Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zulkifli Amin
"ABSTRAK
The smoking habit give many bad effects, especially in health and economy aspect. In Indonesia, most people still have this habit. Quit smoking is beneficial. Clinicians have an important role in helping patients to quit their smoking habit. "
Bandung : Interna Publishing (Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam), 2016
CHEST 3:4 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Zulkifli Amin
"Masalah Penelitian
1. Apakah penggunaan kapsul Ekstrak Phylianthus Niruri L sebagai tambahan kepada obat anti TB standar untuk pengobatan TB paru (kasus baru) mampu mempercepat waktu konversi basil tahan asam, memperbaiki
keadaan klinis dan radioiogis '?
2. Apakah pemberian per-oral kapsul ekstrak Phyllanthus niruri L kepada
OAT standar mampu meningkatkan respon sistem imun penderita TB paru,
terutama komponen sistem imun yang erat hubungannya dengan proses
penyembuhan infeksi bakteri intraseluler ?
3. Bagaimana keamanan ekstrak Phyllanthus niruri L ini terhadap pasien TB
paru bila ditambahkan ke obat anti TB standar.
Tujuan Penelitian
1. Melihat kecepatan konversi sputum, perbaikan radiologis, indeks massa
tubuh, status klinis (demam, keringat malam, berat badan, batuk,
hemoptisis), hasil laboratorium (LED, hemoglobin) pada penderita TB paru
(kasus baru) sebelum pengobatan, serta 2 bulan dan 15 bulan sesudah
pemberian obat anti TB standar + EPN adjuvan.
2. Melihat pola respon imun seluler yang diwakili oleh IFN-y, TNF-on, dan IL-6
pasien TB paru, sebelum pengobatan, sesudah 2 bulan dan Sesudah 6
bulan pengobatan dengan obat standar anti TB + EPN.
3. Melihat angka kekambuhan / gagal terapi yang terjadi sampai 1 tahun
kemudian (sesudah 6 bulan selesai pengobatan).
Hipotesis Penelitian
1. Penambahan ekstrak Phyliantus niruri L pada OAT standar pasien TB paru
pasca primer (T BPPP) kasus baru akan menghasilkan konversi BTA lebih
cepat berbeda bermakna, keadaan klinis, laboratoris Iain dan radiologis Iebih
baik berbeda bermakna dibanding pemberian OAT standar + plasebo.
2. Penambahan ekstrak Phyllanthus niruri L pada OAT standar pasien TPPP
(kasus baru) akan menghasilkan peningkatan IFN-y disertai penurunan TNF-
on dan iL-6 yang berbeda bermakna dibanding pemberian OAT + plasebo.
3. Penambahan ekstrak Phyifanthus niruri L pada OAT standar pasien TBPPP
(kasus baru) tidak akan mengakibatkan efek samping berbeda bermakna
dibandingkan dengan pemberian OAT + plasebo.
Manfaat Penelitian
Manfaat klinis
1. Apabila penelitian ini berhasil sesuai dengan yang dihipotesiskan maka
penambahan ekstrak Phyinthus niruni L bisa dipertimbangkan sebagai
terapi tambahan untuk memperbaiki keberhasilan pengobatan minimal
mengurangi kemungkinan penularan oleh kasus-kasus drop-out yang sering
terjadi
2. Diketahui keamanan ekstrak Phyflanthus niruri L bila digabung dengan
obat anti TB pada pemakaian jangka panjang.
Manfaat metodologis
1. Penelitian ini adalah suatu uji klinik, tersamar ganda, plasebo-kontrol. Suatu
metode terbaik untuk menilai secara objektif manfaat dan kekurangan suatu
obat baru, sehingga hasilnya memiliki nilai kepercayaan yang cukup tinggi.
Bisa dikembangkan sebagai model penelitian uii klinis berbagai obat
tradisional Iainnya.
