Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurul Misbah
"ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan untuk melihat seberapa besar kecenderungan auditor melakukan audit kecurangan (frctud audit). Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori planned behavior dari Ajzen (1988) yang menyatakan perilaku individu ditentukan oleh intensinya untuk melakukan perilaku tersebut. Ada tiga variabel yang berperan dalam intensi yaitu sikap, norma subyektif, dan perceived behavioral control. Besarnya bobot masing-masing variabel tersebut dapat menggambarkan bagaimana peranan yang diberikan terhadap timbulnya tingkah laku. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui 1) bagaimana gambaran intensi subyek, 2) bagaimana hubungan dari sikap, norma subyektif, dan perceived behavioral control terhadap intensi, serta variabel-variabel mana yang paling berpengaruh, 3) bagaimana gambaran behavioral belief evaluasi terhadap behavioral belief normalive belief, motivalion to comply, perceived behavioral control belief, 4) bagaimana respon subyek terhadap intensi dan apa yang menjadi alasan pemilihan posisi intensi.
Yang menjadi independen variabel penelitian ini adalah sikap, norma subyektif, dan perceived behavioral control belief auditor untuk melakukan audit kecurangan. Sedangkan dependen variabel penelitian adalah intensi auditor untuk melakukan audit kecurangan. Subyek penelitian adalah 45 orang auditor di salah satu instansi pemerintah. Adapun pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner dengan mengacu pada skala semantic dijferential, dengan teknik incidental sampling. Pengolahan data dilakukan melalui analisis deskriptif sampel, mean dan standar deviasi, serta korelasi dan analisis regresi berganda.
Hasil yang dapat disimpulkan dari penelitian ini adalah :
1. Intensi subyek untuk melakukan audit kecurangan cukup tinggi. Tidak terdapat perbedaan intensi yang signifikan antara kelompok berdasarkan jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pengalaman kerja. Akan tetapi terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok yang mempunyai pengalaman melakukan audit kecurangan dengan yang belum pernah melakukan audit kecurangan.
2. Terdapat hubungan yang signifikan dari variabel sikap dan perceived behavioral control yang digali secara direct terhadap intensi auditor untuk melakukan audit kecurangan.
3. Belief yang dimiliki subyek mengenai tingkah laku untuk melakukan audit kecurangan adalah : bisa menegakkan kebenaran, menambah pengalaman, menambah wawasan tentang modus operandi kecurangan, dan mengetahui karakter dan sifat pelaku kecurangan. Normative belief mereka adalah atasan dan rekan dalam tim audit. PBC belief mereka adalah menyelamatkan kerugian negara, keterbatasan dana audit, mempunyai kemampuan.
4. Alasan pemilihan posisi intensi dari sangat berniat sampai agak berniat terutama karena telah mendapat pendidikan dan pelatihan audit kecurangan. Alasan pemilihan posisi netral adalah : tergantung penugasan dan tergantung masalah yang dihadapi. Alasan pemilihan posisi agak tidak berniat terutama karena data sulit dan mendapat tantangan dari pihak yang diaudit. Sedangkan alasan pemilihan posisi intensi tidak berniat karena waktu audit yang lama, tidak ada pengetahuan dan pengalaman.
Disarankan untuk mencobakan alat pada instansi lain sehinga dimungkinkan ditemukan hal-hal yang berbeda bila subyek, diperluas ; perlu dicennati hal-hal yang dapat mendorong dilakukannya audit kecurangan dan meminimalkan hal-hal yang menjadi penghambat timbulnya perilaku; mencoba mengembangkan auditor melalui pendidikan dan pelatihan yang mengacu pada belief yang dimiliki auditor."
2002
S3109
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Misbah
"ABSTRAK
Setelah melakukan restmkturisasi pada tahun 2001, instansi DEF
mclakukan reposisi clan rediiinisi peran pegawainya, yaitu dari auditor yang
hanya bertugas sebagai pengawas, menjadi pengawas sekaligus dapat
memberi jasa konsultansi di bidang keuangan, sistem informasi, sezta
mcnjadi katalis yang dapat mempercepat proses perubahan manajemen
pemerintahan. Masalah muncul ketika pejabat struktural sebagai pemimpin
suatu unit kerja tidak dapat menunjukkan kincria yang diharapkan, karena
kurang kompeten (lack of competence)
Sebagai langkah awal untuk mengatasi pcrmasalahan, sejak tahun 2003
instansi DEF mengadakan assesment center untuk pejabat eselon II, III, dan
IV. Assesmen! center dilakukan untuk melihat kesiapan pejabat struktural
menduduki jabatannya saat ini dan kemungkinan untuk dapat menduduki
jabatan yang lebih tinggi, serta kompetensi manajerial apa saja yang masih
harus dikcrnbangkan agar bisa optimal.
Dari hasil assesment center masih banyak kompetensi manajerial pejabat
struktural eselon II, III, dan IV yang belum memenuhi kriteria yang
ditetapkan organisasi. Metode pengembangan panama, dilakukan feedback
untuk semua pejabat mengcnai hasil assesmenl center, sehingga mereka
mengetahui kekuatan dan kelemahannya, kemudian diikuti dcngan
konseling. Pengembangan berikulnya dilakukan mclalui on Ihejob training,
yaitu pelatihan yang dilaksanakan dalam lingkungan pekerjaan, dan ojj' the
job training, yaitu pelalihan yang dilakukan di luar pekerjaan. Tetapi
mengingat banyaknya kompetensi yang perlu dikembangkan, sebagai
Iangkah awal rancangan pengembangan untuk on :he job dan of rhe job
training diprioritaskan terlebih dahulu untuk kompctcnsi 50% dari jumlah
pejabat memperoleh skor yang belum memenuhi kriteria, sedangkan di
bawah 50% mcnjadi prioritas berikutnya untuk dikembangkan."
2007
T34184
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library