Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 340 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alvian Nathanael
"Tujuan dari tugas khusus ini adalah untuk mengklasifikasi produk farmasi pada PT SamMarie Tramedifa menjadi 3 golongan menurut pergerakannya (fast, slow, dan non-moving) berdasarkan 3 variabel, yaitu jumlah pemesanan, frekuensi pemesanan berulang dan jeda waktu antar pesanan menggunakan kecepatan konsumsi dan rata-rata waktu simpan produk, yang dikelompokkan dengan prinsip Pareto. Pada tugas khusus ini, dilakukan perhitungan nilai rata-rata waktu simpan dan kecepatan konsumsi. menggunakan data stok produk dan pemesanan sediaan farmasi dari PT SamMarie Tramedifa dalam periode Januari – Juli 2023. Setelah perhitungan rata-rata waktu simpan dan kecepatan konsumsi dilakukan, maka dilakukan perhitungan rata-rata waktu simpan kumulatif dan tingkat konsumsi kumulatif, kemudian digolongkan ke dalam produk fast, slow, dan non-moving. Penggolongan menggunakan kombinasi kecepatan konsumsi dan rata-rata waktu simpan dilakukan untuk meningkatkan akurasi analisis. Dari analisis yang dilakukan terhadap penggolongan produk farmasi fast, slow, dan non-moving di PT SamMarie Tramedifa periode Januari – Juni 2023 menggunakan 3 variabel, yaitu jumlah pemesanan, frekuensi pemesanan berulang dan jeda waktu antar pesanan, diperoleh persentase produk fast moving sebesar 29%, produk slow moving sebesar 40%, dan produk non-moving sebesar 31%. Sediaan farmasi yang digolongkan sebagai produk fast moving rata-rata dipesan sebanyak lebih dari 0,083 kali per hari atau disimpan tidak lebih dari 12,1 hari, kemudian produk slow moving rata-rata dipesan sebanyak lebih dari 0,033 kali per hari dan tidak lebih dari 0,083 kali per hari atau disimpan lebih dari 12,1 hari dan tidak lebih lama dari 42,23 hari, serta produk non-moving rata-rata dipesan tidak lebih dari 0,033 kali per hari atau disimpan lebih dari 42,23 hari.

The objective of this project at PT SamMarie Tramedifa is to categorize pharmaceutical products into three groups—fast, slow, and non-moving—based on their movement patterns using three variables: order quantity, repeat order frequency, and time intervals between orders. The classification utilizes the principles of Pareto, incorporating consumption rate and average stay period of products. Calculations involve determining the average stay period and consumption rate using stock and order data from January to July 2023. After computing cumulative values for average shelf life and consumption speed, the products are classified into fast, slow, or non-moving categories. This dual-parameter classification enhances the precision of the analysis. The analysis of pharmaceutical product classification during January to June 2023 reveals that 29% are categorized as fast-moving, 40% as slow-moving, and 31% as non-moving. Fast-moving products are ordered over 0.083 times per day or stored for no more than 12.1 days. Slow-moving products are ordered between 0.033 and 0.083 times per day or stored for more than 12.1 days but less than 42.23 days. Non-moving products are ordered no more than 0.033 times per day or stored for more than 42.23 days. This classification provides valuable insights for inventory management and strategic planning at PT SamMarie Tramedifa."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Saila Salsabila
"FORNAS disusun dengan tujuan untuk menjadi acuan bagi fasilitas pelayanan kesehatan dalam menjamin aksesibilitas obat yang berkhasiat, bermutu, aman, dan terjangkau dalam sistem JKN. Hasil pemantauan yang dilakukan oleh Direktorat Pelayanan Kefarmasian Kementerian Kesehatan pada tahun 2015 atas kesesuaian penggunaan FORNAS di fasilitas kesehatan memberikan hasil berupa kesesuaian penggunaan FORNAS pada FKTP di Dinkes Kabupaten/Kota sebesar ±70,77%. Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan sebagai salah satu bagian dari FKTP juga memerlukan adanya pemantauan untuk mengetahui apakah obat-obatan yang digunakan telah memasuki standar ketetapan nasional atau sekiranya dibutuhkan perbaikan yang lebih mendalam dalam pemilihan dan perencanaan obatnya. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data berupa daftar konsumsi obat Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan Tahun 2021 yang selanjutnya diklasifikasi berdasarkan obat yang ada di e-FORNAS dan obat yang diluar e-FORNAS. Persentase penggunaan obat dihitung dengan rumus: total pemakaian obat dikali kekuatan obat dalam gram dibagi ddd. Hasil perhitungan dan klasifikasi menunjukkan otal penggunaan 5 kelas terapi obat-obat diluar FORNAS Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan Tahun 2021 sebesar 2,94% dan persentase kesesuaian penggunaan obat di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan dengan FORNAS pada tahun 2021 sebesar 97,04% tergolong dalam pengobatan yang rasional dan sangat baik karna telah melebihi target kesesuaian yang ditetapkan pemerintah dalam peraturan Direktorat Pelayanan Farmasi yaitu sebesar 70%.