Manfaat ilmu pengetahuan
1. Memberi gambaran hubungan klainan lesi TB paru pasca primer tingkat
minimal dan moderately- advance dengan sitokin proinflamasi, yang
mungkin bisa menambah data untuk menerangkan berbagai hal kontroversi
pada patofisioIogi TBPPP.
2. Membuka jalan bagi pengembangan penelitian klinis imunomodulator Iain."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
D619
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilman Zulkifli Amin
"ABSTRAK
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia antara lain di Kecamatan Bayah. Dalam memberantas DBD diperlukan data dasar antara lain tingkat pengetahuan warga mengenai DBD. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan warga mengenai vektor DBD di kecamatan Bayah. Penelitian ini merupakan survei menggunakan desain cross sectional. Data diambil pada tanggal 12 - 14 Agustus 2009 dengan mewawancarai warga yang berada di kecamatan Bayah pada saat itu. Data diolah menggunakan uji chi square.
Hasilnya menunjukkan warga yang mempunyai tingkat pengetahuan baik mengenai vektor DBD ialah 10 orang (9,4%), cukup 27 orang (25,5%) dan tingkat pengetahuan kurang 69 orang (65,1%%). Warga tersebar merata pada berbagai kelompok usia. Kelompok usia 18-34 tahun sebanyak 45 orang (42,5%), kelompok usia 35-50 tahun sebanyak 39 orang (36,8%), dan kelompok usia > 50 tahun sebanyak 22 orang (20,8%). Sebagian besar warga mempunyai tingkat pendidikan rendah yaitu sebanyak 68 orang (64,2%). Lebih dari setengah warga yang tergabung dalam penelitian ini tidak bekerja yaitu sebanyak 63 orang (59,4%). Kebanyakan dari warga berjenis kelamin perempuan 83 orang (72,3%) Sebagian besar warga hanya mendapatkan informasi dari 1 sumber (43%) dan sumber informasi yang paling berkesan adalah media elektronik (48,1%) sedangkan informasi dari tetangga menempati urutan kedua (28,3%). Dari uji chi square terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan mengenai vektor DBD dengan usia dan tingkat pendidikan. Tingkat pengetahuan mengenai vektor DBD dengan jenis kelamin, jumlah sumber informasi, sumber informasi yang paling berkesan, dan status pekerjaan tidak berbeda bermakna. Disimpulkan tingkat pengetahuan warga mengenai vektor DBD kurang dan berhubungan dengan usia dan tingkat pendidikan.

ABSTRACT
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) is a health problem for Indonesian people, like in Bayah. In order to exterminate DHF, basic data of people knowledge level of DHF are needed. Therefore, the objective of this research is to know people knowledge level about DHF vector. This research used cross sectional design; done to Bayah?s people by interviewing and filling questionnaires about people knowledge of DHF vector. Data was taken on August 12th-14th, 2009 by interviewing the people at that time. Data was analyzed using chi square test.
The result showed that the people with good, fair, and bad knowledge level of DHF vector are 10 people (9,4%), 27 (25,5%), and 69 (65,1%), consecutively. The people fairly distributed at the age group. The amount at the group of age 18-34 years old is 45 (42,5%), at the group of age 35-50 years old is 39 (36,8%), at the group of age > 50 years old is 22 (20,8%). Most of the people have bad education that is 68 (64,2%). More than half of the people that join in this research don?t work. Most of the people are female 83 (72,3%) Most of the people got information from one information sources (43%) and the most impressive source was electronic media (48,1%); while information from neighbour hold the second position (28,3%). From chi square analysis test, there were significance relation between knowledge level of DHF vector with age and education level. But, there were no significance relation between knowledge level of DHF vector with sex, information sources, and job status. It was concluded that the knowledge of the people was bad and the knowledge level had significant relation with age and education level."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zulkifli Amin
"Ameloblastoma merupakan jenis tumor odontogenik yang umumnya jinak. Namun demikian, kurang dari 2% kasus ameloblastoma mengalami metastasis, terutama ke paru. Kami melaporkan satu kasus ameloblastik karsinoma dengan metastasis di kedua paru setelah 10 tahun pasca reseksi tumor primer dan 2 tahun pasca kemoterapi.

