi volume target yang akurat dan mengurangi PTV. Selain itu, 4D-CBCT menyediakan citra lokalisasi selama registrasi untuk memfasilitasi koreksi posisi sehingga dapat melakukan pengiriman dosis yang akurat.

This study aimed to evaluate the target volume and dose accuracy in intrafraction cases using 4-dimensional imaging modalities and an in-house dynamic thorax phantom. Intrafraction motion can create errors in the definition of target volumes, which can significantly affect the accuracy of radiation delivery. Motion management using 4-dimensional modalities is required to reduce the risk. Two variations in both target sizes with diameters of 2-cm and 3-cm and peak-to-peak respiratory amplitudes of 5-mm and 10-mm according to the sinusoidal pattern were applied in this study. From these variations, ITVs countoured in 10 phases of 4D-CT (ITV10), average intensity projection (AIP), and mid-ventilation (Mid-V) images were reconstructed from all 4D-CT datasets as reference images. Free-breathing (FB), augmentation free-breathing (Aug-FB), and static images were also acquired using the 3D-CT protocol for comparisons. In dose evaluations, the 4D-CBCT modality was applied before irradiation to obtain position correction. Then, the dose was evaluated with Gafchromic film EBT3. The results showed ITV10, AIP, and Mid-V provide GTVs that match the static GTV. The AIP and Mid-V reference images allowed reductions in ITVs and PTVs without reducing the range of target movement areas compared to FB and Aug-FB images with varying percentages in the range of 29.17% to 52.60%. In the dose evaluation, the discrepancy of measured and planned doses in dose delivery using 3D reference images was in the range of 2.77% to 10.29%, with the largest value was found in the FB image. While the value of the observed discrepancy is lower in the 4D reference image, which ranges from 0.94% to 6.94%, with the largest value was discovered in the ITV10 image. The 4D-CT modality can enable accurate definition of the target volume and reduce the PTV. Furthermore, 4D-CBCT provides localization images during registration to facilitate position correction and accurate dose delivery."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pemgetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library