FORNAS was prepared with the aim of becoming a reference for health service facilities in ensuring the accessibility of efficacy, quality, safety and affordable medicines in the JKN system. The results of monitoring carried out by the Directorate of Pharmaceutical Services of the Ministry of Health in 2015 regarding the suitability of using FORNAS in health facilities gave results in the form of suitability for using FORNAS in FKTP in Regency/City Health Offices of ±70.77%. The Grogol Petamburan District Health Center as a part of the FKTP also requires monitoring to find out whether the medicines used have met national standards or whether deeper improvements are needed in the selection and planning of medicines. The research was carried out using data in the form of a list of drug consumption at the Grogol Petamburan District Health Center for 2021, which was then classified based on drugs in e-FORNAS and drugs outside e-FORNAS. The percentage of drug use is calculated using the formula: total drug use multiplied by drug strength in grams divided by ddd. The results of calculations and classification show that the total use of 5 classes of drug therapy outside FORNAS at the Grogol Petamburan District Health Center in 2021 was 2.94% and the percentage of conformity between drug use at the Grogol Petamburan District Health Center with FORNAS in 2021 was 97.04%, which is classified as rational and very good because it has exceeded the suitability target set by the government in the regulations of the Directorate of Pharmaceutical Services which is 70%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kandida Syifaa Diandra Putri
"Tuberkulosis dan empiema merupakan kondisi penyakit pernapasan yang dapat mempengaruhi pasien secara signifikan serta memerlukan manajemen terapi yang baik dan tindakan yang sesuai. Pengobatan tuberkulosis yangdisertai empiema bergantung pada keparahan dan kompleksitas dari kondisinya. Pemantauan terapi obat berperan penting pada pasien rawat inap dengan tuberkulosis dan empiema. Penggunaan obat antituberkulosis dapat menyebabkan efek samping termasuk hepatotoksisitas yang parah hingga mengancam jiwa. Maka dari itu, pasien menderita tuberkulosis harus dimonitor terkait efek samping, khususnya pada pasien yang memiliki komorbiditas, sedang menerima obat-obatan lainnya (polifarmasi) yang mungkin dapat menimbulkan interaksi antar obat, dan gangguan ginjal. Penelitian dilakukan dengan menyeleksi pasien, mengumpulkan data terkait pasien, melakukan pemantauan terapi obat, dan menelaah keberadaan masalah terkait obat. Berdasarkan pementauan dan analisis terapi obat pasien yang telah dilakukan, beberapa masalah terkait obat yang dapat diidentifikasi berdasarkan panduan PCNE dan metode Hepler and Strand yaitu indikasi tanpa terapi, interaksi obat, efek samping, dosis obat berlebih, dosis obat kurang, dan durasi penggunaan obat berlebih. Selebihnya, terapi yang diterima oleh Tn. D tepat indikasi dan tepat dosis. Masalah terkait obat yang muncul dapat direkomendasikan penyelesaian berupa pemberian obat yang sesuai, pemantauan efek terapi obat melalui hasil laboratorium dan gejala yang timbulkan, pemberian jeda konsumsi obat, dan penyeseuiaan dosis sesuai tatalaksana dan kondisi pasien.

