Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dimyati
Jakarta: Rineka Cipta, 2006
370.15 DIM b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ipit Saefidier Dimyati
"Penelitian ini berusaha untuk melihat jeprut, sejenis seni pertunjukan (performing art), yang sedang tumbuh di Bandung, sebagai perlawaan terhadap hegemoni kekuasaan dari sudut pandang kebudayaan. Untuk menuju ke arah itu dalam penelitian ini kebudayaan dipahami sebagai hal yang memiliki dua sisi yang, meskipun saling bertentangan, tidak bisa dipisahkan, yakni sisi yang mapan, dan sisi yang memberi peluang bagi perubahan. Sisi yang mapan merupakan kebudayaan dominan, berisi norma atau aturan yang menjadi pedoman untuk bertingkah laku para anggota suatu masyarakat pendukung kebudayaan tersebut, sedangkan sisi yang lainnya merupakan potensi-potensi yang mendesak keluar untuk menjadi hal yang aktual. Di antara kedua sisi itu, ada ruang yang tak ada di mana-mana, tapi juga ada di mana-mana, yakni ruang liminal. Ruang liminal adalah semacam lambang, in-between. yang berisi sesuatu yang keluar dari sisi peluang yang disediakan kebudayaan. Dengan kata lain, ruang liminal merupakan tempat teraplikasikannya potensi yang dimiliki oleh suatu kebudayaan. Ia berada di ruang liminal, sebab ia tidak lagi berupa potensi, tapi juga ia ditolak oleh sisi yang mapan, karena mengingatnya sifat yang `subversif", berbeda, dan dianggap mengganggu ketertiban, keharmonisan dan kenormalan yang telah berjalan.
Dilihat dari pembagian kebudayaan serupa di atas, maka posisi jeprut bisa dipahami berada di ruang liminal, sebab meskipun awalnya hanya berupa potensi-potensi, tapi karma sudah teraktualisasi, maka ia tidak lagi berada dalam sisi peluang. Meskipun begitu, ia pun bukan bagian dari sisi yang mapan, sebab kehadirannya tidak atau belum menjadi bagiannya, bahkan kehadirannya ditolak oleh orang-orang yang berada di dalam kebudayaan dominan tersebut.
Orang-orang yang berada dalam kekuasaan biasanya cenderung untuk mempertahankan situasi dan kondisi yang ada, sebab ia telah diuntungkan oleh keadaan itu. Untuk menjaga agar kebudayaan berada dalam status quo, diciptakanlah strategi-strategi untuk mempertahankannya, seperti menciptakan aturan beserta sanksinya, baik berupa kurungan atau penyiksaan badan, bagi orang yang melanggar aturan tersebut. Strategi itu bisa pula berupa penyebaran wacana melalui berbagai bentuk media, seperti teks-teks pidato, karya tulis para pakar, seni, sekolah, dan media massa. Bila strategi itu berhasil diterapkan, maka norma-norma yang telah menguntungkan penguasa itu menjadi terintenialisasi di dalam diri orang yang dikuasainya, dan secara tidak sadar marasa patuh untuk melaksanakannya dengan tanpa melalui paksaan. Bila pun ia merasa menjalankan suatu norma yang menjadi pedomannya untuk berperilaku, namun normna penguasa itu tidak dirasakan sebagai suatu paksaan, tapi dipahami sebagai hasil dari suatu konsensus bersama. Dalam konsep Gramsci, kondisi serupa itu disebut sebagai hegemoni.
Akan tetapi, secanggih apapun hegemoni itu dikembangkan, ia senantiasa akan melahirkan orang yang memiliki ide atau gagasan dari ide atau gagasan yang dominan. Bila gagasan serupa itu muncul ke permukaan, biasanya ia direpresi dengan berbagai cara. Jeprut merupakan suatu Cara berekspresi para seniman Bandung yang berbeda dari biasanya. Secara etimologis kata itu berarti putus (secara tiba-tiba), tapi bisa juga berarti gila. Pada kenyataannya, karya-karya seniman yang dikategorikan sebagai jeprut, memang `terputus' dari penciptaan yang biasanya, dan ia tampak aneh, abnormal, berada di luar kelaziman atau 'Ole. Oleh karena itu banyak orang yang menganggap jeprut bukan karya seni, tapi tak lebih sebagai hasil perilaku dari orang yang melakukan kompensasi karena ketidakmampuan membuat karya seni yang konvensional.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu melalui kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menjawab pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu penelitian. Tujuan utama penggunaan metode ini adalah agar bisa menggambarkan jeprut pada saat penelitian ini dilakukan, kemudian memeriksa sebab-sebabnya mengapa ia muncul dalam suatu kebudayaan.
