Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zakiatus Solikhah
Abstrak :
Kepuasan kerja merupakan salah satu aspek penting yang perlu untuk diperhatikan dalam suatu organisasi. Karena kepuasan kerja dapat merefleksikan sejauh mana tujuan individu dapat sejalan dengan pencapaian tujuan organisasi (Spector dalam Wirastati 2003). Adanya ketidak-puasan ini dapat mengindikasikan adanya potensi masalah antara individu dan organisasi. Salah satu masalah penting yang dapat mempengaruhi kepuasan karyawan adalah sistem upah/gaji, yang merupakan salah satu bentuk kompensasi yang diberikan organisasi kepada karyawannya. Karyawan PT X, saat ini sedang mengalami ketidak-puasan kerja disebabkan tidak adanya suatu kriteria obyektif dan adil (fair) yang digunakan dalam penentuan besar kompensasi karyawan. Hal ini mengingat selama ini penentuan besar kompensasi masih bersifat subyektif, yaitu tergantung penilaian subyektif atasan maupun Direktur terhadap kinerja masing-masing karyawan. Dalam pelaksanaan tugas juga dirasakan ada pembagian tugas yang tidak merata sehingga ada beberapa karyawan yang merasakan besar gaji yang diterima tidak sepadan dengan usaha yang dilakukannya. Untuk menemukan kriteria obyektif dalam penentuan besar kompensasi yang fair dan adil dapat dilakukan dengan suatu prosedur sistematis dan obyektif dengan evaluasi jabatan. (Wether, 1996, Milkovich, 1999, dan Lanham, 1955). Dalam evaluasi jabatan, setiap jabatan akan direvie\v kembali untuk mengetahui aspek- aspek penting yang ada pada jabatan (job Content) dan melihat sejauh mana kontribusi jabatan tersebut terhadap pencapaian tujuan organisasi (Job Value). Untuk melaksanakan program Evaluasi Jabatan, perlu dilakukan Persiapan terkait dengan penetapan tujuan, prosedur dengan mempertimbangkan jabatan-jabatan dan karakteristik bisnis yang dimilikinya dalam pencapaian tujuan organsasi. Untuk mendukung pelaksanaan program ini kiranya perlu meng-hire Konsultan untuk melaksanakan tahapan selanjutnya. Menyusun persiapan untuk penyusunan Uraian Jabatan, menganalisis untuk mencari faktor-faktor penting yang digunakan dalam menilai jabatan. Selanjutnya dapat dilakukan Evaluasi Jabatan dengan menggunakan metode faktor Point. Selain untuk penentuan besar kompensasi, hasil pelaksanaan program Evaluasi Jabatan ini dapat digunakan untuk menilai beban bobot kerja yang ada pada tiap jabatan sehingga besar kompensasi yang diberikan akan sepadan dengan beban kerja yang harus dilakukan.
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T38325
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zakiatus Solikhah
Abstrak :
Perkelahian pelajar atau yang sering dl sebut tawuran merupakan salah satu bentuk kenakalan pelajar yang ada sejak tahun 70-an. Masalah tawuran sekarang ini telah berkembang menjadi iebih kompleks ditandai dengan peningkatan yang terjadi balk secara kualitas maupun kuantitas. Kegagalan program yang dilakukan selama ini disebabkan adanya fokus penanganan pada individu pelajar yang dianggap bermasalah karena terlibat tawuran. Melihat kenyataan di lapangan bahwa tawuran merupakan bentuk perilaku kelompok yang memiliki dinamika berbeda dengan perilaku individu. Berdasar asumsi diatas telah dilakukan penelitian lapangan yang dilakukan Winarini Mansoer (1998). Penelitian tersebut menjadi dasar bagi Kelompok Kerja (Pokja) Penanggulangan Tawuran Depdikbud untuk mengevaluasi dan mencari strategi yang tepat untuk menyelesaikan masalah tawuran. Untuk memberi gambaran komprehensif, penelitian ini akan melihat pelajar yang terlibat dan tidak terlibat tawuran. Bagaimana mereka memandang identitas sosialnya berkaitan dengan sekolahnya sebagai "Sekolah Tawuran ", alasan apa yang mendorong mereka terlibat atau tidak terlibat tawuran. Penelitian ini juga akan melihat bagaimana pelajar yang tidak terlibat tawuran dapat tetap menghindarkan dari keterlibatan dalam tawuran. Hasil ini diharapkan akan memberi masukan yang konkret