Tuberculosis and empyema are respiratory disease conditions that can affect patients significantly and require good therapeutic management and appropriate measures. Treatment of tuberculosis accompanied by empyema depends on the severity and complexity of the condition. Monitoring drug therapy plays an important role in hospitalized patients with tuberculosis and empyema. The use of antituberculosis drugs can cause side effects including severe hepatotoxicity to life threatening. Therefore, patients suffering from tuberculosis must be monitored for side effects, especially in patients who have comorbidities, are receiving other drugs (polypharmacy) that may cause interactions between drugs, and kidney disorders. Research is carried out by selecting patients, collecting patient-related data, monitoring drug therapy, and examining the existence of drug-related problems. Based on the monitoring and analysis of patient drug therapy that has been carried out, several drug-related problems that can be identified based on the PCNE guidelines and the Hepler and Strand method are indications for no therapy, drug interactions, side effects, excessive drug doses, insufficient drug doses, and duration of excessive drug use. The rest, the therapy received bythe patients is proper in terms of indications and doses. Drug-related problems that arise can be recommended for solutions in the form of administering appropriate drugs, monitoring the effects of drug therapy through laboratory results and the symptoms they cause, giving pauses in drug consumption, and adjusting doses according to the management and condition of the patient."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Ardyanti Rohadatul
"Sebagai calon Apoteker yang berperan dalam perkembangan Kesehatan di Indonesia, perlu adanya pendidikan yang mumpuni, salah satunya melalui Program Studi Profesi Apoteker. Dalam membentuk calon-calon Apoteker yang berkualitas, salah satu caranya adalah dengan Praktek Kerja Profesi Apoteker yang menempatkan mahasiswa-mahasiswa Apoteker di tempat kerja nyata sehingga memiliki pengalaman yang cukup ketika terjun ke dunia kerja nanti. Praktik Kerja dilakukan di PT Saka Farma Laboratories, Badan Pengawas Obat dan Makanan, PT Anugerah Pharmindo Lestari, dan PT Kimia Farma Apotek pada bulan Juli-Desember 2021. Dengan adanya praktik kerja ini, calon Apoteker diharapkan memiliki pengalaman dan pengetahuan di bidang industri, apotek (farmasi komunitas), pedagang besar farmasi (distributor), dan juga regulator.

As a prospective pharmacist who plays a role in the development of healthcare in Indonesia, it is necessary to have a qualified education, one of which is through the Pharmacist Profession Study Program. In forming qualified pharmacist candidates, one way is through the Pharmacist Professional Work Practice which places pharmacist students in real workplaces so that they have sufficient experience when they join the real work life later. Work practices are carried out at PT Saka Farma Laboratories, the Food and Drug Supervisory Agency, PT Anugerah Pharmindo Lestari, and PT Kimia Farma Apotek in July-December 2021. With this work practices, prospective pharmacists are expected to have experience and knowledge in industry, pharmacies (community pharmacy), pharmaceutical wholesalers (distributors), as well as regulators."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Jatnika
"Profesi apoteker berperan penting dalam pekerjaan kefarmasian. Hal penting yang yang dilakukan oleh apoteker agar menjadi apoteker yang profesional salah satunya adalah melakukan praktik kefarmasian. Sehingga calon apoteker dituntut untuk menjalani praktik profesi untuk bekal dan pengalaman agar memiliki pemahaman tentang peran apoteker sebelum terjun di dunia kerja. Praktik Kerja Profesi Apoteker dilakukan di Apotek Roxy Sawangan Maret - April 2021, dan Rumah Sakit Umum Daerah Kebayoran Lama April – Juni Tahun 2021. Melalui Praktik Kerja di sektor apotek dan rumah sakit tersebut calon apoteker diharapkan dapat mendapatkan kompetensi yang dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan kefarmasian.