Penemuan penting hasil penelitian menunjukkan bahwa jeprut merupakan suatu resksi atau perlawanan terhadap kekuasaan Orde Baru yang hegemonik. Pada awal kemunculannya karya-karya jeprutt memperlihatkan suatu bentuk yang tidak teratur, sulit diterka, dan memiliki unsur sensasi yang besar. Hal itu bisa dipahami karena ia berusaha untuk menghindari pembrangusan yang senantiasa dilakukan oleh para elite Orde Baru terhadap karya-karya seni yang terlalu berani membicarakan persoalan-persoalan yang dianggapmya `terlarang' untuk dibicarakan di ruang publik.
Namun ketika kekuasaan Orde Baru berakhir, jeprut memperlihatkan suatu perubahan yang besar. Selain penggunaan tempat tidak lagi di ruang-ruang yang banyak dikunjungi orang, namun ruang-ruang yang lebih eksklusif, dalam penyajiaannya terlihat semakin tertib, dan lebih `verbal', jelas apa yang dibicarakannya, yakni perlawanan terhadap hegemoni kekuasaan. Perubahan ini tampaknya seiring dengan semakin berkembangnya suatu bentuk pengucapan baru dalam seni rupa yang disebut performance art (seni rupa pertunjukan).
Dari hasil analisis ditemukan bahwa sasaran perlawanan jeprut memiliki dua arah, yaitu perlawanan eksternal dan internal. Perlawanan eksternal adalah perlawanan terhadap kondisi sosial politik yang berada di luar kehidupan kesenian secara langsung, sedangkan perlawanan internal adalah perlawanan terhadap kehidupan kesenian itu sendiri.
Sebagai kesimpulan, hadirnya jeprut dalam suatu kebudayaan dominan menunjukan hubungan antara kekuasaan dari karya seni. Ada tiga otoritas yang biasanya memiliki kekuasaan dalam mendefinisikan karya seni, yaitu: seniman, kritikus seni, dan media massa. Untuk memperdalam masalah itu, penulis menyarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut di waktu yang akan datang."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T1601
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farida Dimyati
"Sejarah perjuangan bangsa Indonesia senantiasa mendasarkan diri pada semangat perjuangan seluruh rakyat, dan didorong olch perasaan senasib dan sepenanggungan serta sikap berani berkorban untuk membela tanah air. Kondisi yang demikian telah melahirkan semangat persatuan, semangat kemerdekaan dan percaya diri yang besar yang pada akhirnya berhasil menumbangkan dominasi kekuasaan kolonial. Kebcrhastlan ini diwujudkan dengan diproklamasikan Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Bertitik tolak pada Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 ini, maka diterapkanlah sistem politik yang mencerminkan kehendak seluruh rakyat Indonesia sebagaimana tertuang didalam Undang-Undang Dasar J945, yang berlandaskan falsafah dan ideologi Pancasila. Falsafah dan ideologi Pancasila tersebut secara kongkrit termuat di dalam Alenia IV Pembukaan Undang-undang Dasar 1945, yang berbunyi:
" Kemudian daripada itu untuk membentuk pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahtcraan umum, mcncerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indoensia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, kemantisiaan yang adil dan beradab, persatuan Indoensia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakitan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh Indonesia" (Naskah Undang-undang Dasar 1945).
Mengacu pada bunyi alenia IV Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tersebut, yang menggambarkan bahwa Pancasila sebagai falsafah dan ideologi Negara merupakan landasan sistera politik yang didasarkan pada kehendak seluruh rakyat, dan merupakan sistem pemikiran yang tumbuh dan berkembang dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia, maka :
Sebagai falsafah, Pancasila mempunyai fungsi menjadi dasar orientasi bagi penyelenggaraan kehidupan nasional, yang meliputi ekonomi, politik, sosial budaya dan pertahanan-keamanan ;
Sebagai ideologi, Pancasila mempunyai fungsi memberikan pedoman secara normatif bagi seluruh dasar kehidupan bangsa. Dalam kaitan ini Brig. Jend. Abdulkadir Besar menyatakan bahwa sebagai ideologi, Pancasila merupakan seperangkat nilai intrinsik yang diyakini kebenarannya oleh suatu masyarakat, dijadikan dasar menata dalam menegara (Abdulkadir Besar, 1991 :3).