Abstract
Ameloblastoma is a type of odontogenic tumor and generally considered as a benign tumor. However, less than 2% of ameloblastoma were found to have metastases, mostly to the lung. We reported a case of 46-year-old man presenting with an ameloblastic carcinoma with lung metastases 10 years after the primary tumor was resected and 2 years after chemotherapy. Keywords: ameloblastoma, chemotherapy, radiation."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lukman Zulkifli Amin
"[ABSTRAK
Latar Belakang : Kejadian mortalitas dan MACE merupakan komplikasi pasca PCI yang seringkali terjadi. Kemampuan ahli dalam memprediksi komplikasi dengan cara melakukan stratifikasi risiko menggunakan skor risiko. New Mayo Clinic Risk Score (NMCRS) menggunakan tujuh variabel yang mudah didapatkan pada data awal pasien dan memiliki performa yang baik. Belum ada studi untuk karakteristik mortalitas dan MACE pada NMCRS di ICCU RSCM.
Tujuan : mengetahui insidens mortalitas dan MACE serta karakteristik NMCRS pada pasien pasca PCI selama perawatan di ICCU RSCM.
Metode : Penelitian dengan desain kohort retrospektif terhadap 313 pasien SKA pasca PCI di ICCU RSCM, dalam kurun waktu 1 Agustus 2013? 31 Agustus 2014. Data pasien dari rekam medis dimasukkan ke dalam tujuh variabel skor NMCRS kemudian ditentukan hasil setiap kategori risiko.
Hasil : Insidens mortalitas pasien pasca PCI selama perawatan 3,8% (IK 95% 2,6;5) dan MACE pasca PCI selama perawatan 8,3% (IK 95% 6,6;10). Pasien-pasien dengan usia yang semakin tua, fraksi ejeksi ventrikel kiri yang rendah, infark miokard, kreatinin serum yang meningkat, adanya syok kardiogenik pra prosedur, dan adanya penyakit arteri perifer memiliki kejadian mortalitas dan MACE yang lebih tinggi pasca PCI. Skor NMCRS untuk mortalitas menunjukkan kategori risiko sangat rendah 167 pasien (53%), risiko rendah 60 pasien (19%), sedang 47 pasien (15%), tinggi 10 pasien (3%) dan risiko sangat tinggi 29 pasien (9%). Kejadian mortalitas pada kategori risiko sangat rendah 2 kasus (1,2%), rendah 0 pasien, sedang 2 pasien (4,25%), tinggi 1 pasien (10%) dan sangat tinggi 7 kasus (24,13%). Skor NMCRS untuk MACE memberikan hasil kategori sangat rendah 101 pasien (32%), risiko rendah 128 pasien (41%), sedang 52 pasien (17%), tinggi 16 pasien (5%) dan sangat tinggi 16 kasus (5%). Kejadian MACE untuk risiko sangat rendah sebanyak 4 kasus (3,96%), rendah 7 pasien (5,46%), sedang 4 pasien (7,69%), tinggi 5 pasien (31,25%) dan risiko sangat tinggi 6 kasus (37,5%).
Kesimpulan : insidens mortalitas pasien pasca PCI selama perawatan 3,8% (IK 95% 2,6;5) dan MACE pasca PCI selama perawatan 8,3% (IK 95% 6,6;10). Kenaikan skor NMCRS maka akan diiringi peningkatan kejadian mortalitas dan MACE pasca PCI.

ABSTRACT
Background : Mortality and MACE was an often complication post PCI. Capability from an expert in predict complication by doing risk stratification using risk score. New Mayo Clinic Risk Score (NMCRS) using seven variables easy to collect from medical record and had a good performance. No report about mortality and MACE studies NMCRS characteristic for post PCI patients in ICCU RSCM.
Objective : To obtain mortality and MACE incidence and also NMCRS characteristic on post PCI patients in ICCU RSCM.