untuk mengatasi tawuran berdasarkan pengalaman dari pelajar yang tidak terlibat tawuran. Menurut Morse (1996), penelitian kualitatif dapat digabung pendekatan kuantitatif dengan melihat frekuensi subyek yang menjawab. Penelitian ini dilakukan dengan 40 subyek dari 4 SLTA yang pelajarnya memiliki tradisi tawuran, yaitu 3 SLTA yang ada di kawasan Budi Utomo dan 1 SMU yang merupakan "musuhnya". Teknik pengambilan sampling menggunakan Purposive Sampling dengan Incidental Sampling, sekolah dan subyek dipilih dengan kriiteria tertentu dan melihat ketermudahan subyek yang ditemui dan memenuhi kriteria. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah Wawancara Semi Terstruktur yang dilengkapi dengan observasi tidak terstruktur perilaku pelajar dalam Basis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pandangan stereotipe yang berkaitan dengan tawuran yang diakui pelajar yang terlibat dan tidak terlibat tawuran di sekolah-sekolah Boedoet. Hasil ini dipertegas dengan pandangan yang same pada sekolah "musuh". Hanya bedanya, pelajar yang terlibat tawuran menganggap stereotipe itu sebagai bagian dari keanggotaannya dalam sekolah Boedoet. Sedangkan pelajar yang tidak tawuran menganggap mereka berhak tidak ikut tawuran, walaupun mereka mengakui bagian dari sekolah yang memiliki Identitas sebagai "Sekolah Tawuran". Semua pelajar dalam penelitian ini mengakui adanya kecemasan adanya rasa aman yang terancam selama berangkat dan pulang sekolah. Untuk mendapatkan rasa aman tersebut, sebagian pelajar memilih ikut Basis dan sebagian dengan menghindari Basis. Alasan pelajar tergabung dalam Basis untuk mendapatkan rasa aman, rasa kebersamaan, rasa solidaritas ke teman, adanya keinginan menjaga dan meneruskan tradisi Basis, dan mencari teman. Alasan mereka terlibat tawuran adalah karena diserang "musuh", membela nama baik sekolah dan rasa solider dengan teman. Alasan pelajar tidak terlibat tawuran adalah adanya keyakinan pribadi yang kuat bahwa tawuran tidak baik, menyusahkan diri dan OT. Adanya pengalaman traumatis, kontrol dari orang tua, dan jarak rumah dekat dapat mendukung pelajar tetap tidak terlibat tawuran. Pelajar yang tidak tawuran intinya karena mereka menyakini tawuran sebagai sesuatu yang negatif dan mendorong mereka menghindari tawuran dengan berbagai strategi yang berbeda pada tiap pelajar disesuaikan dengan kondisi mereka saat itu. Beberapa kelompok sosial yang menjadi pendukung mereka adalah OT, OSIS, Rohis, teman bermain dan klub olah raga. Faktor lain yang mendukung pelajar terlibat atau tidak terlibat tawuran adalah ada tidaknya kegiatan pada jam rawan tawuran. Studi ini sebaiknya dijadikan dasar untuk melakukan studi kuantitaif pada banyak pelajar yang tidak terlibat tawuran di sekolah yang pelajarnya memiliki tradisi tawuran. Sehingga hasilnya dapat digeneralisasikan untuk pelajar yang tidak terlibat tawuran di sekolah-sekolah yang memiliki tradisi tawuran. Melihat kuatnya persepsi pelajar tentang rasa aman yang terancam selama perjalanan berangkat dan pulang sekolah, dan melihat kuatnya keyakinan pelajar yang tidak terlibat tawuran tentang efek negatif tawuran, perlu kiranya segera dilakukan pelatihan untuk megubah pemikiran kognitif pelajar yang tawuran. Melihat karakteristik pelajar yang dekat dengan Basis, alangkah baiknya kegiatan tersebut melibatkan Basis sebagai kelompok sosial pelajar. Untuk membantu program penanggulangan yang dilakukan, perlu dilakukan penelitian tentang motivasi keterlibatan alumni yang dari penelitian ini sangat berperan melestarikan tradisi tawuran di sekolah Budi Utomo. Dengan melibatkan mereka dan mengetahui proses dokrinasi yang dilakukannya, akan membantu untuk mengurangi dan mencegah tawuran. Mengingat makin kompleknya masalah tawuran, semua penanggulangan tawuran tidak akan berhasil tanpa kerjasama semua pihak yang terkait.
Depok: Universitas Indonesia, 1999
S2692
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library