Di dalam perjalanan sejarah kenegaraan, dikena! adanya beberapa ideologi. yang dianut oleh bangsa-bangsa yang ada didunia ini, yaitu antara lain : ideologi komunisme, ideologi liberalisme, ideologi fasisme, dan agama sebagai ideologi. Namun ideologi- ideologi tersebut tidak dapat diterima oleh bangsa Indonesia, karena bertentangan dengan budaya dan pengalaman sejarah perjuangan bangsanya. Oleh karena itu, dengan didasari oleh budaya dan pengalaman sejarah perjuangan bangsa Indonesia itulab, Pancasila merupakan pengalaman sejarah perjuangan bangsa Indonesia itulah, Pancasila merupakan ideologi yang cocok bagi bangsa Indonesia. Mencermati masalah tersebut Brig.Jend. Abdulkadir Besar, SH menyatakan : Pancasila dalatn rumusan pembukaan Undang - Undang Dasar 1945 yang secara mufakat bitlat diterima bersama diterimanya keseluruhan rancangan UUD 1945 oleh rapat besar BPUPKI pada tanggal 16 Jitli 1945, maupun dalam rumusan Pembukaan UUD 1945 yang disyahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945 berkualifikasi sebagai dasar negara, seperti yang terumus dalam alinea IV,
yang berbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakiian, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (Abdulkadir Besar, 1991: 2). "
Bertumpu pada fungsi Pancasila dalam kapasitasnya memberikan pcdoman secara normatif bagi seluruh dasar kehidupan bangsa, maka secara moral mengikat sekaligus membimbing segenap pclaku dari kehidupan negara dan bangsa, yang didalamnya juga tercakup : kehidupan masyarakat dan individu/perorangan, baik sebagai warganegara maupun sebagai penduduk. Dengan demikian falsafah dan ideologi Pancasila merupakan cita hukum atau rechtsidee, yang oleh para pendiri negara dinyatakan bahwa : Pancasila secara hukum mengikat segenap subyek kehidupan negara dan kehidupan masyarakat. Hal ini jelas dinyatakan di dalam Penjelasan UUD 1945 yaitu : "Pokok-pokok pikiran ini mewujudkan cita-cita hukum (rectsidee) yang menguasai hukum dasar negara, baik hukum yang tertulis (UUD) maupun hukum yang tidak tertulis (Naskah UUD 1945, Penjelasan Umum angka III). Pokok-pokok pikiran yang dimaksud diatas adalah Pancasila itu sendiri. Oleh karena itu di dalam sejarah bangsa dan negara Indonesia (modern) ideologi yang telah disepakati adalah
Pancasila, dengan ciri-ciri yang sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana tercantum di dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alenia IV, yaitu :
a. Melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
b. Memajukan kesejahteraan umum,
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa,
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial (Naskah UUD 1945).
Keempat butir pokok pikiran di dalam Alinea IV Pembukaan UUD 1945 tcrsebut selain mcrupakan cita-cita nasional juga mempunyai target tujuan nasional yaitu masyarakat adil dan makmur. Sedangkan Undang-undang Dasar 1945 sendiri adalah merupakan jabaran langsung satu tingkat lebih konkrit dari Pancasila. Praktek Pancasila di dalam Undang-undang Dasar 1945 tertuang didalam batang-tubuhnya yang terdiri 37 pasal, oleh karena itu implementasi Pancasila di dalam kehidupan kenegaraan dan kehidupan bangsa Indonesia di segala aspek, dapat dikaji dan dianalisis melalui praktek pengejawantahan terhadap pasal-pasal UUD 1945 tersebut. Untuk itu lebih dulu menelusuri perjalanan sejarah dari proses pembentukan integrasi nasional atau persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Proses persatuan dan kesatuan bangsa (integrasi-nasional) di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia ini telah melalui sejarah perjuangan yang panjang berupa perjuangan fisik yang berat dan penuh penderitaan
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T1318
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhyidin Dimyati
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang PENGARUH GERAK BADAN PEMULIHAN (COOL-DOWN) SETELAH MELAKUKRN KERJA FISIK TERHADAP TEKANAN DARAH DAN FREKUENSI DENYUT JANTUNG, pada 30 orang percobaan, 1ak1-iakl umur 20-30 tahun, bukan atlit.