Methods : A retrospective cohort study was conducted to evaluate 313 post PCI patients in ICCU RSCM between August 1st 2013 and August 31 2014. Patients data from medical records collect for seven variables and determined category results for each risk category.
Results : In-hospital mortality post PCI incidence 3,8% (CI 95% 2,6;5) and inhospital MACE post PCI 8,3% (CI 95% 6,6-10). Patients that getting older, lower left ventricular ejection fraction, increase serum creatinine, pre-procedure cardiogenic shock, myocardial infarct and peripheral arterial disease had higher mortality and MACE post PCI. NMCRS in predict risk of mortalitas shown for very low risk 167 patient (53%), low risk 60 patient (19%), moderate risk 47 patient (15%), high risk 10 patient (3%) and very high risk 29 patient (9%). Mortality in very low risk 2 patient (1,2%), low risk no patient, moderate 2 patient (4,25%), high 1 patient (10%) and very high risk 7 patient (24,13%). NMCRS in predict MACE shown for very low risk 101 patient (32%), low risk 128 patient (41%), moderate 52 patient (17%), high 16 patient (5%) very high risk 16 patient (5%). MACE in very low risk 4 patient (3,96%), low risk 7 patient (5,46%), moderate risk 4 patient (7,69%), high risk 5 patient (31,25%) and very high risk 6 patient (37,5%).
Conclusion : In-hospital mortality post PCI incidence 3,8% (CI 95% 2,6;5) and in-hospital MACE post PCI incidence 8,3% (CI 95% 6,6;10). The increase of NMCRS score was also followed with the increase of mortality and MACE post PCI.;Background : Mortality and MACE was an often complication post PCI. Capability from an expert in predict complication by doing risk stratification using risk score. New Mayo Clinic Risk Score (NMCRS) using seven variables easy to collect from medical record and had a good performance. No report about mortality and MACE studies NMCRS characteristic for post PCI patients in ICCU RSCM.
Objective : To obtain mortality and MACE incidence and also NMCRS characteristic on post PCI patients in ICCU RSCM.
Methods : A retrospective cohort study was conducted to evaluate 313 post PCI patients in ICCU RSCM between August 1st 2013 and August 31 2014. Patients data from medical records collect for seven variables and determined category results for each risk category.
Results : In-hospital mortality post PCI incidence 3,8% (CI 95% 2,6;5) and inhospital MACE post PCI 8,3% (CI 95% 6,6-10). Patients that getting older, lower left ventricular ejection fraction, increase serum creatinine, pre-procedure cardiogenic shock, myocardial infarct and peripheral arterial disease had higher mortality and MACE post PCI. NMCRS in predict risk of mortalitas shown for very low risk 167 patient (53%), low risk 60 patient (19%), moderate risk 47 patient (15%), high risk 10 patient (3%) and very high risk 29 patient (9%). Mortality in very low risk 2 patient (1,2%), low risk no patient, moderate 2 patient (4,25%), high 1 patient (10%) and very high risk 7 patient (24,13%). NMCRS in predict MACE shown for very low risk 101 patient (32%), low risk 128 patient (41%), moderate 52 patient (17%), high 16 patient (5%) very high risk 16 patient (5%). MACE in very low risk 4 patient (3,96%), low risk 7 patient (5,46%), moderate risk 4 patient (7,69%), high risk 5 patient (31,25%) and very high risk 6 patient (37,5%).
Conclusion : In-hospital mortality post PCI incidence 3,8% (CI 95% 2,6;5) and in-hospital MACE post PCI incidence 8,3% (CI 95% 6,6;10). The increase of NMCRS score was also followed with the increase of mortality and MACE post PCI., Background : Mortality and MACE was an often complication post PCI. Capability from an expert in predict complication by doing risk stratification using risk score. New Mayo Clinic Risk Score (NMCRS) using seven variables easy to collect from medical record and had a good performance. No report about mortality and MACE studies NMCRS characteristic for post PCI patients in ICCU RSCM.
