Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
I Ketut Setiawan
"Pertanian, sebagai mata pencaharian utama dalam kehidupan manusia, telah mengalami suatu proses perkembangan yang cukup panjang. Penemuan kepandaian bercocok tanam atau pertanian merupakan suatu peristiwa besar dalam proses perkembangan kebudayaan manusia, bahkan sering kali peristiwa itu disebut sebagai suatu "revolusi" dalam peradaban umat manusia (Gordon Childe, 1953). Masa ini amat penting dalam sejarah perkembangan masyarakat, karena pada masa ini beberapa penemuan baru berupa penguasaan sumber-sumber alam bertambah cepat. Berbagai macam tumbuh-tumbuhan mulai dipelihara, cara untuk memanfaatkan hutan belukar dengan menebang dan membakar pohon-pohon serta pemanfaatan lahan pertanian mulai dikembangkan, sehingga tercipta ladang-ladang dan persawahan yang memberi hasil-hasil pertanian (Soejono, 1975 : 153)
Namun demikian, hingga saat ini para ahli masih sulit menentukan kapan sesungguhnya manusia mulai melakukan kegiatan bercocok tanam atau pertanian tersebut. Sehubungan dengan hal itu, Koentjaraningrat.mengemukakan : "sejak makhluk manusia timbul di muka bumi ini kira-kira 2.000.000 tahun yang lalu, ia hidup dari berburu, sedangkan baru kira-kira 10.000 tahun yang lalu ia mulai menemukan bercocok tanam. Tentu sekarang timbul suatu pertanyaan yang amat menarik, ialah : di manakah di muka bumi timbul revolusi kebudayaan yang merobah pola hidup itu ? Soal asal mula bercocok tanam hanya bisa menjadi lapangan untuk berbagai dugaan dan spekulasi yang sebenarnya sukar dibuktikan dengan nyata. Rupa-rupanya bercocok tanam tidak terjadi sekonyong-konyong, tetapi kepandaian itu timbul berangsur-angsur di berbagai tempat di dunia. Mungkin usaha percocok tanam yang pertama mulai dengan aktivitas mempertahankan tumbuh-tumbuhan di tempat-tempat yang tertentu, terhadap serangan binatang-binatang, atau membersihkannya dari rumput-rumputan yang merusak. Dalam pekerjaan ini, manusia tentu mudah dapat mengobservasi bagaimana misalnya biji yang jatuh dapat tumbuh lagi, atau mendapatkan bagaimana potongan batang singkong misalnya dapat menjadi tumbuh-tumbuhan baru apabila ditancapkan di tanah, dan sebagainya. Demikianlah dapat dibuat berbagai teori yang mencoba menjawab soal bagaimana manusia itu untuk pertama kali mulai bercocok tanam, tanpa dapat dibuktikan (1974 : 37)
Kelompok masyarakat yang hidup dari bercocok tanam, biasanya tinggal di dalam lingkungan alam yang memiliki curah hujan yang cukup, sehingga menjamin kelangsungan tanam-tanaman. Selain itu, daerah-daerah yang didiami oleh masyarakat ini terdiri dari areal hutan lebat, tanahnya basah, dan mungkin pula berawa,-rawa, dan masyarakat yang demikian biasanya memiliki pola perkampungan yang bersifat menetap. Untuk kelangsungan hidupnya, mereka melakukan kegiatan bercocok tanam, yaitu menanam berbagai jenis tanam-tanaman, dan salah satu diantaranya adalah padi.
Padi, merupakan tanaman pertanian kuno yang sampai sekarang menjadi tanaman utama di Asia Tenggara. Bukti-bukti arkeologis menunjukkan bahwa padi telah dibudidayakan oleh masyarakat petani1 sejak lama. Beberapa daerah yang diduga menjadi daerah asal tanaman padi adalah India utara bagian timur, Bangladesh utara, Burma, Thailand, Vietnam dan Cina bagian selatan (Chang, 1976). Hasil penelitian Chang juga menunjukkan bahwa padi telah dibudidayakan di Asia sejak masa Neolitik, yaitu 5000 SM.