Penelitian I dengan gerak badan pemulihan. penelitian II tanpa gerak badan pemulihan. Seminggu setelah penelitian I. Tekanan darah dan frekuensi denyut jantung diperiksa perubahannya dari saat segera sampai dengan 30 menit setelah kerja fisik dihentikan.
Terdapa perbedaan tekanan darah sistolik yang sangat bermakna pada 1/2 menit pertama setelah kerja fisik dihentikan. Terdapat perbedaan frekuensi denyut jantung yang bermakna pada menit ke 1/2, 1, 2, dan 3 dan perbedaan yang sangat bermakna pada menit ke 30 setelah kerja fisik dihentikan.
Keluhan subjektif berupa pusing dan lemas terdapat pada yang tidak melakukan gerak badan pemulihan (23.33%), yang timbul pada 1/2 menit pertama setelah kerja fisik dihentikan. Pada yang melakukan gerak badan pemulihan tidak terjadi keluhan subjektif."
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aan Surachlan Dimyati
"ABSTRAK
(I) Tujuan Penelitian
Penelitian dimaksudkan untuk memahami fungsi dan peranan Bank Garansi sebagai salah satu bentuk jaminan yang dikeluarkan oleh Bank, untuk membantu memperlancar transaksi-transaksi yang dibuat oleh nasabahnya dengan pihak lain.
Sebagai perjanjian penanggungan hutang Bank Garansi mengandung pemyataan kesanggupan bank untuk menanggung pemenuhan prestasi pihak debitur (nasabah) kepada kreditur, manakala debitur sendiri melakukan wanprestasi (ingkar janji).
Dalam penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya petunjuk awal, bahwa Bank
Garansi merupakan jaminan bank yang pada hakekatnya adalah penanggungan hutang ("borgtocht") yang mempunyai bentuk khusus. Yang menjadi masalah adalah dimana letak kekhususannya dari Bank Garansi itu ?
(II) Metode Penelitian
Untuk memahami karakteristik dari Bank Garansi, dipergunakan metode penelitian secara deduktif, melalui awal penelitian kepustakaan untuk memahami asas-asas dan prinsip-prinsip umum dari hukum perikatan dalam perjanjian dan penanggungan hutang, kemudian ditelaah. mengenai konsepsi dasar hukum jaminan.
Dengan dibantu oleh metode penelitian secara komparatif atas peraturan-peraturan dan keterangan-keterangan dari petugas-petugas bank yang didapat melalui questionaire, wawancara atau interview, maka hipotesa-hipotesa yang diuraikan pada awal penelitian, mendapatkan jawaban berupa hasil penelitian.
(III) Hasil Penelaahan
Hasil penelaahan menjelaskan bahwa :
- Bank Garansi adalah suatu lembaga jaminan yang diterbitkan oleh bank dalam bentuk warkat, yang pada hakekatnya merupakan bentuk khusus dari penanggungan hutang, dimana bank berkedudukan sebagai penanggung, yang memberikan jaminan atas terlaksananya pembayaran hutang debitur, apabila debitur sendiri tidak dapat melaksanakannya.
- Sebagai penanggungan hutang. Bank Garansi memiliki sifat-sifat khusus yang diantaranya menjadikan ia berfungsi dan berperan secara efisien dan efektif terutama dalam memperlancar transaksitransaksi perdagangan, Industri dan jasa-jasa, yaitu :
a. Penanggung adalah bank, yang secara financial telah memiliki kepercayaan dari masyarakat.
b. Atas permohonan debitur nasabah atau pihak-pihak tertentu yang mempunyai hubungan hukum dengan bank berdasarkan permintaan kreditur dalam suatu perjanjian pokok.
c. Penerbitannya didasarkan atas kanampuan dan kesediaan debitur untuk manberikan jaminan lawan yang dianggap cukup oleh bank.
d, Apabila debitur wanprestasi, pembayaran hutang oleh bank pada kreditur tetap terealisir, tanpa harus terlebih dahulu menyita dan menjual barang-barang debitur, asalkan penuntutan pambayaran masih dalam tenggang waktu yang ditetapkan.