Pharmacist profession plays an important role in pharmaceutical work. One of the important things that pharmacists do to become professional pharmacists is to practice pharmacy. So that prospective pharmacists are required to undergo professional practice for provision and experience in order to have an understanding of the role of pharmacists before entering the world of work. The Pharmacist Professional Work Practice was carried out at Roxy Sawangan Pharmacy in March - April 2021, and Kebayoran Lama Regional General Hospital in April - June 2021. Through Work Practices in the pharmacy and hospital sector, prospective pharmacists are expected to gain the competencies needed to carry out pharmaceutical work."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Geavani Widya Feronica
"Penyebab kematian tingkat pertama dapat disebabkan oleh Stroke, diikuti dengan Penyakit Jantung Iskemik, Diabetes, Tuberkulosa, Sirosis, diare, PPOK, Alzheimer, Infeksi saluran napas bawah dan Gangguan neonatal serta kecelakaan lalu lintas. Penyakit-penyakit tersebut, merupakan penyakit yang sering terjadi pada rentang usia dewasa dari 30 tahun keatas, terlebih pada populasi geriatri/lansia atau lebih dari >55 tahun dan memiliki pola pengobatan yang membutuhkan berbagai jenis terappi baik berindikasi sesuai diagnosis atau hanya terapi simtomatis. Pada polifarmasi, beberapa kejadian terkait reaksi obat adalah interaksi antar obat, tidak jelasnya tujuan pengobatan, peningkatan waktu terapi, reaksi obat tidak diinginkan dari yang ringan seperti iritasi atau alergi hingga adanya morbiditas/kematian. Laporan Praktek Kerja Apoteker ini bertujuan untuk mengkaji resep polifarmasi yang masuk ke dalam apotek Roxy Pitara.

The first cause of death can be stroke, followed by ischemic heart disease, diabetes, tuberculosis, cirrhosis, diarrhea, COPD, Alzheimer's, lower respiratory tract infections and neonatal disorders and traffic accidents. These diseases are diseases that often occur in the adult age range from 30 years and above, especially in the geriatric/elderly population or over 55 years and have treatment patterns that require various types of therapy, whether indicated according to the diagnosis or only symptomatic therapy. In polypharmacy, several incidents related to drug reactions are interactions between drugs, unclear goals of treatment, increased therapy time, unwanted drug reactions ranging from mild ones such as irritation or allergies to morbidity/death. This Pharmacist Work Practices Report aims to examine polypharmacy prescriptions entered into the Roxy Pitara pharmacy."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Shabrina Agustia Rahmah
"Jumlah kasus positif COVID-19 di Indonesia semakin hari semakin meningkat. Masyarakat membeli kebutuhan sebagai stok persediaan yang disimpan untuk menghadapi virus tersebut Tingginya jumlah kasus positif COVID-19, mengakibatkan tingginya permintaan dan kebutuhan obat-obatan, vitamin, hand sanitizer, dan masker. Masyarakat membeli terlalu banyak atau menimbun barang sehingga ketersediaan stok di pasar menipis, barang semakin sulit ditemukan dan panic buying mulai terjadi. Apotek dan toko obat menjadi sektor penting yang dihampiri oleh masyarakat. Untuk mengatasi panic buying dan kelangkaan, PT. Kimia Farma menjamin ketersediaan stok dan pendistribusian obat dan vitamin di apotek. Apotek dipimpin oleh seorang apoteker yang bertanggung jawab pada perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi obat, pencatatan, dan pengendalian sesuai kebutuhan untuk menjamin stok. Seorang apoteker perlu dibekali dengan wawasan, keterampilan, dan pemahaman komprehensif baik teori dan praktek secara langsung. Oleh karena itu, Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) diperlukan sebagai sarana pelatihan. Program Studi Profesi Apoteker Universitas Indonesia bekerja sama dengan PT. Kimia Farma Apotek, anak perusahaan dari PT. Kimia Farma, untuk menyelenggarakan PKPA di Apotek Kimia Farma 350 Kelapa Gading yang berlangsung dari tanggal 1-31 Oktober 2021.