Objective : To obtain mortality and MACE incidence and also NMCRS characteristic on post PCI patients in ICCU RSCM.
Methods : A retrospective cohort study was conducted to evaluate 313 post PCI patients in ICCU RSCM between August 1st 2013 and August 31 2014. Patients data from medical records collect for seven variables and determined category results for each risk category.
Results : In-hospital mortality post PCI incidence 3,8% (CI 95% 2,6;5) and inhospital MACE post PCI 8,3% (CI 95% 6,6-10). Patients that getting older, lower left ventricular ejection fraction, increase serum creatinine, pre-procedure cardiogenic shock, myocardial infarct and peripheral arterial disease had higher mortality and MACE post PCI. NMCRS in predict risk of mortalitas shown for very low risk 167 patient (53%), low risk 60 patient (19%), moderate risk 47 patient (15%), high risk 10 patient (3%) and very high risk 29 patient (9%). Mortality in very low risk 2 patient (1,2%), low risk no patient, moderate 2 patient (4,25%), high 1 patient (10%) and very high risk 7 patient (24,13%). NMCRS in predict MACE shown for very low risk 101 patient (32%), low risk 128 patient (41%), moderate 52 patient (17%), high 16 patient (5%) very high risk 16 patient (5%). MACE in very low risk 4 patient (3,96%), low risk 7 patient (5,46%), moderate risk 4 patient (7,69%), high risk 5 patient (31,25%) and very high risk 6 patient (37,5%).
Conclusion : In-hospital mortality post PCI incidence 3,8% (CI 95% 2,6;5) and in-hospital MACE post PCI incidence 8,3% (CI 95% 6,6;10). The increase of NMCRS score was also followed with the increase of mortality and MACE post PCI.]"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zulkifli Amin
"ABSTRAK
1. APakah penggunaan kapsul Ekstrak Phylianthus Niruri L sebagai tambahan kepada obat anti TB standar untuk pengobatan TB paru (kasus baru) mampu mempercepat waktu konversi basil tahan asam, memperbaiki
keadaan klinis dan radioiogis '?
2. Apakah pemberian per-oral kapsul ekstrak Phyllanthus niruri L kepada
OAT standar mampu meningkatkan respon sistem imun penderita TB paru,
terutama komponen sistem imun yang erat hubungannya dengan proses
penyembuhan infeksi bakteri intraseluler ?
3. Bagaimana keamanan ekstrak Phyllanthus niruri L ini terhadap pasien TB
paru bila ditambahkan ke obat anti TB standar.
Tujuan Penelitian
1. Melihat kecepatan konversi sputum, perbaikan radiologis, indeks massa
tubuh, status klinis (demam, keringat malam, berat badan, batuk,
hemoptisis), hasil laboratorium (LED, hemoglobin) pada penderita TB paru
(kasus baru) sebelum pengobatan, serta 2 bulan dan 15 bulan sesudah
pemberian obat anti TB standar + EPN adjuvan.
2. Melihat pola respon imun seluler yang diwakili oleh IFN-y, TNF-on, dan IL-6
pasien TB paru, sebelum pengobatan, sesudah 2 bulan dan Sesudah 6
bulan pengobatan dengan obat standar anti TB + EPN.
3. Melihat angka kekambuhan / gagal terapi yang terjadi sampai 1 tahun
kemudian (sesudah 6 bulan selesai pengobatan).
Hipotesis Penelitian
1. Penambahan ekstrak Phyliantus niruri L pada OAT standar pasien TB paru
pasca primer (T BPPP) kasus baru akan menghasilkan konversi BTA lebih
cepat berbeda bermakna, keadaan klinis, laboratoris Iain dan radiologis Iebih
baik berbeda bermakna dibanding pemberian OAT standar + plasebo.
2. Penambahan ekstrak Phyllanthus niruri L pada OAT standar pasien TPPP
(kasus baru) akan menghasilkan peningkatan IFN-y disertai penurunan TNF-
on dan iL-6 yang berbeda bermakna dibanding pemberian OAT + plasebo.