- Prosedur penerbitan, bentuk serta peranan Bank Garansi masih perlu disempurnakan.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
H. Salim A. Dimyati
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T40028
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Dimyati
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S38484
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tjutju Tarliah Dimyati
Bandung: Sinar Baru, 1992
001.424 TJU o
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Aprilia Dimyati
"Sel Tunam adalah suatu alat konversi energi elektrokimia yang mengubah energi kimia (gas H2 dan O2) menjadi energi listrik sebagai hasil utama. Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell (PEMFC) merupakan salah satu jenis sel tunam yang sedang banyak dikembangkan karena memiliki banyak keunggulan seperti, temperatur operasi yang relatif rendah, power density yang tinggi, emisi gas buang yang rendah, serta energi yang efisien. Bagian penting dari sistem PEMFC adalah pelat bipolar yang merupakan komponen yang memberikan kontribusi berat dan volume yang tinggi mencapai 80% dari berat sel tunam secara keseluruhan. Oleh karena itu, sangat perlu dilakukan suatu rekayasa dengan material komposit yang massa jenisnya ringan namun juga memiliki sifat mekanis dan konduktivitas yang baik.
Penelitian ini bertujuan untuk merekayasa pelat bipolar tersebut dengan menggunakan bahan utama grafit, polimer termoset epoxy, serta penambahan carbon black dengan komposisi 5% berukuran kurang dari 44 μm. Pelat bipolar difabrikasi dengan melakukan variasi waktu mixing antara grafit EAF dan carbon black selama 15, 30, 45, 60, dan 75 menit. Pembuatan pelat bipolar ini dilakukan dengan proses hot press sebesar 55 MPa dan temperatur 100oC selama 4 jam dengan cetakan yang berukuran panjang 15 cm, lebar 15 cm, dan tebal 3-4 mm.
Setelah dilakukan karakterisasi, maka pelat bipolar ini menghasilkan sifat-sifat yang optimal pada waktu campur 15 menit, yaitu kekuatan fleksural 49,23 MPa, konduktivitas 6,71 S/cm, densitas 1,62 gr/cm3 , serta porositas 0,75%. Hasil ini masih bisa ditingkatkan terutama nilai konduktivitas pada pelat bipolar tersebut, sehingga diharapkan mampu digunakan sebagai pelat bipolar pada sistem sel tunam untuk sumber energi masa depan.

Fuel cell is an electrochemical energy conversion device that changes chemical energy (H2 and O2 gas) to electrical energy as the primary outcome. Polymer electrolyte Membrane Fuel Cell (PEMFC) is one type of fuel cell being developed because it has many advantages such as operating temperature is relatively low, high power density, emissions are low, and energy efficient. An important part of the PEMFC system is the bipolar plate is a component that contributes to weight and high volume reaches 80% of the weight of the fuel cell as a whole. Therefore, is very necessary to an engineering with composite materials with a minor density but also has good mechanical properties and conductivity.
This research aims to reverse the bipolar plate by using the main material of graphite, thermosetting epoxy polymers, and the addition of carbon black with variable composition of 5%wt. That graphite EAF and carbon black particle size are less than 44 μm. Bipolar plate was fabricated by various of mixing time between graphite and carbon black for 15, 30, 75, 60, and 75 minutes. Bipolar plate manufacturing is done by hot press process with 55 MPa pressure and temperature of 100 0 C for 4 hours by using a mold measuring 15 cm long, 15 cm wide, and 3-4 mm thick.
After a characterization, the bipolar plate has the properties of the optimal with mixing time at 15 minute, i.e flexural strength 49,23 MPa, conductivity 6,71 S/cm, density 1,62 gr/cm3, and porosity 0,75%. These results could still be improved, especially the value of conductivity of the bipolar plate, so that was expected to be used as bipolar plates in fuel cell systems for future energy sources.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S858
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Khudzaifah Dimyati
Yogyakarta: Genta, 2014
341 KHU p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>