The number of positive cases of COVID-19 in Indonesia is increasing day by day. People buy necessities as stock of supplies stored to deal with the virus The high number of positive cases of COVID-19, resulting in a high demand and need for medicines, vitamins, hand sanitizers, and masks. People buy too much or hoard goods so that stock availability in the market is running low, goods are increasingly difficult to find and panic buying begins to occur. Pharmacies and drugstores are becoming important sectors that are approached by the community. To overcome panic buying and scarcity, PT. Kimia Farma guarantees the availability of stocks and the distribution of drugs and vitamins in pharmacies. The pharmacy is headed by a pharmacist who is responsible for planning, procurement, receiving, storing, distributing drugs, recording, and controlling as needed to guarantee stock. A pharmacist needs to be equipped with insight, skills, and a comprehensive understanding of both theory and practice directly. Therefore, Pharmacist Professional Work Practice (PKPA) is needed as a means of training. Pharmacist Professional Study Program, University of Indonesia in collaboration with PT. Kimia Farma Apotek, a subsidiary of PT. Kimia Farma, to hold PKPA at Apotek Kimia Farma 350 Kelapa Gading which will take place from October 1-31, 2021."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Shabrina Agustia Rahmah
"Tingginya kebutuhan masyarakat akan konsumsi obat-obatan dan alat kesehatan, menyebabkan semakin berkembangnya usaha yang bergerak di bidang farmasi, baik bidang produksi maupun distribusi. Pedagang Besar Farmasi (PBF) dan Penyalur Alat Kesehatan (PAK) adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dan alat kesehatan dalam jumlah besar. Penanggung jawab PBF dan PAK wajib seorang Apoteker yang memenuhi kualifikasi dan kompetensi. Sebelum menjadi apoteker perlu dibekali dengan wawasan, keterampilan, dan pemahaman komprehensif baik teori dan praktek secara langsung. Oleh karena itu, Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) diperlukan sebagai sarana pelatihan. Program Studi Profesi Apoteker (PKPA) Universitas Indonesia bekerja sama dengan PT. SamMarie Tramedifa, anak perusahaan dari SamMarie Grup, untuk menyelenggarakan PKPA di PBF PT. SamMarie Tramedifa yang berlangsung dari tanggal 8-19 Oktober 2021. Selama melaksanakan Program Studi Profesi Apoteker (PKPA) mendapatkan tugas khusus terkait analisis perbandingan pengeluaran obat kartu stok terhadap formularium SMHG.

The high public need for the consumption of medicines and medical devices, has led to the development of businesses engaged in the pharmaceutical sector, both in the production and distribution fields. Pharmaceutical Wholesaler (PBF) and Medical Device Distributor (PAK) is a company engaged in the procurement, storage, distribution of medicines and / or medicinal materials and medical devices in large quantities. The person in charge of PBF and PAK must be a pharmacist who meets the qualifications and competencies. Before becoming a pharmacist, it is necessary to be equipped with insights, skills, and a comprehensive understanding of both theory and practice directly. Therefore, Pharmacist Professional Work Practice (PKPA) is needed as a means of training. Pharmacist Professional Study Program (PKPA) University of Indonesia in collaboration with PT. SamMarie Tramedifa, a subsidiary of SamMarie Group, to organize PKPA at PBF PT. SamMarie Tramedifa which takes place from October 8-19, 2021. During Pharmacit Profesiional Work Practice(PKPA), I gave special jobdesc to comparative analyse of stock card expenditures against the SMHG Formularium."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Sylvarizky
"Lebih dari separuh dari seluruh obat di dunia diresepkan, diberikan dan dijual secara tidak tepat dan separuh dari pasien menggunakan obat secara tidak tepat. Penggunaan obatobatan yang berlebihan, kurang atau bahkan disalahgunakan dapat mengakibatkan pemborosan dan meluasnya bahaya kesehatan. Dalam memastikan penggunaan obat yang rasional diperlukan Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) untuk menilai apakah obat tersebut digunakan secara rasional. EPO merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan secara kualitatif demham melakukan evaluasi POR, dan secara kuantitatif dnegan metode ATC-DDD serta DU90%. Tugas khusus ini bertujuan untuk mengetahui profil penggunaan obat di Puskesmas Kecamatan Kalideres pada periode Juli – Desember Tahun 2020 secara kuantitatif dan kualitatif. Penelitian dilakukan dalam dua tahap, yaitu penilaian secara kuantitatif dan penilaian secara kualitatif. Hasil penelitian secara kuantitatif menunjukkan dengan eksklusi berdasarkan nilai DDD, didapatkan sebanyak 79 jenis obat dan diperoleh nilai DDD sebesar 1.4999.903,6 dengan jumlah DDD terbesar yaitu amlodipin sebesar 488.910. Selain itu, terdapat 20 jenis obat yang berada dalams segmen DU90%. Sedangkan, secara kualitatif menggunakan beberapa indikator peresepean untuk tiga diagnosis penyakit, yaitu ISPA Non-Pneumonia, Diare Non-Spesifik dan Myalgia, serta rerata obat yang diresepkan untuk tiga penyakit tersebut penggunaan obat dikatakan sudah rasional, , didapatkan nilai rata-rata Capaian Kinerja POR sebesar 102,41%.