3. Penambahan ekstrak Phyifanthus niruri L pada OAT standar pasien TBPPP
(kasus baru) tidak akan mengakibatkan efek samping berbeda bermakna
dibandingkan dengan pemberian OAT + plasebo.
Manfaat Penelitian
Manfaat klinis
1. Apabila penelitian ini berhasil sesuai dengan yang dihipotesiskan maka
penambahan ekstrak Phyinthus niruni L bisa dipertimbangkan sebagai
terapi tambahan untuk memperbaiki keberhasilan pengobatan minimal
mengurangi kemungkinan penularan oleh kasus-kasus drop-out yang sering
terjadi
2. Diketahui keamanan ekstrak Phyflanthus niruri L bila digabung dengan
obat anti TB pada pemakaian jangka panjang.
Manfaat metodologis
1. Penelitian ini adalah suatu uji klinik, tersamar ganda, plasebo-kontrol. Suatu
metode terbaik untuk menilai secara objektif manfaat dan kekurangan suatu
obat baru, sehingga hasilnya memiliki nilai kepercayaan yang cukup tinggi.
Bisa dikembangkan sebagai model penelitian uii klinis berbagai obat
tradisional Iainnya.
Manfaat ilmu pengetahuan
1. Memberi gambaran hubungan klainan lesi TB paru pasca primer tingkat
minimal dan moderately- advance dengan sitokin proinflamasi, yang
mungkin bisa menambah data untuk menerangkan berbagai hal kontroversi
pada patofisioIogi TBPPP.
2. Membuka jalan bagi pengembangan penelitian klinis imunomodulator Iain."
2005
D749
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulkifli Amin
"Kebiasaan merokok memberikan dampak yang buruk, terutama pada hal kesehatan dan ekonomi. Di Indonesia sendiri, masih banyak penduduk yang memiliki kebiasan merokok. Berhenti merokok memberikan keuntungan yang banyak. Dokter memiliki peranan penting dalam membantu pasien mengehentikan kebiasaan merokoknya."
Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
616 UI-IJCHEST 3:4 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Zulkifli Amin
"ABSTRAK
Gangguan ketersediaan oksigen akibat perburukan kondisi fisiologis akut akan meningkatkan risiko moralitas, khususnya pada pasien kritis yang memiliki keterbatasan daya konpensasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai saturasi oksigen perifer (Spo2) saat pasien masuk dalam memprediksi moralitas pasien gawat darurat medis dengan kondisi kritis di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) yang merupakan rumah sakit rujukan nasioanl di indonesia.
metode kami melakukan penelitian kohort retrospektif pada pasien kritis di ruang Resutasi Instalasi Gawat Darurat RSCM pada bulan Oktober sampai November 2012. pengukuran Spo2 dilakukan dalam waktu 15 menit setelah pasien masuk. Subjek kemudian dibagi menjadi dua kelompok: kelompok dengan SpO2 lebih atau sama dengan 95% (1) dan kurang dari 95% (2). Luaran yang dinilai adlah moralitas selama perawatan. Uji log-rank digunakan untuk membandingkan kesintasan kedua kelompok. Risiko moralitas selama perawatan dianalisis dengan Cox propotional hazard model.
Hasil moralitas selama perwatan terjadi pada 69 ( 40,1%) dari 172 subjek penelitian. Pasien dengan SpO2 kurang dari 95% memiliki laju kesintasan yang lebih rendah secara bermakna ( rerata kesintasan 21,3 vs 28,6 hari, log-rank p = 0,011). rasio hazard terjadinya moralitas adalah 1,8 (IK 95% 1,13 sampai 2,90) pada pasien dengan SpO2 di bawah 95%.
simpulan saturasi oksigen perifer di bawah 95% pada saat pasien masuk meningkatkan risiko moralitas secara bermakna. Karena mudahnya nilai saturasi tersebut, maka SpO2 sebaiknya dipertimbangkan sebagai prediktor moralitas pada pasien gawat darurat medis dengan kondisi kritis."