Kebudayaan bercocok tanam padi menurut Bellwood (1985 : 119 - 121) dibawa oleh para migran dari Asia Tenggara bagian utara, yang dulunya mendiami daerah sekitar pulau Formosa dan kepulauan Filipina bagian barat. Mereka bermigrasi ke selatan, akhirnya tinggal menetap di kepulauan nusantara2, menularkan ke budaya mereka dan..."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Ketut Setiawan
"Untuk mencapai reputasi yang baik, perusahaan melakukan berbagai kegiatan strategis. Salah satunya melalui program community relations. Bagi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), program community relations yang dapat dilakukan adalah program corporate social responsibility (CSR) dan community development (Comdev).
Prinsip yang terkandung dalam CSR adalah charity dan stewardship. CSR adalah kewajiban perusahaan untuk melindungi dan memperbaiki kesejahteraan masyarakat. Sedangkan Comdev Iebih menitikberatkan pada prinsip pemberdayaan masyarakat.
Reputasi perusahaan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain visi, kebijakan formal perusahaan, budaya organisasi, komunikasi, identitas perusahaan dan citra negara atau industri. Faktor-faktor ini harus dapat dikon;unikasikan dengan baik melalui strategi komunikasi korporasi. Dalam kaitan dengan perubahan lingkungan yaitu implementasi otonomi daerah, BUMN dapat menerapkan strategi untuk mengharmoniskan tujuan perusahaan dengan perubahan dan tujuan perusahaan dengan harapan publik. Strategi respon sosial ini relevan dalam strategi komunikasi dan implementasi program CSR dan Comdev dan bisa dikaitkan dengan strategi buffering dan bridging ketika perusahaan berhubungan dengan lingkungan.
Melalui penelitian kualitatif, peneliti mencoba mengkaji strategi komunikasi dan implementasi program CSR dan Comdev BUMN dikaitkan dengan adanya implementasi otonomi daerah. Penelitian evaluatif ini dilakukan di PT Pupuk Kalimantan Timur Tbk. Data didapat melalui kajian kepustakaan dan wawancara mendalam dengan beberapa informan yang telah ditentukan. Data tersebut dianalisis dengan mengikuti prooposisi teoritis atau kerangka konsep yang membawa pada studi evaluasi dan dengan mengembangkan kerangka kerja deskripitif untuk mengorganisasikan studi evaluasi.
Dari analisis data ditemukan bahwa perubahan lingkungan dengan adanya implementasi otonomi daerah membawa perubahan kebijakan dan konsep bagi BUMN dalam strategi komunikasi dan implementasi program CSR dan Comdev. Strategi komunikasi yang awalnya low profile dibenahi menjadi lebih proaktif dengan penguatan aspek-aspek kualitatif komunikasi formal dan memperbaiki komunikasi informal dengan .stakeholder. Sedangkan implementasi program Comdev mengalami perubahan, balk fokus daerah binaan maupun alokasi dana.
Keberhasilan BUMN, khususnya dalam melaksanakan program Comdev tidak serta merta dapat dijadikan sebagai pedoman dalam melaksanakan program Comdev yang lebih komprehensif untuk diterapkan di sebuah daerah. Perbedaan kepentingan antara pe-nerintah, perusahaan dan stakeholder keduanya bisa menjadikan program ini kurang berjalan dengan baik. Salah satu perubahan lingkungan yang membawa dampak dalam strategi komunikasi program ini adalah dengan diterapkannya otonomi daerah.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan praktis bagi BUMN dan perusahaan lainnya dalam menata dan membenahi program CSR dan Comdev. Perubahan yang dapat dilakukan adalah menempatkan program CSR yang mengandung prinsip charity dan stewardship sebagal investasi sosial perusahaan (corporate social investment) sehingga dapat menumbuhkan kemandirian bagi masyarakat. Dengan demikian, program CSR akan sinergi dengan program Comdev sebagal upaya perusahaan untuk mencapai reputasi yang balk. Dari sisi akademis, bidang kajian Comdev yang relatif lebih banyak dibahas dalam perspektif ilmu kesejahteraan sosial atau social welfare dengan menitikberatkan pada pendekatan kemasyarakatan. Karena BUMN juga melakukan program ini, maka diharapkan Comdev juga bisa dikembangkan dalam perspektif ilmu komunikasi sehingga menjadi bidang yang menarik dalam kajian corporate communications."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T21697
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library