More than half of all drugs worldwide are inappropriately prescribed, administered and sold and half of patients misuse drugs. Overuse, underuse, or even misuse of drugs can result in waste and widespread health hazards. A Drug Use Evaluation (DUE) is required to assess whether the drug is used rationally to ensure the rational use of drugs. EPO is a structured and qualitatively continuous drug use evaluation program that evaluates RDU and quantitatively with the ATC-DDD and DU90% methods. This special task aims to quantitatively determine the profile of drug use in the Kalideres District Health Center in July – December 2020 quantitatively and qualitatively. The research was conducted in two stages: quantitative and qualitative. The study's results quantitatively showed that with exclusion based on DDD values, 79 types of drugs were obtained, and DDD values were obtained of 1,4999,903.6 with the largest amount of DDD, namely amlodipine of 488,910. In addition, there are 20 types of drugs in the DU90% segment. Meanwhile, qualitatively using several prescribing indicators for three disease diagnoses, namely Non-Pneumonia ARI, Non-Specific Diarrhea, and Myalgia, as well as the average drug prescribed for the three diseases, the use of drugs is said to be rational, the average value of POR Performance Achievement is 102.41%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fahrul Rizal
"Medication error merupakan hal yang bertentangan dengan pelayanan kefarmasian di rumah sakit yang berpusat pada pasien, salah satunya pada tahap peresepan Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Peresepan OAT belum disesuaikan dengan perubahan berat badan yang diatur pada standar Kementerian Kesehatan sehingga terjadi resistensi obat. Ketidakpatuhan pasien dalam mengonsumsi OAT juga dapat memperparah resistensi obat sehingga apoteker berperan dalam melakukan audit klinis untuk mengoptimalkan pengobatan pasien Tuberkulosis Resisten Obat (TB – RO) di Rumah Sakit Universitas Indonesia melalui proses pengisian data audit klinis yang merujuk pada hasil kunjungan terakhir pasien ke rumah sakit pada bulan Maret – April 2023 yang bersumber dari Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS). Berdasarkan proses tersebut, dihasilkan rekomendasi peningkatan mutu pelayanan kefarmasian untuk pasien TB – RO dengan menyesuaikan dosis OAT berdasarkan berat badan, menyesuaikan jumlah item dengan paduan pengobatan TB jangka panjang dan jangka pendek, dan memberikan usulan tindak lanjut terhadap efek samping OAT yang belum diresepkan obat lain.

Medication error is something that contradicts pharmaceutical care in a patient-centered hospital, one of which is at the stage of prescribing Anti-Tuberculosis Drugs (ATD). ATD prescribing has not been adjusted to changes in body weight as regulated in the Ministry of Health standards, resulting in drug resistance. Patient non-compliance in taking ATD can also exacerbate drug resistance so that pharmacists play a role in conducting clinical audits to optimize the treatment of Drug Resistant Tuberculosis (DR-TB) patients at the University of Indonesia Hospital through the process of filling in clinical audit data that refers to the results of the patient's last visit to the hospital in March - April 2023 sourced from the Hospital Management Information System (HMIS). Based on this process, recommendations were made to improve the quality of pharmaceutical care for patients with TB-DR by adjusting the dose of ATD based on body weight, adjusting the number of items with a combination of long-term and short-term TB treatment, and providing follow-up suggestions for ATD side effects that have not been prescribed other drugs."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>