Jakarta: Departement of Internal Medicine, Faculty of Medicine Universitas Indonesia, 2016
616 UI-JCHEST 3:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Zulkifli Amin
"ABSTRAK
Ventilator-associated pneumonia (VAP) merupakan infeksi nosokomial yang paling sering diteuka di intensive care unit (ICU) dan memiliki angka mortalitas yang tinggi. Hipoalbuminemia telah lama diketahui sebagai pertanda prognosis buruk pada pasien dengan penyakit kritis, namun peranannya pada pasien VAP belum jelas diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan albumin serum inisial dalam memprediksi mortalitas pasien VAP.
Metode: Kami melakukan penelitian kohort retrospektif dengan menganalisis data pasien VAP yang dirawat di rumah sakit Cipto Mangunkusumo selama kurun waktu tahun 2003- 2012. Pasien dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan kadar albumin serum inisial: Grup-1 (kurang dari 2,7 g/dL), Grup-2 (2,7-3,5 g/dL), Grup-3 (lebih dari 3,5 g/dL). Risiko mortalitas selama perawatan dianalisis dengan Cox propotional hazard model.
Hasil: Dari 194 pasien yang diikutsertakan, sebanyak 95 (49%) pasien termasuk dalam Grup-1, 83 (42,8%) pasien termasuk dalam Grup-2 dan 16 (8,2%) pasien termasuk dalam Grup-3. Mortalitas selama perawatan terjadi terjadi pada 58,2% subjek. Rasio hazard terjadinya mortalitas untuk Grup-1 dan Grup-2 adalah 2,48 (IK 95% 1,07 sampai 5,74; p = 0,033) dan 1,42 (IK 95% 0,60 sampai 3,34; p = 0,43) apabila dibandingkan dengan Grup-3.
Simpulan: Adanya hipoalbuminemia akan meningkatkan risiko mortalitas. Kadar serum albumin inisial sebaiknya dipertimbangkan sebagai prediktor mortalitas pada pasien VAP."
Jakarta: Departement of Internal Medicine. Faculty of Medicine Universitas Indonesia, 2016
616 UI-JCHEST 3:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hilman Zulkifli Amin
"Atherosclerosis is a chronic inflammatory disorder involving innate and adaptive immunity process. Effector T cell (Teff) responses promote atherosclerotic disease, whereas regulatory T cells (Tregs) have been shown to play a protective role against atherosclerosis by down-regulating inflammatory responses which include multiple mechanisms. Compelling experimental data suggest that shifting the Treg/Teff balance toward Tregs may be a possible therapeutic approach for atherosclerotic disease, although the role of Tregs in human atherosclerotic disease has not been fully elucidated. In this review, we discuss recent advances in our understanding of the roles of Tregs and Teffs in experimental atherosclerosis, as well as human coronary artery disease.

Aterosklerosis merupakan suatu proses peradangan kronik, yang melibatkan imunitas alamiah dan adaptif. Respon sel T efektor (Teff) berperan dalam mempercepat terjadinya aterosklerosis. Adapun sel T regulator (Treg), mempunyai peran sebagai komponen pelindung dalam proses aterosklerosis melalui modulasi respon inflamasi yang melibatkan berbagai mekanisme. Dari berbagai studi eksperimental menunjukkan bahwa perubahan keseimbangan antara Treg/Teff dengan polarisasi ke arah Treg dapat menjadi pendekatan terapeutik pada aterosklerosis, meskipun peran Treg dalam studi klinis belum sepenuhnya dapat dijelaskan. Dalam tinjauan pustaka ini, kami akan menelaah berbagai perkembangan dan pemahaman terkini mengenai peran Treg dan Teff dalam studi eksperimental dan klinis aterosklerosis."
Jakarta: University of Indonesia. Faculty of Medicine, 2017
610 UI-IJIM 49: 1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>